Share

Bab 8

Author: Emilia Sebastian
Saat naik ke panggung, Abista awalnya masih menatap kedua adiknya dengan ragu. Namun, setelah bertemu pandang dengan tatapan Ayu yang penuh harapan, dia hanya tersenyum dengan tidak berdaya.

Siapa suruh Syakia sendiri yang pencemburu dan tidak bisa menerima Ayu. Oleh karena itu, Abista tidak lagi ragu dan langsung berjalan melewati Syakia untuk memberikan bunganya kepada Ayu. Setelahnya, Kama, Kahar, Ranjana, dan seluruh anggota Keluarga Angkola juga memberikan bunga mereka kepada Ayu.

Seperti di kehidupan sebelumnya, Syakia tidak menerima sekuntum bunga pun, sedangkan Ayu dikelilingi dengan bunga pemberkatan. Namun, Syakia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Bagaimanapun juga, dia sudah mengetahui hasil seperti ini dari awal. Jadi, dia sama sekali tidak menaruh harapan.

Pada saat giliran Panji, dia bukan hanya menggenggam sekuntum bunga seperti orang lain, melainkan buket besar berisi bunga-bunga yang indah. Dia melirik Syakia sekilas, lalu langsung memberikan buket bunga itu kepada Ayu tanpa ragu.

“Ayu, semoga kecantikanmu tetap abadi dan senyumanmu nggak pernah pudar.”

“Terima kasih Kak Abista, Kak Kama, Kak Kahar, Kak Ranjana, Kak Panji. Bunga dari kalian benar-benar cantik! Aku sampai kewalahan karena dapat bunga sebanyak ini,” ujar Ayu dengan suara yang manis.

Panji dan yang lainnya mengelilingi Ayu. Ada yang mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang, ada yang memberikan hadiah yang sudah disiapkan dari dulu. Berhubung ada banyak orang yang memberi bunga kepada Ayu, Kama pun terdorong ke belakang dan tidak sengaja menyenggol Syakia.

Kama menoleh ke arah Syakia. Begitu melihat Syakia tidak menerima sekuntum bunga pun, dia mencibir, “Kamu nggak usah cemburu. Ayu dapat begitu banyak bunga karena dia polos dan baik hati. Andaikan kamu punya sedikit sifat baiknya, kamu juga nggak mungkin sama sekali nggak dapat bunga. Jadi, introspeksilah dirimu baik-baik.”

“Terima kasih atas perhatian Kak Kama. Tapi, aku nggak perlu introspeksi diri. Aku merasa aku sudah cukup baik,” jawab Syakia sambil tersenyum acuh tak acuh.

Hari ini, waktu yang terbuang sudah cukup banyak. Alasan kenapa Syakia masih berdiri di sini hanya karena ingin menunggu Panji membatalkan pernikahan. Mereka. Namun, pria itu sepertinya sudah nyaris melupakan hal ini karena sibuk memberikan bunga kepada Ayu.

Kesabaran Syakia mulai menipis. Dia akhirnya memutuskan untuk “mengingatkan” Panji.

“Ayah, upacara ini sudah berakhir. Kalau kalian nggak butuh aku lagi, aku kembali saja ke kamarku,” ujar Syakia sambil menoleh ke arah Damar tanpa peduli pada Kama lagi.

Sesuai dugaan, begitu mendengar Syakia ingin pergi, Panji yang dari tadi hanya memperhatikan Ayu tiba-tiba menoleh. “Tunggu! Kamu masih belum boleh pergi. Ada hal penting yang mau kusampaikan padamu!”

‘Akhirnya dia ingat juga,’ gumam Syakia dalam hati.

Panji memelototi Syakia, lalu menangkupkan tangannya pada Damar dan berkata dengan suara lantang, “Paman, hari ini, aku mau minta Paman untuk bantu aku tangani masalah pernikahanku.”

Begitu mendengar ucapan Panji, semua orang mengira Panji ingin mendiskusikan tanggal pernikahan dan akhirnya menikahi Syakia.

