Share

Pengantin Pengganti Untuk Cucu Tuan Besar
Pengantin Pengganti Untuk Cucu Tuan Besar
Author: Kiky Mungil

Bab 1

“Tuan Muda memanggilmu.” 

Suara berat dengan nadanya yang rendah tiba-tiba saja berbunyi di balik punggungnya. Mala terkejut dan menoleh dan melihat ada asisten pribadi Adris, Kelon, di sana. 

Di bawah guyuran hujan yang sama, pria dengan ekspresi datar dan tatapan tanpa emosi itu kini berdiri di belakangnya dengan sebuah payung, tapi tidak memayungi Mala, tidak pula membawakan payung.

“Tuan Muda sudah kembali dari perjalanan dinas?” tanya Mala seraya mengusap wajahnya dari air hujan. 

“Menurutmu?” Suara Kelon yang datar cukup menjawab pertanyaan retoris Mala.

Mala mengangguk. “Saya ganti pakaian dulu.”

“Lima menit.” kata Kelon sebelum pria itu memutar tubuhnya dan meninggalkan Mala. 

Huh, memangnya apa yang Mala harapkan dari orang-orang yang ada di mansion besar ini? Selain cacian, makian dan kekerasan hingga lebam-lebam menghiasi tubuhnya, Mala tidak mampu berharap lebih.

Tepat lima menit kemudian, Mala sudah tiba di depan pintu kamar Adris, suaminya, yang juga merupakan tuan muda di keluarga itu. 

Rambutnya yang panjang sebahu dan masih setengah basah dibiarkan tergerai karena dia tidak punya waktu yang cukup untuk mengeringkan rambut. Kaos basahnya sudah berganti dengan seragam pelayan.

Adris sudah menunggu Mala di dalam sana, duduk pada kursi kerjanya yang berada di sudut kamar tidur yang besar itu. Matanya dingin menatap Mala yang melangkah masuk ke dalam kamarnya.

“Tuan memanggil saya?” Mala bertanya dengan hati-hati.

“Berapa yang kamu minta dari kakekku hari ini?” Pertanyaan Adris langsung mengundang kerutan pada kening Mala.

“Maaf, Tuan?”

“Jangan berpura-pura polos.” ujar Adris dengan nada datarnya. “Kamu baru saja keluar dari ruang kerjanya kan?” Adris melemparkan tablet di atas meja kerja. 

Pada layar benda pipih itu, terlihat rekaman dari CCTV dimana Mala yang masuk ke dalam ruangan Tuan Besar dengan membawa sebuah amplop coklat, dan keluar dari ruangan itu lima menit kemudian tanpa membawa apa-apa.

“Kamu pikir aku tidak tau kalau kamu dibayar oleh Kakekku untuk menggantikan posisi Patricia sebagai pengantinku? Dan kali ini kamu pasti meminta tambahan bayaran.” tuduh Adris.

“Dibayar?” Mala semakin bingung. 

Karena yang otaknya ingat adalah saat itu dia dipaksa dan diancam hingga dirinya tidak mempunyai pilihan lain selain menerima paksaan Tuan Besar untuk menjadi pengantin pengganti..

“Kamu jangan berpura-pura bodoh.” 

Adris berdiri, tubuhnya yang tinggi itu bergerak mendekati Mala dengan sorot matanya yang tajam mengintimidasi. 

Mala secara insting melindungi diri, kakinya bergerak mundur selangkah demi selangkah hingga punggungnya menyentuh dinding yang dingin. 

Adris memang tampan dan membuat perempuan mana pun bisa langsung jatuh hati hanya dari parasnya, tapi Mala justru sebaliknya, dia merasa takut pada suami kontraknya itu. 

Tubuh Mala yang kecil bisa langsung remuk jika Adris melakukan tindakan kekerasan seperti yang dilakukan para pelayan yang ada di mansion itu.

“Kamu pasti tidak begitu saja menerima permintaan Kakek untuk menjadi pengantinku. Jawab!” Adris berdiri tiga langkah di depan Mala. 

Atmosfer disekitarnya mendadak berat hingga rasanya sesak..

“Sa-saya memang menerima persyaratan itu, tapi bu-bukan karena saya dibayar.”

“Oh ya?” Tatapan dingin itu pun berubah jadi tatapan dengan sorot yang penuh dengan kebencian. 

“Lantas, apa karena kamu mempunyai hubungan dengan Kakekku?”

“Apa?!” Kedua mata Mala sampai membelalak tak percaya.

“Apa aku salah? Kamu menolak menandatangani surat cerai yang kuberikan, karena jika kita bercerai, maka kamu tidak lagi bisa menutupi hubungan terlarangmu dengan Kakekku. Dan kamu tidak akan bisa memeras kakekku lagi.” Tatapan mencela dilemparkannya kepada Mala.

Mala menggigit bibir bagian dalamnya, menahan sekuat tenaga segala emosi yang berkecamuk dalam dadanya. 

Dihina dan dicaci sebagai yatim piatu yang hidup miskin bisa dia terima. Tapi dituduh sebagai perempuan yang tidak mempunyai harga diri, itu sudah sangat keterlaluan!

“Apakah karena saya seorang pelayan dan seorang yatim piatu jadi Tuan Muda menilai saya serendah itu?” Nada terluka begitu terasa dalam setiap kata yang terucap. 

Tapi sepertinya hati Adris terlalu beku untuk menarik kembali tuduhannya. 

Alih-alih menyesali tuduhannya, Adris malah semakin menusuk Mala dengan tatapannya yang seruncing anak panah yang panas.

“Kamu menerima kartu dari Kakek dengan limitnya yang tidak terbatas. Kamu pikir aku tidak tahu?” Nada tuduhan itu semakin membuat dada Mala sesak dan sakit luar biasa.

Mala mengatupkan bibirnya. Mala tentu ingat, satu hari setelah resepsi, selain melemparkan surat kontrak yang berisi aturan dan ancaman untuk Mala patuhi selama menjalani perannya sebagai istri kontrak untuk cucu Tuan Besar, dia juga diberikan black card dengan limitnya yang tak terbatas sebagai fasilitas menjalani perannya untuk meyakinkan media.

Kartu yang sampai detik ini tidak pernah Mala gunakan.

“Perlu bukti apa lagi untuk membuktikan kalau kamu memang serendah itu?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status