Share

BAB 4

Penulis: Pena_Receh01
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-08 12:08:02

"Aku ingin tau bagaimana responmu jika aku ditindas oleh mereka," ucap Gaia pelan dalam hati.

Matanya menyipit memandang lurus ke arah suaminya. Sedangkan Xavier menghela napas berat. Pandang saling bergantian melirik Gaia dan sang Ibu.

"Mama. Aku tau kamu gak suka Gaia, tapi ... aku benar-benar gak nyangka kalau kalian bakal menyakiti istriku."

Suara Xavier bergetar, ada nada kecewa dan amarah yang bersatu menjadi sebuah getaran. Ia berusaha menahan amarah yang menggelegak di dada untuk membalas perlakuan mereka pada kekasih hati.

Mendengar nada kecewa dari sang putra, Silvana segera bereaksi, ia membalas dengan suara tinggi karena tidak terima.

"Mama gak akan begini kalau dia menurut! Lagi pula dia gak pantas bersanding denganmu. Dia cuma mengincar harta kita, Vier ... dia hanya ingin mengangkat derajat keluarganya aja. Pasti semenjak kalian menikah, orang tuanya memamerkan jika putrinya itu menikah dengan keluarga kaya," sungut Silvana.

Xavier mengusap wajah mendengar ocehan sang Ibu, ia kembali menghela napas dan menatap wajah Silvana.

"Walaupun itu benar, ya enggak apa-apa, dong. Lagi pula, bagus kan, nama keluarga kita jadi terkenal di sana, lagian Mama. Jangan lupa, kamu juga sama, berasal dari sana," balas lelaki itu.

Silvana tercengang, matanya melebar tak percaya. Ia langsung memalingkan wajah, tak sanggup menatap Xavier. Gaia, yang meniup jari-jarinya yang berdarah, merasakan amarah Xavier, tapi juga melihat kesedihan di matanya.

"Sudah, Sayang. Jariku sakit. Mungkin aku bakal kehabisan darah kalau nunggu kalian berhenti bertengkar!"

Xavier langsung menggendong Gaia, melangkah cepat keluar tanpa menghiraukan teriakan Silvana dan kedua perempuannya yang tak berbeda jauh usia dengan sang istri. Di dalam mobil, Xavier dengan lembut mendudukkan Gaia di kursi penumpang.

"Sayang, gara-gara aku kamu jadi berdebat sama Mama," kata Gaia, suaranya berbisik.

"Sebenarnya aku nggak mau kamu bersikap gitu ke Mama."

Lelaki ini hanya menghela napas mendengar perkataan sang istri, dia memilih mencari kotak obat lalu segera mengobati luka di jari kekasihnya. Ia langsung menatap wajah Gaia kala melihat wanita tersebut meringis kesakitan, pria tersebut lekas meniup-niup.

"Kenapa kamu gak lari?"

Mendengar pertanyaan yang terlontar oleh suaminya, Gaia sangat gemas. Dengan gerakan refleks satu tangannya memukul kepala Xavier membuat lelaki ini langsung memandang tajam.

"Kamu ini! Mana mungkin aku suka rela disiksa gitu, aku juga udah nyoba kabur dari mereka, tapi kamu lihat kan, ada dua laki-laki yang membantu mereka menangkap dan memegangiku."

Pria tersebut meringis mendengar jawaban sang istri, ia langsung menggaruk kepala yang tidak gatal lalu memamerkan deretan gigi putih.

"Hehehe … maaf, Sayang. Aku tadi gak terlalu fokus," jelas Xavier.

Gaia hanya memajukan bibir mendengar penuturan sang suami, lalu lelaki tersebut dengan teliti mengoles obat di tangan perempuan tersebut lalu memakaikan perban.

"Sudah."

Mata Gaia membulat melihat hasil karya suaminya, sedangkan pria ini hanya memamerkan wajah tak berdosa.

