Share

Bab 9

Author: Emilia Sebastian
“Nggak bisa!”

“Nggak mungkin!”

Itu hanyalah sebuah sumpah biasa. Awalnya, semua orang mengira Panji akan setuju. Tak disangka, Panji malah menolaknya. Anehnya, masih ada satu orang lagi yang juga ikut membantah.

“Ayu?” Abista menatap Ayu dengan heran.

Ekspresi Ayu langsung membeku. Setelah menyadari dirinya sudah kehilangan kendali atas sikapnya, dia buru-buru menenangkan diri dan memaksakan seulas senyum sambil berkata, “Bukan .... Umm, aku ... aku cuma merasa syarat yang diajukan Kak Syakia kurang baik. Gimana ... gimana kalau Kak Panji berubah pikiran kelak. Jadi, sebaiknya Kak Syakia pertimbangkan hal ini?”

Abista mengernyit karena merasa ucapan Ayu agak aneh. Kahar tidak menunjukkan reaksi apa pun, sedangkan Ranjana melirik Ayu dan Panji dengan ekspresi sulit ditebak. Satu-satunya orang yang sepenuhnya percaya pada kepolosan Ayu hanyalah Kama. Dia sama sekali tidak berpikir kejauhan.

“Sudahlah, Ayu. Aku tahu kamu khawatirkan Syakia. Tapi, aku merasa yang dikatakannya nggak salah.”

Kama mendengus, lalu melirik Panji dengan tatapan merendahkan. “Berhubung kamu merasa putri Keluarga Angkola nggak sepadan sama kamu, sebaiknya kita selesaikan masalah ini sampai tuntas. Bersumpahlah di hadapan ayahku dan semua tamu yang hadir. Kelak, meski Syakia minta nikah sama kamu, keluarga kami juga nggak akan mengizinkannya.”

“Kak Kama ....” Ayu merasa panik, tetapi Panji merasa jauh lebih panik darinya.

“Nggak bisa! Aku nggak akan bersumpah tentang hal seperti itu!” seru Panji sambil memelototi Syakia. Dia merasa Syakia pasti sudah menyadari perasaannya terhadap Ayu. Oleh karena itu, Syakia baru sengaja mengajukan syarat sekejam ini untuk menghalangi hubungannya dengan Ayu.

Cih! Meskipun begitu, Panji juga tidak akan membiarkan keinginan Syakia terwujud. Begitu memikirkan hal ini, keberanian yang kuat pun muncul dalam hatinya.

Panji menangkupkan tangannya lagi dan berkata pada Damar tanpa ragu, “Paman, selain batalkan pernikahan, aku masih punya permintaan lain. Harap Paman bisa mengabulkannya.”

“Permintaanmu banyak juga.”

Pada saat ini, Damar sudah mengetahui sesuatu dari reaksi Panji dan Ayu. Dia memicingkan matanya sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya tanpa berbicara.

Ike tahu bahwa kakaknya itu sudah sepenuhnya marah. Dia sangat ingin langsung menarik Panji turun dari panggung. Namun, seluruh hati Panji dipenuhi oleh Ayu. Mana mungkin dia bersedia mendengar nasihat ibunya?

Panji menepis tangan ibunya sekali lagi, lalu melanjutkan kata-katanya, “Aku mohon, Paman. Hanya ada seorang wanita yang ingin kunikahi dalam hidupku. Orang itu Ayu! Aku harap Paman setujui pembatalan pernikahanku dengan Syakia dan restui hubunganku dengan Ayu!”

Begitu mendengar ucapan Panji, ekspresi keempat putra Keluarga Angkola langsung berubah.

“Panji, bernyali sekali kamu!” seru Kama dengan marah.

Abista menegur dengan ekspresi muram, “Panji, kamu nggak bisa seenaknya menghina putri Keluarga Angkola!”

Bahkan Kahar dan Ranjana juga menunjukkan ekspresi tidak bersahabat.

Syakia merasa sikap mereka saat ini sangat menarik. Dia pun tersenyum sinis.

Kebetulan, Kama melihat Syakia yang tersenyum. Dia tidak menyangka Syakia masih bisa tersenyum di saat-saat seperti ini.

