Share

BAB 7

Matahari kini berganti giliran dengan bulan, Xavier mengemudi mobil dengan tenang. Lelaki itu sudah merencanakan hendak tidur di hotel sambil membuat malam romantis dengan sang istri, tetapi ada barang penting yang harus dibawa besok ke perusahaan dari kediaman milik keluarganya.

"Sayang, aku mengantuk. Aku tidur sebentar ya," ucap Gaia pelan.

Xavier tersenyum, mendengar perkataan sang istri lalu menganggukkan kepala.

"Tentu sayang. Tidurlah, nanti aku bangunkan kalau sudah sampai."

"Janji ya? Bangunkan aku, jangan sampai kamu malah menunggu terbangun sendiri." Gaia mengucek matanya, matanya mulai mengantuk.

Lelaki itu terkekeh mendengar ucapan sang istri lalu kembali menganggukkan kepala.

"Janji, sayang. Tidur yang nyenyak."

Sebelum tertidur wanita itu memamerkan senyuman pada sang suami lalu perlahan mulai berkalana di alam mimpi. Melihat Gaia sudah terlelap begitu tenang, membuat Xavier tidak tahan untuk mengulas lengkungan di bibir.

"Sepertinya namamu harus diganti jadi puteri tidur," ledek pria tersebut.

Xavier mengulurkan tangan dan mengusap sayang puncuk kepala sang istri. Ia berani melakukan hal ini karena sedang lampu merah dan kendaraan sudah dia berhentikan, suara klason mengejutkan pria ini membuat dia lekas mengemudi kembali.

"Untunglah kamu gak kaget dan bangun, kalau bangun karena terkejut pasti kamu pusing," gumam lelaki ini.

Saat mau sampai di kediamannya, ia mengerutkan kening kala melihat kendaraan mengarah ke rumah juga.

"Tumben Ayah menerima tamu jam segini? Flat mobil juga asing. Biasanya Ayah cuma menerima kenalan aja kalau jam segini," pikir Xavier.

Dia segera memarkirkan kendaraan bersamaan mobil yang tadi sempat Xavier lirik. Lelaki itu setelah mematikan alat tranfortasinya lekas membangunkan Gaia, ketukan di kaca membuat pria ini mendongak.

"Siapa sih," batin lelaki tersebut.

Gaia menggeliat lalu menyipitkan mata memandang sang suami, ia langsung mengulas senyuman.

"Sayang, udah sampai?" tanya perempuan berambut hitam itu.

Pasangan wanita tersebut hanya membalas dengan anggukkan, mata Xavier masih sesekali melirik ke arah pria yang berada di dekat kaca. Kini aksi dilakukan lelaki tersebut berhenti.

"Ayo turun," ajak pria tersebut.

Setelah berkata demikian Xavier membantu membukakan sabuk pengaman lalu ia segera turun dari kendaraan. Diikuti Gaia yang melakukan hal serupa, seseorang yang melihat wajah familiar lekas mendekati istri puteri kediaman ini dan mendaratkan pelukkan. Senyumannya melebar bahkan mata berbinar-binar kala melihat Gaia.

"Shasha, aku merindukanmu," seru lelaki itu.

Suaranya sedikit gemetar saking bahagia, sedangkan Gaia mematung. Matanya terbelalak, ia belum sadar dan mengerjapkan netra lalu tarikkan seseorang ditangan perempuan tersebut membuat dekapan terlepas.

"Ada apa, Shasha? Masa kamu gak kenal aku, kalau iya benar-benar deh," lontar pria tersebut.

"Siapa kamu! Beraninya memeluk istriku," sentak Xavier.

Mereka berbicara bersamaan, suami perempuan tersebut matanya melotot dengan urat leher terlihat tanda ia sangat marah. Gaia mengerjapkan matanya, sedangkan lelaki yang tadi memeluk perempuan tersebut mengerutkan kening. Ia bahkan memiringkan kepala, tetapi pandangannya terus menatap istri Xavier.

"Leon, ngapain kamu di sini?" tanya Gaia.

Perkataan kasar sudah siap meluncur dari bibir Xavier, tetapi terhenti kala mendengar ucapan sang istri. Pandangannya segera tertuju pada Gaia, sedangkan Leonard langsung mengulas senyuman kala nama disebut oleh perempuan tersebut. Melihat lengkungan di bibir lelaki yang tadi mengetuk kaca,

Xavier ingin sekali menghantamkan tinjunya ke muka pria itu. Senyum yang seakan mengejek, seakan meremehkan amarah yang berkobar dalam dirinya.

"Kamu mengenalnya?" tanya sang suami.

Perempuan tersebut langsung menoleh menatap Xavier, tatapan lelaki itu sangat tajam. Ia seperti merasakan lewat pandangan mata saja bisa menembus daging dan tulang.

"Leonard Bryan Winata, panggil aja Leo. Jangan Leon, itu panggil Shasha ke saya," seru lelaki itu.

Suami Gaia ini langsung menatap sinis pria bernama Leon ini, ia memelototi lelaki tersebut.

"Gak bertanya sama kamu! Aku bertanya sama istriku," sungut Xavier.

Setelah berkata demikian, Xavier kembali memandang sang istri yang menggaruk kepala. Orang yang mendengar suara mobil di depan rumah segera keluar kediaman, mereka sejak tadi menonton adegan di depan mata.

"Gila! Dia ganteng banget," gumam Xinxin.

Wanita itu sampai mengigit jari memandang Leonard, sedangkan sang Ibu hanya mendengkus mendengar ucapan putrinya.

"Apa dia yang Bibi bicarakan?" tanya Lisha.

Silvana terdiam sejenak, lalu menganggukkan kepala kala mendengar suara Leonard lagi.

"Ya, itu dia. Bibi agak hafal suaranya," balas Silvana.

Lisha segera menganggukkan kepala, wanita itu menyeringai lalu segera melangkah mendekati mereka. Suami Silvana tidak berada di luar, dia sibuk bekerja di ruang kerja, dua perempuan ini mengikuti Bai Lisha.

"Vier, dia selingkuhan istrimu!" seru Lisha.

Mendengar perkataan Lisha mata Xavier membulat sempurna, dia langsung menatap Leonard dengan tatapan murka. Dengan gerakan tangan cepat, suami Gaia ini melayangkan tinjuan ke wajah lelaki yang hendak bertamu ini. Para wanita memekik terkejut, bahkan Xinxin menutup mata.

"Vier, hentikan!" teriak Gaia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status