"Sayang, kamu …."

Baru saja hendak protes, wanita itu langsung diam kala bibirnya dikecup oleh sang suami, membuat perempuan ini melebarkan mata. Melihat reaksi demikian, Xavier hanya tersenyum geli.

"Jangan protes, ini pertama kalinya aku memakaikan perban. Kalau itu eum … kamu ikut aku ke perusahaan aja," tutur Xavier.

Perempuan tersebut akhirnya menganggukkan kepala sebagai tanda setuju, senyuman langsung terukir di bibir Xavier. Lelaki ini segera memakaikan sabuk pengaman untuk sang istri lalu diri sendiri. Selesai melakukan hal itu, dia lekas melajukan kendaraan menuju perusahaan.

“Angkat telepon itu, Sayang,” perintah Xavier.

Mendengar perintah sang suami, ia segera menurut lalu melakukan apa yang disuruh lelaki tersebut. Suara asisten Xavier terdengar, pria ini hanya menganggukkan kepala. Mereka tengah melakukan video call dan Gaia mengarahkan kamera pada kekasihnya.

“Tunggu, kami sebentar lagi sampai. Kita lanjutkan lagi nanti, sudah! Kamu membuat istriku pegal memegang handphone,” seru Xavier.

Lelaki itu mengangguk mendengar ucapan sang bos, ia segera pamit lalu mematikan sambungan telepon. Sedangkan Gaia mengulum senyum, dia lekas menaruh handphone ke tempatnya.

“Kalau kamu bosan mainkan aja handphoneku, handphone kamu ketinggalan di rumah bukan,” tutur lelaki itu.

Sang istri segera menyambar handphone Xavier, membuat lelaki ini hanya menggelengkan kepala melihat tingkah pasangan yang ia nikahi. Mereka memang selalu begini, tidak ada rahasia yang disembunyikan.

“Sayang, emang kamu jawab apa sih buat si Lisha sampai emosi gitu?” tanya Xavier penasaran.

Gaia menoleh mendengar pertanyaan suaminya, ia terdiam sebentar dan menyandarkan punggung. Helaan napas terdengar membuat Xavier mengerutkan kening.

“Aku cuma minta uang beberapa miliar kok, uang kecil gitu malah buat dia marah. Eh dia malah cuma mau kasih tiga ratus juta doang. Masa buat ninggalin kamu cuma di kasih uang sedikit itu, mana mau aku,” jawab Gaia.

Mata lelaki ini membulat mendengar penjelasan sang istri, ia akhirnya hanya menanggapi dengan senyuman kecil ambil menggelengkan kepala.

”Nah kan, kamu juga merasa uang yang ditawarkan kecil,” kata perempuan ini.

Sebelum menjawab lelaki itu menghentikan laju kendaraan karena lampu merah menyala, ia langsung memandang sang istri dengan seksama. Membuat Gaia yang merasa diperhatikan menoleh dan mengerutkan kening mendapatkan pandangan demikian oleh suaminya.

“Kamu bilang uang segitu sedikit?” tanya Xavier.

Gaia kembali mengernyitkan dahi tetapi segera mengangguk kala melihat lampu sudah berubah hijau, ia menggerakkan kepala dan memberitahu jika sudah boleh melajukan kendaraan.

“Sayang, ayo jalan! Udah hijau tuh,” seru Gaia.

Xavier terdiam sebentar tidak merespon seruan sang suami, lalu tersadar kala mendengar klakson. Ia lekas melajukan kendaraan dan sesekali melirik Gaia.

“Kamu kenapa sih, Sayang, melihatku sampai segitunya. Ada yang aneh?” tanya wanita tersebut.

Lelaki berstatus suaminya ini menganggukkan kepala, membuat ia merasa heran. Perempuan itu segera mengarahkan kaca ke wajah dan memperhatikan dengan saksama membuat Xavier tersenyum.