“Apa yang kamu tertawakan? Syakia, kamu itu putri Keluarga Angkola atau bukan sih? Lihat sikap tunanganmu itu. Dia sudah menindasmu sampai begini di depan umum, tapi kamu bukannya mengendalikannya!”

“Aku mana berani mengendalikannya? Kak Kama nggak dengar omongannya? Satu-satunya wanita yang mau dinikahi tunanganku itu cuma adikku yang baik. Sebenarnya, dia setia juga. Benar nggak, Ayu?” ujar Syakia sambil tersenyum. Dia sepertinya sama sekali tidak peduli dan malah terlihat terkesan.

Namun, ucapan Syakia malah membuat semua orang di lokasi berpikir ulang. Tamu-tamu yang hadir hari ini sudah sering menyaksikan intrik dalam keluarga pejabat. Hal seperti adik yang merayu kakak iparnya juga sering terjadi di ibu kota.

Jika benar-benar polos, seorang adik seharusnya menjaga jarak dengan calon kakak iparnya. Namun, semua orang dengan jelas melihat Ayu yang tidak berhenti mengobrol dengan gembira bersama Panji sebelum kedatangan Syakia.

Awalnya, orang-orang hanya menganggap Ayu dan Panji adalah saudara sepupu yang memiliki hubungan dekat. Setelah mendengar ucapan Panji dan Syakia sekarang, orang-orang mulai menatap Ayu dengan tatapan berbeda.

Ayu yang merasakan perubahan situasi pun menggertakkan gigi dengan kuat. Sialan! Kenapa wanita jalang ini menjadi begitu pintar? Dulu, Syakia sangat bodoh dan bisa dipermainkannya dengan mudah. Hari ini, wanita jalang itu jelas menjadi lebih sulit dihadapi. Apa ada orang pintar yang diam-diam memberi petunjuk pada Syakia?

Ayu menggigit bibirnya. Meskipun begitu, orang bodoh tetaplah bodoh. Selama ayah dan kakak-kakaknya membelanya, Syakia tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk membalikkan situasi.

‘Di kehidupan sebelumnya, aku benar-benar bodoh!’ maki Syakia dalam hati setelah merasakan perubahan situasi.

Di kehidupan sebelumnya, Syakia tidak dapat menerima pukulan atas Panji yang membatalkan pernikahan di depan umum. Demi memenangkan kembali hati Panji, dia pun memohon pada Panji di hadapan semua tamu. Namun, yang didapatkannya hanyalah tatapan merendahkan dari Panji.

Panji berkata, “Aku ini orang yang adil dan jujur. Aku paling nggak suka sama orang yang selalu pakai trik kotor. Kamu sudah melanggar prinsipku dan nggak layak jadi istriku!”

Setelah itu, ucapan Panji langsung membuat Syakia menjadi lelucon di ibu kota dalam waktu semalam. Sekarang, dia sudah terlahir kembali dan membuat keputusan berbeda. Setelah berhenti memaksa untuk mendapatkan barang-barang yang bukan miliknya, dia baru menyadari bahwa semuanya ternyata sesederhana ini.

Panji berseru dengan ekspresi kelam, “Syakia, cukup! Hal ini nggak ada hubungannya sama Ayu! Aku yang mau batalkan pernikahan kita. Kalau nggak senang, langsung ngomong ke aku! Tapi, kalau kamu berharap aku berubah pikiran, aku bisa kasih tahu kamu ....”

Setelah berhenti sejenak, Panji menekankan kata-katanya dengan nada yang sangat merendahkan, “Jangan mimpi!”

“Plak!” Suara tamparan yang nyaring menggema di seluruh lokasi.

Semua orang memandang Syakia yang ada di atas panggung dengan terkejut. Bahkan kakak-kakaknya juga menyaksikan semua ini dengan ekspresi tidak percaya. Semua orang tahu betapa Syakia menyukai Panji.

Sejak kecil, Syakia selalu mengikuti Panji ke mana pun Panji pergi. Impiannya adalah ingin tumbuh besar dengan cepat, lalu menikahi Panji. Sekarang, Syakia malah tega menampar Panji?

“Syakia, apa kamu sudah gila! Atas dasar apa kamu menampar putraku!” seru Ike. Dia terlebih dahulu bereaksi dan hendak menampar Syakia.

