Share

Bab 3

Author: Emilia Sebastian
Syakia duduk di depan meja rias. Tidak ada dayang yang melayaninya, jadi dia hanya bisa berdandan sendiri. Dia menoleh ke arah datangnya suara, lalu menyapa dengan acuh tak acuh sambil menahan rasa muaknya, “Kak Kama.”

Orang yang menerjang masuk dengan marah itu tidak lain adalah Kama. Dia memelototi Syakia sambil berseru, “Jawab aku, kamu yang merusak pakaian resmi Ayu? Kenapa kamu begitu kejam? Kamu jelas-jelas tahu hari ini juga hari upacara kedewasaan Ayu, tapi kamu malah merusak pakaian resminya!”

Ketika Kama menuduh Syakia, orang yang paling dibenci Syakia itu menjulurkan kepalanya dari belakang Kama dengan ekspresi bersalah.

“Kak Kama, sudahlah. Bukannya aku sudah menjelaskannya padamu? Kak Syakia bukan melakukannya dengan sengaja.”

Ayu berperawakan langsing, bertampang imut, dan selalu terlihat lembut. Ditambah dengan sepasang matanya yang memelas, siapa yang mungkin tidak kasihan padanya? Dia mengetahui keunggulannya itu, juga mengetahui semua orang di Kediaman Adipati merasa bersalah padanya.

Setengah tahun lalu, Ayu baru ditemukan oleh orang dari Kediaman Adipati. Damar mengatakan bahwa dia diculik orang saat berumur 3 tahun dan sudah hidup menderita di luar sejak kecil. Jadi, semua anggota Keluarga Angkola merasa sangat bersalah padanya dan berusaha sekuat tenaga untuk menebusnya.

Sebelumnya, Syakia juga berpikiran begitu. Bagaimanapun juga, dia merasa bahwa Ayu adalah adik kandungnya. Namun, dia malah harus menanggung konsekuensi berat akibat pemikirannya yang naif itu. Sekarang, begitu melihat wajah Ayu, Syakia sangat ingin langsung membunuhnya!

“Ayu, kenapa kamu begitu baik! Ini jelas-jelas salah Syakia, kenapa kamu masih bela dia?”

“Bukan kok. Duh, Kak Kama, kenapa kamu begitu keras kepala!” Setelah itu, Ayu menoleh ke arah Syakia dan meminta maaf, “Maaf, Kak Syakia. Ini semua salahku karena nggak menjelaskannya dengan baik. Kamu jangan marah sama Kak Kama, ya. Dia cuma terlalu perhatian padaku.”

“Buat apa kamu minta maaf sama dia! Jelas-jelas dia yang seharusnya minta maaf sama kamu!” seru Kama sambil memelototi Syakia.

Syakia menunduk untuk menyembunyikan rasa bencinya dan menjawab, “Yang dikatakan Kak Kama benar. Aku yang salah atas insiden 2 hari lalu. Aku yang seharusnya minta maaf sama Ayu.”

Apa boleh buat, Syakia bukan terlahir kembali 2 hari lalu.

Pada waktu yang sama di kehidupan lalu, Ayu merusak pakaian resminya dan menyalahkan Syakia atas semuanya. Ayu bahkan tidak perlu menunjukkan bukti apa pun. Dia hanya perlu menangis sambil memegang pakaian resminya yang rusak dan semua orang akan langsung menyalahkan Syakia.

Bagaimanapun juga, pada saat ini, Ayu sudah merusak reputasi Syakia dengan berbagai macam trik. Semua orang tahu bahwa Syakia merasa cemburu pada adiknya, juga sangat kejam, berpikiran sempit, dan tega menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Jadi, asalkan Ayu “ditindas”, semua orang akan mengira bahwa pelakunya adalah Syakia.

Setelah menekan seluruh rasa bencinya, Syakia baru tersenyum tipis pada Ayu dan berkata, “Setiap teringat perbuatanku 2 hari ini, aku nggak akan bisa tidur dan merasa sangat menyesal. Ayu, maaf ya.”

