Tuan Jovan, Nyonya Ingin Akhiri Kontrak Pernikahan!

Tuan Jovan, Nyonya Ingin Akhiri Kontrak Pernikahan!

Oleh:  Elly. K  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
17Bab
28Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Setelah pengkhianatan orang terkasih, Liera mati rasa. Bahkan ketika dijebak dalam situasi yang membuatnya mabuk dan harus menghabiskan malam dengan Jovan, konglomerat yang terkenal sebagai casanova, Liera tidak berharap ada hal baik yang menunggunya. Tapi, mengapa situasi menjadi sangat tidak terduga?

Lihat lebih banyak
Tuan Jovan, Nyonya Ingin Akhiri Kontrak Pernikahan! Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
17 Bab

1. Dijebak

"Itu benar, Pak! Jina sangat berkontribusi besar dalam keberhasilan proyek ini." Mendengar pernyataan palsu itu, Liera menahan senyum.Ia meminum alkohol secara perlahan sambil memikirkan apa saja yang harus dia beli untuk pembelanjaan bulan ini. Faktanya, Liera lah yang berperan besar dalam keberhasilan proyek itu. Dia yang mengambil hati klien sombong dengan berusaha merendah. Liera juga yang menyusun strategi pemasaran beserta laporannya.Tetapi, Jina--rekan kerjanya--mendapat pujian.Padahal, dia selalu menghilang. Baik itu saat jam kerja ataupun istirahat.Tidak ada yang mempermasalahkannya, karena hampir semua orang tau Jina ada di ruang Manajer Brais yang saat ini sibuk memuji Jina di depan Gian--Kepala Bagian Departemen Pemasaran.Sayangnya, mata Liera tak sengaja bertemu dengan Gian. Kepala Bagian Departemen Pemasaran itu tersenyum penuh nafsu yang membuat Liera bergidik ngeri.Dia tidak suka dengan senyuman itu! Tak hanya Liera, Jina juga melihatnya dengan rasa iri.
Baca selengkapnya

2. Adik Kesayangan Jovan

"Peluk... Aku mau peluk..." Wanita itu mengatakan hal yang lain untuk pertama kalinya. Jovan membelalakan matanya melihat bagaimana adiknya langsung mengeras tegang hanya dengan mendengar kata-kata itu. "Calm down bung, jaga harga dirimu!""Hng....h~""Shit!" Mau tidak mau Jovan harus mengeluarkan miliknya. Dia membuka gespernya, pengait, lalu menurunkan resleting celananya yang sesak menahan ketegangan di bawah sana."Kau benar-benar tidak punya harga diri." Meskipun itu jelas-jelas bagian dari dirinya sendiri. Jovan tetap tidak suka akan fakta bahwa bila miliknya langsung berdiri hanya karna beberapa kata dari seorang wanita yang terpengaruh obat perangsang. Baginya, hal itu sungguh tidak jantan!"Baiklah, mari lakukan ini dengan cepat." Jovan menyesap dalam mulut wanita itu. Gerakan lidah keduanya semakin sensual. "Kau..." Jovan tak lagi bisa berpikir jernih. Padahal dia hanya ingin melakukannya sendiri untuk dirinya. Tapi kalau sudah begini, siapa yang harus disalahkan?! "Ja
Baca selengkapnya

3. Jadi Nyonya Muda???

Sementara itu di benua lain, Jina membelalak kaget, mulutnya bahkan sampai menganga lebar melihat sosok pria yang diatur untuk Liera baru turun dari mobil taxi."Tunggu, kau baru sampai?!!" Pria itu tertawa, menggosok kepalanya yang gundul halus bercahaya. "Ahaha, aku tersesat lagi tadi. Sudah kubuka maps tapi ternyata jalur yang kuambil jalur khusus busway. Aku berurusan agak lama dengan polisi tadi."Jina mengepal tangan kuat. Sedikitpun tak ada ekspresi yang coba ia sembunyikan saat itu. "Lalu, lalu siapa yang ada di dalam?!""Hm?" "Dasar bodoh! Kau mengacaukan segalanya!" Padahal Jina sudah membayar wartawan kemari, menyusupkan mereka ke hotel diam-diam, memberi uang tutup mulut pada beberapa staf hotel. Tapi apa gunanya semua itu bila ternyata tidak ada siapapun kecuali Liera yang didalam sana?!!! "Aku, aku sudah menghabiskan hampir seluruh tabunganku untuk ini." Jina frustasi. Mau dipikir bagaimanapun dia tidak boleh berhenti sampai disini. Dia sudah kehilangan banyak uang!U
Baca selengkapnya

