Karena permasalahan politik yang dihadapi ayahnya, Xue Ningyan sebagai anak pertama diharuskan untuk menikah dengan Tuan Muda Ke-empat, Shen Qi dari Kediaman Menteri Keuangan untuk mendapatkan kepercayaan tuan menteri. Di sisi lain, rupanya kekasihnya, Gu Shiyi akan menikah dengan adiknya, Xue Fengzhi. Xue Ningyan terpaksa menerima perjodohannya dengan Tuan Muda Ke-empat Shen dan berambisi untuk menjadi wanita yang mandiri di usia muda. Namun, hidup di Kediaman Menteri Keuangan tidak semudah yang Ningyan bayangkan. Dia harus bersaing dengan istri-istri dari ketiga tuan muda yang lain. Selain itu, Ningyan harus menghadapi keegoisan suaminya dan berbagai masalah rumah tangga lainnya. Setelah melepaskan diri dari Keluarga Xue yang bagai belenggu, apakah Ningyan tetap bisa menjalani hidup meski tanpa sadar telah memasuki rumah dengan perangkap penuh duri ini? ig. @chloeevelynverland
ดูเพิ่มเติมSaat matahari sudah keluar dari tempat persembunyiannya, Xue Ningyan sudah duduk di depan meja rias sambil dibantu Xiao Ci mempersiapkan diri. Ada banyak hal yang ingin Xue Ningyan lakukan pagi ini. Tapi dia dengar Shen Qi sudah memberi perintah agar jangan ada yang mengganggunya di ruang kerja. Padahal tujuan utama Xue Ningyan bangun begitu pagi adalah ingin bertemu Shen Qi dan membicarakan beberapa hal dengannya. Ia menatap Xiao Ci yang berdiri di belakangnya melalui cermin, lalu memanggilnya, “Xiao Ci.” “Ya, Nyonya Muda?” “Kudengar semalam kau dan Tang Yan dipanggil untuk menghadap Tuan Muda. Apakah itu benar?” Xiao Ci tidak langsung menjawab, kedua tangannya sibuk menata rambut Xue Ningyan dan menyanggulnya di atas kepala dengan rapi. Suasana kembali senyap karena Xue Ningyan tak mengucapkan apa pun lagi seolah sengaja menunggu Xiao Ci menjawabnya. “Benar …, Nyonya Muda,” jawab Xiao Ci pada akhirnya. “Apa yang kalian bicarakan?” Xiao Ci kembali berlama-lama saat menjawab
Xiao Ci masuk ke kamar Xue Ningyan sambil membawa semangkuk obat. “Nyonya Muda, Anda harus minum obat dulu sebelum beranjak tidur.”“Xiao Ci. Sudah berapa lama aku tidak minum obat lagi?” Xiao Ci terdiam sejenak sambil berpikir, “Sepertinya sudah lama sejak sebelum Tuan Muda pergi ….” “Selama itu, apa kau merasa kondisi tubuhku sudah membaik?” “Saya bahkan sampai lupa kalau dulu Nyonya Muda hampir tidak bisa hidup tanpa obat.” Xiao Ci menjawab pelan. Xue Ningyan mengulas senyum tipis, “Tapi pada akhirnya, kan. Aku tetap wanita yang bertubuh lemah.”“Apakah Anda ingin saya memanggilkan tabib?” “Tidak perlu. Aku sudah memeriksakan diri bulan lalu. Hasilnya sama saja, kok.” “Tapi bulan lalu kan, Anda masih sangat sehat, tidak seperti sekarang.” Xue Ningyan menggeleng, “Aku hanya sudah tiba di titik terlemahku saja, Xiao Ci. Nanti juga akan baik-baik saja.” Xiao Ci menghela napas pendek, “Kalau begitu, saya permisi dulu.” Krieet …! Xiao Ci menghentikan langkahnya saat melihat Sh
Zhong Li menepati janjinya setelah mengantar Shen Qi ke kamar dan menitipkannya pada Kepala Pelayan. Sedangkan Xue Ningyan sudah menunggu di tempat pertemuan sejak satu jam yang lalu. “Saya merasa bersalah karena membuat Anda menunggu selama ini, Nyonya Muda,” itulah kalimat yang pertama kali dikatakan Zhong Li saat menemuinya. Xue Ningyan tersenyum tipis tanpa ekspresi, “Aku ingin tahu kenapa suamiku jadi seperti itu, tentu saja harus sedikit bersabar.” Saat baru datang, Xue Ningyan sangat mengharapkan pertemuan dengannya. Ia ingin memeluknya dan tersenyum padanya lagi. Tapi begitu melihat dan merasakan seperti apa pandangan Shen Qi saat menatapnya begitu ia turun dari gerbong, suasana hati Xue Ningyan menjadi tidak karuan. Ia tahu ada sesuatu yang besar telah terjadi pada Shen Qi sepanjang pergi ke tempat yang jauh selama satu bulan ini. “Aku sudah menyiapkan hatiku untuk mendengar penjelasanmu, Zhong Li. Bisakah kau cepat-cepat jelaskan?” Zhong Li mengangguk ragu. “Tuan Mud
