Share

Bab 8

Author: Emilia Sebastian
Saat naik ke panggung, Abista awalnya masih menatap kedua adiknya dengan ragu. Namun, setelah bertemu pandang dengan tatapan Ayu yang penuh harapan, dia hanya tersenyum dengan tidak berdaya.

Siapa suruh Syakia sendiri yang pencemburu dan tidak bisa menerima Ayu. Oleh karena itu, Abista tidak lagi ragu dan langsung berjalan melewati Syakia untuk memberikan bunganya kepada Ayu. Setelahnya, Kama, Kahar, Ranjana, dan seluruh anggota Keluarga Angkola juga memberikan bunga mereka kepada Ayu.

Seperti di kehidupan sebelumnya, Syakia tidak menerima sekuntum bunga pun, sedangkan Ayu dikelilingi dengan bunga pemberkatan. Namun, Syakia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Bagaimanapun juga, dia sudah mengetahui hasil seperti ini dari awal. Jadi, dia sama sekali tidak menaruh harapan.

Pada saat giliran Panji, dia bukan hanya menggenggam sekuntum bunga seperti orang lain, melainkan buket besar berisi bunga-bunga yang indah. Dia melirik Syakia sekilas, lalu langsung memberikan buket bunga itu kepada Ayu tanpa ragu.

“Ayu, semoga kecantikanmu tetap abadi dan senyumanmu nggak pernah pudar.”

“Terima kasih Kak Abista, Kak Kama, Kak Kahar, Kak Ranjana, Kak Panji. Bunga dari kalian benar-benar cantik! Aku sampai kewalahan karena dapat bunga sebanyak ini,” ujar Ayu dengan suara yang manis.

Panji dan yang lainnya mengelilingi Ayu. Ada yang mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang, ada yang memberikan hadiah yang sudah disiapkan dari dulu. Berhubung ada banyak orang yang memberi bunga kepada Ayu, Kama pun terdorong ke belakang dan tidak sengaja menyenggol Syakia.

Kama menoleh ke arah Syakia. Begitu melihat Syakia tidak menerima sekuntum bunga pun, dia mencibir, “Kamu nggak usah cemburu. Ayu dapat begitu banyak bunga karena dia polos dan baik hati. Andaikan kamu punya sedikit sifat baiknya, kamu juga nggak mungkin sama sekali nggak dapat bunga. Jadi, introspeksilah dirimu baik-baik.”

“Terima kasih atas perhatian Kak Kama. Tapi, aku nggak perlu introspeksi diri. Aku merasa aku sudah cukup baik,” jawab Syakia sambil tersenyum acuh tak acuh.

Hari ini, waktu yang terbuang sudah cukup banyak. Alasan kenapa Syakia masih berdiri di sini hanya karena ingin menunggu Panji membatalkan pernikahan. Mereka. Namun, pria itu sepertinya sudah nyaris melupakan hal ini karena sibuk memberikan bunga kepada Ayu.

Kesabaran Syakia mulai menipis. Dia akhirnya memutuskan untuk “mengingatkan” Panji.

“Ayah, upacara ini sudah berakhir. Kalau kalian nggak butuh aku lagi, aku kembali saja ke kamarku,” ujar Syakia sambil menoleh ke arah Damar tanpa peduli pada Kama lagi.

Sesuai dugaan, begitu mendengar Syakia ingin pergi, Panji yang dari tadi hanya memperhatikan Ayu tiba-tiba menoleh. “Tunggu! Kamu masih belum boleh pergi. Ada hal penting yang mau kusampaikan padamu!”

‘Akhirnya dia ingat juga,’ gumam Syakia dalam hati.

Panji memelototi Syakia, lalu menangkupkan tangannya pada Damar dan berkata dengan suara lantang, “Paman, hari ini, aku mau minta Paman untuk bantu aku tangani masalah pernikahanku.”

Begitu mendengar ucapan Panji, semua orang mengira Panji ingin mendiskusikan tanggal pernikahan dan akhirnya menikahi Syakia.