“Bukan penampilanmu yang aneh, Sayang. Tapi jawabanmu itu, baru kali ini ada yang bilang uang tiga ratus juta sedikit,” lontar Xavier.

Gaia memamerkan senyuman yang memperlihatkan deretan gigi putih yang ada beberapa tak rapi, perempuan ini segera memalingkan wajah dan melihat jalanan.

“Memang sedikit bukan? Dia mau menyuruhku pergi dari hidupmu lho. Cuma memberi harga tiga ratus juta, em … emangnya kamu mau dihargai segitu,” ujar sang istri.

Xavier berpikir sejenak lalu menganggukkan kepala membuat Gaia berdecak kesal, melihat respon demikian lelaki ini segera mengulurkan tangan dan mengusap kepala sang istri. Sedangkan di kediaman keluarga Li, Silvana dan Xinxin tengah menenangkan Bai Lisha.

“Mereka mempermalukan, Bi!”

“Sebenarnya apa kelebihan wanita itu yang gak aku miliki,” seru Lisha kembali.

“Bahkan Xavier gak mau menatapku lama-lama, dia malah memperhatikan gadis kampung itu!”

Silvana terus berusaha menenangkan wanita yang ia ingin jadikan menantu, sedangkan Xinxin tidak terlalu mau dekat dengan Lisha jika dia tengah marah. Setelah perempuan ini tenang, dia memandang istri Li Jian-long dan memandang dengan tatapan sendu.

“Bi, maafkan aku, aku gak bermaksud menyakitimu. Aku, aku cuma kalau kesal selalu gak sadar kalau ….”

Ucapannya terhenti kala Silvana menggeleng, ia akhirnya pamit dari kediaman ini. Setelah kepergian perempuan tersebut, Xinxin lekas mendekati wanita yang melahirkannya.

“Mama, Mama terluka,” kata perempuan tersebut.

Wanita itu langsung melihat bekas kuku Lisha yang menggores kulit tangannya, ia menghela napas panjang geraman terdengar. Ia mengepalkan tangan mengingat jika rencana gagal untuk memisahkan putra kedua dengan Gaia.

“Ini salah Gaia, dia harus membayar semuanya!” geram Silvana.

Bab terkait

  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 5

    BAB 5Xinxin menganggukkan kepala membenarkan ucapan sang ibu, ia segera mengajak Silvana duduk di sofa dan segera membantu mengobati luka cakaran Lisha. Sedangkan di dalam kendaraan milik Xavier, lelaki ini baru saja memarkirkan kendaraan roda empat di parkiran."Ayo turun, Sayang!" ajak lelaki itu kala membuka pintu dan mengulurkan tangan ke sang istri.Gaia menunduk melihat pakaiannya lalu Kembali menatap suaminya, Xavier yang melihat tingkah sang istri mengerutkan kening. Apalagi mendapatkan perempuan ini menggeleng, membuat dia bingung sampai mengerutkan kening dan membikin alis menyatu."Ada apa? apa kamu gak enak badan?" tanya Xavier lembut.Perempuan tersebut menggeleng sebagai jawaban, lalu terlihat menghela napas Panjang."Aku nunggu di sini aja, aku takut buat kamu malu. Lihat! pakaianku gak rapi, sedangkan kamu sangatr tampan," tutur Gaia.Xavier menganggukkan kepala mendengar penjelasan Gaia, melihat anggukkan sang suami wanita itu merasa kecewa. Ia menundukkan kepala, se

