Share

Bab 2

Author: Emilia Sebastian
Upacara kedewasaan? Bukankah upacara kedewasaannya sudah lewat? Syakia bahkan masih mengingat penghinaan-penghinaan yang diterimanya di upacara kedewasaannya.

Ejekan dari para tamu, sindiran kakak-kakaknya, pembatalan pernikahan yang diajukan tunangannya, serta cercaan orang tuanya ....

Syakia sudah mengalami semua ini sebelumnya. Kenapa dia masih harus melewati upacara kedewasaan lagi sekarang? Apa ini trik baru Ayu? Ayu ingin mempermalukannya sekali lagi sebelum membunuhnya?

Napas Syakia sontak menjadi terengah-engah. Namun, pada saat dirinya hampir kehilangan kendali atas emosinya, dia tiba-tiba mematung.

Tunggu sebentar!

Mata Syakia membelalak lebar. Dia menatap kedua tangannya yang masih utuh, lalu menunduk untuk melihat kedua kakinya. Kemudian, rasa tidak percaya yang kental muncul di wajahnya. Bukankah tangan dan kakinya sudah dilumpuhkan? Kenapa sekarang dia baik-baik saja? Mana mungkin bisa begini?

Perlu diketahui bahwa sebelumnya, urat tangan dan kaki Syakia telah dipotong. Jadi, dia tidak mungkin bisa pulih kembali.

Setelah menyadari ada yang tidak beres, Syakia menoleh secara perlahan dan mengamati kamar ini dengan saksama. Keadaan kamar ini masih sesuai dengan yang diingatnya. Dia pun mengalihkan pandangannya pada meja rias dalam kamar dan berjalan perlahan ke sana.

Sosok Syakia yang kurus pun berangsur-angsur muncul di cermin perunggu. Wajahnya terlihat cantik dan masih muda, sedangkan penampilannya terlihat sederhana ....

Ini jelas-jelas adalah paras Syakia sebelum Ayu menghancurkan wajahnya, juga penampilannya sebelum melakukan upacara kedewasaan!

Kaki tangan yang masih berfungsi, kamar yang familier, dan wajah mulus tanpa luka sedikit pun ....

Sebuah pemikiran mengejutkan tiba-tiba muncul di benak Syakia. Jangan-jangan ... dia sudah terlahir kembali di hari upacara kedewasaannya?

Begitu memikirkan hal ini, Syakia menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan menunjukkan ekspresi histeris. Benar, dia sudah mati di tangan Kahar sebelumnya. Sayangnya, dia tidak sepenuhnya mati, malah terlahir kembali! Takdir benar-benar suka mempermainkannya.

Syakia jelas-jelas tidak ingin terlibat dengan Keluarga Angkola lagi. Namun, takdir malah bersikeras membiarkannya kembali menjadi putri Keluarga Angkola.

Syakia menggigit bibirnya hingga berdarah. Setelah mencicipi darahnya sendiri, dia baru kembali tenang dan menunjukkan ekspresi dingin. Meskipun takdir ingin bercanda dengannya, dia bukannya tidak bisa memanfaatkan candaan ini. Lagi pula, dia juga tidak takut mati. Mana mungkin dia takut untuk hidup?

Di kehidupan sebelumnya, Syakia merupakan putri sah Keluarga Angkola yang paling dimanja. Dari kecil, keempat kakaknya paling menyukainya, sedangkan ayahnya juga paling melindungi putri bungsunya. Dapat dikatakan bahwa dia adalah buah hati keluarga ini sebelum berusia 15 tahun.

Namun, pada saat Syakia berusia 15 tahun, ayahnya tiba-tiba membawa pulang seorang gadis kecil. Ayahnya mengatakan bahwa itu adalah putrinya yang telantar di luar dan merupakan adik mereka. Namanya adalah Ayu Angkola.

Sejak saat itu, semuanya langsung berubah. Damar tidak begitu perhatian pada Syakia lagi dan makin perhatian pada Ayu. Keempat kakaknya juga mengalihkan semua kasih sayang mereka kepada Ayu.

Di kehidupan sebelumnya, Syakia tidak tahu apa salahnya. Dia pun berusaha untuk mengembalikan hubungan mereka seperti dulu. Namun, apa yang diperolehnya?

