SEASON 3 MALAM PERTAMA DENGAN KAKAK IPAR ATAU BIASA DISEBUT SEQUEL. CERITA ANAK PERTAMA MONA & ARKA. ***** MEREKA MENGHINAKU KARENA BUKAN DARI NEGARA INI, BAHKAN MENCELA MENGATAIKU TIDAK SELEVEL DENGAN SUAMIKU. MEREKA TAK TAU JIKA AKU ADALAH ...., ****
Lihat lebih banyakArka memutarkan bola mata kala mendengar perkataan sang istri, sedangkan Xavier tidak tahan untuk tak tersenyum. "Iya, iya, wanita selalu gak mau disalahkan," balas Arka meledek.Mona memajukan bibir dan memalingkan wajahnya, sedangkan Xavier terkekeh melihat tingkah Papa dan Mama mertua. "Iya lah, wanita walaupun salah mana mau disalahkan. Itu tetap salah laki-laki! Bener gak Mah," seru Gaia.Mendengar suara Gaia, semua pasang mata langsung menoleh. Mona mengulas senyum semringah kala melihat sang putri tersenyum ke arahnya, dengan gerakan cepat wanita paruh baya ini mendekat dan menggenggam tangan anak pertama, gadis kecil yang membuat dia merasakan pertama kali menjadi seorang Ibu. "Sayang, kamu udah bangun," seru perempuan tersebut.Gaia mengangguk tanda mengiyakan perkataan sang Ibu, mereka segera berjalan beriring lalu duduk di sofa lain agar dekat dengan wanita yang melahirkannya. "Shasha," sapa Leonard lembut.Tatapan Leonard begitu dalam, memandang putri pertama Arka sea
Xavier menggeleng dengan cepat membalas ucapan sang istri. Membuat perempuan itu tertawa lalu tangannya terulur menepuk bahu suaminya. "Iya-iya, aku cuma bercanda, Sayang. Ayo kita ke tempat orang tuaku," lontar Gaia. Lelaki itu segera mengiyakan perkataan sang istri, ia segera menyalakan kemudi lalu melajukan kendaraan. Xavier yang melihat kekasihnya beberapa kali menguap memerintahkan agar wanita itu tidur dahulu. Kini keheningan menyapa pria tersebut, hanya deru mobil terdengar dan beberapa kendaraan di lalu lintas. "Ini serius tempatnya? Rumahnya di kawasan elit," gumam Xavier. Lelaki ini melirik sang istri setelah memarkirkan kendaraan, seorang wanita mendekat ke mobil Xavier dan menyapa pria tersebut."Menantu," sapa wanita tersebut.Mendengar suara seseorang yang terasa familiar, lelaki ini segera menoleh lalu mengulas senyum kala melihat wajah yang ia kenali. Pria tersebut lekas membuka pintu dan turun dari kendaraan, ia lekas bersalaman dengan ibu mertua. "Mama," sapa X
Baru beberapa jam Gaia membuka mata wanita itu sudah tak terhitung terus mengulas senyuman, riak wajah sangat ceria bagai tidak ada beban yang memberatkan diri. Kini mereka berada di pusat mall terbesar di shanghai, lelaki berstatus suami wanita ini sibuk membeli sesuatu, bahkan banyak pegawai toko sibuk membawakan belanjaan ke kendaraan pasangan tersebut."Sayang ... kamu ini, kenapa belanja semua ini, bukannya kita mau beli hadiah buat orang tuaku. Kenapa malah kebutuhanku semua," omel Gaia.Mendengar perkataan sang istri lelaki itu menoleh memandang kekasihnya, menaruh barang yang ia pegang ke tempat semula. Xavier segera melangkah mendekat lalu menggenggam jemari Gaia dan menarik perempuan ini ke tempat ia berdiri melihat benda yang menurut dia akan sangat imut jika dipakai anak Arka."Sayang, lihat! ini bagus bukan, pasti kamu sangat terlihat menggemaskan kalau pakai bando ini," seru Xavier lalu memasangkan benda tersebut ke kepala Gaia."Sayang ... kamu dengerin aku gak sih," ra