Namun, Syakia malah menahan pergelangan tangannya.

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 10

    “Yang kalian bilang benar. Aku bukan adikku. Aku nggak sebaik dia. Jadi, aku pasti akan balas dendam pada semua orang yang pernah menindas dan mempermalukanku!” ucap Syakia dengan dingin. Kemudian, dia menatap Panji dan mengucapkan kata-kata yang tidak diucapkannya di depan umum pada kehidupan lalu dan merasa menyesal setelahnya.“Panji, bukannya kamu mau batalkan pernikahan kita? Oke, aku setuju tanpa syarat apa pun. Hanya saja, mulai sekarang, aku nggak punya hubungan apa pun lagi dengan keluarga kalian!”Begitu Syakia selesai berbicara, seluruh lokasi langsung hening. Bahkan Panji juga melongo karena Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Awalnya, Panji mengira dirinya tidak akan bisa membatalkan pernikahan ini dengan lancar. Dia mengira Syakia akan menolak, lalu tidak berhenti menangis dan merengek. Sebelum datang, dia sudah memikirkan segala kemungkinan. Satu-satunya hal yang tidak diduganya adalah Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Tidak, Syakia tidak termasuk m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 11

    Abista menunjukkan ekspresi tidak setuju. Cambuk yang digunakan Keluarga Angkola bukanlah cambuk biasa, melainkan cambuk besi. Setelah 50 cambukan, bahkan pria dewasa juga paling tidak harus memulihkan diri setengah bulan, apalagi Syakia?Ayu yang berdiri di samping diam-diam merasa gembira. Dia tidak menyangka Syakia ingin mencari mati sendiri. Dia harus mencari cara agar Damar menyetujui hal ini. Selama Damar ertuju, 50 cambukan ini pasti bisa membuat Syakia sekarat. Namun, hal yang lebih mengejutkan adalah, Syakia sendiri yang berinisiatif untuk mencari mati sebelum dia sempat bertindak.“Kamu serius?” tanya Damar. Dia juga merasa terkejut karena Syakia berinisiatif minta dihukum dan juga meminta dijatuhkan hukuman seberat ini.Damar mengerutkan keningnya. Setelah teringat Syakia biasanya suka menggunakan trik kotor untuk mencari perhatian, dia memicingkan matanya dan memberi peringatan. “Aku paling benci sama orang bermuka dua.”Syakia mendongak, lalu menatap lurus mata Damar yang

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 12

    Syakia menggunakan tubuhnya yang kurus untuk menahan cambukan di punggungnya. Sementara itu, Abista sama sekali tidak merasa kasihan padanya dan mencambuknya dengan kuat, seolah-olah ingin menghancurkan seluruh tulang di tubuhnya.Syakia tentu saja merasa kesakitan. Sayangnya, rasa sakit pada tubuh tidak akan pernah bisa dibandingkan dengan rasa sakit dalam hati. Jadi, cambukan Abista bukan hanya tidak menghancurkan tulang Syakia, malah membuatnya makin fokus pada amarah dan kebencian dalam hatinya. Meskipun harus mati, dia juga tidak akan mengampuni Ayu dan seluruh anggota Keluarga Angkola!Abista mencambuk Syakia tepat 50 kali, tidak lebih maupun kurang.Saat Abista menyelesaikan cambukan terakhir, punggung Syakia sudah berlumuran darah. Dia melirik darah yang menetes dari cambuk besi, lalu melirik Syakia yang tidak bersuara dari awal sampai akhir dan masih mempertahankan posisinya hingga cambukan terakhir.Entah kenapa, Abista merasa hatinya terasa sesak. Dia yang sudah tidak tahan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 13