Ayu sontak merasa panik karena tidak ingin Panji direbut oleh Syakia. “Kak Panji ....”

Panji dapat melihat kepanikan yang terpancar dari mata Ayu. Dia pun merasa sangat gembira. Ternyata Ayu memang mencintainya, makanya Ayu baru khawatir dia akan menikahi Syakia. Sebenarnya, dia juga mencintai Ayu. Oleh karena itu, dia tidak akan menikahi Syakia. Hanya ada satu orang yang ingin dinikahinya.

Panji mengelus kepala Ayu dengan penuh kasih sayang dan berkata, “Ayu, tenang saja. Aku akan kasih kamu sebuah kejutan.”

Seusai berbicara, Panji menatap Damar tanpa rasa takut sedikit pun dan berujar dengan lantang, “Hal pertama, aku mau batalkan pernikahanku dengan Syakia!”

“Kurang ajar!”

“Panji!”

Begitu mendengar ucapan Panji, semua tamu pun tercengang. Di sisi lain, mata Ayu langsung berbinar, sedangkan Damar menatap Panji dengan dingin dan menunjukkan ekspresi marah.

Ike memahami sifat kakaknya dan buru-buru menarik tangan putranya. “Panji, kalau ada yang mau kamu katakan, kita bicarakan saja nanti. Ini hari upacara kedewasaan kedua adikmu. Jangan bertindak seenaknya di sini!”

Meskipun Ike juga tidak menyukai Syakia, pernikahan Panji dan Syakia juga tidak bisa dibatalkan seperti ini. Membatalkan pernikahan di depan umum setara dengan mempermalukan semua orang dari Kediaman Adipati!

Namun, Panji tetap keras kepala. Dia menepis tangan Ike dan berkata, “Ibu, kamu nggak usah bujuk aku lagi. Aku sudah pikirkan semuanya dengan baik.”

Kama yang sudah tidak tahan lagi langsung berseru marah, “Panji, seburuk apa pun Syakia, dia itu tetap adik yang tumbuh besar bersamamu. Kamu dan dia sudah sangat dekat dari kecil. Apa kamu harus mempermalukannya dan Keluarga Angkola di saat-saat seperti ini!”

Kama bukan ingin melindungi Syakia. Dia hanya merasa Panji sama sekali tidak menghormati Keluarga Angkola.

“Kak Kama, aku bukan mau permalukan Keluarga Angkola. Aku cuma nggak mau habiskan sisa hidupku bersama wanita sejahat dan pencemburu seperti Syakia! Jadi, nggak peduli apa yang kalian katakan, aku tetap akan batalkan pernikahan ini hari ini!”

Panji juga tahu membatalkan pernikahan di depan umum seperti ini akan mempermalukan Keluarga Angkola. Namun, dia tidak menyesal.

Di sisi lain, Ayu merasa sangat gembira. Setelah Panji membatalkan pernikahan dengan Syakia, bukankah dia sudah memiliki kesempatan? Dinilai dari sikap Panji biasanya, dia pasti akan menjadi nyonya rumah Kediaman Pangeran Darsuki!

Namun, meskipun sudah bisa memastikan hal ini, Ayu masih harus mempertahankan citra sebagai adik yang “baik hati dan polos”. Setelah memikirkan hal ini, dia pun menekan kepuasannya dan berpura-pura membujuk Panji.

“Kak Panji, Kak Syakia memang pernah buat salah. Tapi, sikapmu terhadapnya ini juga agak keterlaluan. Gimanapun, Kak Syakia begitu menyukaimu. Gimana kalau kamu maafkan Kak Syakia demi aku?”

Setelah mendengar ucapan “Kak Syakia begitu menyukaimu”, Panji sontak kaget. Benar juga! Untung saja Ayu mengingatkannya.