Ayu sontak merasa panik karena tidak ingin Panji direbut oleh Syakia. “Kak Panji ....”

Panji dapat melihat kepanikan yang terpancar dari mata Ayu. Dia pun merasa sangat gembira. Ternyata Ayu memang mencintainya, makanya Ayu baru khawatir dia akan menikahi Syakia. Sebenarnya, dia juga mencintai Ayu. Oleh karena itu, dia tidak akan menikahi Syakia. Hanya ada satu orang yang ingin dinikahinya.

Panji mengelus kepala Ayu dengan penuh kasih sayang dan berkata, “Ayu, tenang saja. Aku akan kasih kamu sebuah kejutan.”

Seusai berbicara, Panji menatap Damar tanpa rasa takut sedikit pun dan berujar dengan lantang, “Hal pertama, aku mau batalkan pernikahanku dengan Syakia!”

“Kurang ajar!”

“Panji!”

Begitu mendengar ucapan Panji, semua tamu pun tercengang. Di sisi lain, mata Ayu langsung berbinar, sedangkan Damar menatap Panji dengan dingin dan menunjukkan ekspresi marah.

Ike memahami sifat kakaknya dan buru-buru menarik tangan putranya. “Panji, kalau ada yang mau kamu katakan, kita bicarakan saja nanti. Ini hari upacara kedewasaan kedua adikmu. Jangan bertindak seenaknya di sini!”

Meskipun Ike juga tidak menyukai Syakia, pernikahan Panji dan Syakia juga tidak bisa dibatalkan seperti ini. Membatalkan pernikahan di depan umum setara dengan mempermalukan semua orang dari Kediaman Adipati!

Namun, Panji tetap keras kepala. Dia menepis tangan Ike dan berkata, “Ibu, kamu nggak usah bujuk aku lagi. Aku sudah pikirkan semuanya dengan baik.”

Kama yang sudah tidak tahan lagi langsung berseru marah, “Panji, seburuk apa pun Syakia, dia itu tetap adik yang tumbuh besar bersamamu. Kamu dan dia sudah sangat dekat dari kecil. Apa kamu harus mempermalukannya dan Keluarga Angkola di saat-saat seperti ini!”

Kama bukan ingin melindungi Syakia. Dia hanya merasa Panji sama sekali tidak menghormati Keluarga Angkola.

“Kak Kama, aku bukan mau permalukan Keluarga Angkola. Aku cuma nggak mau habiskan sisa hidupku bersama wanita sejahat dan pencemburu seperti Syakia! Jadi, nggak peduli apa yang kalian katakan, aku tetap akan batalkan pernikahan ini hari ini!”

Panji juga tahu membatalkan pernikahan di depan umum seperti ini akan mempermalukan Keluarga Angkola. Namun, dia tidak menyesal.

Di sisi lain, Ayu merasa sangat gembira. Setelah Panji membatalkan pernikahan dengan Syakia, bukankah dia sudah memiliki kesempatan? Dinilai dari sikap Panji biasanya, dia pasti akan menjadi nyonya rumah Kediaman Pangeran Darsuki!

Namun, meskipun sudah bisa memastikan hal ini, Ayu masih harus mempertahankan citra sebagai adik yang “baik hati dan polos”. Setelah memikirkan hal ini, dia pun menekan kepuasannya dan berpura-pura membujuk Panji.

“Kak Panji, Kak Syakia memang pernah buat salah. Tapi, sikapmu terhadapnya ini juga agak keterlaluan. Gimanapun, Kak Syakia begitu menyukaimu. Gimana kalau kamu maafkan Kak Syakia demi aku?”

Setelah mendengar ucapan “Kak Syakia begitu menyukaimu”, Panji sontak kaget. Benar juga! Untung saja Ayu mengingatkannya.