    Satu jam kemudian, Syakia berdiri di ruang baca kaisar saat ini. Prosedurnya masuk ke istana bisa dikatakan sangat mudah dan santai. Sebab, dia memiliki jimat pelindung lain yang ditinggalkan ibunya kepadanya, yaitu token giok yang diberikan mendiang Kaisar secara pribadi.Di kehidupan sebelumnya, Esti mencuri token giok ini dan memberikannya kepada Ayu. Karena alasan ini, Syakia baru tidak memiliki jalan keluar. Untungnya, setelah terlahir kembali ke kehidupan ini, token giok ini masih belum dicuri. Jadi, dia baru bisa mengandalkan token giok dari mendiang Kaisar untuk berdiri di hadapan kaisar muda saat ini.“Hormat, Yang Mulia. Namaku Syakia Angkola.”“Syakia Angkola? Seingatku, kamu itu putri kelima Adipati Pelindung Kerajaan, ‘kan?”Kaisar yang duduk di belakang meja kekaisaran meletakkan laporan resmi yang dipegangnya, lalu melirik Syakia yang berlutut di hadapannya. Kaisar ini merupakan putra ke-9 mendiang Kaisar. Ketika dinobatkan menjadi kaisar, dia baru berusia 11 tahun. Saa

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 14

    Namun, Syakia tidak peduli demi siapa Kaisar memberinya kesempatan. Yang terpenting adalah, dia memiliki kesempatan ini.“Harap Yang Mulia beri perintah,” ucap Syakia dengan hormat.Kaisar bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke hadapan Syakia, lalu mengembalikan token giok itu.“Dalam 2 tahun terakhir, bencana alam nggak berhenti terjadi di bagian selatan negara. Rakyat sangat menderita, sedangkan aku juga gelisah. Aku butuh seseorang yang bisa dengan tulus berdoa bagi kerajaan dan rakyat.”“Aku bersedia melakukannya!” jawab Syakia dengan segera.Kaisar malah tersenyum dan menggeleng. “Meski kamu bersedia, itu belum cukup. Kepala biksuni Kuil Bulani yang terletak di Gunung Selatan pinggiran ibu kota sangat dihormati orang-orang. Dia juga berbudi luhur dan sering melakukan kebajikan. Kalau Master setuju, aku juga akan setujui permintaanmu.”“Baik! Terima kasih atas kebaikan Yang Mulia!”“Jangan berterima kasih terlalu cepat. Kalau Master nggak setuju, aku juga nggak akan kabulkan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 15

    Sebelumnya, meskipun hanya berlutut sesaat di ruang baca Kaisar, Syakia yang kehilangan terlalu banyak darah sontak merasa pusing begitu berdiri dan hendak pergi. Namun, dia berusaha untuk bertahan supaya tidak pingsan di hadapan Kaisar. Awalnya, Syakia berencana untuk beristirahat di kereta kuda. Tak disangka, begitu keluar dari ruang baca, pandangannya langsung gelap. Ketika mendengar Danu menyapa “Pangeran Adika”, dia pun menabrak seseorang.Pangeran Adika?Setelah dipapah seseorang, Syakia menggigit ujung lidahnya dengan kuat. Rasa sakit itu pun membuatnya jauh lebih sadar. Saat mendongak untuk melihat siapa yang memapahnya, tidak peduli seberapa tampan pun wajah dingin itu, jantungnya langsung berdebar cepat karena ketakutan.Dengan rambut perak yang khas, tidak ada seorang pun di Dinasti Minggara yang tidak mengenali pria ini. Dia adalah dewa perang Dinasti Minggana yang sudah membunuh banyak orang, juga pangeran pemangku raja saat ini, Adika Wiranto.“Pangeran Adika, maafkan ke

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 16

    Kaisar berkata sambil tersenyum, “Tapi, Master Shanti sangat pemilih. Aku rasa Syakia akan pulang dengan kecewa.”Ujian yang diberikan Kaisar pada Syakia memang terdengar mudah. Namun, orang yang pernah berinteraksi dengan Shanti tahu bahwa kepala biksuni Kuil Bulani itu adalah wanita tua yang sangat keras kepala. Jangankan Kaisar, meskipun mendiang Kaisar yang berdiri di hadapannya, dia juga tidak akan mengalah.Jika Shanti menolak Syakia, Syakia tidak mungkin memiliki kesempatan ini. Jadi, Kaisar merasa yakin bahwa Syakia pasti akan bertemu kesulitan begitu tiba di Kuil Bulani. Akan lebih bagus lagi apabila niatnya untuk menjadi biksuni juga sirna. Bagaimanapun juga, Kaisar tidak begitu ingin putrinya Anggreni menjadi biksuni. Di sisi lain, Adika teringat pada gadis yang hampir pingsan di hadapannya, tetapi bisa bangkit kembali dan berjalan pergi dengan tegar sambil menahan rasa sakit lukanya. Pendapatnya berbeda dengan Kaisar.Saat ini, Syakia masih belum tahu bahwa harapannya untu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 17