Hari ini, Panji harus membatalkan pernikahan ini dengan cara apa pun. Namun, dia juga khawatir Syakia akan lanjut mengganggunya kelak. Oleh karena itu, dia harus memupuskan semua harapan Syakia.

Panji menoleh ke arah Syakia dan memberi peringatan, “Syakia, ini semua akibat perbuatanmu sendiri. Meski mati, aku juga nggak akan menikahimu. Jadi, sebaiknya kamu setujui hal ini. Demi menghormati Keluarga Angkola, aku akan menyetujui satu syarat yang kamu ajukan.”

“Tapi, sebaiknya kamu jangan serakah. Aku hanya akan menikahi seorang wanita seumur hidupku. Orang itu bukan kamu dan aku nggak akan terima selir!”

Panji seolah-olah ingin mengatakan bahwa Syakia tidak mungkin menjadi istri sahnya dan lebih tidak mungkin menjadi selirnya. Bagaimanapun juga, dia tahu bahwa Syakia sangat menyukainya. Jika tidak, Syakia juga tidak akan lengket dengannya selama bertahun-tahun.

Panji memang sudah setuju untuk menyetujui satu syarat yang diajukan Syakia. Namun, bagaimana jika Syakia meminta dirinya menerimanya sebagai selir dengan syarat itu? Jadi, dia harus terlebih dahulu memperingati Syakia untuk tidak bermimpi di siang bolong.

“Hehe.” Syakia yang dari tadi menyaksikan pertunjukan mereka dalam diam akhirnya tertawa. Dia melirik Ayu yang menatapnya dengan penuh provokasi dan bangga, lalu tersenyum lagi.

“Oke. Aku setuju. Tapi, kamu juga bilang akan setujui satu syarat yang kuajukan, ‘kan?”

“Benar.” Panji melipat kedua tangan di depan dada dan berkata dengan sombong, “Selama itu bukan permintaan untuk masuk ke Kediaman Pangeran Darsuki, aku akan setujui apa pun permintaanmu.”

“Baguslah. Berhubung begitu, kamu bersumpah saja di hadapan semua orang ....” Syakia tersenyum makin lebar. Berhubung orang-orang ini begitu suka menantangnya, dia ingin tahu siapa yang akan terlebih dahulu merasa panik.

“Katakan saja kamu nggak akan menikahi wanita bermarga Angkola mana pun seumur hidupmu.”

Begitu mendengar ucapan Syakia, ekspresi Panji dan Ayu langsung berubah.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 9

    “Nggak bisa!”“Nggak mungkin!”Itu hanyalah sebuah sumpah biasa. Awalnya, semua orang mengira Panji akan setuju. Tak disangka, Panji malah menolaknya. Anehnya, masih ada satu orang lagi yang juga ikut membantah.“Ayu?” Abista menatap Ayu dengan heran.Ekspresi Ayu langsung membeku. Setelah menyadari dirinya sudah kehilangan kendali atas sikapnya, dia buru-buru menenangkan diri dan memaksakan seulas senyum sambil berkata, “Bukan .... Umm, aku ... aku cuma merasa syarat yang diajukan Kak Syakia kurang baik. Gimana ... gimana kalau Kak Panji berubah pikiran kelak. Jadi, sebaiknya Kak Syakia pertimbangkan hal ini?”Abista mengernyit karena merasa ucapan Ayu agak aneh. Kahar tidak menunjukkan reaksi apa pun, sedangkan Ranjana melirik Ayu dan Panji dengan ekspresi sulit ditebak. Satu-satunya orang yang sepenuhnya percaya pada kepolosan Ayu hanyalah Kama. Dia sama sekali tidak berpikir kejauhan.“Sudahlah, Ayu. Aku tahu kamu khawatirkan Syakia. Tapi, aku merasa yang dikatakannya nggak salah.”