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 6

    BAB 6 Bai Lisha hanya menampilkan seringai kala memasuki butik, melangkah dengan anggun menuju ruangan pribadi. Suara langkah kaki perempuan itu berdentum mantap di lantai marmer, sesampai di tempat tujuan wanita tersebut lekas mendaratkan bokong di kursi lalu mengembuskan napas dengan kasar. Ia sangat tak percaya jika Xavier memperlakukannya demikian, perempuan tersebut sangat merasa dipermalukan. Padahal apa kekuranganya , dia Kembali ke tanah kelahiran langsung terjun ke dunia bisnis sendiri.Lisha mengepalkan tangan, amarah bergejolak di dada perempuan tersebut. "Yang pantas berdiri di sisi Xavier itu cuma kau!" desisnya.Matanya menyipit tajam. "Mana mungkin aku kalah dengan gadis kampung itu, mana mungkin!" dia menjerit sampai suara bergetar."Pasti Xavier hanya bermain-main aja, pasti itu. Tapi aku sangat malas menunggu dia bosan dengan gadis kampungan itu," geram Lisha.Tangan perempuan ini semakin terkepal kuat mengingat bagaimana Xavier memperlakukan Gaia, ia sangat mengin

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 7

    Matahari kini berganti giliran dengan bulan, Xavier mengemudi mobil dengan tenang. Lelaki itu sudah merencanakan hendak tidur di hotel sambil membuat malam romantis dengan sang istri, tetapi ada barang penting yang harus dibawa besok ke perusahaan dari kediaman milik keluarganya. "Sayang, aku mengantuk. Aku tidur sebentar ya," ucap Gaia pelan.Xavier tersenyum, mendengar perkataan sang istri lalu menganggukkan kepala. "Tentu sayang. Tidurlah, nanti aku bangunkan kalau sudah sampai.""Janji ya? Bangunkan aku, jangan sampai kamu malah menunggu terbangun sendiri." Gaia mengucek matanya, matanya mulai mengantuk.Lelaki itu terkekeh mendengar ucapan sang istri lalu kembali menganggukkan kepala. "Janji, sayang. Tidur yang nyenyak." Sebelum tertidur wanita itu memamerkan senyuman pada sang suami lalu perlahan mulai berkalana di alam mimpi. Melihat Gaia sudah terlelap begitu tenang, membuat Xavier tidak tahan untuk mengulas lengkungan di bibir. "Sepertinya namamu harus diganti jadi puter

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 8

    Mata Xavier menyala tajam, menatap Gaia dengan amarah yang membara. Tinju kembali melayang ke arah Leonard dan dengan cekatan menangkis serangan itu. Keduanya bergulat, tubuh mereka saling bertabrakan sangat keras. Usia mereka berbeda beberapa tahun, namun kekuatan seperti setara. Gaia mengigit bibir, matanya terbelalak melihat adegan di depan mata. Xavier, yang melihat istrinya terkejut tidak menghentikan aksinya, bahkan tidak menghiraukan jeritan para wanita di sini. "Sayang, berhenti." Gaia, suaranya bergetar. Merasa sang suami tidak mengindahkan teriakannyan, Gaia memberanikan diri mendekat lalu memeluk Xavier. Leonard yang hendak melayangkan tinjuan segera menghentikan aksi tersebut, begitu pula pasangan perempuan ini. "Dengarkan aku. Jangan percaya omongan orang lain tentangku. Cuma penilaianmu dan pertanyaan langsungmu yang benar-benar penting!" "Apa kamu akan menelan mentah-mentah ucapan itu," teriak Gaia dengan suara bergetar. Leonard mengusap sudut bibir yang berdarah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 9

    Keadaan di ruangan itu sangat hening dan tegang. Semua orang terdiam, terpaku pada situasi yang tak menentu. Li, yang tak tahan dengan kediaman mereka, menghela napas kasar. Ia segera melangkah dan mendaratkan bokong di sofa."Atur emosimu, Vier" suaranya sedikit meninggi, penuh kekesalan. "Jangan seperti ini lagi. Emang gak malu diperhatikan orang lain?""Rumah tanggamu menjadi konsumsi publih, iya kalau hal bagus. Ini malah ...." Lelaki ini tidak melanjutkan perkataannya lagi, dia berdecak dan menatap puteranya dengan pandangan dingin, membuat Xavier hanya berwajah datar. Ia memalingkan muka mendengar ucapan sang Ayah, sedangkan Gaia mengigit bibir dengan tangan memilin-milin pakaian. "Apa kamu gak mau menjelaskan keadaan, Gaia?" tanya Li. Gaia tersentak mendengar pertanyaan Ayah mertuanya, mendapat sang istri yang terkejut. Xavier mendekat dan menyentuh lengan wanita itu, membuat perempuan ini menoleh dan mengulas senyum ke arah kekasihnya. "Ayo jelaskan, aku menunggu lho,"