Setelah melihat ekspresi Syakia yang tulus, Ayu bahkan curiga bahwa orang yang berada di hadapannya bukanlah Syakia.

“Huh, kamu baru sadari kesalahanmu sekarang?” Kama mencibir, “Kalau orang sekejam kamu bukan adik kandungku, aku sudah kurung kamu ke penjara supaya kamu disiksa di sana!”

Syakia juga diam-diam mencibir dalam hati. Adik kandung? Cih, dia sudah lama tidak ingin menjadi adik orang seperti Kama.

Pada hari ini di kehidupan sebelumnya, Syakia dihajar Kama karena tidak bersedia meminta maaf pada Ayu. Selain wajah, sekujur tubuhnya dipenuhi dengan luka memar. Jelas-jelas, hari ini juga merupakan hari upacara kedewasaannya. Namun, Kama sama sekali tidak kasihan padanya.

Di antara keempat kakak Syakia, Kama dan Kahar yang merupakan saudara kembar memiliki temperamen paling buruk. Kama memiliki sifat yang meledak-ledak. Saat memanjakan Syakia dulu, dia bisa menghajar semua orang yang menindas Syakia.

Namun, setelah tidak menyayangi Syakia, Kama juga tidak akan ragu untuk memukul Syakia. Terutama ketika Syakia berselisih dengan Ayu. Begitu Ayu menangis, Syakia pasti akan dipukul.

Syakia menggigit bibirnya. Kama jauh lebih tinggi dan kuat darinya. Jika melawan Kama sekarang, yang akan rugi hanyalah dirinya sendiri. Oleh karena itu, dia memilih untuk menunduk. Namun, dia tidak peduli. Di kehidupan ini, dia memiliki waktu untuk membalaskan dendamnya secara perlahan.

Hanya saja, berhubung Syakia meminta maaf tanpa ragu, malah ada orang yang merasa tidak cukup.

“Kak Kama, Kak Syakia sudah minta maaf. Kita akhiri saja masalah ini. Lagian, ini juga bukan masalah besar. Tapi, tanpa pakaian resmi, aku sepertinya sudah nggak bisa hadir dalam upacara kedewasaan hari ini,” ujar Ayu dengan nada ketakutan.

Setelah mendengar ucapan itu, Kama yang awalnya sudah berniat untuk mengakhiri masalah ini pun merasa kasihan pada Ayu.

“Nggak bisa! Masalah ini nggak boleh diakhiri dengan begitu saja! Kali ini, dia merusak pakaian resmimu. Lain kali, entah tindakan jahat apa lagi yang akan dilakukannya. Aku harus kasih dia sedikit pelajaran biar dia jera!”

Seusai berbicara, Kama langsung menoleh dan memelototi Syakia sambil berseru, “Kamu yang merusak pakaian resmi Ayu. Jadi, kamu harus serahkan pakaian resmimu kepada Ayu! Tanpa pakaian resmi, kamu sudah nggak perlu hadir di upacara kedewasaan hari ini lagi!”

Ada secercah cahaya yang melintasi mata Ayu. Syakia tentu saja tidak melewatkan hal itu dan tidak merasa terkejut. Bagaimanapun juga, Ayu merusak pakaian resminya dan menyalahkan Syakia karena ingin mendapatkan pakaian resmi Syakia.

Sebenarnya, pakaian resmi upacara kedewasaan Syakia itu dipesan khusus oleh keempat kakaknya dari setahun lalu.

Hiasan rambutnya terbuat dari benang emas yang dililitkan pada giok, sedangkan gaunnya terbuat dari kain sutra terbaik yang memiliki bordir kupu-kupu. Baik dari segi bahan maupun pembuatan, kualitasnya merupakan yang terbaik di ibu kota.

Saat membuat pakaian ini dulu, kakak-kakak Syakia mengatakan bahwa mereka ingin membuat adik kesayangan mereka menjadi gadis yang paling dicemburui orang lain di ibu kota. Sayangnya, “adik kesayangan” mereka itu sudah berubah menjadi orang lain.