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 10

    “Yang kalian bilang benar. Aku bukan adikku. Aku nggak sebaik dia. Jadi, aku pasti akan balas dendam pada semua orang yang pernah menindas dan mempermalukanku!” ucap Syakia dengan dingin. Kemudian, dia menatap Panji dan mengucapkan kata-kata yang tidak diucapkannya di depan umum pada kehidupan lalu dan merasa menyesal setelahnya.“Panji, bukannya kamu mau batalkan pernikahan kita? Oke, aku setuju tanpa syarat apa pun. Hanya saja, mulai sekarang, aku nggak punya hubungan apa pun lagi dengan keluarga kalian!”Begitu Syakia selesai berbicara, seluruh lokasi langsung hening. Bahkan Panji juga melongo karena Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Awalnya, Panji mengira dirinya tidak akan bisa membatalkan pernikahan ini dengan lancar. Dia mengira Syakia akan menolak, lalu tidak berhenti menangis dan merengek. Sebelum datang, dia sudah memikirkan segala kemungkinan. Satu-satunya hal yang tidak diduganya adalah Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Tidak, Syakia tidak termasuk m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 11

    Abista menunjukkan ekspresi tidak setuju. Cambuk yang digunakan Keluarga Angkola bukanlah cambuk biasa, melainkan cambuk besi. Setelah 50 cambukan, bahkan pria dewasa juga paling tidak harus memulihkan diri setengah bulan, apalagi Syakia?Ayu yang berdiri di samping diam-diam merasa gembira. Dia tidak menyangka Syakia ingin mencari mati sendiri. Dia harus mencari cara agar Damar menyetujui hal ini. Selama Damar ertuju, 50 cambukan ini pasti bisa membuat Syakia sekarat. Namun, hal yang lebih mengejutkan adalah, Syakia sendiri yang berinisiatif untuk mencari mati sebelum dia sempat bertindak.“Kamu serius?” tanya Damar. Dia juga merasa terkejut karena Syakia berinisiatif minta dihukum dan juga meminta dijatuhkan hukuman seberat ini.Damar mengerutkan keningnya. Setelah teringat Syakia biasanya suka menggunakan trik kotor untuk mencari perhatian, dia memicingkan matanya dan memberi peringatan. “Aku paling benci sama orang bermuka dua.”Syakia mendongak, lalu menatap lurus mata Damar yang

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 12

    Syakia menggunakan tubuhnya yang kurus untuk menahan cambukan di punggungnya. Sementara itu, Abista sama sekali tidak merasa kasihan padanya dan mencambuknya dengan kuat, seolah-olah ingin menghancurkan seluruh tulang di tubuhnya.Syakia tentu saja merasa kesakitan. Sayangnya, rasa sakit pada tubuh tidak akan pernah bisa dibandingkan dengan rasa sakit dalam hati. Jadi, cambukan Abista bukan hanya tidak menghancurkan tulang Syakia, malah membuatnya makin fokus pada amarah dan kebencian dalam hatinya. Meskipun harus mati, dia juga tidak akan mengampuni Ayu dan seluruh anggota Keluarga Angkola!Abista mencambuk Syakia tepat 50 kali, tidak lebih maupun kurang.Saat Abista menyelesaikan cambukan terakhir, punggung Syakia sudah berlumuran darah. Dia melirik darah yang menetes dari cambuk besi, lalu melirik Syakia yang tidak bersuara dari awal sampai akhir dan masih mempertahankan posisinya hingga cambukan terakhir.Entah kenapa, Abista merasa hatinya terasa sesak. Dia yang sudah tidak tahan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 13