Hari ini, Panji harus membatalkan pernikahan ini dengan cara apa pun. Namun, dia juga khawatir Syakia akan lanjut mengganggunya kelak. Oleh karena itu, dia harus memupuskan semua harapan Syakia.

Panji menoleh ke arah Syakia dan memberi peringatan, “Syakia, ini semua akibat perbuatanmu sendiri. Meski mati, aku juga nggak akan menikahimu. Jadi, sebaiknya kamu setujui hal ini. Demi menghormati Keluarga Angkola, aku akan menyetujui satu syarat yang kamu ajukan.”

“Tapi, sebaiknya kamu jangan serakah. Aku hanya akan menikahi seorang wanita seumur hidupku. Orang itu bukan kamu dan aku nggak akan terima selir!”

Panji seolah-olah ingin mengatakan bahwa Syakia tidak mungkin menjadi istri sahnya dan lebih tidak mungkin menjadi selirnya. Bagaimanapun juga, dia tahu bahwa Syakia sangat menyukainya. Jika tidak, Syakia juga tidak akan lengket dengannya selama bertahun-tahun.

Panji memang sudah setuju untuk menyetujui satu syarat yang diajukan Syakia. Namun, bagaimana jika Syakia meminta dirinya menerimanya sebagai selir dengan syarat itu? Jadi, dia harus terlebih dahulu memperingati Syakia untuk tidak bermimpi di siang bolong.

“Hehe.” Syakia yang dari tadi menyaksikan pertunjukan mereka dalam diam akhirnya tertawa. Dia melirik Ayu yang menatapnya dengan penuh provokasi dan bangga, lalu tersenyum lagi.

“Oke. Aku setuju. Tapi, kamu juga bilang akan setujui satu syarat yang kuajukan, ‘kan?”

“Benar.” Panji melipat kedua tangan di depan dada dan berkata dengan sombong, “Selama itu bukan permintaan untuk masuk ke Kediaman Pangeran Darsuki, aku akan setujui apa pun permintaanmu.”

“Baguslah. Berhubung begitu, kamu bersumpah saja di hadapan semua orang ....” Syakia tersenyum makin lebar. Berhubung orang-orang ini begitu suka menantangnya, dia ingin tahu siapa yang akan terlebih dahulu merasa panik.

“Katakan saja kamu nggak akan menikahi wanita bermarga Angkola mana pun seumur hidupmu.”

Begitu mendengar ucapan Syakia, ekspresi Panji dan Ayu langsung berubah.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 9

    “Nggak bisa!”“Nggak mungkin!”Itu hanyalah sebuah sumpah biasa. Awalnya, semua orang mengira Panji akan setuju. Tak disangka, Panji malah menolaknya. Anehnya, masih ada satu orang lagi yang juga ikut membantah.“Ayu?” Abista menatap Ayu dengan heran.Ekspresi Ayu langsung membeku. Setelah menyadari dirinya sudah kehilangan kendali atas sikapnya, dia buru-buru menenangkan diri dan memaksakan seulas senyum sambil berkata, “Bukan .... Umm, aku ... aku cuma merasa syarat yang diajukan Kak Syakia kurang baik. Gimana ... gimana kalau Kak Panji berubah pikiran kelak. Jadi, sebaiknya Kak Syakia pertimbangkan hal ini?”Abista mengernyit karena merasa ucapan Ayu agak aneh. Kahar tidak menunjukkan reaksi apa pun, sedangkan Ranjana melirik Ayu dan Panji dengan ekspresi sulit ditebak. Satu-satunya orang yang sepenuhnya percaya pada kepolosan Ayu hanyalah Kama. Dia sama sekali tidak berpikir kejauhan.“Sudahlah, Ayu. Aku tahu kamu khawatirkan Syakia. Tapi, aku merasa yang dikatakannya nggak salah.”