Begitu Ayu menangis, Abista akan langsung memaksanya berlutut di depan umum. Kama akan mematahkan tangan dan kakinya. Kahar akan menyiksanya dengan kejam. Ranjana akan mencemarkan nama baiknya.

Demi Ayu, ayahnya bahkan tega mengusirnya dari rumah dengan alasan Syakia “tidak layak menyandang nama Keluarga Angkola”. Sejak saat itu, dia pun menjadi orang yang ditindas semua penduduk ibu kota. Hanya dalam waktu 3 tahun, reputasinya sebagai putri sah Keluarga Angkola langsung hancur.

Syakia yang sudah kehilangan semua harapan awalnya berniat untuk meninggalkan ibu kota, lalu memulai hidup baru dengan menyembunyikan identitasnya. Namun, Ayu malah tiba-tiba menuduhnya mencuri giok. Keluarga Angkola pun segera menyuruh orang untuk menangkapnya dan memaksanya untuk menyerahkan giok itu.

Hal yang paling konyol adalah, Syakia masih menaruh harapan bahwa Damar akan menunjukkan sedikit belas kasihan padanya. Setelah mempertaruhkan nyawanya, dia baru menyadari bahwa itu hanyalah khayalannya belaka.

Syakia menarik napas dalam-dalam, lalu memejamkan mata untuk berhenti mengingat kenangan-kenangan pahit di kehidupan sebelumnya. Mungkin semua itu memang bukan miliknya. Jadi, dia tidak seharusnya memaksakan diri untuk mendapatkannya dari awal. Meskipun sudah melakukan pilihan yang salah di kehidupan sebelumnya, dia masih bisa mengubahnya di kehidupan ini.

“Klotak!” Tepat pada saat ini, sebuah giok familier tiba-tiba jatuh dari tubuh Syakia. Dia pun tersadar dari lamunannya dan langsung berseru gembira, “Itu giok Ibu!”

Syakia buru-buru memungut giok itu dan menyeka debu dari permukaan giok dengan hati-hati. Namun, dia tiba-tiba menyadari ada yang aneh. “Gioknya rusak?”

Seingat Syakia, giok yang diberikan ibunya adalah sepasang giok berbentuk bulat yang saling terkait. Sekarang, yang tersisa hanyalah bagian tengah giok. Dia pun mulai mencari ke sekeliling, tetapi tidak menemukan separuhnya lagi.

Pada akhirnya, tatapan Syakia kembali tertuju pada giok itu. Melihat patahan rapi yang tertinggal pada giok tersebut, dia pun merasa agak ragu. “Jangan-jangan, giok ini bukan pecah karena jatuh?”

Syakia mengulurkan tangan untuk menyentuh bagian patahan itu. Tak disangka, pada detik berikutnya, sosoknya langsung menghilang.

Setelah merasa pusing untuk sesaat, Syakia membuka kembali matanya dan menemukan bahwa dirinya sudah tidak berada dalam kamarnya. Dia sedang berada di sebuah ruang berkabut yang sangat luas.

Ini tempat apa?

Syakia berjongkok, lalu menyentuh rumput di bawah kakinya yang terasa sangat nyata. Sebuah tebakan yang berani tiba-tiba muncul dalam benaknya. Apa mungkin ini adalah ruang dalam giok? Jangan-jangan, dia yang terlahir kembali juga berkaitan dengan giok ini?

Syakia mengesampingkan kebingungannya dan mengamati lingkungan di sekitar. Ruang ini tidaklah rumit. Ada padang rumput datar, sungai kecil yang jernih, dan sebuah rumah gubuk yang sangat sederhana.

Syakia berjalan memasuki gubuk, tetapi tidak melihat siapa pun. Gubuk itu juga tidak menunjukkan tanda-tanda pernah ditempati. Setelah keluar dari gubuk, dia berjalan-jalan ke sekitar dan menemukan banyak tanaman di seberang sungai.

Bukan, itu bukan hanya sekadar tanaman! Syakia buru-buru berlari ke sana dan langsung membelalak setelah melihat jelas semuanya.