Kediaman Tuan Muda Keempat. Atas saran Tuan Putri Yinyue, Xue Ningyan memeriksakan dirinya kepada tabib kediaman. Ia merasa akan ada hal yang baik dari pemeriksaan ini. “Aku sudah tidak datang bulan sejak bulan lalu.” Tabib itu awalnya tertawa, “Tapi, Nyonya Muda. Bukankah ini terlalu cepat untuk memikirkan bahwa Anda sedang hamil? Memangnya sudah berapa kali Anda melakukan ‘itu’ dengan Tuan Muda?” Xue Ningyan terdiam dengan wajah malu-malu, “Apakah aku juga harus menjawab pertanyaan yang sangat rahasia itu?”“Tentu saja, supaya saya juga tidak terlanjur memberikan harapan yang kosong pada Nyonya Muda. Bagaimana pun ini masih terlalu awal. Usia pernikahan Anda saja baru empat bulan, tidak mungkin Anda melakukan ‘itu’ setiap malam sampai-sampai bisa hamil secepat itu, kan?” “Aku pikir sudah lebih dari tiga kali kami melakukannya ….” Xue Ningyan mencoba berpikir dan menghitung lebih akuran. Tabib itu terdiam dengan raut tak percaya.“Kenapa? Kau mau bilang itu tetap tidak mungkin
Dua hari setelahnya, Zhong Li membuka mata. Cahaya lembut matahari senja mulai beradaptasi dengan matanya.“Komandan Zhong Li, Anda sudah bangun?” seorang pria tua menyapanya. “Tuan Muda …, Tuan Muda! Bagaimana dengan Tuan Muda?” Zhong Li yang sudah tahu bahwa dirinya diselamatkan oleh orang dari markas cabang Xinan setelah nyaris mati karena bertarung habis-habisan di lereng gunung itu, segera menanyakan kabar Shen Qi yang terakhir kali jatuh ke jurang. Pria tua itu saling tatap dengan rekan yang lain—yang berusia lebih muda. Pria yang lebih muda menjawab dengan suara penuh penyesalan, “Senior Zhong Li, Anda sudah tidur selama dua hari. Sementara kami baru saja menemukan Tuan Muda pagi ini.”“Beliau tidak memiliki luka luar yang parah. Tapi, beliau …, beliau sedikit aneh, karena tidak ingat kenapa bisa berada di jurang, dan kenapa bisa berada di Xinan. Seolah-olah hal yang baru saja menimpanya itu tidak pernah terjadi, beliau juga mengaku baru berusia dua puluh tahun.”Pria tua di
Wilayah Xinan. Musim gugur datang lebih awal di Xinan karena cuacanya yang lebih sejuk dari wilayah-wilayah lain. Kaki-kaki kuda berlari seolah tidak menapak tanah, menunjukkan bahwa kuda itu berlari sangat kencang. Shen Qi menghentikan kudanya di tepi tebing ke enam. Sudah separuh perjalanan ia lalui di Xinan yang dingin dan terjal ini. Ia turun dari kuda dan duduk bersandar pada batang pohon yang telah hampir lapuk. Uhuk! Darah menyembur keluar dari mulutnya. Zhong Li yang baru berhenti langsung mendekatinya dan menyodorkan air minum. “Lebih baik kita beristirahat di sini, Tuan Muda. Anda sudah tidak bisa berkendara lebih jauh lagi.” Zhong Li memberi saran yang sama ke sekian kali. “Baiklah, keluarkan perbekalan terakhir kita.” Shen Qi menyeka ujung bibir dengan kasar. Ia mendongak, menatap matahari yang tertutup awan gelap. Xinan sungguh memiliki cuaca yang buruk. Beberapa jam yang lalu saat masih mendaki gunung terjal, hujan deras datang disertai guntur dan petir. Kuda y