    Satu jam kemudian, Syakia berdiri di ruang baca kaisar saat ini. Prosedurnya masuk ke istana bisa dikatakan sangat mudah dan santai. Sebab, dia memiliki jimat pelindung lain yang ditinggalkan ibunya kepadanya, yaitu token giok yang diberikan mendiang Kaisar secara pribadi.Di kehidupan sebelumnya, Esti mencuri token giok ini dan memberikannya kepada Ayu. Karena alasan ini, Syakia baru tidak memiliki jalan keluar. Untungnya, setelah terlahir kembali ke kehidupan ini, token giok ini masih belum dicuri. Jadi, dia baru bisa mengandalkan token giok dari mendiang Kaisar untuk berdiri di hadapan kaisar muda saat ini.“Hormat, Yang Mulia. Namaku Syakia Angkola.”“Syakia Angkola? Seingatku, kamu itu putri kelima Adipati Pelindung Kerajaan, ‘kan?”Kaisar yang duduk di belakang meja kekaisaran meletakkan laporan resmi yang dipegangnya, lalu melirik Syakia yang berlutut di hadapannya. Kaisar ini merupakan putra ke-9 mendiang Kaisar. Ketika dinobatkan menjadi kaisar, dia baru berusia 11 tahun. Saa

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 14

    Namun, Syakia tidak peduli demi siapa Kaisar memberinya kesempatan. Yang terpenting adalah, dia memiliki kesempatan ini.“Harap Yang Mulia beri perintah,” ucap Syakia dengan hormat.Kaisar bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke hadapan Syakia, lalu mengembalikan token giok itu.“Dalam 2 tahun terakhir, bencana alam nggak berhenti terjadi di bagian selatan negara. Rakyat sangat menderita, sedangkan aku juga gelisah. Aku butuh seseorang yang bisa dengan tulus berdoa bagi kerajaan dan rakyat.”“Aku bersedia melakukannya!” jawab Syakia dengan segera.Kaisar malah tersenyum dan menggeleng. “Meski kamu bersedia, itu belum cukup. Kepala biksuni Kuil Bulani yang terletak di Gunung Selatan pinggiran ibu kota sangat dihormati orang-orang. Dia juga berbudi luhur dan sering melakukan kebajikan. Kalau Master setuju, aku juga akan setujui permintaanmu.”“Baik! Terima kasih atas kebaikan Yang Mulia!”“Jangan berterima kasih terlalu cepat. Kalau Master nggak setuju, aku juga nggak akan kabulkan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 15

    Sebelumnya, meskipun hanya berlutut sesaat di ruang baca Kaisar, Syakia yang kehilangan terlalu banyak darah sontak merasa pusing begitu berdiri dan hendak pergi. Namun, dia berusaha untuk bertahan supaya tidak pingsan di hadapan Kaisar. Awalnya, Syakia berencana untuk beristirahat di kereta kuda. Tak disangka, begitu keluar dari ruang baca, pandangannya langsung gelap. Ketika mendengar Danu menyapa “Pangeran Adika”, dia pun menabrak seseorang.Pangeran Adika?Setelah dipapah seseorang, Syakia menggigit ujung lidahnya dengan kuat. Rasa sakit itu pun membuatnya jauh lebih sadar. Saat mendongak untuk melihat siapa yang memapahnya, tidak peduli seberapa tampan pun wajah dingin itu, jantungnya langsung berdebar cepat karena ketakutan.Dengan rambut perak yang khas, tidak ada seorang pun di Dinasti Minggara yang tidak mengenali pria ini. Dia adalah dewa perang Dinasti Minggana yang sudah membunuh banyak orang, juga pangeran pemangku raja saat ini, Adika Wiranto.“Pangeran Adika, maafkan ke

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 16

    Kaisar berkata sambil tersenyum, “Tapi, Master Shanti sangat pemilih. Aku rasa Syakia akan pulang dengan kecewa.”Ujian yang diberikan Kaisar pada Syakia memang terdengar mudah. Namun, orang yang pernah berinteraksi dengan Shanti tahu bahwa kepala biksuni Kuil Bulani itu adalah wanita tua yang sangat keras kepala. Jangankan Kaisar, meskipun mendiang Kaisar yang berdiri di hadapannya, dia juga tidak akan mengalah.Jika Shanti menolak Syakia, Syakia tidak mungkin memiliki kesempatan ini. Jadi, Kaisar merasa yakin bahwa Syakia pasti akan bertemu kesulitan begitu tiba di Kuil Bulani. Akan lebih bagus lagi apabila niatnya untuk menjadi biksuni juga sirna. Bagaimanapun juga, Kaisar tidak begitu ingin putrinya Anggreni menjadi biksuni. Di sisi lain, Adika teringat pada gadis yang hampir pingsan di hadapannya, tetapi bisa bangkit kembali dan berjalan pergi dengan tegar sambil menahan rasa sakit lukanya. Pendapatnya berbeda dengan Kaisar.Saat ini, Syakia masih belum tahu bahwa harapannya untu