Melihat Syakia yang diam saja, Kama mengira dia hendak menolak. Kama pun berkata dengan tidak senang, “Kenapa? Kamu nggak bersedia? Atau kamu sebenarnya bukan benar-benar menyadari kesalahanmu dan cuma mau menipuku dengan kata-katamu tadi? Huh! Kalau begitu, jangan salahkan aku bertindak kejam terhadapmu. Pokoknya, kamu harus serahkan ....”

“Oke,” jawab Syakia untuk menyela ucapan Kama.

Tanpa melirik Kama, Syakia langsung masuk ke kamar dan mengeluarkan pakaian resmi yang sudah dipersiapkan itu. Lagi pula, semua ini memang bukan miliknya.

Syakia menyerahkan pakaian itu sambil tersenyum tipis, “Ayu, nih. Sekarang, pakaian resmi ini sudah jadi milikmu. Cepat terima.”

Berhubung Syakia menyerahkan pakaian itu tanpa ragu, Ayu masih tercengang. Dia tidak menyangka Syakia akan menyetujui hal ini dengan semudah itu. Syakia seharusnya merengek, lalu membuat Kama sepenuhnya marah. Setelah itu, dinilai dari tabiat Kama, Kama akan memukulnya sampai dia menyerahkan pakaian itu.

Sekarang, kenapa Syakia menyetujui tanpa ragu? Ayu merasa ada yang tidak beres. Lebih tepatnya, dia merasa reaksi Syakia dari tadi sangat aneh. Kenapa Syakia bisa menerima hal ini dengan tenang? Apa Syakia sudah bisa menebak bahwa tujuannya adalah mendapatkan pakaian resmi ini? Oleh karena itu ... Syakia telah melakukan sesuatu pada pakaian ini?

Ayu sontak menunjukkan ekspresi merendahkan. Dia merasa seolah sudah berhasil menebak niat Syakia dan mencibir dalam hati, ‘Dasar bodoh! Lihat gimana aku akan bongkar kedokmu!’

Ayu berpura-pura ingin menerima pakaian resmi itu. Baru saja dia menyentuh pakaian itu, dia tiba-tiba berseru kesakitan, “Ah! Kak Kama, sakit banget!”

Ayu membuang pakaian resmi itu ke lantai, lalu langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Kama dengan ekspresi ketakutan.

Kama secara refleks mengulurkan tangannya untuk melindungi Ayu dan mendorong Syakia. Kemudian, dia langsung membentak, “Syakia Angkola! Apa lagi yang kamu lakukan pada Ayu!”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
NURJANNAH NURJANNAH
sangat bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 4

    Syakia pun tersandung dan menabrak meja rias. Dia menggigit bibirnya erat-erat. Di kehidupan sebelumnya, dia sudah banyak dicelakai oleh Ayu. Begitu melihat tampang Ayu sekarang, dia langsung tahu bahwa Ayu pasti ingin menggunakan trik kotor lagi. Dia memungut pakaian resmi itu dari lantai.“Aku juga nggak tahu apa yang kulakukan sampai Ayu bisa bereaksi seperti itu. Gimana kalau Ayu jelaskan padaku?”“Kamu sendiri yang tahu paling jelas apa yang sudah kamu perbuat!” bentak Kama sebelum Ayu sempat berbicara.Tatapan Syakia terlihat makin dingin. Dulu, dia tidak menyadarinya. Sekarang, dia merasa Kama sangatlah buta. Kama bahkan tidak dapat membedakan siapa sebenarnya yang melakukan trik kotor, padahal dia sudah menyaksikan seluruh kejadiannya sendiri. Mungkin saja dia juga hanya akan tetap percaya pada ucapan seseorang meskipun sudah melihat jelas.Kama memelototi Syakia untuk sesaat, lalu menepuk-nepuk pundak Ayu dan menghibur dengan nada lembut, “Ayu, jangan takut. Katakan saja apa y

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 5

    “Syakia, kamu sudah gila?”Ayu yang mengira dirinya masih memiliki kesempatan untuk merebut pakaian resmi itu pun tidak bisa berkata-kata saking marahnya. Dia merasa Syakia seperti sedang menggunting pakaiannya.Syakia menghentikan gerakannya, lalu menyahut sambil masih tersenyum, “Aku lagi gunting baju. Bukannya kalian sudah lihat? Buat apa kalian bereaksi begitu berlebihan?”Kama berseru marah, “Kamu masih berani tanya kenapa reaksiku begitu berlebihan? Pakaian ini kami pesan khusus untukmu! Apa yang kamu lakukan! Kenapa kamu mengguntingnya!”“Karena sudah nggak ada yang mau.” Syakia lanjut menggunting dan menjawab, “Aku nggak mau, Ayu juga nggak mau. Barang yang sudah nggak diinginkan tentu saja harus dibuang.”Ekspresi Syakia terlihat sangat dingin hingga Kama merasa agak asing.‘Siapa bilang aku nggak mau?’ seru Ayu dalam hati. Dia hanya tidak ingin Kama curiga, makanya dia sengaja menolak. Siapa sangka Syakia akan bertindak segila ini? Ayu jelas-jelas sudah memutuskan untuk meng

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 6

    Pria yang datang itu bertubuh tinggi dan tegap. Dia mengenakan jubah berwarna biru tua. Penampilannya terlihat berwibawa dan wajahnya juga tampan. Namanya Abista Angkola. Dia adalah kakak pertama Syakia dan putra sulung Keluarga Angkola.“Syakia, kamu sudah sadari kesalahanmu?” tanya Abista sambil menatap Syakia dengan dingin.Aura intimidasi yang dipancarkan Abista membuat Syakia hampir tidak bisa bernapas. Dulu, dia sangat bodoh dan mengira dirinya merasa terintimidasi karena Abista memiliki perawakan tinggi dan tegap. Setelah melihat Abista membungkuk untuk menyejajarkan pandangannya dengan Ayu demi mendengar keluhannya, Syakia baru mengerti bahwa di mata kakaknya, dirinya berstatus lebih rendah.“Aku nggak ngerti maksud Kakak. Apa salahku? Harap Kakak menjelaskannya.”Syakia bukannya tidak melihat pakaian resmi yang dipegang Abista. Jadi, dia tentu saja bisa menebak maksud kedatangan Abista. Namun, memangnya kenapa meskipun begitu? Atas dasar apa Abista membuatnya mengaku salah ta

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 7

    Panji berjalan ke arah Syakia dengan tampang marah dan sepertinya ingin mencari masalah. Di belakangnya, Ayu membuka mulut dengan takut dan berseru “jangan”. Namun, dia sama sekali tidak menunjukkan gerak-gerik untuk menghentikan Panji.Setelah bertemu pandang dengan Syakia, Ayu bahkan terlihat bangga. Sangat jelas bahwa dia merasa bangga dan ingin mengatakan bahwa dirinya dapat membuat Panji membelanya dengan mudah. Sayangnya, sebelum Panji sampai di depan Syakia, suara seseorang yang berat dan dalam sudah terdengar dari arah panggung ....“Syakia, Ayu, waktunya sudah tiba. Cepat kemari untuk mulai upacaranya!”Syakia menoleh ke arah datangnya suara. Di atas panggung, seorang pria paruh baya yang mengenakan jubah berwarna hijau dan terlihat sangat berwibawa sedang duduk di kursi utama. Dia sedang menatap ke arah Syakia dan Ayu dengan ekspresi dingin. Orang itu tidak lain adalah ayahnya Syakia dan adipati militer, Damar Angkola.Pada saat ini, Panji yang berencana untuk mencari masal

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 8

    Saat naik ke panggung, Abista awalnya masih menatap kedua adiknya dengan ragu. Namun, setelah bertemu pandang dengan tatapan Ayu yang penuh harapan, dia hanya tersenyum dengan tidak berdaya.Siapa suruh Syakia sendiri yang pencemburu dan tidak bisa menerima Ayu. Oleh karena itu, Abista tidak lagi ragu dan langsung berjalan melewati Syakia untuk memberikan bunganya kepada Ayu. Setelahnya, Kama, Kahar, Ranjana, dan seluruh anggota Keluarga Angkola juga memberikan bunga mereka kepada Ayu.Seperti di kehidupan sebelumnya, Syakia tidak menerima sekuntum bunga pun, sedangkan Ayu dikelilingi dengan bunga pemberkatan. Namun, Syakia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Bagaimanapun juga, dia sudah mengetahui hasil seperti ini dari awal. Jadi, dia sama sekali tidak menaruh harapan.Pada saat giliran Panji, dia bukan hanya menggenggam sekuntum bunga seperti orang lain, melainkan buket besar berisi bunga-bunga yang indah. Dia melirik Syakia sekilas, lalu langsung memberikan buket bunga itu kepada

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 9

    “Nggak bisa!”“Nggak mungkin!”Itu hanyalah sebuah sumpah biasa. Awalnya, semua orang mengira Panji akan setuju. Tak disangka, Panji malah menolaknya. Anehnya, masih ada satu orang lagi yang juga ikut membantah.“Ayu?” Abista menatap Ayu dengan heran.Ekspresi Ayu langsung membeku. Setelah menyadari dirinya sudah kehilangan kendali atas sikapnya, dia buru-buru menenangkan diri dan memaksakan seulas senyum sambil berkata, “Bukan .... Umm, aku ... aku cuma merasa syarat yang diajukan Kak Syakia kurang baik. Gimana ... gimana kalau Kak Panji berubah pikiran kelak. Jadi, sebaiknya Kak Syakia pertimbangkan hal ini?”Abista mengernyit karena merasa ucapan Ayu agak aneh. Kahar tidak menunjukkan reaksi apa pun, sedangkan Ranjana melirik Ayu dan Panji dengan ekspresi sulit ditebak. Satu-satunya orang yang sepenuhnya percaya pada kepolosan Ayu hanyalah Kama. Dia sama sekali tidak berpikir kejauhan.“Sudahlah, Ayu. Aku tahu kamu khawatirkan Syakia. Tapi, aku merasa yang dikatakannya nggak salah.”

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 10

    “Yang kalian bilang benar. Aku bukan adikku. Aku nggak sebaik dia. Jadi, aku pasti akan balas dendam pada semua orang yang pernah menindas dan mempermalukanku!” ucap Syakia dengan dingin. Kemudian, dia menatap Panji dan mengucapkan kata-kata yang tidak diucapkannya di depan umum pada kehidupan lalu dan merasa menyesal setelahnya.“Panji, bukannya kamu mau batalkan pernikahan kita? Oke, aku setuju tanpa syarat apa pun. Hanya saja, mulai sekarang, aku nggak punya hubungan apa pun lagi dengan keluarga kalian!”Begitu Syakia selesai berbicara, seluruh lokasi langsung hening. Bahkan Panji juga melongo karena Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Awalnya, Panji mengira dirinya tidak akan bisa membatalkan pernikahan ini dengan lancar. Dia mengira Syakia akan menolak, lalu tidak berhenti menangis dan merengek. Sebelum datang, dia sudah memikirkan segala kemungkinan. Satu-satunya hal yang tidak diduganya adalah Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Tidak, Syakia tidak termasuk m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 11

    Abista menunjukkan ekspresi tidak setuju. Cambuk yang digunakan Keluarga Angkola bukanlah cambuk biasa, melainkan cambuk besi. Setelah 50 cambukan, bahkan pria dewasa juga paling tidak harus memulihkan diri setengah bulan, apalagi Syakia?Ayu yang berdiri di samping diam-diam merasa gembira. Dia tidak menyangka Syakia ingin mencari mati sendiri. Dia harus mencari cara agar Damar menyetujui hal ini. Selama Damar ertuju, 50 cambukan ini pasti bisa membuat Syakia sekarat. Namun, hal yang lebih mengejutkan adalah, Syakia sendiri yang berinisiatif untuk mencari mati sebelum dia sempat bertindak.“Kamu serius?” tanya Damar. Dia juga merasa terkejut karena Syakia berinisiatif minta dihukum dan juga meminta dijatuhkan hukuman seberat ini.Damar mengerutkan keningnya. Setelah teringat Syakia biasanya suka menggunakan trik kotor untuk mencari perhatian, dia memicingkan matanya dan memberi peringatan. “Aku paling benci sama orang bermuka dua.”Syakia mendongak, lalu menatap lurus mata Damar yang

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 334

    “Kalian sudah dengar soal kejadian itu?”“Tentu saja! Siapa yang masih belum tahu kejadian itu!”“Jadi, Putri Suci benar-benar ditampar atau itu cuma rumor belaka?”“Putri Suci benar-benar ditampar. Kakek dari ipar dari menantu dari ibu mertua dari keponakan paman ketigaku yang menyaksikannya secara langsung. Waktu itu, dia segera berlari keluar dengan bertumpu pada tongkatnya untuk melindungi Putri Suci!”“Tapi, Adipati Pelindung Kerajaan malah langsung mendorongnya sampai dia jatuh dan tongkatnya hilang. Habis itu, Adipati langsung menampar Putri Suci. Dia sendiri yang kasih tahu kami apa yang dilihatnya. Ini hal yang dialaminya sendiri, mana mungkin itu palsu! Selain itu, katanya, Adipati melakukannya demi membela putri haramnya!”“Ya Tuhan! Adipati ternyata begitu pilih kasih? Keterlaluan sekali!”“Bukan cuma begitu! Adipati juga sengaja pilih waktu ketika Pangeran Pemangku Kaisar nggak ada untuk pergi cari Putri Suci. Katanya, dia juga mau bawa Putri Suci pergi. Untungnya, Putri S

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 333

    Kalimat penuh tuduhan dan luka ini telah disimpan Syakia selama dua kehidupan. Sekarang, dia akhirnya dapat mengucapkannya. Dulu, dia selalu menatap orang yang pernah dianggapnya agung itu dengan penuh kekaguman. Sekarang, seluruh kekaguman itu telah berubah menjadi benci.“Semuanya, lihat! Adipati Pelindung Kerajaan memukul orang ....”“Adipati Pelindung Kerajaan benar-benar memukul Putri Suci?”“Ya Tuhan! Putri Suci! Putri Suci baik-baik saja, ‘kan?”“Putri Suci, cepat bersembunyi di belakang kami!”Orang-orang di dalam toko obat tersadar kembali, lalu buru-buru melangkah maju dan melindungi Syakia di belakang mereka.Di sisi lain, pengelola toko obat menatap Damar dengan penuh waspada, “Adipati, toko kami nggak terima tamu hari ini. Silakan pergi! Kalau Adipati merasa nggak puas pada kami, silakan cari majikan kami. Majikan kami itu Bupati Nugraha dari Lukati.”Setelah mendengar ucapan tersebut, Damar akhirnya melirik pengelola toko obat itu.Nugraha merupakan seorang bupati di Luka

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 332

    “Dia itu Adipati Pelindung Kerajaan?”“Benar! Waktu Putri Suci adakan upacara doa di ibu kota sebelumnya, aku pernah melihatnya. Dia itu Adipati Pelindung Kerajaan yang mengusir Putri Suci dari rumah, lalu menghapus nama Putri Suci dari daftar silsilah keluarga demi melindungi putri haramnya.”“Hah? Kenapa yang kudengar itu, Putri Suci meninggalkan keluarganya karena diperlakukan dengan nggak adil oleh Adipati?”“Duh, sama saja kok! Intinya, orang dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan sudah menindas Putri Suci kita! Kalian belum dengar apa yang terjadi sebelumnya? Salah satu putra Adipati pernah menerjang masuk ke Kuil Bulani, lalu menghajar Putri Suci di depan umum demi membela putri haram itu!”“Ya Tuhan! Orang macam apa itu? Demi seorang adik haram, dia malah menghajar adik kandungnya sendiri? Memang benar, buah nggak jatuh jauh dari pohonnya.”“Sekarang, dia mau tindas Putri Suci kita waktu Pangeran Adika nggak ada. Apa dia sudah dapat persetujuan kita!”Orang-orang yang mendeng

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 331

    Setelah mendengar ucapan itu, Damar pun menghentikan langkahnya. Dia menoleh dan menatap Syakia dengan tajam.“Penyakit Adika kambuh, ‘kan?” Damar berkata dengan nada tenang, “Makanya dia baru nggak ada di sini sekarang.”Syakia diam-diam bergumam dalam hati, ‘Ternyata Damar juga tahu soal penyakit Pangeran Adika. Makanya, dia baru begitu nggak sabar untuk datang mencariku.’Kemarin, Syakia meminta Adika bersandiwara dengannya untuk membuat Damar mengira telah terjadi sesuatu pada Ayu di Istana Damai. Sebenarnya, tujuannya memang karena ingin Damar berinisiatif datang mencarinya.Namun, begitu Syakia menyampaikan niatnya, Adika langsung mengusulkan cara “berlagak gila”.“Adipati Damar tahu soal penyakitku. Jadi, selama bisa buat dia mengira aku benar-benar menggila di Istana Damai, dia pasti merasa gelisah.”Syakia awalnya masih kurang setuju. Bagaimanapun juga, apabila masalah ini menjadi besar, kelak semua orang akan tahu tentang penyakit Adika.Namun, Adika malah berkata, “Kamu kira

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 330

    Bagaimanapun juga, ada banyak menteri kerajaan yang tahu bahwa Adika mengidap semacam penyakit. Setiap kali penyakitnya kambuh, dia akan menyerang orang-orang di sekitarnya seperti orang gila. Tabib istana mengatakan bahwa penyakit ini merupakan efek samping yang tertinggal akibat Adika membunuh terlalu banyak orang di medan perang. Kaisar juga sudah menurunkan perintah untuk melarang siapa pun mengungkit tentang hal ini. Siapa pun yang berani melanggar perintah ini akan langsung dibunuh. Oleh karena itu, selain para menteri, sangat sedikit orang luar yang tahu bahwa Pangeran Pemangku Kaisar itu sebenarnya merupakan orang gila.Damar merasa khawatir. Apabila penyakit Adika tiba-tiba kambuh di Istana Damai .... Tidak, meskipun penyakit Adika tidak kambuh, mungkin saja “putrinya yang baik” berkomplot dengan Adika dan menggunakan alasan ini untuk menyingkirkan Ayu.Makin memikirkannya, Damar merasa kemungkinan seperti ini makin besar. Bagaimanapun juga, dia tahu bahwa Syakia sangat membe

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 329

    “Nggak mungkin! Mana mungkin Syakia dan Adika berani berbuat begitu!”Damar terlihat ragu, lalu menatap Ike dan bertanya, “Kamu yakin kamu melihatnya secara langsung?”Ike tidak berhenti menangis dalam kereta kuda. Setelah mendengar pertanyaan Damar, dia tidak berani mengatakan bahwa dirinya terlalu takut dan langsung melarikan diri.Ike akhirnya hanya berkata dengan tidak jelas, “Tentu saja! Darahnya ... darahnya sangat banyak. Aku nggak berani pergi memeriksanya. Jadi, aku juga nggak tahu apa ... apa orangnya benar-benar sudah mati atau nggak.”“Kamu!” Damar sangat murka dan menunjuk Ike sambil berseru, “Itu keponakan kandungmu! Tapi, kamu malah langsung kabur dan meninggalkannya di sana?”“Aku kan juga takut Pangeran Adika membunuhku!” Ike menjawab dengan ragu, “Kalau dia juga membunuhku, bukannya kamu akan kehilangan seorang adik kandung lagi!”“Bunuh apa! Adika nggak akan berani membunuhmu! Kamu itu istrinya Joko, juga adik kandungku. Selama kamu nggak melakukan kesalahan besar, A