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 10

    Lelaki itu tidak melajukan perkataannya karena Gaia langsung membekam mulut Leonard, Xavier yang mengintip mengerutkan kening. Suami perempuan tersebut mengepalkan tangan melihat reaksi sang istri, ia memilih pergi dari sana dari pada semakin panas melihat adegan lain.“Sebenarnya apa sih yang mereka bicarakan!” geram Xavier.Xavier mukul dinding kasar dengan sekuat tenaga dan melakukan beberapa kali membuat tangan memerah. Senyuman langsung terukir di bibir melihat hal ini, pria tersebut dengan bahagia melangkahkan kaki menuju bilik mandi. ”Aku bakal mandi air dingin, biar istriku lebih memperhatikanku. Beraninya dia mencuri perhatian istriku, awas aja nanti bakal aku balas,” ucapnya pelan.Pria tersebut sedikit memekik karena merasakan hawa dingin yang menusuk kulit, ia berusaha bertahan beberapa lama berendam air dingin. Sedangkan di ruang tengah Leonard menghela napas mendengar perkataan Gaia.”Udah selesai, ayo aku antar kamu ke kamar tamu,” ajak Gaia.Leonard menganggukkan kepa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 11

    Istri lelaki itu segera menggerakkan kepalanya menggeleng, mata perempuan tersebut berkaca-kaca. Tatapan sang suami bagai laser sampai menembus hati. Suara Xavier terdengah lemah, tetapi tidak bisa menyembunyikan amarah yang tersulut."Sayang, ini..."Dia menghela napas lalu menundukkan kepala, tak sanggup membalas tatapan mata sang suami. Air mulai berjatuhan dan meluncur bebas dari pipi Gaia. Bibir bergetar tetapi ia berusaha menyembunyikkan isakan, ingin membantah tetapi kata seakan terjebak di tenggorokan.Melihat reaksi demikian Xavier memijat pangkal hidung yang kepala terasa semakin pening. Ia bahkan menghela napas berkali-kali, berusaha menahan gejolak amarah, dia tau sang istri bukan tipe perempuan seperti itu.”Aku tau, aku tau. Kamu gak akan sengaja melakukan itu, cuma ... aku cuma gak mau berbagi, apalagi lelaki lain melihat penampilanmu yang begini,” lontar lelaki itu.“Aku tau kamu panik, sudah jangan menangis. Maaf tadi aku memarahimu,” lanjutnya.Suara lelaki itu perla

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 12

    Selesai berkata demikian, Leonard memilih memasuki kamar mandi, ia menggeram kesakitan kala air dingin membasahi tubuh. Luka dan memar terasa berdenyut nyeri, dia memejamkan mata lalu mengusap wajah dengan kasar. "Sialan!" makinya. "Aku harus merebut hati, Gaia. Dia pasti tertekan mendapatkan keluarga suami yang begini," lanjut lelaki itu. Sementara di ruangan lain, Xavier telah terlelap pulas setelah menelan obat. Gaia membingkai senyum lembut, mengamati setiap inci wajah sang suami yang tertidur begitu damai. "Tidurlah yang nyenyak, suamiku," bisik perempuan tersebut. "Aku harus mengerjakan sesuatu dulu, baru nanti ikut tidur di sisimu," lanjutnya. Dia mendaratkan kecupan di kening Xavier lalu segera beranjak dari tempat tidur.Bergegas mengambil laptop lalu duduk di kursi dan menaruh benda untuk bekerja di meja. Segera membuka dan jari mulai menari di atas keyboard, tatapan mata sangat tajam memandang fokus ke l