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 224

    “Terima kasih atas niat baik Pangeran, juga atas usaha kalian untuk pergi cari bibit sebanyak ini.”Setelah melihat dua ladang obat di halaman tempat tinggal Syakia, Adika pun membantunya membuka ladang obat di gunung belakang. Adika juga mengatakan akan membantunya mengumpulkan berbagai bibit obat herbal. Tak disangka, Adika benar-benar mengingat semua ini.Seorang Pangeran Pemangku Kaisar mengingat semua ucapannya terhadap dirinya sampai sekarang. Hal ini benar-benar membuat Syakia merasa terharu.Meskipun memberikan rumput peremajaan kepada Adika memang berisiko untuk mengekspos rahasianya, Syakia tiba-tiba merasa tidak begitu menyesal lagi setelah melihat halaman yang dipenuhi bibit obat herbal ini. Bagaimanapun juga, itu adalah Adika yang tidak pernah melakukan hal keterlaluan apa pun terhadapnya.Begitu memikirkan hal ini, kecemasan Syakia akhirnya berkurang sedikit.“Putri Suci? Putri Suci!” seru Deska. Dia tidak memedulikan citranya dan berlari menghampiri Syakia dengan wajah d

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 223

    “Rumput peremajaan?” Deska langsung menoleh ke arah Syakia dan menjawab. “Tentu saja berguna!” Deska berujar dengan bersemangat, “Sebelumnya, Putri Suci pernah kasih ganoderma ungu berusia 100 tahun pada Pangeran Adika. Sekarang, Pangeran Adika cuma masih kurang 2 macam obat herbal. Salah satunya adalah rumput peremajaan!”Kebetulan sekali! Syakia juga melongo saking terkejutnya. Sebelum Syakia sempat berbicara, Deska sudah langsung bertanya, “Untuk apa Putri Suci bertanya tentang hal ini? Apa Putri Suci punya rumput peremajaan?”Syakia menjawab, “Aku memang punya rumput peremajaan. Sebelumnya, Pangeran Adika sudah mengawalku ke Kalika dan melindungiku dari banyak bahaya. Jadi, aku datang untuk berterima kasih padanya.”Syakia memberikan kotak kayu yang dibawanya kepada Deska. Deska pun menerimanya dengan tidak sabar dan membukanya. Isinya memang adalah rumput peremajaan. Selain itu, rumput peremajaan ini juga pasti sudah berumur 100 tahun!Deska hampir melompat kegirangan. “Baguslah

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 222

    Jika Shanti tidak salah lihat, isi kotak ini adalah jamur ganoderma berusia 100 tahun.Syakia menjawab sambil tersenyum, “Karena Guru sangat baik terhadapku. Aku pun ingin kasih hadiah yang bagus juga buat Guru.”Syakia menyampaikan kekhawatirannya pada Shanti. “Guru juga tahu apa manfaat jamur ganoderma. Sebenarnya, aku selalu khawatirkan keadaan jantung Guru. Makanya, aku baru siapkan hadiah ini. Aku harap Guru jangan anggap remeh keadaan Guru. Kalau bisa disembuhkan, sembuhkanlah penyakit itu dengan baik.”Syakia yakin dengan keterampilan pengobatan yang dikuasai Shanti, Shanti pasti sudah menyembuhkan penyakit jantungnya itu dari dulu jika dia bersedia mengobatinya. Hari ini, Syakia memberikan hadiah ini hanya untuk menunjukkan rasa perhatiannya sebagai seorang murid, bukan untuk menunjukkan nilai hadiahnya.Shanti tidak menyangka Syakia ternyata tidak berhenti memikirkan hal ini. Setelah terdiam untuk sesaat, dia baru mengungkapkan alasan kenapa dia tidak mengobati keadaannya.“Se