Gaia langsung mendongak mendengar perkataan sang suami membuat lelaki itu segera mematikan pengering rambut takut terkena wajah sang istri. Melihat tingkah wanitanya, Xavier langsung menyentuh hidung perempuan yang nama tercatat di buku nikah."Eum ... gimana ya," balas Gaia pura-pura tengah bingung dan memikirkan."Hahaha ... iya, Insha'Allah aku gak akan meninggalkanmu, yang penting kamu ada dipihakku," lanjutnya setelah lama menjeda perkataannya tadi.Wajah Xavier yang tadi agak tegang kini kembali terlihat lega, lelaki itu langsung memukul manja hidung Gaia dengan jarinya. "Sudah, ayo duduk yang benar, kapan mengeringkan rambut kamu kalau kamu mendongak terus," seru Xavier.Wanita ini menuruti perkataan sang suami ia segera memakai skincare dan make up di wajah, setelah dirasa telah beres ia segera fokus melihat hasil karya lelakinya. "Lumayanlah, bisalah masuk kalau melamar kerja di salon," goda Gaia.Mendengar perkataan sang istri, lelaki itu langsung menaruh sisi di meja dan
Gaia mengulas senyuman mendengar pertanyaan sang suami, membuat Xavier gemas dan mendaratkan kecupan di bibir wanitanya. "Dengar kok dengar, aku bakal mandi sekarang. Tapi jawab dulu pertanyaanku, kopernya ke mana?" balas perempuan tersebut.Xavier segera menjauhkan tangan dari pipi sang istri lalu beralih ke rambut dan mengacak-acak dengan gemas. Membuat Gaia mengerucutkan bibir merespon kelakuan sang suami."Okey, okey, aku gak menggodamu lagi, sana mandi! kamu gak perlu memikirkan hal itu, pakaian kamu udah beres di ruang ganti," lontar Xavier.Gaia langsung tersenyum lebar mendengar perkataan sang suami, "Ahhh ... kamu memang suamiku yang terbaik, terima kasih, Sayang!"Lelaki itu hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan sang istri, ia langsung merentangkan tangan dan alis bergerak naik turun."Kalau gitu ayo beri aku peluk dan cium," pinta pria tersebut.Perempuan tersebut langsung tertawa renyah mendengar permintaan sang suami, dia langsung memeluk leher Xavier lalu mengecup pip
Mata Xavier melotot, sorot matanya menyala seperti api yang membakar, menembus kedalaman jiwa sang istri. Ia melompat dari posisi berbaring, duduk tegak dengan kening berkerut dan napas terengah-engah. Tatapannya menusuk, membuat sang istri terkejut, wajahnya pucat, dan ikut bangkit dengan guncangan. "Kenapa kamu gak bilang pas mereka sampai ke sini! kamu malah kasih tau aku pas mereka udah beberapa hari di sini," gerutu Xavier.Gaia meringis pelan, matanya memandang wajah sang suami, pandangan begitu lembut, ia menyentuh lengan Xavier, jarinya menggenggam hangat. Ia menggoyang-goyangkan tangan suaminya dengan gerakan yang santai, membangkitkan getaran halus. Tatapannya yang menggemaskan, dipenuhi cinta dan kepedulian, terfokus pada wajah pria yang dicintainya."Maaf, Sayang. Aku terlalu sibuk urus perusahaan, jadi lupa kasih tau kamu," ujar perempuan itu lemah.Xavier menghembuskan napas panjang, mata tertutup rapat seolah menghilangkan kecemasan. jarinya memijat dahi, meredakan pu