Ginseng, ganoderma, cistanche, dendrobium, dan jamur ulat? Selain itu, masih ada banyak tanaman yang tidak dikenal Syakia. Namun, dia dapat menebak bahwa semua ini adalah tanaman herbal, juga merupakan tanaman herbal yang sangat langka.

Namun, lingkungan tempat tumbuhnya tanaman-tanaman herbal ini sangat berbeda. Ada yang tumbuh di tebing terjal, ada yang tumbuh di hutan yang dalam, ada yang tumbuh di tempat yang sangat dingin, ada juga yang tumbuh di lingkungan yang sangat panas ....

Jadi, kenapa tanaman-tanaman herbal yang lingkungan hidupnya sepenuhnya berbeda bisa tumbuh di tempat ini? Apa karena pengaruh ruang ini? Tidak! Airnya juga berpengaruh!

Syakia menyadari bahwa tanaman herbal yang makin sulit ditanam berada di tempat yang makin dekat dengan sungai. Mungkin saja air sungai itu juga merupakan salah satu alasan kenapa tanaman-tanaman herbal ini bisa tumbuh di tempat ini.

Syakia memandang semua ini sambil bergumam, “Ibu, apa sebenarnya giok yang kamu tinggalkan untukku ini?”

Setelah tersadar dari keterkejutannya, Syakia tiba-tiba teringat sesuatu. Di kehidupan sebelumnya, Ayu tiba-tiba memaksanya menyerahkan giok ini. Apa waktu itu Ayu sudah menemukan ruang ini?

Namun, itu juga tidak mungkin. Giok ini tidak pernah meninggalkan sisi Syakia. Jika bukan karena masuk ke ruang ini secara tidak sengaja hari ini, dia juga tidak mengetahui keberadaannya. Dinilai dari tampang Ayu, dia jelas juga tidak mengetahui tentang ruang ini.

Jadi, seharusnya ada orang lain yang mengetahui keberadaan ruang dalam giok ini, lalu memberi tahu Ayu. Jika bukan, itu berarti Ayu menginginkannya bukan karena ruang ini, melainkan alasan lain.

Entah kenapa, firasat Syakia mengatakan bahwa Ayu seharusnya menginginkan giok ini karena alasan lain. Namun, tidak peduli apa pun alasannya, dia sudah mengetahui rahasia ini. Dia harus menyembunyikan giok ini dengan baik dan mencegah orang lain menemukannya.

Sekarang, dengan memiliki giok ini, Syakia sudah bisa balas dendam pada Ayu dan anggota Keluarga Angkola dengan lebih mudah. Setelah mencari tahu dengan jelas cara keluar masuk ruang giok ini, dia pun kembali ke kamarnya.

Syakia tidak boleh berada terlalu lama dalam ruangan itu. Bagaimanapun juga, ini adalah hari upacara kedewasaannya. Dia tahu akan ada orang yang datang mencarinya.

Namun, Syakia tidak tahu bahwa setelah dirinya meninggalkan ruang giok, seorang pria tampan yang sedang bersandar di jendela untuk tidur siang tiba-tiba terbangun dari mimpinya. Pria ini tinggal di rumah besar lain di ibu kota, yaitu Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar. Dia mengambil sebuah giok dari meja, lalu menatap giok yang tiba-tiba hanya tersisa setengah itu dengan kening berkerut.

...

“Brak!” Seorang pemuda berperawakan tinggi dan tegap menerjang masuk ke kamar Syakia sambil berseru marah, “Syakia! Keluar! Jangan kira aku nggak akan datang mencarimu mentang-mentang kamu sembunyi dalam kamar!”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
162_06_Sandra Prima Setiawati
lanjut dong cerita nya seru nih
goodnovel comment avatar
luluil machsunah
ini lanjutnya gimana ya
goodnovel comment avatar
luluil machsunah
bagus ceritanya . buat penasaran ending nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 3

    Syakia duduk di depan meja rias. Tidak ada dayang yang melayaninya, jadi dia hanya bisa berdandan sendiri. Dia menoleh ke arah datangnya suara, lalu menyapa dengan acuh tak acuh sambil menahan rasa muaknya, “Kak Kama.”Orang yang menerjang masuk dengan marah itu tidak lain adalah Kama. Dia memelototi Syakia sambil berseru, “Jawab aku, kamu yang merusak pakaian resmi Ayu? Kenapa kamu begitu kejam? Kamu jelas-jelas tahu hari ini juga hari upacara kedewasaan Ayu, tapi kamu malah merusak pakaian resminya!”Ketika Kama menuduh Syakia, orang yang paling dibenci Syakia itu menjulurkan kepalanya dari belakang Kama dengan ekspresi bersalah.“Kak Kama, sudahlah. Bukannya aku sudah menjelaskannya padamu? Kak Syakia bukan melakukannya dengan sengaja.”Ayu berperawakan langsing, bertampang imut, dan selalu terlihat lembut. Ditambah dengan sepasang matanya yang memelas, siapa yang mungkin tidak kasihan padanya? Dia mengetahui keunggulannya itu, juga mengetahui semua orang di Kediaman Adipati merasa

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 4

    Syakia pun tersandung dan menabrak meja rias. Dia menggigit bibirnya erat-erat. Di kehidupan sebelumnya, dia sudah banyak dicelakai oleh Ayu. Begitu melihat tampang Ayu sekarang, dia langsung tahu bahwa Ayu pasti ingin menggunakan trik kotor lagi. Dia memungut pakaian resmi itu dari lantai.“Aku juga nggak tahu apa yang kulakukan sampai Ayu bisa bereaksi seperti itu. Gimana kalau Ayu jelaskan padaku?”“Kamu sendiri yang tahu paling jelas apa yang sudah kamu perbuat!” bentak Kama sebelum Ayu sempat berbicara.Tatapan Syakia terlihat makin dingin. Dulu, dia tidak menyadarinya. Sekarang, dia merasa Kama sangatlah buta. Kama bahkan tidak dapat membedakan siapa sebenarnya yang melakukan trik kotor, padahal dia sudah menyaksikan seluruh kejadiannya sendiri. Mungkin saja dia juga hanya akan tetap percaya pada ucapan seseorang meskipun sudah melihat jelas.Kama memelototi Syakia untuk sesaat, lalu menepuk-nepuk pundak Ayu dan menghibur dengan nada lembut, “Ayu, jangan takut. Katakan saja apa y

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 5

    “Syakia, kamu sudah gila?”Ayu yang mengira dirinya masih memiliki kesempatan untuk merebut pakaian resmi itu pun tidak bisa berkata-kata saking marahnya. Dia merasa Syakia seperti sedang menggunting pakaiannya.Syakia menghentikan gerakannya, lalu menyahut sambil masih tersenyum, “Aku lagi gunting baju. Bukannya kalian sudah lihat? Buat apa kalian bereaksi begitu berlebihan?”Kama berseru marah, “Kamu masih berani tanya kenapa reaksiku begitu berlebihan? Pakaian ini kami pesan khusus untukmu! Apa yang kamu lakukan! Kenapa kamu mengguntingnya!”“Karena sudah nggak ada yang mau.” Syakia lanjut menggunting dan menjawab, “Aku nggak mau, Ayu juga nggak mau. Barang yang sudah nggak diinginkan tentu saja harus dibuang.”Ekspresi Syakia terlihat sangat dingin hingga Kama merasa agak asing.‘Siapa bilang aku nggak mau?’ seru Ayu dalam hati. Dia hanya tidak ingin Kama curiga, makanya dia sengaja menolak. Siapa sangka Syakia akan bertindak segila ini? Ayu jelas-jelas sudah memutuskan untuk meng

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 6

    Pria yang datang itu bertubuh tinggi dan tegap. Dia mengenakan jubah berwarna biru tua. Penampilannya terlihat berwibawa dan wajahnya juga tampan. Namanya Abista Angkola. Dia adalah kakak pertama Syakia dan putra sulung Keluarga Angkola.“Syakia, kamu sudah sadari kesalahanmu?” tanya Abista sambil menatap Syakia dengan dingin.Aura intimidasi yang dipancarkan Abista membuat Syakia hampir tidak bisa bernapas. Dulu, dia sangat bodoh dan mengira dirinya merasa terintimidasi karena Abista memiliki perawakan tinggi dan tegap. Setelah melihat Abista membungkuk untuk menyejajarkan pandangannya dengan Ayu demi mendengar keluhannya, Syakia baru mengerti bahwa di mata kakaknya, dirinya berstatus lebih rendah.“Aku nggak ngerti maksud Kakak. Apa salahku? Harap Kakak menjelaskannya.”Syakia bukannya tidak melihat pakaian resmi yang dipegang Abista. Jadi, dia tentu saja bisa menebak maksud kedatangan Abista. Namun, memangnya kenapa meskipun begitu? Atas dasar apa Abista membuatnya mengaku salah ta