    “Master Shanti dan ayahku?” Begitu mendengar hal itu, Syakia pun terkejut.Danu terlihat seperti sedang membicarakan sebuah hal menarik. Dia menikmati pemandangan di samping sambil bercerita.“Masalah ini menarik juga. Dulu, Master Shanti nggak pernah turun gunung, juga jarang meninggalkan Kuil Bulani. Tapi waktu Nona Syakia lahir, Master Shanti suruh orang kirimkan hadiah ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Orang luar baru tahu Master Shanti yang nggak peduli sama urusan orang lain ternyata kenal sama Keluarga Angkola.”“Semua orang kira itu karena Adipati Damar. Tapi, setelahnya, Master Shanti nggak pernah berhubungan lagi sama Keluarga Angkola. Sampai hari Nyonya Anggreni sekarat karena penyakitnya, Master Shanti baru buru-buru turun gunung supaya bisa menemuinya untuk yang terakhir kali.”“Setelah Nyonya Anggreni dimakamkan, Master Shanti memaki Adipati Danur habis-habisan di depan umum. Dia bilang Adipati Damar mengkhianati istrinya, juga bersumpah untuk nggak berhubungan deng

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 100

    Sebagai putri Adipati Pelindung Kerajaan, Syakia tentu saja mengetahui tentang krim pelembap Yui. Dia bukan hanya tahu, juga sering menggunakannya dulu. Bagaimanapun juga, setelah ibunya meninggal, satu-satunya perempuan yang tersisa di Kediaman Keluarga Angkola hanyalah Syakia. Jadi, setiap menerima krim pelembap Yui sebagai hadiah, Damar akan langsung memberikannya kepada Syakia.Namun, setelah Ayu datang ke Kediaman Keluarga Angkola, semua krim pelembap Yui yang ada di kamar Syakia pun diberikan kepada Ayu hanya karena sepatah kata “suka” dari mulutnya. Pada saat itu, Syakia yang masih tidak mengerti apa-apa pernah pergi mencari Damar dan bertanya kenapa semua krim pelembap Yui diberikan kepada Ayu, sedangkan dia tidak lagi mendapatkan sebotol pun. Apa yang dijawab “ayah baiknya” waktu itu?Syakia berpikir sejenak. Oh iya, pada saat itu, Damar menjawab dengan tidak senang, “Karena dia itu adikmu. Dia sudah hidup menderita di luar dari kecil. Sebagai kakak, memangnya kamu nggak bis

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 99

    Setelah merasa yakin bahwa Syakia yang mencuri krim pelembap Yui, Ike lanjut memaki, “Percuma saja Yang Mulia Kaisar menobatinya jadi Putri Suci! Ngomongnya saja dia pergi jadi biksuni, tapi dia malah belajar mencuri! Dia benar-benar memalukan!”“Yang dikatakan Kakak benar. Orang memalukan sepertinya memang nggak layak pakai marga Angkola! Dia memang harus dilarang melakukan segala sesuatu pakai nama Keluarga Angkola. Kalau nggak, dia pasti akan menghancurkan reputasi seluruh Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan!”“Ibu, bukan Syakia ....” Panji tidak menyangka Ike akan mencurigai Syakia tanpa ragu. Dia pun bersuara dan merasa sudah seharusnya dia membantu Syakia mengklarifikasi semuanya. Namun, jika Panji mengklarifikasinya, bukannya dia harus memberi tahu ibunya bahwa dia sudah memberikan ketiga botol krim itu kepada Ayu? Bagaimana jika ibunya mengira Ayu yang menghasutnya? Bukankah ibunya akan memaki Ayu sebagaimana dia memaki Syakia sekarang? Mungkin saja, ibunya akan memiliki pra