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 328

    Syakia tiba-tiba tertawa. Suara tawanya terdengar sangat dingin hingga Ike tidak tahu harus berbuat apa. Dalam sekejap, muncul kepanikan dalam hatinya. Dia terlalu ketakutan hingga tidak berani lanjut berbicara.“Sudahlah. Aku mau pergi jenguk Ayu dulu. Kalau kamu nggak mau pergi, aku bisa pergi sendiri. Kamu pergi saja.”Saat ini, Ike tidak lagi berani membawa Syakia pergi menjenguk Ayu. Jika bukan karena ucapan kakaknya, dia bahkan ingin langsung pergi sekarang juga.Syakia hanya menatap Ike dengan dingin tanpa mengatakan apa-apa.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang yang bertenaga dan stabil. Ike pun secara refleks mendongak dan hampir pingsan saking terkejutnya.“Ah! Darah! Darahnya banyak sekali!”Orang yang berjalan mendekat tidak lain adalah Adika yang menemani Syakia datang ke istana. Dari tadi, sosoknya tidak terlihat. Begitu muncul sekarang, wajah, tangan, dan pakaiannya malah berlumuran darah. Dia benar-benar terlihat bagaikan orang yang sedang ter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 327

    “Plak!”Tepat ketika Ike menggeleng kuat untuk menyangkal dengan panik, Syakia langsung menamparnya tanpa ragu. Penampilan Ike langsung menjadi berantakan dan wajahnya juga memerah.Ike menutupi wajahnya, lalu menatap Syakia sambil berseru, “Syakia, sudah gila kamu! Ini istana! Kamu berani menamparku lagi?”“Jangankan di sini, meski di hadapan Ibu Suri dan Yang Mulia Kaisar, aku juga akan menamparmu hari ini.” Syakia menatap Ike dengan penuh kebencian, “Ike, kamu sudah jadi istri Joko sesuai harapanmu, juga melewati hari yang begitu nyaman dan bahagia selama belasan tahun. Apa kamu pernah hargai kebaikan dan jasa ibuku terhadapmu?”Ucapan itu sontak membuat Ike tertegun. Dia hendak membantah, tetapi tidak dapat mengucapkan apa-apa.Melihat tampang Ike yang seperti itu, Syakia makin mengasihani ibunya. “Sepertinya, waktu itu ibuku memang sudah buta dan salah menilai orang.”Syakia menatap Ike dengan tatapan seolah-olah sedang memaki Ike adalah orang yang tidak tahu berterima kasih.Ike

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 326

    Hanya saja, Adika mau membalaskan dendam Syakia dan baru sengaja bersandiwara bersama Kaisar. Berhubung Kaisar masih muda, dia juga baru menemani Adika bermain. Namun, berhubung anggota Keluarga Angkola malah mencari Syakia karena hal ini, Syakia juga harus menerima sedikit bunga, ‘kan?“Kamu nggak malu? Pasti kamu yang ngadu ke Yang Mulia Kaisar, makanya Ayu baru ditahan di istana sampai sekarang. Kamu ....”Ike sebenarnya sangat setuju Ayu masuk istana. Hanya saja, dia selalu memihak pada kakaknya. Berhubung kakaknya mengatakan Ayu tidak boleh masuk istana dan harus dibawa keluar secepat mungkin, dia mau tak mau hanya bisa mematuhi keinginan kakaknya.Masalahnya, hasil kerja Ike tidak bisa dibilang memuaskan. Dia malah menimbulkan lebih banyak kekacauan daripada berkontribusi. Contohnya, mulutnya yang selalu berbicara tanpa berpikir.“Sst.”Sebelum Ike menyelesaikan ucapannya, Syakia sudah menaruh sebuah jari di depan mulut dan mengisyaratkannya untuk diam.“Nyonya Ike, ada beberapa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status