Bai Lisha merasakan dadanya sangat sesak, napas tercekat di tenggorokan. Melihat adegan yang terekam oleh indra penglihat milik dia, tangan terkepal dan kuku menancap di telapak. Rasa sakit menghampiri tetapi kala dengan nyeri di dada melihat kemesraan Xavier bersama sang istri. Ia segera berbalik tidak jadi pergi ke toilet, kala sampai ruang tengah perempuan ini segera meraih tas membuat semua mengerutkan dahi."Aku pulang duluan," seru perempuan tersebut.Setelah berkata demikian wanita tersebut langsung melangkah pergi tanpa menunggu balasan mereka, Li Jian-Long mendengkus kesal melihat tingkah dia bahkan memukul meja untuk melampiaskan amarah. Xinxin dan sang Ibu terkejut mendapati amarah kepala keluarga LI ini."Lihat, dia sama sekali tidak menghargai kita, baguslah pertunangan sama putraku tidak jadi dan aku memilih Gaia jadi menantuku. Setidaknya dia menghormatiku," geram Jian-Long.Perempuan bermarga Bai ini segera meninggalkan kediaman tersebut, langkahnya terasa sangat menya
Silvana siap meledakkan amarahnya, tetapi tangan Li Jian-Long menahan tepat waktu. perempuan tersebut spontan menoleh ke arah sang suami lalu menghentakkan kaki menunjuk kekesalan yang tak tertahankan. Li Jian-Long lekas melirik putra keduanya, ia menggerakkan kepala sebagai isyarat untuk Xavier lekas mengajak mereka memasuki kediaman. "Ayo masuk," ajak putra kedua Li Jian-Long. Xavier lekas membuka pintu dan mempersilakan sang istri untuk memasuki kediaman. Tatapan perempuan itu tidak bisa disembunyikan, pancaran terpesona sangat terlihat membuat Li Xinxin menatap sinis. Sedangkan Bai Lisha mengerutkan dahi melihat dekorasi yang sama sekali bukan terlihat hasil dari seorang Xavier. Selesai terpaku melihat ruangan ini, Gaia menoleh ke arah pasangannya lalu tersenyum lebar. ia segera berlari kecil dan mendaratkan dekapan erat di pinggang Xavier. "Sayang, makasih," pekik wanita tersebut. Xavier langsung tersenyum hangat, ia segera memb
"Tapi aku kan gak tau di mana rumahmu," sungutnya dengan nada kesal. Xavier memutarkan bola mata dengan malas dan mengembuskan napas kasar. Dia memandang sekilas riak wajah penuh amarah Bai Lisha lalu kembali menatap muka istrinya, ia bahkan dengan lembut merapikan anak rambut Gaia. "Itu udah aku nyalakan GPS-nya, Lisha. Kamu tinggal ikuti perintahnya aja. Gitu aja kok dibuat ribet sih. Ini udah tahun dua ribu empat puluh lima, Lisha ... sebengar lagi malah mau dua ribu empat puluh enam, masa kamu gaptek sih," balas Xavier. Lisha langsung memalingkan wajah ke depan kala mendengar sindiran Xavier, matanya sangat berapi. Dia mengepalkan tangan, apalagi melihat betapa lembut sang pujaan memperlakikan Gaia. "Awas aja kamu, aku bakal buat kamu bertekuk lutut padaku. Dan menyesal sudah menikahi gadis sialan itu," geram Bai Lisha dalam hatinya. Suara ketukan
“Ini semua salahmu! Harusnya anakku tidak menikahimu, agar dia bisa bersama Nona Bai, dari pada sama kamu yang asal usulnya gak jelas,” sungut sang Ibu mertua.Hawa di dapur terasa panas, semakin pengap oleh amarah Silvana yang menggelegak. Gaia, berusaha menyibukkan diri dengan menggosok piring, tak menghiraukan omelan mertuanya. Karena kesal Silvana menarik bahu sang menantu membuat tubuh gadis tersebut terhuyung. Gelas di tangan istri Xavier terlepas, meluncur dan menabrak lantai. “Kamu apa-apaan sih! Disuruh cuci piring aja tidak beres banget,” maki Silvana.Gaia hanya terdiam, ia berusaha bertahan demi sang suami. Sedangkan sang mertua geram karena perempuan yang dia maki sama sekali tak bereaksi, dengan gerakkan cepat mengambil pecahan gelas lalu menggores ke lengan.“Arghh … sakit! Gaia, kamu menyakitiku,” pekik wanita tersebut.Mata Gaia membulat sempurna, syok dengan apa dilakukan Ibu mertua. Silvana sungguh diluar dugaan perempuan itu, dia berani menyakiti diri sendiri hany...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen