Di kehidupan sebelumnya, Syakia Angkola jelas-jelas adalah orang yang paling disayang dalam keluarga. Namun, sejak ayahnya membawa pulang seorang adik perempuan, dia kehilangan semua kasih sayang mereka. Dia bahkan dicap sebagai wanita licik karena bersaing dengan adiknya untuk mendapatkan perhatian. Kakak sulung Syakia memaksanya berlutut di depan umum. Kakak keduanya mematahkan tangan dan kakinya. Kakak ketiganya menyiksanya dengan kejam. Kakak keempatnya merusak wajahnya dan mencemarkan nama baiknya. Bahkan ayahnya juga mengusirnya dari rumah. Akhirnya, Syakia meninggal dengan tragis di tangan ayah dan saudara-saudaranya. Ketika membuka mata lagi, dia memilih untuk melepaskan segalanya. Dia meminta izin untuk menjadi biksuni dan memutuskan semua hubungannya dengan keluarga. Siapa sangka, saudara-saudaranya justru menyesal. Mereka bahkan berlutut dan memohon agar dia kembali ke kehidupan lamanya. Namun, Syakia hanya menggeleng pelan dan berkata, “Keluarga Angkola? Syakia Angkola? Tuan-tuan sekalian, kalian salah kenali orang.”
View MoreUntungnya, Syakia sudah mempersiapkan diri. Jika tidak, ular berbisa itu pasti sudah berhasil menggigitnya.“Kalau boleh tahu, siapa yang kasih tahu kamu informasi ini?” Ular Sembilan tertawa dan berkata dengan suara serak, “Sudah seharusnya aku menyadarkan pengkhianat seperti ini.”Syakia tentu saja tidak akan mengkhianati Kingston pada saat-saat seperti ini. Dia hanya menjawab dengan dingin, “Nyali majikan kalian terlalu kecil. Aku baru sedikit menakut-nakutinya, tapi dia sudah ceritakan semuanya. Apa aku masih harus tanya ke orang lain?”“Ckck, ucapanmu ini masuk akal juga.” Ular Sembilan mengangkat alisnya dan lanjut berujar, “Tapi, aku penasaran banget. Gimana Putri Suci menakut-nakuti Nona Ayu?”Ketika berbicara sambil tersenyum seperti ini, Ular Sembilan terlihat sangat mengintimidasi. Seolah-olah setelah bertanya jelas, dia akan membalaskan dendam Ayu. Sayangnya, Syakia sama sekali tidak takut pada intimidasinya.“Aku punya banyak cara. Kalau kamu penasaran, aku nggak keberatan
“Apa katamu?”Kahar menatap Syakia dengan tidak percaya.Syakia mengulangi kata-katanya dengan tampang dingin, “Aku bilang, nggak! Sudah dengar jelas? Aku perlu ulangi sekali lagi?""Syakia, kamu ....”Ketika Kahar lagi-lagi memanggil nama Syakia, sebuah sosok hitam tiba-tiba muncul di hadapannya. Dia pun tercengang dan secara refleks mengeluarkan belatinya untuk melindungi diri. Namun, gerakannya masih tetap terlalu lambat.Baru saja Kahar mengeluarkan belatinya, Hala sudah menepuk tangannya sehingga belati itu terjatuh ke lantai. Kemudian, tangan Hala yang satunya lagi langsung meninju wajah Kahar dengan kuat.“Bruk!” Kahar pun terjatuh ke lantai.Namun, sebelum Kahar sempat berdiri dan melakukan serangan balik, Hala sudah menendangnya sehingga dia terpental lebih jauh. Tendangan ini hampir membuat Kahar muntah darah.“Si ... siapa kamu? Beraninya kamu menyerangku! Aku ini putra Adipati Pelindung Kerajaan!”Pada saat ini, Kahar masih belum tersadar. Dia mengira dengan menyebutkan sta
Begitu mendengar hal itu, Syakia tahu bahwa Kahar ingin mencapai kesepakatan dengannya. Hanya saja, dia tidak tahu apa barang yang ditawarkan Kahar cukup bernilai atau tidak. Saat ini, Syakia masih belum tahu apa yang dibawa Kahar. Begitu melihat layang-layang di tangan Kahar, dia sontak tertawa saking marahnya.“Kamu bahkan rela mengeluarkan layang-layang yang dibuat Ibu untukmu?”Kahar menjawab dengan ekspresi datar, “Kamu tahu apa arti layang-layang ini bagiku. Jadi, aku nggak akan bicara omong kosong denganmu lagi. Bukannya kamu menginginkan semua barang milik Ibu? Sekarang, aku akan berikan layang-layang ini padamu. Tapi, kamu harus serahkan Ayu.”Syakia langsung mencibir, “Kahar, aku benar-benar nggak nyangka kamu rela berbuat begini demi Ayu. Jangan-jangan, kamu juga berencana untuk nggak mengakui ibumu demi dia?”“Aku nggak bilang aku nggak mau akui Ibu!” bantah Kahar secara langsung. “Kalau bukan karena kamu menculik Ayu, aku nggak akan keluarkan barang yang diberikan Ibu ini