4. Dipecat

"Silahkan duduk Liera."Liera tertegun sejenak. Duduk? Dimana? Hanya ada satu kursi terdekat disini, dan itu tidak lain tidak bukan kursi yang sedang diduduki Gian sekarang. Sementara sofa berada jauh disana, dan lagi Gian tampak tidak berniat untuk pindah bersama kesana.Gian memundurkan kursinya kebelakang lalu kakinya dibuka lebar. "Liera?" Satu alisnya terangkat.Ah, Liera mengerti sekarang. Tempat dimana ia duduk ialah dipangkuan Gian. Dia diminta untuk itu.Bersikap pura-pura tidak tau, Liera mengembangkan senyumnya. "Saya berdiri saja, Pak." Tolaknya.Gian tidak menunjukan ekspresi apa-apa mendengarnya. Mereka saling menatap satu sama lain selama beberapa detik hingga kemudian Gian menarik sudut bibirnya.Gian berdiri, memutari meja kerjanya, melangkah hingga ke samping Liera. Was-was, Liera tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan Gian. Meski ia tau bahwa Gian akan melakukan hal yang jelas tidak membuatnya senang, Liera tidak tau kapan tepatnya hal itu terjadi. Tidak mungkin
Baca selengkapnya

5. Dia Bukan Urusanku

Drrt!Nomor tidak dikenal: [Ayo bertemu di villa] Liera termenung, membaca pesan itu sekali lagi. Orang tidak dikenal, tanpa sopan santun, meminta bertemu di villa. Ah tidak, ini sepertinya bukan permintaan tapi perintah. "Villa... " Liera berpikir. "Villa yang tadi pagi?" Dia bangun dari ranjangnya dan menghubungi nomor itu. Tetapi yang dia dapatkan ialah fakta bahwa nomor itu memblokirnya. Sehingga hanya nomor sepihak itulah yang bisa mengirim pesan dan menelponnya. "Terserah. Dia menyuruhku kesana bukan berarti aku harus menurutinya." Liera meletakan ponselnya dinakas dan pergi mengambil laptop diatas meja. Malam ini Liera akan mengirimkan CV nya secara daring ke berbagai perusahaan yang sedang buka lowongan berharap besok atau mungkin dalam satu minggu kedepan akan ada panggilan wawancara untuknya. *** "Bung, kau yakin dia akan datang?" "Ya?" "Atas dasar apa?" "Karna dia akan datang." Liam menepuk menghela nafas panjang dengan kepala tertunduk. Tak percaya
Baca selengkapnya

6. Teror

Adam tidak bisa menyembunyikan ekspresi marahnya sejak keluar dari ruang rapat yang dihadiri oleh para Direktur lainnya. "Apakah ini akhir dari Exvander Group?" Kalimat itu terbayang-bayang di kepalanya. Putranya sudah berkali-kali membuat masalah yang hampir mirip dengan ini, namun konsekuensi yang didapat tidak pernah separah ini. Sudah jelas, saat ini ada yang sedang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Hanan Group. Perusahaan rivalnya itu sedang naik-naiknya sekarang. Bukan tanpa dasar Adam menerka bahwa Hanan Group lah yang menjadi bensinnya, sebab bukan sekali dua kali juga Hanan melakukan hal yang sama. "Panggil Jovan sekarang!" Suara Adam menggema diruangan yang berkesan dingin itu. Segera asistennya berbalik badan untuk menghubungi sang Tuan muda yang sudah beberapa hari ini tidak tinggal di kediaman. "Kuberi satu menit dari sekarang." Suasana hati Jovan disana juga tampak sedang tidak baik. "Tuan muda, anda dipanggil untuk menghadap Tuan besar sekarang di k
Baca selengkapnya

7. Hantu Sakit

"What the hell man, wajahmu sungguh berseni saat ini. Izinkan aku mengambil foto denganmu." Namun Jovan tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya diam dengan kepala yang sedikit menunduk. Melihat itu, Liam mengusap ujung hidungnya dan duduk disamping Jovan. "Ambil sisi positifnya, ayahmu hanya ingin sedikit memperbudakmu."Jovan menatap Liam dengan sinis. Lalu mengeluarkan suara dengusan risih dari bibirnya. "Kalau saja kau langsung kembali ke rumahmu begitu ayahmu memanggil, kau tidak akan mendapatkan bogem mentah darinya. Lihat, aku bahkan sampai tidak mengenalmu. Jika saja kau tidak memakai kaos hitam kesayanganmu ini, aku tidak akan tau jika itu kau. Tapi kalau dipikir-pikir untung saja aku sedang tidak di villa mu tadi, haha maksudku meski kau itu sahabatku aku tidak ingin mati bersamamu. Itu agak menjijikan haha... "Jovan melihatnya lagi, lebih tajam dari sebelumnya. "Apa? Kenapa melihatku begitu bung? Coba kau pikir, dua orang pria mati bersama setelah berusaha melindungi satu s
Baca selengkapnya