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 7

    Panji berjalan ke arah Syakia dengan tampang marah dan sepertinya ingin mencari masalah. Di belakangnya, Ayu membuka mulut dengan takut dan berseru “jangan”. Namun, dia sama sekali tidak menunjukkan gerak-gerik untuk menghentikan Panji.Setelah bertemu pandang dengan Syakia, Ayu bahkan terlihat bangga. Sangat jelas bahwa dia merasa bangga dan ingin mengatakan bahwa dirinya dapat membuat Panji membelanya dengan mudah. Sayangnya, sebelum Panji sampai di depan Syakia, suara seseorang yang berat dan dalam sudah terdengar dari arah panggung ....“Syakia, Ayu, waktunya sudah tiba. Cepat kemari untuk mulai upacaranya!”Syakia menoleh ke arah datangnya suara. Di atas panggung, seorang pria paruh baya yang mengenakan jubah berwarna hijau dan terlihat sangat berwibawa sedang duduk di kursi utama. Dia sedang menatap ke arah Syakia dan Ayu dengan ekspresi dingin. Orang itu tidak lain adalah ayahnya Syakia dan adipati militer, Damar Angkola.Pada saat ini, Panji yang berencana untuk mencari masal

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 8

    Saat naik ke panggung, Abista awalnya masih menatap kedua adiknya dengan ragu. Namun, setelah bertemu pandang dengan tatapan Ayu yang penuh harapan, dia hanya tersenyum dengan tidak berdaya.Siapa suruh Syakia sendiri yang pencemburu dan tidak bisa menerima Ayu. Oleh karena itu, Abista tidak lagi ragu dan langsung berjalan melewati Syakia untuk memberikan bunganya kepada Ayu. Setelahnya, Kama, Kahar, Ranjana, dan seluruh anggota Keluarga Angkola juga memberikan bunga mereka kepada Ayu.Seperti di kehidupan sebelumnya, Syakia tidak menerima sekuntum bunga pun, sedangkan Ayu dikelilingi dengan bunga pemberkatan. Namun, Syakia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Bagaimanapun juga, dia sudah mengetahui hasil seperti ini dari awal. Jadi, dia sama sekali tidak menaruh harapan.Pada saat giliran Panji, dia bukan hanya menggenggam sekuntum bunga seperti orang lain, melainkan buket besar berisi bunga-bunga yang indah. Dia melirik Syakia sekilas, lalu langsung memberikan buket bunga itu kepada

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 9

    “Nggak bisa!”“Nggak mungkin!”Itu hanyalah sebuah sumpah biasa. Awalnya, semua orang mengira Panji akan setuju. Tak disangka, Panji malah menolaknya. Anehnya, masih ada satu orang lagi yang juga ikut membantah.“Ayu?” Abista menatap Ayu dengan heran.Ekspresi Ayu langsung membeku. Setelah menyadari dirinya sudah kehilangan kendali atas sikapnya, dia buru-buru menenangkan diri dan memaksakan seulas senyum sambil berkata, “Bukan .... Umm, aku ... aku cuma merasa syarat yang diajukan Kak Syakia kurang baik. Gimana ... gimana kalau Kak Panji berubah pikiran kelak. Jadi, sebaiknya Kak Syakia pertimbangkan hal ini?”Abista mengernyit karena merasa ucapan Ayu agak aneh. Kahar tidak menunjukkan reaksi apa pun, sedangkan Ranjana melirik Ayu dan Panji dengan ekspresi sulit ditebak. Satu-satunya orang yang sepenuhnya percaya pada kepolosan Ayu hanyalah Kama. Dia sama sekali tidak berpikir kejauhan.“Sudahlah, Ayu. Aku tahu kamu khawatirkan Syakia. Tapi, aku merasa yang dikatakannya nggak salah.”