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16

Bab terbaru

  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 49 [PART B]

    Xavier segera mengantarkan Gaia dan mertuanya ke kediaman, sesampai di sana lelaki tersebut membantu Arka masuk ke dalam rumah. Kini semua telah berada di ruang tengah, pria ini memandang sang istri, paham akan tatapan kekasihnya ia lekas pamit dan mengajak putra arka ke kamar."Aku menunggu penjelasanmu, aku gak akan menuduh kamu langsung," lontar Xavier kala memasuki kamar.Gaia mendengar hal ini hanya tersenyum, ia mengunci pintu dan meraih lengan sang suami agar ikut duduk di ranjang. "Dia membantu Papaku, dia yang membawa Papaku ke rumah sakit," terang Gaia."Gak perlu memikirkan hal gak perlu, dia punya tunangan dan sebentar lagi menikah. Gak mungkin aku menjadi perusak hubungan orang laian, apalagi aku pernah merasakan hal tersebut, aku sangat paham sak ...."Ucapannya terhenti kala sang suami langsung menariknya dalam dekapan, membuat ia sangat terkejut sampai melotot. "Udah jangan dijelaskan, aku paham. Aku minta maaf karena belum bisa melindungimu sepenuhnya, tapi aku bers

  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 49 [PART A]

    Xavier yang ada dibelakang Bai Lisha langsung mengerutkan dahi, ia menatap ke depan dan menangkap sang istri tengah memandangnya. "Menduakan?" Lelaki ini mengulangi perkataan Lisha dengan nada santai, wanita itu langsung mengangguk sebagai jawaban. "Kamu ini, masih saja berusaha mencari keributan," gerutu Gaia. Dia mendengkus pelan lalu menatap malas Bai Lisha dan kembali memandang sang suami. Tangannya melipat dada dan memiringkan kepala, tanpa pandangan lepas dari Xavier. "Jangan mengelak kamu! Bukti sudah jelas di depan mata," sungut Lisha dengan nada tinggi. Mendengar suara Lisha, beberapa orang di rumah sakit menoleh. Perawat yang ada di sini mendekat dan menegur wanita bermarga Bai tersebut. Sedangkan Xavier melangkah mendekat dan meraih pinggang istrinya membuat jarak di antara mereka terkikis. “Bagaimana bisa istriku mendua, sementara dia selalu jatuh ke pelukanku setiap malam?” bisiknya dengan nada menggoda.Pipi Gaia langsung memerah. Ia mencoba melepaskan diri, tapi

  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 48 [PART B]

    Mata Mona melebar mendengar perkataan Jiang Lie, wanita itu langsung memotong perkataan bawahan sang suami. "Rumah sakit mana? Cepat katakan!" pekik wanita itu. Gaia yang mendengar ucapan sang Ibu langsung memandang wanita tersebut, Jiang Lie yang terkejut dengan teriakan istri atasannya sampai lupa hendak mengatakan apa tadi. Dia lekas menjawab pertanyaan Mona dan setelah itu secara sepihak perempuan ini mematikan sambungan telepon. "Ayo ke rumah sakit! Papamu masuk rumah sakit," ajak Mona. "Apa yang dilakukan lelaki itu, kenapa bisa sampai ke rumah sakit!" ucapnya dengan nada frustasi dan khawatir. Dengan gerakkan cepat wanita itu langsung meraih lengan sang putri dan menariknya. Kedua perempuan tersebut terlihat begitu terkejut tambah panik. "Ayo cepat ke rumah sakit ...." perintah Mona saat memasuki kendaraan. Sepanjang perjalanan, Mona terus-menerus menggigit bibir, ekspresinya menunjukkan kegelisahan yang dalam. Tangan mengepal kuat dipangkuan. sementara mata dia seseka