Setelah kembali ke kamarnya sendiri, Kahar mengeluarkan sebuah layang-layang untuk anak kecil dari sebuah kotak kayu besar dengan hati-hati. Itu adalah layang-layang yang dibuatkan Anggreni untuknya ketika masih kecil. Namun, sejak Anggreni meninggal, dia tidak pernah mengeluarkan layang-layang ini lagi sampai hari ini. Hanya saja, Kahar melakukannya bukan demi Anggreni. “Ayu pasti disembunyikan Syakia. Untuk buat Syakia melepaskan Ayu, aku hanya bisa menukarnya dengan barang yang penting bagi Syakia.”Kahar dan yang lain sebenarnya selalu tahu dengan sangat jelas apa yang penting bagi Syakia Bagaimanapun juga, ketika Syakia pergi menjadi biksuni dulu, dia juga diam-diam membawa pergi nisan ibu mereka.Setelahnya, Syakia juga mengancam mereka semua dengan Kama untuk menyerahkan semua mahar ibu mereka. Sekarang, barang yang ditinggalkan ibu mereka di rumah ini sudah tidak banyak lagi.Layang-layang ini .... Kahar sebenarnya sangat tidak rela. Terutama begitu teringat harus menggunakan
Kingston dan Ular Sembilan bagaikan orang yang berguru dari orang yang sama. Namun, Kingston mengatakan bahwa dia hanya pernah bertemu Ular Sembilan beberapa kali. Dinilai dari cara Kingston bercerita tentang Ular Sembilan, dia juga sepertinya memang tidak mengenal Ular Sembilan.Berhubung ini hanyalah kecurigaan yang tidak begitu penting, Syakia tidak lanjut memikirkannya. Bagaimanapun juga, dia tidak dapat membuang-buang waktu lagi.Syakia kembali ke ruang giok. Berhubung Ular Sembilan akan datang cepat atau lambat, dia harus mempersiapkan sebuah “kejutan” untuk orang itu....Pada saat yang sama, di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan.“Nggak mungkin! Aku nggak percaya Ayu bisa melakukan hal seperti ini! Pasti Syakia yang memfitnah Ayu!”Setelah pulang dari makam ibunya hari itu, Abista sudah sepenuhnya kecewa terhadap ayahnya. Dia langsung memberi tahu mengenai jasad ibu mereka yang dicuri kepada kedua adiknya. Reaksi mereka sangat kuat. Sayangnya, reaksi itu tidak sesuai dengan ya
“Kamu sudah ketemu sama dia?”Syakia menggeleng. “Nggak. Dia mencuri barang yang sangat berharga bagiku. Jadi, aku lagi cari dia.”Kingston sontak mencibir, “Itu karena perintah Ayu, ‘kan? Beberapa orang itu jarang terlihat. Bahkan aku juga cuma pernah ketemu orang bernama Ular Sembilan itu beberapa kali. Yang lainnya, aku sama sekali nggak pernah ketemu mereka.”“Mereka begitu berhati-hati?” tanya Syakia dengan kening berkerut.Kingston menjawab, “Mau menemukan mereka memang sulit. Tapi, Ular Sembilan seharusnya akan segera muncul.”Syakia tertegun sejenak. “Karena Ayu ada di tanganku?”“Benar. Mereka nggak akan biarkan sesuatu terjadi sama Ayu. Jadi, kamu harus lebih hati-hati selama beberapa saat ke depan. Jangan sampai kamu duluan tiada sebelum meracik obat penawarku.”Ketika mengucapkan kata-kata itu, Kingston terlihat seperti bersenang-senang di atas penderitaan orang lain.Syakia berujar dengan acuh tak acuh, “Kalau begitu, kamu juga harus lebih hati-hati.”“Untuk apa aku hati-h