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 10

    “Yang kalian bilang benar. Aku bukan adikku. Aku nggak sebaik dia. Jadi, aku pasti akan balas dendam pada semua orang yang pernah menindas dan mempermalukanku!” ucap Syakia dengan dingin. Kemudian, dia menatap Panji dan mengucapkan kata-kata yang tidak diucapkannya di depan umum pada kehidupan lalu dan merasa menyesal setelahnya.“Panji, bukannya kamu mau batalkan pernikahan kita? Oke, aku setuju tanpa syarat apa pun. Hanya saja, mulai sekarang, aku nggak punya hubungan apa pun lagi dengan keluarga kalian!”Begitu Syakia selesai berbicara, seluruh lokasi langsung hening. Bahkan Panji juga melongo karena Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Awalnya, Panji mengira dirinya tidak akan bisa membatalkan pernikahan ini dengan lancar. Dia mengira Syakia akan menolak, lalu tidak berhenti menangis dan merengek. Sebelum datang, dia sudah memikirkan segala kemungkinan. Satu-satunya hal yang tidak diduganya adalah Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Tidak, Syakia tidak termasuk m

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 224

    “Terima kasih atas niat baik Pangeran, juga atas usaha kalian untuk pergi cari bibit sebanyak ini.”Setelah melihat dua ladang obat di halaman tempat tinggal Syakia, Adika pun membantunya membuka ladang obat di gunung belakang. Adika juga mengatakan akan membantunya mengumpulkan berbagai bibit obat herbal. Tak disangka, Adika benar-benar mengingat semua ini.Seorang Pangeran Pemangku Kaisar mengingat semua ucapannya terhadap dirinya sampai sekarang. Hal ini benar-benar membuat Syakia merasa terharu.Meskipun memberikan rumput peremajaan kepada Adika memang berisiko untuk mengekspos rahasianya, Syakia tiba-tiba merasa tidak begitu menyesal lagi setelah melihat halaman yang dipenuhi bibit obat herbal ini. Bagaimanapun juga, itu adalah Adika yang tidak pernah melakukan hal keterlaluan apa pun terhadapnya.Begitu memikirkan hal ini, kecemasan Syakia akhirnya berkurang sedikit.“Putri Suci? Putri Suci!” seru Deska. Dia tidak memedulikan citranya dan berlari menghampiri Syakia dengan wajah d

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 223

    “Rumput peremajaan?” Deska langsung menoleh ke arah Syakia dan menjawab. “Tentu saja berguna!” Deska berujar dengan bersemangat, “Sebelumnya, Putri Suci pernah kasih ganoderma ungu berusia 100 tahun pada Pangeran Adika. Sekarang, Pangeran Adika cuma masih kurang 2 macam obat herbal. Salah satunya adalah rumput peremajaan!”Kebetulan sekali! Syakia juga melongo saking terkejutnya. Sebelum Syakia sempat berbicara, Deska sudah langsung bertanya, “Untuk apa Putri Suci bertanya tentang hal ini? Apa Putri Suci punya rumput peremajaan?”Syakia menjawab, “Aku memang punya rumput peremajaan. Sebelumnya, Pangeran Adika sudah mengawalku ke Kalika dan melindungiku dari banyak bahaya. Jadi, aku datang untuk berterima kasih padanya.”Syakia memberikan kotak kayu yang dibawanya kepada Deska. Deska pun menerimanya dengan tidak sabar dan membukanya. Isinya memang adalah rumput peremajaan. Selain itu, rumput peremajaan ini juga pasti sudah berumur 100 tahun!Deska hampir melompat kegirangan. “Baguslah