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 98

    Hanya keluarga kerajaan yang dapat menggunakan krim pelembap Yui. Sebotol kecil krim itu bernilai ribuan tael. Pejabat atau rakyat biasa tidak mungkin mampu menggunakannya. Hanya setelah mendapat hadiah dari permaisuri atau para selir istana, istri dan putri pejabat baru dapat memilikinya.Berkat kakak dan suaminya, Ike baru dipanggil masuk ke istana sesekali untuk menemani Janda Permaisuri mengobrol. Oleh karena itu, dia tentu saja pernah menerima lumayan banyak krim pelembap Yui sebagai hadiah.Terakhir kali Ike dipanggil ke istana, Janda Permaisuri juga memberinya 3 botol krim pelembap Yui. Dia tidak tega menggunakannya, makanya dia baru menyimpannya di gudang. Namun, dia tidak menyangka bahwa baru saja dia menyimpan ketiga botol krim itu ke gudang di pagi hari, putranya sudah mengambil krim itu dan memberikannya kepada Ayu pada sore harinya.Panji juga tahu seberapa berharga ketiga botol krim itu bagi ibunya. Namun, dia juga tidak berdaya. Siapa suruh dia salah bicara ketika pergi

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   bab 97

    “Teriak apa kamu? Mana ada hantu?” Panji menggaruk wajah dan lehernya sambil mengenakan pakaian luar. Dia juga menegur dayang itu dengan kesal.“Tuan, wajahmu ... wajahmu kenapa?” Setelah mendengar suara Panji, dayang itu baru menyadari bahwa yang ada di hadapannya bukanlah hantu, melainkan Panji. Dia sontak merasa makin terkejut dan panik.“Wajahku?” Panji yang masih belum menyadari apa-apa pun mengernyit. Dayang itu pun membawakan cermin tembaga ke hadapan Panji. Setelah melihat wajahnya yang berlumuran darah, Panji baru merasa tercengang. Wajahnya juga seketika menjadi pucat.“Ada apa ini? Kenapa wajahku begini?”Wajah yang awalnya tampan itu dilumuri darah, juga sangat bengkak. Bukan hanya wajah, bahkan leher, tangan, kaki, dan seluruh tubuh Panji juga terlihat merah dan bengkak. Setelah melihat dengan saksama, dia baru menyadari bahwa bagian-bagian yang berdarah itu adalah bagian yang digaruknya dengan kuat.Panji seketika merasa panik. “Kenapa masih bengong! Cepat suruh tabib d

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 96

    “Makanya! Pangeran, cepat turun! Cepat duduk di dalam kereta kuda dan mengobrol bersama Putri Suci! Dengan begitu, hubungan kalian baru bisa makin dekat!”Adika yang kudanya direbut oleh kedua bawahannya pun merasa kebingungan. “Omong kosong apa yang lagi kalian bicarakan?” Adika bertanya dengan kening berkerut, “Sahana duduk di dalam kereta kuda bersama gurunya. Buat apa aku ikut meramaikan suasana?”Aduh! Gading dan rekannya sudah melupakan hal ini. Mereka seharusnya menyiapkan tambahan kereta kuda supaya Shanti bisa duduk sendiri, sedangkan Adika dan Syakia bisa duduk bersama.Pemikiran Gading dan rekannya memang lumayan bagus. Namun, mereka tidak pernah memikirkan kemungkinan bahwa meskipun mereka menyiapkan tambahan kereta kuda, Syakia juga tidak mungkin duduk di kereta kuda yang sama dengan Adika. Bagaimanapun juga, meskipun Syakia dan Adika tidak berniat untuk melakukan apa-apa, orang lain tidak akan berpikiran sama. Jadi, mereka pasti harus menghindari rumor sebisa mungkin. S

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 95

    “Putri Suci, aku yang terlalu memanjakannya sehingga dia jadi begitu keras kepala dan kekanak-kanakan. Harap Putri Suci memaafkannya. Kelak, aku pasti akan mendidiknya dengan tegas supaya dia nggak timbulkan masalah untuk Putri Suci lagi,” ujar Joko dengan nada yang serius dan mengandung sedikit rasa bersalah.Joko sepertinya tahu jelas seberapa keterlaluan sikap istri dan putranya terhadap Syakia.Melihat sikap tulus Joko, Syakia juga tidak mengatakan apa-apa lagi meskipun dia sangat membenci Panji. Bagaimanapun juga, Joko adalah orang yang memperlakukannya dengan paling baik di seluruh Kediaman Pangeran Darsuki. Padahal, Joko adalah orang yang terlihat sulit didekati. Namun, dia sebenarnya sangat baik dan hangat.“Pangeran Joko, berdirilah. Kesalahan orang lain nggak ada hubungannya denganmu. Aku nggak pernah salahkan Pangeran. Jadi, Pangeran nggak perlu menyalahkan diri. Mengenai Panji ....”Syakia melirik Panji yang masih terlihat terhina dan marah, lalu lanjut berkata dengan acuh