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 10

    “Yang kalian bilang benar. Aku bukan adikku. Aku nggak sebaik dia. Jadi, aku pasti akan balas dendam pada semua orang yang pernah menindas dan mempermalukanku!” ucap Syakia dengan dingin. Kemudian, dia menatap Panji dan mengucapkan kata-kata yang tidak diucapkannya di depan umum pada kehidupan lalu dan merasa menyesal setelahnya.“Panji, bukannya kamu mau batalkan pernikahan kita? Oke, aku setuju tanpa syarat apa pun. Hanya saja, mulai sekarang, aku nggak punya hubungan apa pun lagi dengan keluarga kalian!”Begitu Syakia selesai berbicara, seluruh lokasi langsung hening. Bahkan Panji juga melongo karena Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Awalnya, Panji mengira dirinya tidak akan bisa membatalkan pernikahan ini dengan lancar. Dia mengira Syakia akan menolak, lalu tidak berhenti menangis dan merengek. Sebelum datang, dia sudah memikirkan segala kemungkinan. Satu-satunya hal yang tidak diduganya adalah Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Tidak, Syakia tidak termasuk m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 11

    Abista menunjukkan ekspresi tidak setuju. Cambuk yang digunakan Keluarga Angkola bukanlah cambuk biasa, melainkan cambuk besi. Setelah 50 cambukan, bahkan pria dewasa juga paling tidak harus memulihkan diri setengah bulan, apalagi Syakia?Ayu yang berdiri di samping diam-diam merasa gembira. Dia tidak menyangka Syakia ingin mencari mati sendiri. Dia harus mencari cara agar Damar menyetujui hal ini. Selama Damar ertuju, 50 cambukan ini pasti bisa membuat Syakia sekarat. Namun, hal yang lebih mengejutkan adalah, Syakia sendiri yang berinisiatif untuk mencari mati sebelum dia sempat bertindak.“Kamu serius?” tanya Damar. Dia juga merasa terkejut karena Syakia berinisiatif minta dihukum dan juga meminta dijatuhkan hukuman seberat ini.Damar mengerutkan keningnya. Setelah teringat Syakia biasanya suka menggunakan trik kotor untuk mencari perhatian, dia memicingkan matanya dan memberi peringatan. “Aku paling benci sama orang bermuka dua.”Syakia mendongak, lalu menatap lurus mata Damar yang

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 12

    Syakia menggunakan tubuhnya yang kurus untuk menahan cambukan di punggungnya. Sementara itu, Abista sama sekali tidak merasa kasihan padanya dan mencambuknya dengan kuat, seolah-olah ingin menghancurkan seluruh tulang di tubuhnya.Syakia tentu saja merasa kesakitan. Sayangnya, rasa sakit pada tubuh tidak akan pernah bisa dibandingkan dengan rasa sakit dalam hati. Jadi, cambukan Abista bukan hanya tidak menghancurkan tulang Syakia, malah membuatnya makin fokus pada amarah dan kebencian dalam hatinya. Meskipun harus mati, dia juga tidak akan mengampuni Ayu dan seluruh anggota Keluarga Angkola!Abista mencambuk Syakia tepat 50 kali, tidak lebih maupun kurang.Saat Abista menyelesaikan cambukan terakhir, punggung Syakia sudah berlumuran darah. Dia melirik darah yang menetes dari cambuk besi, lalu melirik Syakia yang tidak bersuara dari awal sampai akhir dan masih mempertahankan posisinya hingga cambukan terakhir.Entah kenapa, Abista merasa hatinya terasa sesak. Dia yang sudah tidak tahan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 13

    Satu jam kemudian, Syakia berdiri di ruang baca kaisar saat ini. Prosedurnya masuk ke istana bisa dikatakan sangat mudah dan santai. Sebab, dia memiliki jimat pelindung lain yang ditinggalkan ibunya kepadanya, yaitu token giok yang diberikan mendiang Kaisar secara pribadi.Di kehidupan sebelumnya, Esti mencuri token giok ini dan memberikannya kepada Ayu. Karena alasan ini, Syakia baru tidak memiliki jalan keluar. Untungnya, setelah terlahir kembali ke kehidupan ini, token giok ini masih belum dicuri. Jadi, dia baru bisa mengandalkan token giok dari mendiang Kaisar untuk berdiri di hadapan kaisar muda saat ini.“Hormat, Yang Mulia. Namaku Syakia Angkola.”“Syakia Angkola? Seingatku, kamu itu putri kelima Adipati Pelindung Kerajaan, ‘kan?”Kaisar yang duduk di belakang meja kekaisaran meletakkan laporan resmi yang dipegangnya, lalu melirik Syakia yang berlutut di hadapannya. Kaisar ini merupakan putra ke-9 mendiang Kaisar. Ketika dinobatkan menjadi kaisar, dia baru berusia 11 tahun. Saa

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 14

    Namun, Syakia tidak peduli demi siapa Kaisar memberinya kesempatan. Yang terpenting adalah, dia memiliki kesempatan ini.“Harap Yang Mulia beri perintah,” ucap Syakia dengan hormat.Kaisar bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke hadapan Syakia, lalu mengembalikan token giok itu.“Dalam 2 tahun terakhir, bencana alam nggak berhenti terjadi di bagian selatan negara. Rakyat sangat menderita, sedangkan aku juga gelisah. Aku butuh seseorang yang bisa dengan tulus berdoa bagi kerajaan dan rakyat.”“Aku bersedia melakukannya!” jawab Syakia dengan segera.Kaisar malah tersenyum dan menggeleng. “Meski kamu bersedia, itu belum cukup. Kepala biksuni Kuil Bulani yang terletak di Gunung Selatan pinggiran ibu kota sangat dihormati orang-orang. Dia juga berbudi luhur dan sering melakukan kebajikan. Kalau Master setuju, aku juga akan setujui permintaanmu.”“Baik! Terima kasih atas kebaikan Yang Mulia!”“Jangan berterima kasih terlalu cepat. Kalau Master nggak setuju, aku juga nggak akan kabulkan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 15

    Sebelumnya, meskipun hanya berlutut sesaat di ruang baca Kaisar, Syakia yang kehilangan terlalu banyak darah sontak merasa pusing begitu berdiri dan hendak pergi. Namun, dia berusaha untuk bertahan supaya tidak pingsan di hadapan Kaisar. Awalnya, Syakia berencana untuk beristirahat di kereta kuda. Tak disangka, begitu keluar dari ruang baca, pandangannya langsung gelap. Ketika mendengar Danu menyapa “Pangeran Adika”, dia pun menabrak seseorang.Pangeran Adika?Setelah dipapah seseorang, Syakia menggigit ujung lidahnya dengan kuat. Rasa sakit itu pun membuatnya jauh lebih sadar. Saat mendongak untuk melihat siapa yang memapahnya, tidak peduli seberapa tampan pun wajah dingin itu, jantungnya langsung berdebar cepat karena ketakutan.Dengan rambut perak yang khas, tidak ada seorang pun di Dinasti Minggara yang tidak mengenali pria ini. Dia adalah dewa perang Dinasti Minggana yang sudah membunuh banyak orang, juga pangeran pemangku raja saat ini, Adika Wiranto.“Pangeran Adika, maafkan ke

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 16

    Kaisar berkata sambil tersenyum, “Tapi, Master Shanti sangat pemilih. Aku rasa Syakia akan pulang dengan kecewa.”Ujian yang diberikan Kaisar pada Syakia memang terdengar mudah. Namun, orang yang pernah berinteraksi dengan Shanti tahu bahwa kepala biksuni Kuil Bulani itu adalah wanita tua yang sangat keras kepala. Jangankan Kaisar, meskipun mendiang Kaisar yang berdiri di hadapannya, dia juga tidak akan mengalah.Jika Shanti menolak Syakia, Syakia tidak mungkin memiliki kesempatan ini. Jadi, Kaisar merasa yakin bahwa Syakia pasti akan bertemu kesulitan begitu tiba di Kuil Bulani. Akan lebih bagus lagi apabila niatnya untuk menjadi biksuni juga sirna. Bagaimanapun juga, Kaisar tidak begitu ingin putrinya Anggreni menjadi biksuni. Di sisi lain, Adika teringat pada gadis yang hampir pingsan di hadapannya, tetapi bisa bangkit kembali dan berjalan pergi dengan tegar sambil menahan rasa sakit lukanya. Pendapatnya berbeda dengan Kaisar.Saat ini, Syakia masih belum tahu bahwa harapannya untu

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 334

    “Kalian sudah dengar soal kejadian itu?”“Tentu saja! Siapa yang masih belum tahu kejadian itu!”“Jadi, Putri Suci benar-benar ditampar atau itu cuma rumor belaka?”“Putri Suci benar-benar ditampar. Kakek dari ipar dari menantu dari ibu mertua dari keponakan paman ketigaku yang menyaksikannya secara langsung. Waktu itu, dia segera berlari keluar dengan bertumpu pada tongkatnya untuk melindungi Putri Suci!”“Tapi, Adipati Pelindung Kerajaan malah langsung mendorongnya sampai dia jatuh dan tongkatnya hilang. Habis itu, Adipati langsung menampar Putri Suci. Dia sendiri yang kasih tahu kami apa yang dilihatnya. Ini hal yang dialaminya sendiri, mana mungkin itu palsu! Selain itu, katanya, Adipati melakukannya demi membela putri haramnya!”“Ya Tuhan! Adipati ternyata begitu pilih kasih? Keterlaluan sekali!”“Bukan cuma begitu! Adipati juga sengaja pilih waktu ketika Pangeran Pemangku Kaisar nggak ada untuk pergi cari Putri Suci. Katanya, dia juga mau bawa Putri Suci pergi. Untungnya, Putri S

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 333

    Kalimat penuh tuduhan dan luka ini telah disimpan Syakia selama dua kehidupan. Sekarang, dia akhirnya dapat mengucapkannya. Dulu, dia selalu menatap orang yang pernah dianggapnya agung itu dengan penuh kekaguman. Sekarang, seluruh kekaguman itu telah berubah menjadi benci.“Semuanya, lihat! Adipati Pelindung Kerajaan memukul orang ....”“Adipati Pelindung Kerajaan benar-benar memukul Putri Suci?”“Ya Tuhan! Putri Suci! Putri Suci baik-baik saja, ‘kan?”“Putri Suci, cepat bersembunyi di belakang kami!”Orang-orang di dalam toko obat tersadar kembali, lalu buru-buru melangkah maju dan melindungi Syakia di belakang mereka.Di sisi lain, pengelola toko obat menatap Damar dengan penuh waspada, “Adipati, toko kami nggak terima tamu hari ini. Silakan pergi! Kalau Adipati merasa nggak puas pada kami, silakan cari majikan kami. Majikan kami itu Bupati Nugraha dari Lukati.”Setelah mendengar ucapan tersebut, Damar akhirnya melirik pengelola toko obat itu.Nugraha merupakan seorang bupati di Luka

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 332

    “Dia itu Adipati Pelindung Kerajaan?”“Benar! Waktu Putri Suci adakan upacara doa di ibu kota sebelumnya, aku pernah melihatnya. Dia itu Adipati Pelindung Kerajaan yang mengusir Putri Suci dari rumah, lalu menghapus nama Putri Suci dari daftar silsilah keluarga demi melindungi putri haramnya.”“Hah? Kenapa yang kudengar itu, Putri Suci meninggalkan keluarganya karena diperlakukan dengan nggak adil oleh Adipati?”“Duh, sama saja kok! Intinya, orang dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan sudah menindas Putri Suci kita! Kalian belum dengar apa yang terjadi sebelumnya? Salah satu putra Adipati pernah menerjang masuk ke Kuil Bulani, lalu menghajar Putri Suci di depan umum demi membela putri haram itu!”“Ya Tuhan! Orang macam apa itu? Demi seorang adik haram, dia malah menghajar adik kandungnya sendiri? Memang benar, buah nggak jatuh jauh dari pohonnya.”“Sekarang, dia mau tindas Putri Suci kita waktu Pangeran Adika nggak ada. Apa dia sudah dapat persetujuan kita!”Orang-orang yang mendeng

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 331

    Setelah mendengar ucapan itu, Damar pun menghentikan langkahnya. Dia menoleh dan menatap Syakia dengan tajam.“Penyakit Adika kambuh, ‘kan?” Damar berkata dengan nada tenang, “Makanya dia baru nggak ada di sini sekarang.”Syakia diam-diam bergumam dalam hati, ‘Ternyata Damar juga tahu soal penyakit Pangeran Adika. Makanya, dia baru begitu nggak sabar untuk datang mencariku.’Kemarin, Syakia meminta Adika bersandiwara dengannya untuk membuat Damar mengira telah terjadi sesuatu pada Ayu di Istana Damai. Sebenarnya, tujuannya memang karena ingin Damar berinisiatif datang mencarinya.Namun, begitu Syakia menyampaikan niatnya, Adika langsung mengusulkan cara “berlagak gila”.“Adipati Damar tahu soal penyakitku. Jadi, selama bisa buat dia mengira aku benar-benar menggila di Istana Damai, dia pasti merasa gelisah.”Syakia awalnya masih kurang setuju. Bagaimanapun juga, apabila masalah ini menjadi besar, kelak semua orang akan tahu tentang penyakit Adika.Namun, Adika malah berkata, “Kamu kira

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 330

    Bagaimanapun juga, ada banyak menteri kerajaan yang tahu bahwa Adika mengidap semacam penyakit. Setiap kali penyakitnya kambuh, dia akan menyerang orang-orang di sekitarnya seperti orang gila. Tabib istana mengatakan bahwa penyakit ini merupakan efek samping yang tertinggal akibat Adika membunuh terlalu banyak orang di medan perang. Kaisar juga sudah menurunkan perintah untuk melarang siapa pun mengungkit tentang hal ini. Siapa pun yang berani melanggar perintah ini akan langsung dibunuh. Oleh karena itu, selain para menteri, sangat sedikit orang luar yang tahu bahwa Pangeran Pemangku Kaisar itu sebenarnya merupakan orang gila.Damar merasa khawatir. Apabila penyakit Adika tiba-tiba kambuh di Istana Damai .... Tidak, meskipun penyakit Adika tidak kambuh, mungkin saja “putrinya yang baik” berkomplot dengan Adika dan menggunakan alasan ini untuk menyingkirkan Ayu.Makin memikirkannya, Damar merasa kemungkinan seperti ini makin besar. Bagaimanapun juga, dia tahu bahwa Syakia sangat membe

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 329

    “Nggak mungkin! Mana mungkin Syakia dan Adika berani berbuat begitu!”Damar terlihat ragu, lalu menatap Ike dan bertanya, “Kamu yakin kamu melihatnya secara langsung?”Ike tidak berhenti menangis dalam kereta kuda. Setelah mendengar pertanyaan Damar, dia tidak berani mengatakan bahwa dirinya terlalu takut dan langsung melarikan diri.Ike akhirnya hanya berkata dengan tidak jelas, “Tentu saja! Darahnya ... darahnya sangat banyak. Aku nggak berani pergi memeriksanya. Jadi, aku juga nggak tahu apa ... apa orangnya benar-benar sudah mati atau nggak.”“Kamu!” Damar sangat murka dan menunjuk Ike sambil berseru, “Itu keponakan kandungmu! Tapi, kamu malah langsung kabur dan meninggalkannya di sana?”“Aku kan juga takut Pangeran Adika membunuhku!” Ike menjawab dengan ragu, “Kalau dia juga membunuhku, bukannya kamu akan kehilangan seorang adik kandung lagi!”“Bunuh apa! Adika nggak akan berani membunuhmu! Kamu itu istrinya Joko, juga adik kandungku. Selama kamu nggak melakukan kesalahan besar, A

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 328

    Syakia tiba-tiba tertawa. Suara tawanya terdengar sangat dingin hingga Ike tidak tahu harus berbuat apa. Dalam sekejap, muncul kepanikan dalam hatinya. Dia terlalu ketakutan hingga tidak berani lanjut berbicara.“Sudahlah. Aku mau pergi jenguk Ayu dulu. Kalau kamu nggak mau pergi, aku bisa pergi sendiri. Kamu pergi saja.”Saat ini, Ike tidak lagi berani membawa Syakia pergi menjenguk Ayu. Jika bukan karena ucapan kakaknya, dia bahkan ingin langsung pergi sekarang juga.Syakia hanya menatap Ike dengan dingin tanpa mengatakan apa-apa.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang yang bertenaga dan stabil. Ike pun secara refleks mendongak dan hampir pingsan saking terkejutnya.“Ah! Darah! Darahnya banyak sekali!”Orang yang berjalan mendekat tidak lain adalah Adika yang menemani Syakia datang ke istana. Dari tadi, sosoknya tidak terlihat. Begitu muncul sekarang, wajah, tangan, dan pakaiannya malah berlumuran darah. Dia benar-benar terlihat bagaikan orang yang sedang ter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 327

    “Plak!”Tepat ketika Ike menggeleng kuat untuk menyangkal dengan panik, Syakia langsung menamparnya tanpa ragu. Penampilan Ike langsung menjadi berantakan dan wajahnya juga memerah.Ike menutupi wajahnya, lalu menatap Syakia sambil berseru, “Syakia, sudah gila kamu! Ini istana! Kamu berani menamparku lagi?”“Jangankan di sini, meski di hadapan Ibu Suri dan Yang Mulia Kaisar, aku juga akan menamparmu hari ini.” Syakia menatap Ike dengan penuh kebencian, “Ike, kamu sudah jadi istri Joko sesuai harapanmu, juga melewati hari yang begitu nyaman dan bahagia selama belasan tahun. Apa kamu pernah hargai kebaikan dan jasa ibuku terhadapmu?”Ucapan itu sontak membuat Ike tertegun. Dia hendak membantah, tetapi tidak dapat mengucapkan apa-apa.Melihat tampang Ike yang seperti itu, Syakia makin mengasihani ibunya. “Sepertinya, waktu itu ibuku memang sudah buta dan salah menilai orang.”Syakia menatap Ike dengan tatapan seolah-olah sedang memaki Ike adalah orang yang tidak tahu berterima kasih.Ike

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 326

    Hanya saja, Adika mau membalaskan dendam Syakia dan baru sengaja bersandiwara bersama Kaisar. Berhubung Kaisar masih muda, dia juga baru menemani Adika bermain. Namun, berhubung anggota Keluarga Angkola malah mencari Syakia karena hal ini, Syakia juga harus menerima sedikit bunga, ‘kan?“Kamu nggak malu? Pasti kamu yang ngadu ke Yang Mulia Kaisar, makanya Ayu baru ditahan di istana sampai sekarang. Kamu ....”Ike sebenarnya sangat setuju Ayu masuk istana. Hanya saja, dia selalu memihak pada kakaknya. Berhubung kakaknya mengatakan Ayu tidak boleh masuk istana dan harus dibawa keluar secepat mungkin, dia mau tak mau hanya bisa mematuhi keinginan kakaknya.Masalahnya, hasil kerja Ike tidak bisa dibilang memuaskan. Dia malah menimbulkan lebih banyak kekacauan daripada berkontribusi. Contohnya, mulutnya yang selalu berbicara tanpa berpikir.“Sst.”Sebelum Ike menyelesaikan ucapannya, Syakia sudah menaruh sebuah jari di depan mulut dan mengisyaratkannya untuk diam.“Nyonya Ike, ada beberapa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status