Share

Bab 3

Author: Emilia Sebastian
Syakia duduk di depan meja rias. Tidak ada dayang yang melayaninya, jadi dia hanya bisa berdandan sendiri. Dia menoleh ke arah datangnya suara, lalu menyapa dengan acuh tak acuh sambil menahan rasa muaknya, “Kak Kama.”

Orang yang menerjang masuk dengan marah itu tidak lain adalah Kama. Dia memelototi Syakia sambil berseru, “Jawab aku, kamu yang merusak pakaian resmi Ayu? Kenapa kamu begitu kejam? Kamu jelas-jelas tahu hari ini juga hari upacara kedewasaan Ayu, tapi kamu malah merusak pakaian resminya!”

Ketika Kama menuduh Syakia, orang yang paling dibenci Syakia itu menjulurkan kepalanya dari belakang Kama dengan ekspresi bersalah.

“Kak Kama, sudahlah. Bukannya aku sudah menjelaskannya padamu? Kak Syakia bukan melakukannya dengan sengaja.”

Ayu berperawakan langsing, bertampang imut, dan selalu terlihat lembut. Ditambah dengan sepasang matanya yang memelas, siapa yang mungkin tidak kasihan padanya? Dia mengetahui keunggulannya itu, juga mengetahui semua orang di Kediaman Adipati merasa bersalah padanya.

Setengah tahun lalu, Ayu baru ditemukan oleh orang dari Kediaman Adipati. Damar mengatakan bahwa dia diculik orang saat berumur 3 tahun dan sudah hidup menderita di luar sejak kecil. Jadi, semua anggota Keluarga Angkola merasa sangat bersalah padanya dan berusaha sekuat tenaga untuk menebusnya.

Sebelumnya, Syakia juga berpikiran begitu. Bagaimanapun juga, dia merasa bahwa Ayu adalah adik kandungnya. Namun, dia malah harus menanggung konsekuensi berat akibat pemikirannya yang naif itu. Sekarang, begitu melihat wajah Ayu, Syakia sangat ingin langsung membunuhnya!

“Ayu, kenapa kamu begitu baik! Ini jelas-jelas salah Syakia, kenapa kamu masih bela dia?”

“Bukan kok. Duh, Kak Kama, kenapa kamu begitu keras kepala!” Setelah itu, Ayu menoleh ke arah Syakia dan meminta maaf, “Maaf, Kak Syakia. Ini semua salahku karena nggak menjelaskannya dengan baik. Kamu jangan marah sama Kak Kama, ya. Dia cuma terlalu perhatian padaku.”

“Buat apa kamu minta maaf sama dia! Jelas-jelas dia yang seharusnya minta maaf sama kamu!” seru Kama sambil memelototi Syakia.

Syakia menunduk untuk menyembunyikan rasa bencinya dan menjawab, “Yang dikatakan Kak Kama benar. Aku yang salah atas insiden 2 hari lalu. Aku yang seharusnya minta maaf sama Ayu.”

Apa boleh buat, Syakia bukan terlahir kembali 2 hari lalu.

Pada waktu yang sama di kehidupan lalu, Ayu merusak pakaian resminya dan menyalahkan Syakia atas semuanya. Ayu bahkan tidak perlu menunjukkan bukti apa pun. Dia hanya perlu menangis sambil memegang pakaian resminya yang rusak dan semua orang akan langsung menyalahkan Syakia.

Bagaimanapun juga, pada saat ini, Ayu sudah merusak reputasi Syakia dengan berbagai macam trik. Semua orang tahu bahwa Syakia merasa cemburu pada adiknya, juga sangat kejam, berpikiran sempit, dan tega menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Jadi, asalkan Ayu “ditindas”, semua orang akan mengira bahwa pelakunya adalah Syakia.

Setelah menekan seluruh rasa bencinya, Syakia baru tersenyum tipis pada Ayu dan berkata, “Setiap teringat perbuatanku 2 hari ini, aku nggak akan bisa tidur dan merasa sangat menyesal. Ayu, maaf ya.”

Setelah melihat ekspresi Syakia yang tulus, Ayu bahkan curiga bahwa orang yang berada di hadapannya bukanlah Syakia.

“Huh, kamu baru sadari kesalahanmu sekarang?” Kama mencibir, “Kalau orang sekejam kamu bukan adik kandungku, aku sudah kurung kamu ke penjara supaya kamu disiksa di sana!”

Syakia juga diam-diam mencibir dalam hati. Adik kandung? Cih, dia sudah lama tidak ingin menjadi adik orang seperti Kama.

Pada hari ini di kehidupan sebelumnya, Syakia dihajar Kama karena tidak bersedia meminta maaf pada Ayu. Selain wajah, sekujur tubuhnya dipenuhi dengan luka memar. Jelas-jelas, hari ini juga merupakan hari upacara kedewasaannya. Namun, Kama sama sekali tidak kasihan padanya.

Di antara keempat kakak Syakia, Kama dan Kahar yang merupakan saudara kembar memiliki temperamen paling buruk. Kama memiliki sifat yang meledak-ledak. Saat memanjakan Syakia dulu, dia bisa menghajar semua orang yang menindas Syakia.

Namun, setelah tidak menyayangi Syakia, Kama juga tidak akan ragu untuk memukul Syakia. Terutama ketika Syakia berselisih dengan Ayu. Begitu Ayu menangis, Syakia pasti akan dipukul.

Syakia menggigit bibirnya. Kama jauh lebih tinggi dan kuat darinya. Jika melawan Kama sekarang, yang akan rugi hanyalah dirinya sendiri. Oleh karena itu, dia memilih untuk menunduk. Namun, dia tidak peduli. Di kehidupan ini, dia memiliki waktu untuk membalaskan dendamnya secara perlahan.

Hanya saja, berhubung Syakia meminta maaf tanpa ragu, malah ada orang yang merasa tidak cukup.

“Kak Kama, Kak Syakia sudah minta maaf. Kita akhiri saja masalah ini. Lagian, ini juga bukan masalah besar. Tapi, tanpa pakaian resmi, aku sepertinya sudah nggak bisa hadir dalam upacara kedewasaan hari ini,” ujar Ayu dengan nada ketakutan.

Setelah mendengar ucapan itu, Kama yang awalnya sudah berniat untuk mengakhiri masalah ini pun merasa kasihan pada Ayu.

“Nggak bisa! Masalah ini nggak boleh diakhiri dengan begitu saja! Kali ini, dia merusak pakaian resmimu. Lain kali, entah tindakan jahat apa lagi yang akan dilakukannya. Aku harus kasih dia sedikit pelajaran biar dia jera!”

Seusai berbicara, Kama langsung menoleh dan memelototi Syakia sambil berseru, “Kamu yang merusak pakaian resmi Ayu. Jadi, kamu harus serahkan pakaian resmimu kepada Ayu! Tanpa pakaian resmi, kamu sudah nggak perlu hadir di upacara kedewasaan hari ini lagi!”

Ada secercah cahaya yang melintasi mata Ayu. Syakia tentu saja tidak melewatkan hal itu dan tidak merasa terkejut. Bagaimanapun juga, Ayu merusak pakaian resminya dan menyalahkan Syakia karena ingin mendapatkan pakaian resmi Syakia.

Sebenarnya, pakaian resmi upacara kedewasaan Syakia itu dipesan khusus oleh keempat kakaknya dari setahun lalu.

Hiasan rambutnya terbuat dari benang emas yang dililitkan pada giok, sedangkan gaunnya terbuat dari kain sutra terbaik yang memiliki bordir kupu-kupu. Baik dari segi bahan maupun pembuatan, kualitasnya merupakan yang terbaik di ibu kota.

Saat membuat pakaian ini dulu, kakak-kakak Syakia mengatakan bahwa mereka ingin membuat adik kesayangan mereka menjadi gadis yang paling dicemburui orang lain di ibu kota. Sayangnya, “adik kesayangan” mereka itu sudah berubah menjadi orang lain.

Melihat Syakia yang diam saja, Kama mengira dia hendak menolak. Kama pun berkata dengan tidak senang, “Kenapa? Kamu nggak bersedia? Atau kamu sebenarnya bukan benar-benar menyadari kesalahanmu dan cuma mau menipuku dengan kata-katamu tadi? Huh! Kalau begitu, jangan salahkan aku bertindak kejam terhadapmu. Pokoknya, kamu harus serahkan ....”

“Oke,” jawab Syakia untuk menyela ucapan Kama.

Tanpa melirik Kama, Syakia langsung masuk ke kamar dan mengeluarkan pakaian resmi yang sudah dipersiapkan itu. Lagi pula, semua ini memang bukan miliknya.

Syakia menyerahkan pakaian itu sambil tersenyum tipis, “Ayu, nih. Sekarang, pakaian resmi ini sudah jadi milikmu. Cepat terima.”

Berhubung Syakia menyerahkan pakaian itu tanpa ragu, Ayu masih tercengang. Dia tidak menyangka Syakia akan menyetujui hal ini dengan semudah itu. Syakia seharusnya merengek, lalu membuat Kama sepenuhnya marah. Setelah itu, dinilai dari tabiat Kama, Kama akan memukulnya sampai dia menyerahkan pakaian itu.

Sekarang, kenapa Syakia menyetujui tanpa ragu? Ayu merasa ada yang tidak beres. Lebih tepatnya, dia merasa reaksi Syakia dari tadi sangat aneh. Kenapa Syakia bisa menerima hal ini dengan tenang? Apa Syakia sudah bisa menebak bahwa tujuannya adalah mendapatkan pakaian resmi ini? Oleh karena itu ... Syakia telah melakukan sesuatu pada pakaian ini?

Ayu sontak menunjukkan ekspresi merendahkan. Dia merasa seolah sudah berhasil menebak niat Syakia dan mencibir dalam hati, ‘Dasar bodoh! Lihat gimana aku akan bongkar kedokmu!’

Ayu berpura-pura ingin menerima pakaian resmi itu. Baru saja dia menyentuh pakaian itu, dia tiba-tiba berseru kesakitan, “Ah! Kak Kama, sakit banget!”

Ayu membuang pakaian resmi itu ke lantai, lalu langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Kama dengan ekspresi ketakutan.

Kama secara refleks mengulurkan tangannya untuk melindungi Ayu dan mendorong Syakia. Kemudian, dia langsung membentak, “Syakia Angkola! Apa lagi yang kamu lakukan pada Ayu!”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
NURJANNAH NURJANNAH
sangat bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 4

    Syakia pun tersandung dan menabrak meja rias. Dia menggigit bibirnya erat-erat. Di kehidupan sebelumnya, dia sudah banyak dicelakai oleh Ayu. Begitu melihat tampang Ayu sekarang, dia langsung tahu bahwa Ayu pasti ingin menggunakan trik kotor lagi. Dia memungut pakaian resmi itu dari lantai.“Aku juga nggak tahu apa yang kulakukan sampai Ayu bisa bereaksi seperti itu. Gimana kalau Ayu jelaskan padaku?”“Kamu sendiri yang tahu paling jelas apa yang sudah kamu perbuat!” bentak Kama sebelum Ayu sempat berbicara.Tatapan Syakia terlihat makin dingin. Dulu, dia tidak menyadarinya. Sekarang, dia merasa Kama sangatlah buta. Kama bahkan tidak dapat membedakan siapa sebenarnya yang melakukan trik kotor, padahal dia sudah menyaksikan seluruh kejadiannya sendiri. Mungkin saja dia juga hanya akan tetap percaya pada ucapan seseorang meskipun sudah melihat jelas.Kama memelototi Syakia untuk sesaat, lalu menepuk-nepuk pundak Ayu dan menghibur dengan nada lembut, “Ayu, jangan takut. Katakan saja apa y

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 5

    “Syakia, kamu sudah gila?”Ayu yang mengira dirinya masih memiliki kesempatan untuk merebut pakaian resmi itu pun tidak bisa berkata-kata saking marahnya. Dia merasa Syakia seperti sedang menggunting pakaiannya.Syakia menghentikan gerakannya, lalu menyahut sambil masih tersenyum, “Aku lagi gunting baju. Bukannya kalian sudah lihat? Buat apa kalian bereaksi begitu berlebihan?”Kama berseru marah, “Kamu masih berani tanya kenapa reaksiku begitu berlebihan? Pakaian ini kami pesan khusus untukmu! Apa yang kamu lakukan! Kenapa kamu mengguntingnya!”“Karena sudah nggak ada yang mau.” Syakia lanjut menggunting dan menjawab, “Aku nggak mau, Ayu juga nggak mau. Barang yang sudah nggak diinginkan tentu saja harus dibuang.”Ekspresi Syakia terlihat sangat dingin hingga Kama merasa agak asing.‘Siapa bilang aku nggak mau?’ seru Ayu dalam hati. Dia hanya tidak ingin Kama curiga, makanya dia sengaja menolak. Siapa sangka Syakia akan bertindak segila ini? Ayu jelas-jelas sudah memutuskan untuk meng

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 6

    Pria yang datang itu bertubuh tinggi dan tegap. Dia mengenakan jubah berwarna biru tua. Penampilannya terlihat berwibawa dan wajahnya juga tampan. Namanya Abista Angkola. Dia adalah kakak pertama Syakia dan putra sulung Keluarga Angkola.“Syakia, kamu sudah sadari kesalahanmu?” tanya Abista sambil menatap Syakia dengan dingin.Aura intimidasi yang dipancarkan Abista membuat Syakia hampir tidak bisa bernapas. Dulu, dia sangat bodoh dan mengira dirinya merasa terintimidasi karena Abista memiliki perawakan tinggi dan tegap. Setelah melihat Abista membungkuk untuk menyejajarkan pandangannya dengan Ayu demi mendengar keluhannya, Syakia baru mengerti bahwa di mata kakaknya, dirinya berstatus lebih rendah.“Aku nggak ngerti maksud Kakak. Apa salahku? Harap Kakak menjelaskannya.”Syakia bukannya tidak melihat pakaian resmi yang dipegang Abista. Jadi, dia tentu saja bisa menebak maksud kedatangan Abista. Namun, memangnya kenapa meskipun begitu? Atas dasar apa Abista membuatnya mengaku salah ta

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 7

    Panji berjalan ke arah Syakia dengan tampang marah dan sepertinya ingin mencari masalah. Di belakangnya, Ayu membuka mulut dengan takut dan berseru “jangan”. Namun, dia sama sekali tidak menunjukkan gerak-gerik untuk menghentikan Panji.Setelah bertemu pandang dengan Syakia, Ayu bahkan terlihat bangga. Sangat jelas bahwa dia merasa bangga dan ingin mengatakan bahwa dirinya dapat membuat Panji membelanya dengan mudah. Sayangnya, sebelum Panji sampai di depan Syakia, suara seseorang yang berat dan dalam sudah terdengar dari arah panggung ....“Syakia, Ayu, waktunya sudah tiba. Cepat kemari untuk mulai upacaranya!”Syakia menoleh ke arah datangnya suara. Di atas panggung, seorang pria paruh baya yang mengenakan jubah berwarna hijau dan terlihat sangat berwibawa sedang duduk di kursi utama. Dia sedang menatap ke arah Syakia dan Ayu dengan ekspresi dingin. Orang itu tidak lain adalah ayahnya Syakia dan adipati militer, Damar Angkola.Pada saat ini, Panji yang berencana untuk mencari masal

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 8

    Saat naik ke panggung, Abista awalnya masih menatap kedua adiknya dengan ragu. Namun, setelah bertemu pandang dengan tatapan Ayu yang penuh harapan, dia hanya tersenyum dengan tidak berdaya.Siapa suruh Syakia sendiri yang pencemburu dan tidak bisa menerima Ayu. Oleh karena itu, Abista tidak lagi ragu dan langsung berjalan melewati Syakia untuk memberikan bunganya kepada Ayu. Setelahnya, Kama, Kahar, Ranjana, dan seluruh anggota Keluarga Angkola juga memberikan bunga mereka kepada Ayu.Seperti di kehidupan sebelumnya, Syakia tidak menerima sekuntum bunga pun, sedangkan Ayu dikelilingi dengan bunga pemberkatan. Namun, Syakia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Bagaimanapun juga, dia sudah mengetahui hasil seperti ini dari awal. Jadi, dia sama sekali tidak menaruh harapan.Pada saat giliran Panji, dia bukan hanya menggenggam sekuntum bunga seperti orang lain, melainkan buket besar berisi bunga-bunga yang indah. Dia melirik Syakia sekilas, lalu langsung memberikan buket bunga itu kepada

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 9

    “Nggak bisa!”“Nggak mungkin!”Itu hanyalah sebuah sumpah biasa. Awalnya, semua orang mengira Panji akan setuju. Tak disangka, Panji malah menolaknya. Anehnya, masih ada satu orang lagi yang juga ikut membantah.“Ayu?” Abista menatap Ayu dengan heran.Ekspresi Ayu langsung membeku. Setelah menyadari dirinya sudah kehilangan kendali atas sikapnya, dia buru-buru menenangkan diri dan memaksakan seulas senyum sambil berkata, “Bukan .... Umm, aku ... aku cuma merasa syarat yang diajukan Kak Syakia kurang baik. Gimana ... gimana kalau Kak Panji berubah pikiran kelak. Jadi, sebaiknya Kak Syakia pertimbangkan hal ini?”Abista mengernyit karena merasa ucapan Ayu agak aneh. Kahar tidak menunjukkan reaksi apa pun, sedangkan Ranjana melirik Ayu dan Panji dengan ekspresi sulit ditebak. Satu-satunya orang yang sepenuhnya percaya pada kepolosan Ayu hanyalah Kama. Dia sama sekali tidak berpikir kejauhan.“Sudahlah, Ayu. Aku tahu kamu khawatirkan Syakia. Tapi, aku merasa yang dikatakannya nggak salah.”

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 10

    “Yang kalian bilang benar. Aku bukan adikku. Aku nggak sebaik dia. Jadi, aku pasti akan balas dendam pada semua orang yang pernah menindas dan mempermalukanku!” ucap Syakia dengan dingin. Kemudian, dia menatap Panji dan mengucapkan kata-kata yang tidak diucapkannya di depan umum pada kehidupan lalu dan merasa menyesal setelahnya.“Panji, bukannya kamu mau batalkan pernikahan kita? Oke, aku setuju tanpa syarat apa pun. Hanya saja, mulai sekarang, aku nggak punya hubungan apa pun lagi dengan keluarga kalian!”Begitu Syakia selesai berbicara, seluruh lokasi langsung hening. Bahkan Panji juga melongo karena Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Awalnya, Panji mengira dirinya tidak akan bisa membatalkan pernikahan ini dengan lancar. Dia mengira Syakia akan menolak, lalu tidak berhenti menangis dan merengek. Sebelum datang, dia sudah memikirkan segala kemungkinan. Satu-satunya hal yang tidak diduganya adalah Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Tidak, Syakia tidak termasuk m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 11

    Abista menunjukkan ekspresi tidak setuju. Cambuk yang digunakan Keluarga Angkola bukanlah cambuk biasa, melainkan cambuk besi. Setelah 50 cambukan, bahkan pria dewasa juga paling tidak harus memulihkan diri setengah bulan, apalagi Syakia?Ayu yang berdiri di samping diam-diam merasa gembira. Dia tidak menyangka Syakia ingin mencari mati sendiri. Dia harus mencari cara agar Damar menyetujui hal ini. Selama Damar ertuju, 50 cambukan ini pasti bisa membuat Syakia sekarat. Namun, hal yang lebih mengejutkan adalah, Syakia sendiri yang berinisiatif untuk mencari mati sebelum dia sempat bertindak.“Kamu serius?” tanya Damar. Dia juga merasa terkejut karena Syakia berinisiatif minta dihukum dan juga meminta dijatuhkan hukuman seberat ini.Damar mengerutkan keningnya. Setelah teringat Syakia biasanya suka menggunakan trik kotor untuk mencari perhatian, dia memicingkan matanya dan memberi peringatan. “Aku paling benci sama orang bermuka dua.”Syakia mendongak, lalu menatap lurus mata Damar yang

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 224

    “Terima kasih atas niat baik Pangeran, juga atas usaha kalian untuk pergi cari bibit sebanyak ini.”Setelah melihat dua ladang obat di halaman tempat tinggal Syakia, Adika pun membantunya membuka ladang obat di gunung belakang. Adika juga mengatakan akan membantunya mengumpulkan berbagai bibit obat herbal. Tak disangka, Adika benar-benar mengingat semua ini.Seorang Pangeran Pemangku Kaisar mengingat semua ucapannya terhadap dirinya sampai sekarang. Hal ini benar-benar membuat Syakia merasa terharu.Meskipun memberikan rumput peremajaan kepada Adika memang berisiko untuk mengekspos rahasianya, Syakia tiba-tiba merasa tidak begitu menyesal lagi setelah melihat halaman yang dipenuhi bibit obat herbal ini. Bagaimanapun juga, itu adalah Adika yang tidak pernah melakukan hal keterlaluan apa pun terhadapnya.Begitu memikirkan hal ini, kecemasan Syakia akhirnya berkurang sedikit.“Putri Suci? Putri Suci!” seru Deska. Dia tidak memedulikan citranya dan berlari menghampiri Syakia dengan wajah d

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 223

    “Rumput peremajaan?” Deska langsung menoleh ke arah Syakia dan menjawab. “Tentu saja berguna!” Deska berujar dengan bersemangat, “Sebelumnya, Putri Suci pernah kasih ganoderma ungu berusia 100 tahun pada Pangeran Adika. Sekarang, Pangeran Adika cuma masih kurang 2 macam obat herbal. Salah satunya adalah rumput peremajaan!”Kebetulan sekali! Syakia juga melongo saking terkejutnya. Sebelum Syakia sempat berbicara, Deska sudah langsung bertanya, “Untuk apa Putri Suci bertanya tentang hal ini? Apa Putri Suci punya rumput peremajaan?”Syakia menjawab, “Aku memang punya rumput peremajaan. Sebelumnya, Pangeran Adika sudah mengawalku ke Kalika dan melindungiku dari banyak bahaya. Jadi, aku datang untuk berterima kasih padanya.”Syakia memberikan kotak kayu yang dibawanya kepada Deska. Deska pun menerimanya dengan tidak sabar dan membukanya. Isinya memang adalah rumput peremajaan. Selain itu, rumput peremajaan ini juga pasti sudah berumur 100 tahun!Deska hampir melompat kegirangan. “Baguslah

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 222

    Jika Shanti tidak salah lihat, isi kotak ini adalah jamur ganoderma berusia 100 tahun.Syakia menjawab sambil tersenyum, “Karena Guru sangat baik terhadapku. Aku pun ingin kasih hadiah yang bagus juga buat Guru.”Syakia menyampaikan kekhawatirannya pada Shanti. “Guru juga tahu apa manfaat jamur ganoderma. Sebenarnya, aku selalu khawatirkan keadaan jantung Guru. Makanya, aku baru siapkan hadiah ini. Aku harap Guru jangan anggap remeh keadaan Guru. Kalau bisa disembuhkan, sembuhkanlah penyakit itu dengan baik.”Syakia yakin dengan keterampilan pengobatan yang dikuasai Shanti, Shanti pasti sudah menyembuhkan penyakit jantungnya itu dari dulu jika dia bersedia mengobatinya. Hari ini, Syakia memberikan hadiah ini hanya untuk menunjukkan rasa perhatiannya sebagai seorang murid, bukan untuk menunjukkan nilai hadiahnya.Shanti tidak menyangka Syakia ternyata tidak berhenti memikirkan hal ini. Setelah terdiam untuk sesaat, dia baru mengungkapkan alasan kenapa dia tidak mengobati keadaannya.“Se

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 221

    Setelah memberikan obat bius yang cukup banyak kepada Ayu, Syakia menutup mata, telinga, dan mulutnya, juga mengikat tangan serta kakinya dengan baik sebelum melemparnya masuk ke ruang giok.Meskipun sangat tidak ingin Ayu masuk dan mengotori ruang giok, Syakia tidak memiliki cara lain. Hanya dengan menaruh Ayu di ruang giok, Kingston baru tidak bisa menemukan Ayu.Syakia mengurung Ayu di ruangan kecil dalam ruang giok. Kelak, dia hanya perlu mengeluarkan Ayu dan memberinya sedikit makanan dan minuman, lalu mengikatnya dan melemparnya kembali ke dalam.Semua obat herbal yang dibeli dan dimasukkan Syakia ke ruang giok sudah didonasikan Syakia bersama dengan barang-barang lain dari istana untuk Kalika. Meskipun sudah turun hujan di Kalika, akibat yang ditimbulkan bencana alam tidaklah begitu mudah berakhir.Semua itu adalah obat herbal yang paling berguna dan paling umum digunakan. Syakia merasa obat-obat itu sangat cocok untuk diberikan kepada penduduk Kalika.Syakia berbalik, lalu mena

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 220

    Syakia pun tertawa. “Itu karena aku melakukan perjalanan jauh. Guru pasti khawatir. Kalau yang melakukan perjalanan jauh itu Kak Maya, Guru pasti juga akan mengkhawatirkanmu.”Shanti yang menggenggam tangan Syakia sambil melangkah maju tidak berkomentar. Dia hanya diam-diam bergumam dalam hati, ‘Beda.’Shanti memang akan mengkhawatirkan Maya, tetapi kekhawatirannya terhadap Syakia berbeda. Hanya Tuhan yang tahu sudah berapa lama dia tidak merasakan hal seperti ini sejak Anggreni meninggal.Sup penambah gizi yang dimasak Shanti sangat banyak. Dia tentu saja juga tidak boleh pilih kasih. Setelah mengambil semangkuk besar sup untuk Syakia, dia membagikan sisanya kepada orang lainnya.Syakia meminum sup yang hangat itu sambil tersenyum gembira. “Makasih, Guru. Supnya enak banget!”“Baguslah kalau kamu suka. Dulu, aku juga sering masakkan sup penambah gizi untuk ibumu. Setiap kali, dia juga selalu bilang dia paling suka minum sup yang kumasak.”Begitu mengungkit tentang Anggreni, Shanti pun

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 219

    “Aaah! Hujan! Benar-benar sudah hujan!”“Huhuhu! Bencana alam akhirnya berakhir juga!”“Ayah, Ibu! Kalian sudah lihat! Bencana alam sudah berakhir!”Semua penduduk Kalika langsung berlari keluar rumah seperti orang gila. Mereka berdiri di bawah hujan dengan gembira dan sangat menghargai hujan deras pertama yang sudah dinantikan mereka selama 3 bulan penuh.“Ini berkat Putri Suci!”“Benar! Putri Suci Pembawa Berkah yang sudah berhasil memohon hujan deras ini untuk kita!”“Putri Suci Pembawa Berkah benar-benar adalah dewi penolong!”“Dia itu putri suci yang diangkat Kaisar secara langsung supaya bisa mendoakan kerajaan dan rakyatnya. Dia itu putri suci kita!”Pada hari itu, Syakia tidak tahu bahwa semua orang di Kalika bersorak di bawah hujan deras sambil menyerukan namanya.Putri Suci Pembawa Berkah, putri suci pertama Dinasti Minggana. Dialah satu-satunya orang yang dapat membawa berkah bagi kerajaan....Seminggu kemudian, Syakia dan orang lainnya akhirnya kembali ke ibu kota.“Gimana

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 218

    Setelahnya, suasananya pun kembali hening.Syakia sedang berdiri di atas panggung sehingga suara-suara di bawah itu tidak terdengarnya. Dia sama sekali tidak terpengaruh dan melanjutkan upacara ini sesuai prosedur.Kemudian, Syakia mengangkat kepalanya sedikit dan memandang ke langit. Begitu dia membuka mulut, suaranya yang halus dan merdu pun mencapai telinga orang-orang di bawah panggung.Semua orang mendengar Syakia memohon pada Langit dengan tampang serius.“Ini adalah bulan Oktober di Dinasti Minggana. Namaku Sahana, aku juga dijuluki sebagai Putri Suci Pembawa Berkah. Aku ingin mewakili seluruh rakyat Kalika untuk meminta para dewa menurunkan hujan untuk mengakhiri kekeringan di tanah ini.”“Wahai para dewa yang agung, yang menerangi langit, turunkanlah hujan yang bisa menyuburkan tanah agar segala makhluk hidup mendapatkan berkah. Aku harap para dewa bisa mengabulkan permintaan rakyat. Di sini, aku berdoa dengan setulus hati.”Syakia mengucapkan setiap kata dengan jelas dan tulu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 217

    Setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian resmi, Syakia juga mengenakan cadar dan kerudung putih. Kemudian, dia berjalan keluar di bawah bimbingan para dayang.Gading menyenggol Wisnu yang melongo setelah melihat penampilan Syakia. “Tuan Wisnu, Putri Suci sudah pergi. Kenapa kamu masih melongo? Cepat jalan!”Wisnu yang baru tersadar kembali buru-buru mengejar Syakia. “Ah! Putri Suci, tunggu dulu. Biar aku yang tunjukkan jalannya!”...“Jalannya cepat dikit! Cepat, cepat! Kalau nggak cepat pergi, nanti nggak ada tempat lagi!”“Iya, iya. Tunggu aku!”“Ada apa ini?”“Kalian mau ke mana?”Baik di luar maupun di dalam area kota Kalika, orang yang tak terhitung jumlahnya berjalan menuju sebuah tempat dari segala arah. Setelah menderita kekeringan selama 3 bulan, mereka semua sudah hampir kehilangan harapan. Namun, kali ini, kepala prefektur mereka sudah mengundang Putri Suci yang diangkat secara pribadi oleh Kaisar untuk datang mengadakan upacara permohonan hujan bagi mereka. Hanya dalam

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 216

    Syakia tidak menyangka Wisnu akan langsung berlutut untuk menyapanya. Dia pun buru-buru mengulurkan tangan untuk mengisyaratkan Wisnu berdiri.Setelah Wisnu berdiri, Syakia baru menanyakan hal yang paling penting, “Apa panggung untuk mengadakan upacara permohonan hujan sudah dibangun?”Wisnu buru-buru mengangguk. “Putri Suci tenang saja. Begitu mendengar Putri Suci dan Pangeran Adika sudah berangkat, kami langsung memberi perintah kepada orang untuk membangun panggungnya. Panggungnya sudah selesai dibangun semalam. Setelah memeriksa segalanya sekali lagi hari ini, Putri Suci sudah bisa memulai upacaranya besok.”Adika yang berdiri di samping berkata, “Sahana, kamu istirahat saja dulu sekarang. Upacara permohonan hujan besok akan sangat melelahkan. Kamu harus istirahat yang cukup dulu. Serahkan sisanya padaku.”“Baik.”Syakia juga tidak merasa sungkan. Perjalanan kali ini benar-benar sangat melelahkan. Untungnya, Wisnu telah menyediakan tempat peristirahatan untuk mereka.Setelah tiba

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status