8. Aku Kesepian

"Kau terlambat." Liam memutar matanya jengah, malas membalas Jovan. Setelahnya dia melihat Jovan dari bawah ke atas lalu dari atas ke bawah. "Kenapa kau baik-baik saja?" Tanyanya. "Kau berharap kondisiku bagaimana?" Jovan menatap sinis. "Hahaha, tentu saja aku selalu mengharapkan kesehatanmu. Kalau begitu... Kenapa kau berada disini? Dan kenapa kau memanggilku kemari?" "Itu—" "Aaah, aku tau!" Liam tertawa mengejek. Wajahnya seolah menyiratkan kata 'muak' pada kasus Jovan ini "Kau datang kemari bersama dengan seorang wanita kan?" "Dari mana kau tau?" Liam menarik ke atas sudut bibir kirinya. "Cih, dari mana aku tau? Kau itu binatang yang selalu birahi." "Hei!" "Kutebak lagi, kau dan wanita itu datang kemari karna dia mengaku hamil anakmu, dan setelah dokter bilang dia benar-benar hamil kau memanggilku kemari untuk menanggung kesalahanmu. Jovan, kau itu mudah sekali ditebak. Kau mungkin bisa saja menyuruhnya ab0rsi sekarang tetapi dia mengancammu akan menyebarkan i
Baca selengkapnya

9. Kandidat Pengantin ke-2

“Lia, berbaringlah diatas tempat tidur.” “Y,Ya?!” “Lia, apa kau tidak mau? Aku hanya tidak ingin kau melihat wajahku. Mana mungkin aku membiarkanmu terus berdiri seperti ini.” Lagi, nada memelas itu dipakai Liam untuk menaklukan Roselia. “Aku akan naik!” Roselia dengan sigap menuju tempat tidur, naik, lalu berbaring membelakangi Tuannya. Hahah, Liam merasa bangga sendiri. Dia tau itu, cara menaklukan hati wanita ada banyak. Dan teknik yang paling ampuh ialah dengan memohon seperti ini. Setelah Roselia berbaring. Liam mengambil selimut lain di dalam lemari kemudian menyelimuti Roselia dengan lembut. Dari ujung kaki sampai ujung rambut. “Tu-Tuan, saya sesak.” Liam tersadar bahwa bukan hanya sekedar menyelimuti, ia juga melilitkan selimut itu di leher Roselia. Ah, ini pasti disebabkan oleh kekhawatiran takut akan ketahuan. “Maaf,” Ujarnya. “Aku hanya takut kau akan meninggalkanku.” Ia melonggarkannya. Hmmm, melihat Roselia terbungkus sepenuhnya seperti jenazah, Liam
Baca selengkapnya

10. Ada Apa Dengan Liera?

“Sudah kuputuskan! Jovan, kau akan menikahi wanita ini!” Pernyataan Adam membuat para pelayan kaget. Bahkan Roselia sendiri, ia tiba-tiba berhenti menangis. “Jangan bercanda, apa kau tau apa yang saat ini sedang kau katakan?!” Jovan meninggikan suaranya dengan berani. Tidak, bukan sekedar berani, tetapi marah. Emosinya melesat naik keatas secara drastis. “Setelah kau menyuruhku untuk menikahi wanita yang terlibat denganku difoto itu, sekarang kau ingin aku menikah dengan wanita ini?! Aku tidak ada hubungannya dengan wanita ini, aku baru pulang dan kalian sudah menungguku disini dengan persepsi kalian!” “Diam! Kau tidak diberikan hak untuk membantah!” “Kenapa tidak, ini tentang hidupku!” “Justru karna ini menyangkut hidupmu, kau tidak boleh membantah! Aku sudah membiarkanmu selama ini untuk memilih jalan hidupmu. Kubiarkan kau memutuskan apa yang ingin kau makan, apa yang ingin kau pakai, apa yang kau pelajari, dimana kau ingin bersekolah, dan kepada siapa kau ingin bergau
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status