“Uhuk, uhuk .... Sebelum sempat melakukan apa-apa, aku sudah diculik. Jadi, jasadnya masih di tempat Ular Sembilan.”Dengan kata lain, Ayu menyuruh Ular Sembilan pergi mencuri jasad ibunya Syakia sehari sebelum Syakia menculik Ayu? Syakia tidak berani membayangkan siksaan seperti apa yang akan menimpa jasad ibunya jika dia tidak menyuruh Hala menculik Ayu.“Siapa itu Ular Sembilan?”“Ng ... nggak tahu. Dari aku lahir, dia dan yang lainnya sudah ada ....”‘Dia dan yang lain? Ular Sembilan ... sembilan .... Apa masih ada kelompok lain yang melindungi Ayu?’ pikir Syakia sambil mengernyit.Bahkan di bawah pengaruh racun pengakuan, Ayu juga tidak bisa mengungkapkan asal-usul orang itu. Orang itu mungkin seperti kelompok Kingston, yang mana merupakan orang-orang yang ditinggalkan Citra untuk Ayu, tetapi Citra tidak sempat memberi tahu informasi mereka kepada Ayu.Jika bukan begitu, mungkin saja ada rahasia yang lebih mendalam lagi di baliknya. Hanya saja, Syakia masih belum pernah berinterak
Setelah kembali ke ruang giok, Syakia langsung menyeret Ayu keluar dari sangkar besi.“Aah! Orang gila! Wanita jalang! Apa maumu!”Ayu sedang beristirahat dan awalnya ingin mencari kesempatan untuk melarikan diri setelah tenaganya pulih sedikit. Tak disangka, Syakia malah kembali secepat ini. Selain itu, Syakia juga bagaikan singa yang sedang mengamuk."Aku mau habisi kamu!" Syakia langsung menampar Ayu. “Kuberi kamu satu kesempatan terakhir, di mana jasad ibuku!”Ayu terbatuk sambil meronta untuk sesaat. “Ja ... jangan mimpi!”Kemudian, Ayu tersenyum bengis dan melanjutkan, “Meski kamu membunuhku sekarang, aku juga nggak akan kasih tahu kamu!”Memanfaatkan jasad ibunya Syakia adalah cara terakhir Ayu untuk melarikan diri. Jadi, dia tidak akan memberi tahu Syakia di mana jasad itu dengan mudah. Selain itu, dia juga akan membuat Syakia berlutut dan memohon padanya!“Oke. Kalau begitu, kita lanjutkan saja apa yang kita lakukan semalam.”Syakia menyeret Ayu ke lantai kedua, lalu mengikatn
“Ibu .... Aku datang terlambat. Maaf, aku bukan anak yang berbakti!”Melihat jejak yang sengaja ditutupi itu, Abista menangis dengan marah. Bahkan sebagian besar bunga anggrek yang ditanamnya bersama keempat saudaranya juga digali. Begitu melihatnya, dia yakin bahwa ada orang yang pernah menggali makam ini.Terakhir kali mereka sekeluarga datang ke tempat ini adalah pada hari peringatan kematian Anggreni, yang mana jelas-jelas belum lewat 4 bulan. Setelah melihat jejak-jejak ini, sangat jelas bahwa penggaliannya baru dilakukan akhir-akhir ini. Dengan kata lain, jasad ibu mereka dicuri dalam 4 bulan ini atau bahkan baru dalam sebulan terakhir. Jika ini benar-benar adalah perbuatan Ayu, apa alasannya berbuat begitu?Abista tiba-tiba teringat sesuatu, lalu menoleh ke arah Damar yang berdiri dengan ekspresi terkejut tidak jauh dari sana. Dia bertanya sambil menangis dan tertawa, “Ayah, apa Ayu melakukan hal ini karena aku mencambuknya waktu itu? Dia mau balas dendam padaku, makanya dia be
“Kak, makan dong! Kenapa kamu nggak makan?”Di ruang bawah tanah yang remang-remang, Syakia Angkola yang tubuhnya dipenuhi luka tergeletak di lantai dalam keadaan sekarat. Leher dan anggota tubuhnya diikat dengan rantai besi hingga dia tidak bisa melarikan diri.Di hadapan Syakia, seorang gadis yang mengenakan gaun kuning sedang memegang semangkuk makanan anjing dan menggodanya seperti menggoda seekor anjing. Gadis yang tersenyum cantik ini adalah adiknya, Ayu Angkola.Ayu berkata kepada dayang di belakangnya dengan tidak senang, “Lihat, kakakku benar-benar nggak berguna. Dia bahkan nggak bisa jadi seekor anjing yang patuh. Aku sudah menyuapinya sendiri, tapi dia malah berani menolak makan?”Dayang itu segera melangkah maju dan menendang Syakia. Syakia pun meringis kesakitan.Kemudian, dayang itu menyanjung Ayu, “Nona, jangan hiraukan dia. Anjing ini mungkin masih mengira dirinya adalah putri sah Keluarga Angkola.”Ayu mencibir, “Syakia itu putri sah dari keluarga mana? Bahkan Ayah dan...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments