Share

Bab 2

Author: Emilia Sebastian
Upacara kedewasaan? Bukankah upacara kedewasaannya sudah lewat? Syakia bahkan masih mengingat penghinaan-penghinaan yang diterimanya di upacara kedewasaannya.

Ejekan dari para tamu, sindiran kakak-kakaknya, pembatalan pernikahan yang diajukan tunangannya, serta cercaan orang tuanya ....

Syakia sudah mengalami semua ini sebelumnya. Kenapa dia masih harus melewati upacara kedewasaan lagi sekarang? Apa ini trik baru Ayu? Ayu ingin mempermalukannya sekali lagi sebelum membunuhnya?

Napas Syakia sontak menjadi terengah-engah. Namun, pada saat dirinya hampir kehilangan kendali atas emosinya, dia tiba-tiba mematung.

Tunggu sebentar!

Mata Syakia membelalak lebar. Dia menatap kedua tangannya yang masih utuh, lalu menunduk untuk melihat kedua kakinya. Kemudian, rasa tidak percaya yang kental muncul di wajahnya. Bukankah tangan dan kakinya sudah dilumpuhkan? Kenapa sekarang dia baik-baik saja? Mana mungkin bisa begini?

Perlu diketahui bahwa sebelumnya, urat tangan dan kaki Syakia telah dipotong. Jadi, dia tidak mungkin bisa pulih kembali.

Setelah menyadari ada yang tidak beres, Syakia menoleh secara perlahan dan mengamati kamar ini dengan saksama. Keadaan kamar ini masih sesuai dengan yang diingatnya. Dia pun mengalihkan pandangannya pada meja rias dalam kamar dan berjalan perlahan ke sana.

Sosok Syakia yang kurus pun berangsur-angsur muncul di cermin perunggu. Wajahnya terlihat cantik dan masih muda, sedangkan penampilannya terlihat sederhana ....

Ini jelas-jelas adalah paras Syakia sebelum Ayu menghancurkan wajahnya, juga penampilannya sebelum melakukan upacara kedewasaan!

Kaki tangan yang masih berfungsi, kamar yang familier, dan wajah mulus tanpa luka sedikit pun ....

Sebuah pemikiran mengejutkan tiba-tiba muncul di benak Syakia. Jangan-jangan ... dia sudah terlahir kembali di hari upacara kedewasaannya?

Begitu memikirkan hal ini, Syakia menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan menunjukkan ekspresi histeris. Benar, dia sudah mati di tangan Kahar sebelumnya. Sayangnya, dia tidak sepenuhnya mati, malah terlahir kembali! Takdir benar-benar suka mempermainkannya.

Syakia jelas-jelas tidak ingin terlibat dengan Keluarga Angkola lagi. Namun, takdir malah bersikeras membiarkannya kembali menjadi putri Keluarga Angkola.

Syakia menggigit bibirnya hingga berdarah. Setelah mencicipi darahnya sendiri, dia baru kembali tenang dan menunjukkan ekspresi dingin. Meskipun takdir ingin bercanda dengannya, dia bukannya tidak bisa memanfaatkan candaan ini. Lagi pula, dia juga tidak takut mati. Mana mungkin dia takut untuk hidup?

Di kehidupan sebelumnya, Syakia merupakan putri sah Keluarga Angkola yang paling dimanja. Dari kecil, keempat kakaknya paling menyukainya, sedangkan ayahnya juga paling melindungi putri bungsunya. Dapat dikatakan bahwa dia adalah buah hati keluarga ini sebelum berusia 15 tahun.

Namun, pada saat Syakia berusia 15 tahun, ayahnya tiba-tiba membawa pulang seorang gadis kecil. Ayahnya mengatakan bahwa itu adalah putrinya yang telantar di luar dan merupakan adik mereka. Namanya adalah Ayu Angkola.

Sejak saat itu, semuanya langsung berubah. Damar tidak begitu perhatian pada Syakia lagi dan makin perhatian pada Ayu. Keempat kakaknya juga mengalihkan semua kasih sayang mereka kepada Ayu.

Di kehidupan sebelumnya, Syakia tidak tahu apa salahnya. Dia pun berusaha untuk mengembalikan hubungan mereka seperti dulu. Namun, apa yang diperolehnya?

Begitu Ayu menangis, Abista akan langsung memaksanya berlutut di depan umum. Kama akan mematahkan tangan dan kakinya. Kahar akan menyiksanya dengan kejam. Ranjana akan mencemarkan nama baiknya.

Demi Ayu, ayahnya bahkan tega mengusirnya dari rumah dengan alasan Syakia “tidak layak menyandang nama Keluarga Angkola”. Sejak saat itu, dia pun menjadi orang yang ditindas semua penduduk ibu kota. Hanya dalam waktu 3 tahun, reputasinya sebagai putri sah Keluarga Angkola langsung hancur.

Syakia yang sudah kehilangan semua harapan awalnya berniat untuk meninggalkan ibu kota, lalu memulai hidup baru dengan menyembunyikan identitasnya. Namun, Ayu malah tiba-tiba menuduhnya mencuri giok. Keluarga Angkola pun segera menyuruh orang untuk menangkapnya dan memaksanya untuk menyerahkan giok itu.

Hal yang paling konyol adalah, Syakia masih menaruh harapan bahwa Damar akan menunjukkan sedikit belas kasihan padanya. Setelah mempertaruhkan nyawanya, dia baru menyadari bahwa itu hanyalah khayalannya belaka.

Syakia menarik napas dalam-dalam, lalu memejamkan mata untuk berhenti mengingat kenangan-kenangan pahit di kehidupan sebelumnya. Mungkin semua itu memang bukan miliknya. Jadi, dia tidak seharusnya memaksakan diri untuk mendapatkannya dari awal. Meskipun sudah melakukan pilihan yang salah di kehidupan sebelumnya, dia masih bisa mengubahnya di kehidupan ini.

“Klotak!” Tepat pada saat ini, sebuah giok familier tiba-tiba jatuh dari tubuh Syakia. Dia pun tersadar dari lamunannya dan langsung berseru gembira, “Itu giok Ibu!”

Syakia buru-buru memungut giok itu dan menyeka debu dari permukaan giok dengan hati-hati. Namun, dia tiba-tiba menyadari ada yang aneh. “Gioknya rusak?”

Seingat Syakia, giok yang diberikan ibunya adalah sepasang giok berbentuk bulat yang saling terkait. Sekarang, yang tersisa hanyalah bagian tengah giok. Dia pun mulai mencari ke sekeliling, tetapi tidak menemukan separuhnya lagi.

Pada akhirnya, tatapan Syakia kembali tertuju pada giok itu. Melihat patahan rapi yang tertinggal pada giok tersebut, dia pun merasa agak ragu. “Jangan-jangan, giok ini bukan pecah karena jatuh?”

Syakia mengulurkan tangan untuk menyentuh bagian patahan itu. Tak disangka, pada detik berikutnya, sosoknya langsung menghilang.

Setelah merasa pusing untuk sesaat, Syakia membuka kembali matanya dan menemukan bahwa dirinya sudah tidak berada dalam kamarnya. Dia sedang berada di sebuah ruang berkabut yang sangat luas.

Ini tempat apa?

Syakia berjongkok, lalu menyentuh rumput di bawah kakinya yang terasa sangat nyata. Sebuah tebakan yang berani tiba-tiba muncul dalam benaknya. Apa mungkin ini adalah ruang dalam giok? Jangan-jangan, dia yang terlahir kembali juga berkaitan dengan giok ini?

Syakia mengesampingkan kebingungannya dan mengamati lingkungan di sekitar. Ruang ini tidaklah rumit. Ada padang rumput datar, sungai kecil yang jernih, dan sebuah rumah gubuk yang sangat sederhana.

Syakia berjalan memasuki gubuk, tetapi tidak melihat siapa pun. Gubuk itu juga tidak menunjukkan tanda-tanda pernah ditempati. Setelah keluar dari gubuk, dia berjalan-jalan ke sekitar dan menemukan banyak tanaman di seberang sungai.

Bukan, itu bukan hanya sekadar tanaman! Syakia buru-buru berlari ke sana dan langsung membelalak setelah melihat jelas semuanya.

Ginseng, ganoderma, cistanche, dendrobium, dan jamur ulat? Selain itu, masih ada banyak tanaman yang tidak dikenal Syakia. Namun, dia dapat menebak bahwa semua ini adalah tanaman herbal, juga merupakan tanaman herbal yang sangat langka.

Namun, lingkungan tempat tumbuhnya tanaman-tanaman herbal ini sangat berbeda. Ada yang tumbuh di tebing terjal, ada yang tumbuh di hutan yang dalam, ada yang tumbuh di tempat yang sangat dingin, ada juga yang tumbuh di lingkungan yang sangat panas ....

Jadi, kenapa tanaman-tanaman herbal yang lingkungan hidupnya sepenuhnya berbeda bisa tumbuh di tempat ini? Apa karena pengaruh ruang ini? Tidak! Airnya juga berpengaruh!

Syakia menyadari bahwa tanaman herbal yang makin sulit ditanam berada di tempat yang makin dekat dengan sungai. Mungkin saja air sungai itu juga merupakan salah satu alasan kenapa tanaman-tanaman herbal ini bisa tumbuh di tempat ini.

Syakia memandang semua ini sambil bergumam, “Ibu, apa sebenarnya giok yang kamu tinggalkan untukku ini?”

Setelah tersadar dari keterkejutannya, Syakia tiba-tiba teringat sesuatu. Di kehidupan sebelumnya, Ayu tiba-tiba memaksanya menyerahkan giok ini. Apa waktu itu Ayu sudah menemukan ruang ini?

Namun, itu juga tidak mungkin. Giok ini tidak pernah meninggalkan sisi Syakia. Jika bukan karena masuk ke ruang ini secara tidak sengaja hari ini, dia juga tidak mengetahui keberadaannya. Dinilai dari tampang Ayu, dia jelas juga tidak mengetahui tentang ruang ini.

Jadi, seharusnya ada orang lain yang mengetahui keberadaan ruang dalam giok ini, lalu memberi tahu Ayu. Jika bukan, itu berarti Ayu menginginkannya bukan karena ruang ini, melainkan alasan lain.

Entah kenapa, firasat Syakia mengatakan bahwa Ayu seharusnya menginginkan giok ini karena alasan lain. Namun, tidak peduli apa pun alasannya, dia sudah mengetahui rahasia ini. Dia harus menyembunyikan giok ini dengan baik dan mencegah orang lain menemukannya.

Sekarang, dengan memiliki giok ini, Syakia sudah bisa balas dendam pada Ayu dan anggota Keluarga Angkola dengan lebih mudah. Setelah mencari tahu dengan jelas cara keluar masuk ruang giok ini, dia pun kembali ke kamarnya.

Syakia tidak boleh berada terlalu lama dalam ruangan itu. Bagaimanapun juga, ini adalah hari upacara kedewasaannya. Dia tahu akan ada orang yang datang mencarinya.

Namun, Syakia tidak tahu bahwa setelah dirinya meninggalkan ruang giok, seorang pria tampan yang sedang bersandar di jendela untuk tidur siang tiba-tiba terbangun dari mimpinya. Pria ini tinggal di rumah besar lain di ibu kota, yaitu Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar. Dia mengambil sebuah giok dari meja, lalu menatap giok yang tiba-tiba hanya tersisa setengah itu dengan kening berkerut.

...

“Brak!” Seorang pemuda berperawakan tinggi dan tegap menerjang masuk ke kamar Syakia sambil berseru marah, “Syakia! Keluar! Jangan kira aku nggak akan datang mencarimu mentang-mentang kamu sembunyi dalam kamar!”

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 3

    Syakia duduk di depan meja rias. Tidak ada dayang yang melayaninya, jadi dia hanya bisa berdandan sendiri. Dia menoleh ke arah datangnya suara, lalu menyapa dengan acuh tak acuh sambil menahan rasa muaknya, “Kak Kama.”Orang yang menerjang masuk dengan marah itu tidak lain adalah Kama. Dia memelototi Syakia sambil berseru, “Jawab aku, kamu yang merusak pakaian resmi Ayu? Kenapa kamu begitu kejam? Kamu jelas-jelas tahu hari ini juga hari upacara kedewasaan Ayu, tapi kamu malah merusak pakaian resminya!”Ketika Kama menuduh Syakia, orang yang paling dibenci Syakia itu menjulurkan kepalanya dari belakang Kama dengan ekspresi bersalah.“Kak Kama, sudahlah. Bukannya aku sudah menjelaskannya padamu? Kak Syakia bukan melakukannya dengan sengaja.”Ayu berperawakan langsing, bertampang imut, dan selalu terlihat lembut. Ditambah dengan sepasang matanya yang memelas, siapa yang mungkin tidak kasihan padanya? Dia mengetahui keunggulannya itu, juga mengetahui semua orang di Kediaman Adipati merasa

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 4

    Syakia pun tersandung dan menabrak meja rias. Dia menggigit bibirnya erat-erat. Di kehidupan sebelumnya, dia sudah banyak dicelakai oleh Ayu. Begitu melihat tampang Ayu sekarang, dia langsung tahu bahwa Ayu pasti ingin menggunakan trik kotor lagi. Dia memungut pakaian resmi itu dari lantai.“Aku juga nggak tahu apa yang kulakukan sampai Ayu bisa bereaksi seperti itu. Gimana kalau Ayu jelaskan padaku?”“Kamu sendiri yang tahu paling jelas apa yang sudah kamu perbuat!” bentak Kama sebelum Ayu sempat berbicara.Tatapan Syakia terlihat makin dingin. Dulu, dia tidak menyadarinya. Sekarang, dia merasa Kama sangatlah buta. Kama bahkan tidak dapat membedakan siapa sebenarnya yang melakukan trik kotor, padahal dia sudah menyaksikan seluruh kejadiannya sendiri. Mungkin saja dia juga hanya akan tetap percaya pada ucapan seseorang meskipun sudah melihat jelas.Kama memelototi Syakia untuk sesaat, lalu menepuk-nepuk pundak Ayu dan menghibur dengan nada lembut, “Ayu, jangan takut. Katakan saja apa y

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 5

    “Syakia, kamu sudah gila?”Ayu yang mengira dirinya masih memiliki kesempatan untuk merebut pakaian resmi itu pun tidak bisa berkata-kata saking marahnya. Dia merasa Syakia seperti sedang menggunting pakaiannya.Syakia menghentikan gerakannya, lalu menyahut sambil masih tersenyum, “Aku lagi gunting baju. Bukannya kalian sudah lihat? Buat apa kalian bereaksi begitu berlebihan?”Kama berseru marah, “Kamu masih berani tanya kenapa reaksiku begitu berlebihan? Pakaian ini kami pesan khusus untukmu! Apa yang kamu lakukan! Kenapa kamu mengguntingnya!”“Karena sudah nggak ada yang mau.” Syakia lanjut menggunting dan menjawab, “Aku nggak mau, Ayu juga nggak mau. Barang yang sudah nggak diinginkan tentu saja harus dibuang.”Ekspresi Syakia terlihat sangat dingin hingga Kama merasa agak asing.‘Siapa bilang aku nggak mau?’ seru Ayu dalam hati. Dia hanya tidak ingin Kama curiga, makanya dia sengaja menolak. Siapa sangka Syakia akan bertindak segila ini? Ayu jelas-jelas sudah memutuskan untuk meng

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 6

    Pria yang datang itu bertubuh tinggi dan tegap. Dia mengenakan jubah berwarna biru tua. Penampilannya terlihat berwibawa dan wajahnya juga tampan. Namanya Abista Angkola. Dia adalah kakak pertama Syakia dan putra sulung Keluarga Angkola.“Syakia, kamu sudah sadari kesalahanmu?” tanya Abista sambil menatap Syakia dengan dingin.Aura intimidasi yang dipancarkan Abista membuat Syakia hampir tidak bisa bernapas. Dulu, dia sangat bodoh dan mengira dirinya merasa terintimidasi karena Abista memiliki perawakan tinggi dan tegap. Setelah melihat Abista membungkuk untuk menyejajarkan pandangannya dengan Ayu demi mendengar keluhannya, Syakia baru mengerti bahwa di mata kakaknya, dirinya berstatus lebih rendah.“Aku nggak ngerti maksud Kakak. Apa salahku? Harap Kakak menjelaskannya.”Syakia bukannya tidak melihat pakaian resmi yang dipegang Abista. Jadi, dia tentu saja bisa menebak maksud kedatangan Abista. Namun, memangnya kenapa meskipun begitu? Atas dasar apa Abista membuatnya mengaku salah ta

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 7

    Panji berjalan ke arah Syakia dengan tampang marah dan sepertinya ingin mencari masalah. Di belakangnya, Ayu membuka mulut dengan takut dan berseru “jangan”. Namun, dia sama sekali tidak menunjukkan gerak-gerik untuk menghentikan Panji.Setelah bertemu pandang dengan Syakia, Ayu bahkan terlihat bangga. Sangat jelas bahwa dia merasa bangga dan ingin mengatakan bahwa dirinya dapat membuat Panji membelanya dengan mudah. Sayangnya, sebelum Panji sampai di depan Syakia, suara seseorang yang berat dan dalam sudah terdengar dari arah panggung ....“Syakia, Ayu, waktunya sudah tiba. Cepat kemari untuk mulai upacaranya!”Syakia menoleh ke arah datangnya suara. Di atas panggung, seorang pria paruh baya yang mengenakan jubah berwarna hijau dan terlihat sangat berwibawa sedang duduk di kursi utama. Dia sedang menatap ke arah Syakia dan Ayu dengan ekspresi dingin. Orang itu tidak lain adalah ayahnya Syakia dan adipati militer, Damar Angkola.Pada saat ini, Panji yang berencana untuk mencari masal

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 8

    Saat naik ke panggung, Abista awalnya masih menatap kedua adiknya dengan ragu. Namun, setelah bertemu pandang dengan tatapan Ayu yang penuh harapan, dia hanya tersenyum dengan tidak berdaya.Siapa suruh Syakia sendiri yang pencemburu dan tidak bisa menerima Ayu. Oleh karena itu, Abista tidak lagi ragu dan langsung berjalan melewati Syakia untuk memberikan bunganya kepada Ayu. Setelahnya, Kama, Kahar, Ranjana, dan seluruh anggota Keluarga Angkola juga memberikan bunga mereka kepada Ayu.Seperti di kehidupan sebelumnya, Syakia tidak menerima sekuntum bunga pun, sedangkan Ayu dikelilingi dengan bunga pemberkatan. Namun, Syakia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Bagaimanapun juga, dia sudah mengetahui hasil seperti ini dari awal. Jadi, dia sama sekali tidak menaruh harapan.Pada saat giliran Panji, dia bukan hanya menggenggam sekuntum bunga seperti orang lain, melainkan buket besar berisi bunga-bunga yang indah. Dia melirik Syakia sekilas, lalu langsung memberikan buket bunga itu kepada

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 9

    “Nggak bisa!”“Nggak mungkin!”Itu hanyalah sebuah sumpah biasa. Awalnya, semua orang mengira Panji akan setuju. Tak disangka, Panji malah menolaknya. Anehnya, masih ada satu orang lagi yang juga ikut membantah.“Ayu?” Abista menatap Ayu dengan heran.Ekspresi Ayu langsung membeku. Setelah menyadari dirinya sudah kehilangan kendali atas sikapnya, dia buru-buru menenangkan diri dan memaksakan seulas senyum sambil berkata, “Bukan .... Umm, aku ... aku cuma merasa syarat yang diajukan Kak Syakia kurang baik. Gimana ... gimana kalau Kak Panji berubah pikiran kelak. Jadi, sebaiknya Kak Syakia pertimbangkan hal ini?”Abista mengernyit karena merasa ucapan Ayu agak aneh. Kahar tidak menunjukkan reaksi apa pun, sedangkan Ranjana melirik Ayu dan Panji dengan ekspresi sulit ditebak. Satu-satunya orang yang sepenuhnya percaya pada kepolosan Ayu hanyalah Kama. Dia sama sekali tidak berpikir kejauhan.“Sudahlah, Ayu. Aku tahu kamu khawatirkan Syakia. Tapi, aku merasa yang dikatakannya nggak salah.”

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 10

    “Yang kalian bilang benar. Aku bukan adikku. Aku nggak sebaik dia. Jadi, aku pasti akan balas dendam pada semua orang yang pernah menindas dan mempermalukanku!” ucap Syakia dengan dingin. Kemudian, dia menatap Panji dan mengucapkan kata-kata yang tidak diucapkannya di depan umum pada kehidupan lalu dan merasa menyesal setelahnya.“Panji, bukannya kamu mau batalkan pernikahan kita? Oke, aku setuju tanpa syarat apa pun. Hanya saja, mulai sekarang, aku nggak punya hubungan apa pun lagi dengan keluarga kalian!”Begitu Syakia selesai berbicara, seluruh lokasi langsung hening. Bahkan Panji juga melongo karena Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Awalnya, Panji mengira dirinya tidak akan bisa membatalkan pernikahan ini dengan lancar. Dia mengira Syakia akan menolak, lalu tidak berhenti menangis dan merengek. Sebelum datang, dia sudah memikirkan segala kemungkinan. Satu-satunya hal yang tidak diduganya adalah Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Tidak, Syakia tidak termasuk m

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 100

    Sebagai putri Adipati Pelindung Kerajaan, Syakia tentu saja mengetahui tentang krim pelembap Yui. Dia bukan hanya tahu, juga sering menggunakannya dulu. Bagaimanapun juga, setelah ibunya meninggal, satu-satunya perempuan yang tersisa di Kediaman Keluarga Angkola hanyalah Syakia. Jadi, setiap menerima krim pelembap Yui sebagai hadiah, Damar akan langsung memberikannya kepada Syakia.Namun, setelah Ayu datang ke Kediaman Keluarga Angkola, semua krim pelembap Yui yang ada di kamar Syakia pun diberikan kepada Ayu hanya karena sepatah kata “suka” dari mulutnya. Pada saat itu, Syakia yang masih tidak mengerti apa-apa pernah pergi mencari Damar dan bertanya kenapa semua krim pelembap Yui diberikan kepada Ayu, sedangkan dia tidak lagi mendapatkan sebotol pun. Apa yang dijawab “ayah baiknya” waktu itu?Syakia berpikir sejenak. Oh iya, pada saat itu, Damar menjawab dengan tidak senang, “Karena dia itu adikmu. Dia sudah hidup menderita di luar dari kecil. Sebagai kakak, memangnya kamu nggak bis

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 99

    Setelah merasa yakin bahwa Syakia yang mencuri krim pelembap Yui, Ike lanjut memaki, “Percuma saja Yang Mulia Kaisar menobatinya jadi Putri Suci! Ngomongnya saja dia pergi jadi biksuni, tapi dia malah belajar mencuri! Dia benar-benar memalukan!”“Yang dikatakan Kakak benar. Orang memalukan sepertinya memang nggak layak pakai marga Angkola! Dia memang harus dilarang melakukan segala sesuatu pakai nama Keluarga Angkola. Kalau nggak, dia pasti akan menghancurkan reputasi seluruh Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan!”“Ibu, bukan Syakia ....” Panji tidak menyangka Ike akan mencurigai Syakia tanpa ragu. Dia pun bersuara dan merasa sudah seharusnya dia membantu Syakia mengklarifikasi semuanya. Namun, jika Panji mengklarifikasinya, bukannya dia harus memberi tahu ibunya bahwa dia sudah memberikan ketiga botol krim itu kepada Ayu? Bagaimana jika ibunya mengira Ayu yang menghasutnya? Bukankah ibunya akan memaki Ayu sebagaimana dia memaki Syakia sekarang? Mungkin saja, ibunya akan memiliki pra

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 98

    Hanya keluarga kerajaan yang dapat menggunakan krim pelembap Yui. Sebotol kecil krim itu bernilai ribuan tael. Pejabat atau rakyat biasa tidak mungkin mampu menggunakannya. Hanya setelah mendapat hadiah dari permaisuri atau para selir istana, istri dan putri pejabat baru dapat memilikinya.Berkat kakak dan suaminya, Ike baru dipanggil masuk ke istana sesekali untuk menemani Janda Permaisuri mengobrol. Oleh karena itu, dia tentu saja pernah menerima lumayan banyak krim pelembap Yui sebagai hadiah.Terakhir kali Ike dipanggil ke istana, Janda Permaisuri juga memberinya 3 botol krim pelembap Yui. Dia tidak tega menggunakannya, makanya dia baru menyimpannya di gudang. Namun, dia tidak menyangka bahwa baru saja dia menyimpan ketiga botol krim itu ke gudang di pagi hari, putranya sudah mengambil krim itu dan memberikannya kepada Ayu pada sore harinya.Panji juga tahu seberapa berharga ketiga botol krim itu bagi ibunya. Namun, dia juga tidak berdaya. Siapa suruh dia salah bicara ketika pergi

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   bab 97

    “Teriak apa kamu? Mana ada hantu?” Panji menggaruk wajah dan lehernya sambil mengenakan pakaian luar. Dia juga menegur dayang itu dengan kesal.“Tuan, wajahmu ... wajahmu kenapa?” Setelah mendengar suara Panji, dayang itu baru menyadari bahwa yang ada di hadapannya bukanlah hantu, melainkan Panji. Dia sontak merasa makin terkejut dan panik.“Wajahku?” Panji yang masih belum menyadari apa-apa pun mengernyit. Dayang itu pun membawakan cermin tembaga ke hadapan Panji. Setelah melihat wajahnya yang berlumuran darah, Panji baru merasa tercengang. Wajahnya juga seketika menjadi pucat.“Ada apa ini? Kenapa wajahku begini?”Wajah yang awalnya tampan itu dilumuri darah, juga sangat bengkak. Bukan hanya wajah, bahkan leher, tangan, kaki, dan seluruh tubuh Panji juga terlihat merah dan bengkak. Setelah melihat dengan saksama, dia baru menyadari bahwa bagian-bagian yang berdarah itu adalah bagian yang digaruknya dengan kuat.Panji seketika merasa panik. “Kenapa masih bengong! Cepat suruh tabib d

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 96

    “Makanya! Pangeran, cepat turun! Cepat duduk di dalam kereta kuda dan mengobrol bersama Putri Suci! Dengan begitu, hubungan kalian baru bisa makin dekat!”Adika yang kudanya direbut oleh kedua bawahannya pun merasa kebingungan. “Omong kosong apa yang lagi kalian bicarakan?” Adika bertanya dengan kening berkerut, “Sahana duduk di dalam kereta kuda bersama gurunya. Buat apa aku ikut meramaikan suasana?”Aduh! Gading dan rekannya sudah melupakan hal ini. Mereka seharusnya menyiapkan tambahan kereta kuda supaya Shanti bisa duduk sendiri, sedangkan Adika dan Syakia bisa duduk bersama.Pemikiran Gading dan rekannya memang lumayan bagus. Namun, mereka tidak pernah memikirkan kemungkinan bahwa meskipun mereka menyiapkan tambahan kereta kuda, Syakia juga tidak mungkin duduk di kereta kuda yang sama dengan Adika. Bagaimanapun juga, meskipun Syakia dan Adika tidak berniat untuk melakukan apa-apa, orang lain tidak akan berpikiran sama. Jadi, mereka pasti harus menghindari rumor sebisa mungkin. S

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 95

    “Putri Suci, aku yang terlalu memanjakannya sehingga dia jadi begitu keras kepala dan kekanak-kanakan. Harap Putri Suci memaafkannya. Kelak, aku pasti akan mendidiknya dengan tegas supaya dia nggak timbulkan masalah untuk Putri Suci lagi,” ujar Joko dengan nada yang serius dan mengandung sedikit rasa bersalah.Joko sepertinya tahu jelas seberapa keterlaluan sikap istri dan putranya terhadap Syakia.Melihat sikap tulus Joko, Syakia juga tidak mengatakan apa-apa lagi meskipun dia sangat membenci Panji. Bagaimanapun juga, Joko adalah orang yang memperlakukannya dengan paling baik di seluruh Kediaman Pangeran Darsuki. Padahal, Joko adalah orang yang terlihat sulit didekati. Namun, dia sebenarnya sangat baik dan hangat.“Pangeran Joko, berdirilah. Kesalahan orang lain nggak ada hubungannya denganmu. Aku nggak pernah salahkan Pangeran. Jadi, Pangeran nggak perlu menyalahkan diri. Mengenai Panji ....”Syakia melirik Panji yang masih terlihat terhina dan marah, lalu lanjut berkata dengan acuh

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 94

    Syakia menatap Kama yang berlutut di hadapannya dengan mata sedikit bergetar. Kemudian, dia segera mengalihkan pandangannya.Orang lainnya menatap Kama dengan terkejut. Kahar bahkan menatapnya dengan ekspresi tidak mengerti. “Kak Kama?”“Kahar, kamu masih ingat apa yang Ayah suruh kita sampaikan?” Kama masih berlutut dengan sebelah kaki dan lanjut berujar tanpa menoleh, “Dari tadi, kalian nggak berhenti bilang bahwa Syakia nggak boleh bertindak pakai nama Keluarga Angkola. Kalian juga melarangnya pakai marga Angkola. Sekarang, dia berdiri di hadapan kita dengan status Putri Suci. Jadi, bukannya kita yang seharusnya mengenali posisi kita?”Ucapan Kama langsung membuat Kahar dan Ayu terdiam. Mereka sama sekali tidak bisa membantah. Setelah terdiam sesaat, Kahar akhirnya berbalik secara perlahan dan berlutut menghadap Syakia. “Hormat ... Putri Suci.”Berbeda dengan ekspresi penuh tekad Kama, tatapan Kahar saat berbicara terlihat dingin.“Kenapa? Kalian bertiga nggak mau akui statusnya s

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 93

    Seusai berbicara, Panji baru tersadar bahwa ucapannya agak keterlaluan. Dia pun menatap ke arah Syakia secara refleks, seolah-olah mengira ucapannya telah melukai Syakia. Namun, Syakia tidak menunjukkan ekspresi apa pun.“Orang dari Kediaman Pangeran Darsuki memang hebat sekali!” sindir Shanti dengan ekspresi dingin.Kama merasa sangat marah hingga menggertakkan gigi. Sementara itu, Ayu terlihat sangat bangga. Dia melirik Syakia, lalu melirik Panji dan bergumam dalam hati, ‘Si bodoh ini akhirnya tahu harus pilih siapa.’Kahar yang berdiri di samping hanya mengejek, “Salah siapa dia begitu nggak disukai orang lain?”“Kahar, diam kamu!” ujar Kama sambil memelototi Kahar.Kahar bukannya diam, malah balik bertanya, “Memangnya yang kubilang salah? Namanya dihapus dari daftar silsilah keluarga, marganya dicabut, pernikahannya dibatalkan, dirinya dihina orang-orang .... Memangnya ini semua bukan akibat dari perbuatan jahatnya dulu?”“Aku suruh kamu diam!” seru Kama dengan penuh amarah. Kali i

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 92

    Hala yang bersembunyi di kegelapan pun tidak bisa berkata-kata. Dia tidak mungkin menunjukkan diri. Bagaimanapun juga, dia tahu dia tidak boleh mengacaukan urusan majikannya di situasi seperti ini. Jadi, dia tetap tidak menunjukkan diri setelah Syakia berteriak untuk sesaat.“Tuan Panji, sudah lihat, ‘kan? Aku benar-benar nggak kenal sama orang yang namanya Hala.”Syakia menggeleng dan menunjukkan ekspresi yang sangat serius. Shanti yang menyaksikan semua ini dari samping pun mau tak mau memalingkan wajah karena khawatir dirinya tidak dapat menahan tawa.Panji berseru marah, “Kamu kira kamu bisa menipuku! Aku sudah dihajar Hala sampai sekujur tubuhku penuh luka dan kakiku juga nyaris patah. Sekarang, kamu malah bilang kamu nggak kenal sama dia? Siapa yang bisa kamu tipu!”“Sekujur tubuhmu penuh luka? Mana?” Syakia mengangkat alisnya dan bertanya, “Memangnya ada luka di tubuh Tuan Panji?”Panji segera menjawab, “Coba lihat wajahku ini! Nih, tanganku juga .... Eh? Mana lukaku?”Setelah m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status