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 221

    Setelah memberikan obat bius yang cukup banyak kepada Ayu, Syakia menutup mata, telinga, dan mulutnya, juga mengikat tangan serta kakinya dengan baik sebelum melemparnya masuk ke ruang giok.Meskipun sangat tidak ingin Ayu masuk dan mengotori ruang giok, Syakia tidak memiliki cara lain. Hanya dengan menaruh Ayu di ruang giok, Kingston baru tidak bisa menemukan Ayu.Syakia mengurung Ayu di ruangan kecil dalam ruang giok. Kelak, dia hanya perlu mengeluarkan Ayu dan memberinya sedikit makanan dan minuman, lalu mengikatnya dan melemparnya kembali ke dalam.Semua obat herbal yang dibeli dan dimasukkan Syakia ke ruang giok sudah didonasikan Syakia bersama dengan barang-barang lain dari istana untuk Kalika. Meskipun sudah turun hujan di Kalika, akibat yang ditimbulkan bencana alam tidaklah begitu mudah berakhir.Semua itu adalah obat herbal yang paling berguna dan paling umum digunakan. Syakia merasa obat-obat itu sangat cocok untuk diberikan kepada penduduk Kalika.Syakia berbalik, lalu mena

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 220

    Syakia pun tertawa. “Itu karena aku melakukan perjalanan jauh. Guru pasti khawatir. Kalau yang melakukan perjalanan jauh itu Kak Maya, Guru pasti juga akan mengkhawatirkanmu.”Shanti yang menggenggam tangan Syakia sambil melangkah maju tidak berkomentar. Dia hanya diam-diam bergumam dalam hati, ‘Beda.’Shanti memang akan mengkhawatirkan Maya, tetapi kekhawatirannya terhadap Syakia berbeda. Hanya Tuhan yang tahu sudah berapa lama dia tidak merasakan hal seperti ini sejak Anggreni meninggal.Sup penambah gizi yang dimasak Shanti sangat banyak. Dia tentu saja juga tidak boleh pilih kasih. Setelah mengambil semangkuk besar sup untuk Syakia, dia membagikan sisanya kepada orang lainnya.Syakia meminum sup yang hangat itu sambil tersenyum gembira. “Makasih, Guru. Supnya enak banget!”“Baguslah kalau kamu suka. Dulu, aku juga sering masakkan sup penambah gizi untuk ibumu. Setiap kali, dia juga selalu bilang dia paling suka minum sup yang kumasak.”Begitu mengungkit tentang Anggreni, Shanti pun

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 219

    “Aaah! Hujan! Benar-benar sudah hujan!”“Huhuhu! Bencana alam akhirnya berakhir juga!”“Ayah, Ibu! Kalian sudah lihat! Bencana alam sudah berakhir!”Semua penduduk Kalika langsung berlari keluar rumah seperti orang gila. Mereka berdiri di bawah hujan dengan gembira dan sangat menghargai hujan deras pertama yang sudah dinantikan mereka selama 3 bulan penuh.“Ini berkat Putri Suci!”“Benar! Putri Suci Pembawa Berkah yang sudah berhasil memohon hujan deras ini untuk kita!”“Putri Suci Pembawa Berkah benar-benar adalah dewi penolong!”“Dia itu putri suci yang diangkat Kaisar secara langsung supaya bisa mendoakan kerajaan dan rakyatnya. Dia itu putri suci kita!”Pada hari itu, Syakia tidak tahu bahwa semua orang di Kalika bersorak di bawah hujan deras sambil menyerukan namanya.Putri Suci Pembawa Berkah, putri suci pertama Dinasti Minggana. Dialah satu-satunya orang yang dapat membawa berkah bagi kerajaan....Seminggu kemudian, Syakia dan orang lainnya akhirnya kembali ke ibu kota.“Gimana