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 94

    Syakia menatap Kama yang berlutut di hadapannya dengan mata sedikit bergetar. Kemudian, dia segera mengalihkan pandangannya.Orang lainnya menatap Kama dengan terkejut. Kahar bahkan menatapnya dengan ekspresi tidak mengerti. “Kak Kama?”“Kahar, kamu masih ingat apa yang Ayah suruh kita sampaikan?” Kama masih berlutut dengan sebelah kaki dan lanjut berujar tanpa menoleh, “Dari tadi, kalian nggak berhenti bilang bahwa Syakia nggak boleh bertindak pakai nama Keluarga Angkola. Kalian juga melarangnya pakai marga Angkola. Sekarang, dia berdiri di hadapan kita dengan status Putri Suci. Jadi, bukannya kita yang seharusnya mengenali posisi kita?”Ucapan Kama langsung membuat Kahar dan Ayu terdiam. Mereka sama sekali tidak bisa membantah. Setelah terdiam sesaat, Kahar akhirnya berbalik secara perlahan dan berlutut menghadap Syakia. “Hormat ... Putri Suci.”Berbeda dengan ekspresi penuh tekad Kama, tatapan Kahar saat berbicara terlihat dingin.“Kenapa? Kalian bertiga nggak mau akui statusnya s

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 93

    Seusai berbicara, Panji baru tersadar bahwa ucapannya agak keterlaluan. Dia pun menatap ke arah Syakia secara refleks, seolah-olah mengira ucapannya telah melukai Syakia. Namun, Syakia tidak menunjukkan ekspresi apa pun.“Orang dari Kediaman Pangeran Darsuki memang hebat sekali!” sindir Shanti dengan ekspresi dingin.Kama merasa sangat marah hingga menggertakkan gigi. Sementara itu, Ayu terlihat sangat bangga. Dia melirik Syakia, lalu melirik Panji dan bergumam dalam hati, ‘Si bodoh ini akhirnya tahu harus pilih siapa.’Kahar yang berdiri di samping hanya mengejek, “Salah siapa dia begitu nggak disukai orang lain?”“Kahar, diam kamu!” ujar Kama sambil memelototi Kahar.Kahar bukannya diam, malah balik bertanya, “Memangnya yang kubilang salah? Namanya dihapus dari daftar silsilah keluarga, marganya dicabut, pernikahannya dibatalkan, dirinya dihina orang-orang .... Memangnya ini semua bukan akibat dari perbuatan jahatnya dulu?”“Aku suruh kamu diam!” seru Kama dengan penuh amarah. Kali i

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 92

    Hala yang bersembunyi di kegelapan pun tidak bisa berkata-kata. Dia tidak mungkin menunjukkan diri. Bagaimanapun juga, dia tahu dia tidak boleh mengacaukan urusan majikannya di situasi seperti ini. Jadi, dia tetap tidak menunjukkan diri setelah Syakia berteriak untuk sesaat.“Tuan Panji, sudah lihat, ‘kan? Aku benar-benar nggak kenal sama orang yang namanya Hala.”Syakia menggeleng dan menunjukkan ekspresi yang sangat serius. Shanti yang menyaksikan semua ini dari samping pun mau tak mau memalingkan wajah karena khawatir dirinya tidak dapat menahan tawa.Panji berseru marah, “Kamu kira kamu bisa menipuku! Aku sudah dihajar Hala sampai sekujur tubuhku penuh luka dan kakiku juga nyaris patah. Sekarang, kamu malah bilang kamu nggak kenal sama dia? Siapa yang bisa kamu tipu!”“Sekujur tubuhmu penuh luka? Mana?” Syakia mengangkat alisnya dan bertanya, “Memangnya ada luka di tubuh Tuan Panji?”Panji segera menjawab, “Coba lihat wajahku ini! Nih, tanganku juga .... Eh? Mana lukaku?”Setelah m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status