  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 48 [PART A]

    Waktu berputar begitu cepat, Xavier masih sibuk di perusahaan. Membaca dan menandatangani lalu bertemu beberapa orang membuat kesepakatan. "Apa sudah dapat?" tanya lelaki itu tidak sabaran. Ia memandang asistennya penuh harapan, membuat sang empu menunduk lalu menghembuskan napas. "Mereka menginginkan saham sebagai gantinya, Tuan," balas lelaki tersebut. Mata Xavier membelalak, ia mengepalkan tangan dan membuang wajah. "Lupakan saja, Tuan. Jangan cuma karena keegoisan Nyonya, Tuan memberikan beberapa persen saham pada mereka," tutur sang bawahan.Xavier memejamkan mata, ia bersandar di kursi dan mengibaskan tangan memerintah sang asisten untuk pergi. Suara notifikasi chat masuk, dia segera meraih benda pipihnya. [Sayang, aku lagi perawatan. Biar terlihat cantik dan segar,] [Sand photo] [Lihat, istrimu sangat mempesona bukan. 😁] Senyuman terlukis di bibir Xavier kala melihat pesan dari kekasihnya. Ia memandangi photo Gaia yang sedang menikmati pijatan sambil memejamkan mata.

  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 47 [PART B]

    Senyuman masih melekat di bibir Gaia, ia langsung melingkarkan tangan di leher sang suami. Mata mereka saling memandang dan menyelami, lalu berjinjit agar bisa berbisik di telinga Xavier. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, bodoh. Kamu gak perlu takut, kecuali kamu memang mempunyai kesalahan," lontarnya pelan di dekat telinga Xavier. Xavier menghela napas, menatap wajah istrinya yang begitu tenang seakan tak terjadi apa-apa. Ia memeluk erat pinggang sang istri, membuat keduanya tak ada jarak sedikitpun. Mengecup puncak kepala Gaia dengan penuh rasa sayang.“Aku tidak suka, kalau kamu mengambil risiko seperti itu,” gumamnya pelan.Gaia mengangguk dalam pelukannya. “Aku mengerti. Aku janji, aku tidak akan mengatakannya lagi.”Xavier sedikit tenang mendengar janji istrinya, tapi ada hal lain yang mengganggunya. “Sekarang soal acara Tuan Arka… maaf aku gak bisa mengajakmu pergi,” tutur lelaki itu dengan nada lemah. Gaia melepaskan pelukan dan menatap Xavier dengan mata penuh tekad.

  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 47 [PART A]

    Mendengar perkataan Jian-Long, Gaia langsung mengalihkan tatapannya pada lelaki itu. Sedangkan Xavier menggenggam jemari sang istri, seolah dari genggaman tersebut menyalurkan kekuatan. Senyuman masih terulas di bibir, suami perempuan ini bahkan terkejut dengan aksi pasangan hidup dia. "Batasan?" Gaia mengulang kata itu sambil menatap sang ayah mertua. "Sejak awal, siapa yang lebih dulu melewati batas? Aku hanya membela diri dan menuntut keadilan. Aku sudah lama terus diam, tapi mereka selalu menginjak-injak aku, gak menghargai aku. Ayah kamu tau itu,"Xinxin mendengus marah, ia masih berusaha merampas handphone Gaia. "Hapus rekaman itu sekarang juga, Gaia!"Gaia menggeleng pelan, masih dengan senyum tenang. "Tidak semudah itu. Aku hanya ingin memastikan kamu dan Mama menepati janji, itu saja apa susahnya."Silvana mengepalkan tangannya erat, napasnya memburu karena amarah yang ditahan. "Jangan macam-macam, Gaia. Aku tidak akan membiarkanmu mempermalukan keluarga ini!""Justru aku ya