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 218

    Setelahnya, suasananya pun kembali hening.Syakia sedang berdiri di atas panggung sehingga suara-suara di bawah itu tidak terdengarnya. Dia sama sekali tidak terpengaruh dan melanjutkan upacara ini sesuai prosedur.Kemudian, Syakia mengangkat kepalanya sedikit dan memandang ke langit. Begitu dia membuka mulut, suaranya yang halus dan merdu pun mencapai telinga orang-orang di bawah panggung.Semua orang mendengar Syakia memohon pada Langit dengan tampang serius.“Ini adalah bulan Oktober di Dinasti Minggana. Namaku Sahana, aku juga dijuluki sebagai Putri Suci Pembawa Berkah. Aku ingin mewakili seluruh rakyat Kalika untuk meminta para dewa menurunkan hujan untuk mengakhiri kekeringan di tanah ini.”“Wahai para dewa yang agung, yang menerangi langit, turunkanlah hujan yang bisa menyuburkan tanah agar segala makhluk hidup mendapatkan berkah. Aku harap para dewa bisa mengabulkan permintaan rakyat. Di sini, aku berdoa dengan setulus hati.”Syakia mengucapkan setiap kata dengan jelas dan tulu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 217

    Setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian resmi, Syakia juga mengenakan cadar dan kerudung putih. Kemudian, dia berjalan keluar di bawah bimbingan para dayang.Gading menyenggol Wisnu yang melongo setelah melihat penampilan Syakia. “Tuan Wisnu, Putri Suci sudah pergi. Kenapa kamu masih melongo? Cepat jalan!”Wisnu yang baru tersadar kembali buru-buru mengejar Syakia. “Ah! Putri Suci, tunggu dulu. Biar aku yang tunjukkan jalannya!”...“Jalannya cepat dikit! Cepat, cepat! Kalau nggak cepat pergi, nanti nggak ada tempat lagi!”“Iya, iya. Tunggu aku!”“Ada apa ini?”“Kalian mau ke mana?”Baik di luar maupun di dalam area kota Kalika, orang yang tak terhitung jumlahnya berjalan menuju sebuah tempat dari segala arah. Setelah menderita kekeringan selama 3 bulan, mereka semua sudah hampir kehilangan harapan. Namun, kali ini, kepala prefektur mereka sudah mengundang Putri Suci yang diangkat secara pribadi oleh Kaisar untuk datang mengadakan upacara permohonan hujan bagi mereka. Hanya dalam

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 216

    Syakia tidak menyangka Wisnu akan langsung berlutut untuk menyapanya. Dia pun buru-buru mengulurkan tangan untuk mengisyaratkan Wisnu berdiri.Setelah Wisnu berdiri, Syakia baru menanyakan hal yang paling penting, “Apa panggung untuk mengadakan upacara permohonan hujan sudah dibangun?”Wisnu buru-buru mengangguk. “Putri Suci tenang saja. Begitu mendengar Putri Suci dan Pangeran Adika sudah berangkat, kami langsung memberi perintah kepada orang untuk membangun panggungnya. Panggungnya sudah selesai dibangun semalam. Setelah memeriksa segalanya sekali lagi hari ini, Putri Suci sudah bisa memulai upacaranya besok.”Adika yang berdiri di samping berkata, “Sahana, kamu istirahat saja dulu sekarang. Upacara permohonan hujan besok akan sangat melelahkan. Kamu harus istirahat yang cukup dulu. Serahkan sisanya padaku.”“Baik.”Syakia juga tidak merasa sungkan. Perjalanan kali ini benar-benar sangat melelahkan. Untungnya, Wisnu telah menyediakan tempat peristirahatan untuk mereka.Setelah tiba

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status