“Ada keperluan apa Anda berdua mengunjungi Kediaman Tuan Muda Keempat, Tuan Putri?” tanya Xue Ningyan tanpa mengurangi kesopanannya. Sepasang pengantin baru itu saling menatap, lalu Tuan Muda Kelima membantu memberikan jawabannya. “Awalnya kami datang untuk berterima kasih pada Kakak Keempat. Tapi baru saja kami mendengar dari Kepala Pelayan bahwa beliau baru saja berangkat untuk melaksanakan tugas dari Yang Mulia Pangeran Pertama.” “Karena terlanjur datang, jadi saya dengan lancang meminta bertemu dengan Kakak Ipar saja. Apakah Kakak Ipar bersedia meluangkan waktu sebentar untuk minum teh dan berbincang dengan kami?” ‘Dia sopan sekali …,’ Xue Ningyan bergumam dalam hati. Selama tinggal di sini, dia memang belum pernah bertemu dengan kakak dan adik Shen Qi secara langsung kecuali saat menghadiri acara resmi seperti perjamuan atau pesta pernikahan. Dia bahkan juga tidak pernah menyapa mereka dengan benar. Tapi begitu berhadapan dengan satu-satunya adik laki-laki Shen Qi seperti i
Saat mendengar kicauan burung pagi dan merasakan kehangatan cahaya matahari, Xue Ningyan membuka matanya yang masih terasa berat. Ia beringsut duduk dari posisi tidurnya. Matanya mengerjap perlahan, menoleh ke sisi kiri tempat tidurnya yang kosong. “Apakah Tuan Muda sudah lebih dulu pergi ke meja makan?” ia bertanya dalam hati. “Selamat pagi, Nyonya Muda.” Xiao Ci berjalan memasuki kamar membawa wadah air untuk mencuci muka. “Ah, selamat pagi. Apakah kau melihat Tuan Muda saat melewati ruang makan?” Xiao Ci tidak langsung menjawab, ia terus berjalan dan meletakkan baskom itu di atas meja. “Silakan Nyonya Muda mencuci wajah terlebih dahulu sebelum sarapan.” Xue Ningyan terdiam dan hanya menuruti kalimatnya saja. Setelah Xue Ningyan mencuci wajahnya, ekspresi wajah Xiao Ci yang sebelumnya masih cukup santai berubah menjadi sedikit tegang. Ketika mata Xue Ningyan menatapnya, Xiao Ci langsung tersenyum dan berkata, “Kata Kepala Pelayan, Tuan Muda sudah berangkat ke
Sepanjang hari sebelum berangkat, Shen Qi tidak sekali pun meninggalkan Xue Ningyan. Dan selalu melakukan berbagai hal bersamanya. Sehari sebelum keberangkatan, ia duduk di paviliun bersama Xue Ningyan sambil mengajarinya bermain Qin. “Aku dulu pernah menjadi guru musik Yang Mulia Pangeran Pertama,” sekarang Shen Qi juga tertarik membicarakan banyak hal tentang masa lalunya. “Tuan Muda kelihatannya dekat sekali dengan Yang Mulia Pangeran Pertama, ya,” jawab Xue Ningyan. “Di luar perintah Baginda untuk menjadi teman bermainnya saat kecil dulu, kami sebenarnya tidak sedekat itu. Hanya saling memanfaatkan saja.” Xue Ningyan terdiam mendengar jawaban Shen Qi. Sepertinya hubungan setiap pejabat dengan Keluarga Kekaisaran tidak pernah benar-benar tulus dari hati. Semuanya demi uang atau kekuasaan, kehormatan, jabatan dan hal-hal duniawi lainnya. Meski begitu, masih ada sedikit rasa kecewa karena suaminya tak ada bedanya dengan pejabat-pejabat lain yang sudah seperti itu. “Tapi yang k
"Ayah, apakah aku harus benar-benar menikah dengan paksaan seperti ini?” Xue Ningyan menunduk dengan tangan mengepal. Suasana suram dengan suara deras air hujan di luar mewarnai ketegangan di dalam Kediaman Xue yang sedang membahas pernikahan politik yang direncanakan sang Ayah untuk Ningyan. Menteri Xue meletakkan cangkirnya dengan sedikit tenaga, "Kau tidak boleh menolaknya, Ningyan. Ayah butuh kekuasaan Menteri Keuangan untuk memperkuat posisi Ayah di rapat Istana, serta mempercepat proses Ayah dipromosikan ke tingkat pejabat yang lebih tinggi." Memangnya benar, hanya karena itu? Semua pejabat di Ibu Kota Kekaisaran sudah tahu kalau Menteri Pekerjaan Umum terancam diturunkan jabatannya menjadi pejabat rendahan yang tidak punya tingkat. Semua itu berawal dari ketidakseimbangan yang terjadi di faksi Pangeran Kedua setelah Baginda Kaisar mengganti menteri di Kementerian Perang yang sangat berpengaruh di faksi Pangeran Pertama. Kementerian Pekerjaan Umum dikeluarkan dari faksin...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น