  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 46 [PART B]

    Istri Xavier tersenyum tipis kala mendengar perkataan sang mertua, sedangkan Jian-Long memandang heran menantu dan kekasihnya. "Kalau terbukti palsu aku bakal berpisah dengan Xavier," ucap wanita tersebut. Mata Xavier membulat sempurna mendengar perkataan sang istri, dia langsung menarik Gaia membuat wanita itu menabrak tubuhnya. "Sayang! Apa-apaan kamu, jangan main-main! Tarik ucapanmu kembali," seru lelaki itu dengan nada tajam. Sedangkan Xinxin dan Silvana menyeringai mendengar perkataan wanita tersebut, dan Gaia ia sedikit terkejut dengan tarikan sang suami. "Kenapa kamu diam aja, tarik ucapanmu! Pernikahan kita jangan dipakai taruhan," kata Xavier sekali lagi. Tatapannya begitu menghunus memandang sang istri, sedangkan Gaia ia tersenyum kecil. Perempuan ini mengelus lembut punggung tangan lelakinya dengan penuh kasih sayang. "Kamu tenang aja, percaya sama aku," tutur Gaia tenang. Setelah berkata demikian, wanita itu kembali memandang dua perempuan yang terus mengincarnya.

  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 46 [PART A]

    Wanita itu masih terdiam tidak menlanjutkan perkataannya, ia bahkan mengigit bibir bawah, seolah ragu untuk melajukannya."Karena apa? hah!" desak sang ayah mertua dengan nada mencemooh. "Jangan bilang kamu pernah memilikinya, ah bukan, melihatnya, melihatnya dari mana coba. Dari mimpi!" sindir lelaki tersebut dengan tajam. Xinxin menyeringai mengetahui jika sang ayah terlihat agak membenci Gaia, sedangkan istri Xavier menghela napas berusaha tenang."Terserah apa yang kalian pikirkan, aku hanya menekankan kalung ini asli . Kalau tidak percaya kalian bisa ke ahlinya," seru Gaia. "Kalau gitu aku bakal menelepon untuk meminta dia datang menilai," balas Silvana. Gaia hanya mengedikkan bahu, sedangkan Xavier memandang istrinya lalu menghela napas. "Apa perlu? Kalung itu bahkan aku sempat berebutan dengan Tuan Atha, dia juga bilang kalau ini asli," tutur Xavier. Mendengar nama Atha dengan kedua kalinya, Jian-Long mengerutkan dahi ia memandang putranya dengan heran. "Tuan Atha, siapa?

  • Gadis Kampung Itu, Istriku!   BAB 45 [PART B]

    Suara Jian-Long begitu nyaring membuat Gaia langsung menghentikan langkahnya, ia menoleh memandang mereka mereka. Sedangkan Xinxin berdecak kesal dan memalingkan wajah."Kenapa kamu membeli barang sampah ini! kenapa gak mendapatkan barang yang kita inginkan, kamu sangat bodoh!" maki lelaki itu."Ini pasti permintaan istrimu kan, kamu gak mungkin melanggar janjimu untuk mendapatkan barang untuk hadiah putri Tuan Arka," seru Silvana."Ya, pasti ini suruhan dia, kamu sangat bodoh Kak!" omel Xinxin.Mendengar ia dimaki sang adik, lelaki itu langsung menatap tajam perempuan yang umur dibawahnya. "Kalian gak perlu khawatir, kalung ini asli," jelas Gaia.Semua langsung memandang Gaia, mereka mendelik mendengar perkataan istri Xavier."Kenapa kamu membuat ulah, sudah Ayah bilang jangan membuat masalah! sekarang gimana kita memberikan hadiah buat putri Tuan Arka," geram Li Jian-Long."Kamu begitu mengecewakanku, Gaia!" tekan pria tersebut, ia masih menatap tajam Gaia membuat wanita ini menghe

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status