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 222

    Jika Shanti tidak salah lihat, isi kotak ini adalah jamur ganoderma berusia 100 tahun.Syakia menjawab sambil tersenyum, “Karena Guru sangat baik terhadapku. Aku pun ingin kasih hadiah yang bagus juga buat Guru.”Syakia menyampaikan kekhawatirannya pada Shanti. “Guru juga tahu apa manfaat jamur ganoderma. Sebenarnya, aku selalu khawatirkan keadaan jantung Guru. Makanya, aku baru siapkan hadiah ini. Aku harap Guru jangan anggap remeh keadaan Guru. Kalau bisa disembuhkan, sembuhkanlah penyakit itu dengan baik.”Syakia yakin dengan keterampilan pengobatan yang dikuasai Shanti, Shanti pasti sudah menyembuhkan penyakit jantungnya itu dari dulu jika dia bersedia mengobatinya. Hari ini, Syakia memberikan hadiah ini hanya untuk menunjukkan rasa perhatiannya sebagai seorang murid, bukan untuk menunjukkan nilai hadiahnya.Shanti tidak menyangka Syakia ternyata tidak berhenti memikirkan hal ini. Setelah terdiam untuk sesaat, dia baru mengungkapkan alasan kenapa dia tidak mengobati keadaannya.“Se

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 221

    Setelah memberikan obat bius yang cukup banyak kepada Ayu, Syakia menutup mata, telinga, dan mulutnya, juga mengikat tangan serta kakinya dengan baik sebelum melemparnya masuk ke ruang giok.Meskipun sangat tidak ingin Ayu masuk dan mengotori ruang giok, Syakia tidak memiliki cara lain. Hanya dengan menaruh Ayu di ruang giok, Kingston baru tidak bisa menemukan Ayu.Syakia mengurung Ayu di ruangan kecil dalam ruang giok. Kelak, dia hanya perlu mengeluarkan Ayu dan memberinya sedikit makanan dan minuman, lalu mengikatnya dan melemparnya kembali ke dalam.Semua obat herbal yang dibeli dan dimasukkan Syakia ke ruang giok sudah didonasikan Syakia bersama dengan barang-barang lain dari istana untuk Kalika. Meskipun sudah turun hujan di Kalika, akibat yang ditimbulkan bencana alam tidaklah begitu mudah berakhir.Semua itu adalah obat herbal yang paling berguna dan paling umum digunakan. Syakia merasa obat-obat itu sangat cocok untuk diberikan kepada penduduk Kalika.Syakia berbalik, lalu mena

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 220

    Syakia pun tertawa. “Itu karena aku melakukan perjalanan jauh. Guru pasti khawatir. Kalau yang melakukan perjalanan jauh itu Kak Maya, Guru pasti juga akan mengkhawatirkanmu.”Shanti yang menggenggam tangan Syakia sambil melangkah maju tidak berkomentar. Dia hanya diam-diam bergumam dalam hati, ‘Beda.’Shanti memang akan mengkhawatirkan Maya, tetapi kekhawatirannya terhadap Syakia berbeda. Hanya Tuhan yang tahu sudah berapa lama dia tidak merasakan hal seperti ini sejak Anggreni meninggal.Sup penambah gizi yang dimasak Shanti sangat banyak. Dia tentu saja juga tidak boleh pilih kasih. Setelah mengambil semangkuk besar sup untuk Syakia, dia membagikan sisanya kepada orang lainnya.Syakia meminum sup yang hangat itu sambil tersenyum gembira. “Makasih, Guru. Supnya enak banget!”“Baguslah kalau kamu suka. Dulu, aku juga sering masakkan sup penambah gizi untuk ibumu. Setiap kali, dia juga selalu bilang dia paling suka minum sup yang kumasak.”Begitu mengungkit tentang Anggreni, Shanti pun

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 219

    “Aaah! Hujan! Benar-benar sudah hujan!”“Huhuhu! Bencana alam akhirnya berakhir juga!”“Ayah, Ibu! Kalian sudah lihat! Bencana alam sudah berakhir!”Semua penduduk Kalika langsung berlari keluar rumah seperti orang gila. Mereka berdiri di bawah hujan dengan gembira dan sangat menghargai hujan deras pertama yang sudah dinantikan mereka selama 3 bulan penuh.“Ini berkat Putri Suci!”“Benar! Putri Suci Pembawa Berkah yang sudah berhasil memohon hujan deras ini untuk kita!”“Putri Suci Pembawa Berkah benar-benar adalah dewi penolong!”“Dia itu putri suci yang diangkat Kaisar secara langsung supaya bisa mendoakan kerajaan dan rakyatnya. Dia itu putri suci kita!”Pada hari itu, Syakia tidak tahu bahwa semua orang di Kalika bersorak di bawah hujan deras sambil menyerukan namanya.Putri Suci Pembawa Berkah, putri suci pertama Dinasti Minggana. Dialah satu-satunya orang yang dapat membawa berkah bagi kerajaan....Seminggu kemudian, Syakia dan orang lainnya akhirnya kembali ke ibu kota.“Gimana

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 218

    Setelahnya, suasananya pun kembali hening.Syakia sedang berdiri di atas panggung sehingga suara-suara di bawah itu tidak terdengarnya. Dia sama sekali tidak terpengaruh dan melanjutkan upacara ini sesuai prosedur.Kemudian, Syakia mengangkat kepalanya sedikit dan memandang ke langit. Begitu dia membuka mulut, suaranya yang halus dan merdu pun mencapai telinga orang-orang di bawah panggung.Semua orang mendengar Syakia memohon pada Langit dengan tampang serius.“Ini adalah bulan Oktober di Dinasti Minggana. Namaku Sahana, aku juga dijuluki sebagai Putri Suci Pembawa Berkah. Aku ingin mewakili seluruh rakyat Kalika untuk meminta para dewa menurunkan hujan untuk mengakhiri kekeringan di tanah ini.”“Wahai para dewa yang agung, yang menerangi langit, turunkanlah hujan yang bisa menyuburkan tanah agar segala makhluk hidup mendapatkan berkah. Aku harap para dewa bisa mengabulkan permintaan rakyat. Di sini, aku berdoa dengan setulus hati.”Syakia mengucapkan setiap kata dengan jelas dan tulu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 217

    Setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian resmi, Syakia juga mengenakan cadar dan kerudung putih. Kemudian, dia berjalan keluar di bawah bimbingan para dayang.Gading menyenggol Wisnu yang melongo setelah melihat penampilan Syakia. “Tuan Wisnu, Putri Suci sudah pergi. Kenapa kamu masih melongo? Cepat jalan!”Wisnu yang baru tersadar kembali buru-buru mengejar Syakia. “Ah! Putri Suci, tunggu dulu. Biar aku yang tunjukkan jalannya!”...“Jalannya cepat dikit! Cepat, cepat! Kalau nggak cepat pergi, nanti nggak ada tempat lagi!”“Iya, iya. Tunggu aku!”“Ada apa ini?”“Kalian mau ke mana?”Baik di luar maupun di dalam area kota Kalika, orang yang tak terhitung jumlahnya berjalan menuju sebuah tempat dari segala arah. Setelah menderita kekeringan selama 3 bulan, mereka semua sudah hampir kehilangan harapan. Namun, kali ini, kepala prefektur mereka sudah mengundang Putri Suci yang diangkat secara pribadi oleh Kaisar untuk datang mengadakan upacara permohonan hujan bagi mereka. Hanya dalam

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 216

    Syakia tidak menyangka Wisnu akan langsung berlutut untuk menyapanya. Dia pun buru-buru mengulurkan tangan untuk mengisyaratkan Wisnu berdiri.Setelah Wisnu berdiri, Syakia baru menanyakan hal yang paling penting, “Apa panggung untuk mengadakan upacara permohonan hujan sudah dibangun?”Wisnu buru-buru mengangguk. “Putri Suci tenang saja. Begitu mendengar Putri Suci dan Pangeran Adika sudah berangkat, kami langsung memberi perintah kepada orang untuk membangun panggungnya. Panggungnya sudah selesai dibangun semalam. Setelah memeriksa segalanya sekali lagi hari ini, Putri Suci sudah bisa memulai upacaranya besok.”Adika yang berdiri di samping berkata, “Sahana, kamu istirahat saja dulu sekarang. Upacara permohonan hujan besok akan sangat melelahkan. Kamu harus istirahat yang cukup dulu. Serahkan sisanya padaku.”“Baik.”Syakia juga tidak merasa sungkan. Perjalanan kali ini benar-benar sangat melelahkan. Untungnya, Wisnu telah menyediakan tempat peristirahatan untuk mereka.Setelah tiba

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status