“Kamu sudah ketemu sama dia?”Syakia menggeleng. “Nggak. Dia mencuri barang yang sangat berharga bagiku. Jadi, aku lagi cari dia.”Kingston sontak mencibir, “Itu karena perintah Ayu, ‘kan? Beberapa orang itu jarang terlihat. Bahkan aku juga cuma pernah ketemu orang bernama Ular Sembilan itu beberapa kali. Yang lainnya, aku sama sekali nggak pernah ketemu mereka.”“Mereka begitu berhati-hati?” tanya Syakia dengan kening berkerut.Kingston menjawab, “Mau menemukan mereka memang sulit. Tapi, Ular Sembilan seharusnya akan segera muncul.”Syakia tertegun sejenak. “Karena Ayu ada di tanganku?”“Benar. Mereka nggak akan biarkan sesuatu terjadi sama Ayu. Jadi, kamu harus lebih hati-hati selama beberapa saat ke depan. Jangan sampai kamu duluan tiada sebelum meracik obat penawarku.”Ketika mengucapkan kata-kata itu, Kingston terlihat seperti bersenang-senang di atas penderitaan orang lain.Syakia berujar dengan acuh tak acuh, “Kalau begitu, kamu juga harus lebih hati-hati.”“Untuk apa aku hati-h
Kingston dan Ular Sembilan bagaikan orang yang berguru dari orang yang sama. Namun, Kingston mengatakan bahwa dia hanya pernah bertemu Ular Sembilan beberapa kali. Dinilai dari cara Kingston bercerita tentang Ular Sembilan, dia juga sepertinya memang tidak mengenal Ular Sembilan.Berhubung ini hanyalah kecurigaan yang tidak begitu penting, Syakia tidak lanjut memikirkannya. Bagaimanapun juga, dia tidak dapat membuang-buang waktu lagi.Syakia kembali ke ruang giok. Berhubung Ular Sembilan akan datang cepat atau lambat, dia harus mempersiapkan sebuah “kejutan” untuk orang itu....Pada saat yang sama, di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan.“Nggak mungkin! Aku nggak percaya Ayu bisa melakukan hal seperti ini! Pasti Syakia yang memfitnah Ayu!”Setelah pulang dari makam ibunya hari itu, Abista sudah sepenuhnya kecewa terhadap ayahnya. Dia langsung memberi tahu mengenai jasad ibu mereka yang dicuri kepada kedua adiknya. Reaksi mereka sangat kuat. Sayangnya, reaksi itu tidak sesuai dengan ya
Setelah kembali ke kamarnya sendiri, Kahar mengeluarkan sebuah layang-layang untuk anak kecil dari sebuah kotak kayu besar dengan hati-hati. Itu adalah layang-layang yang dibuatkan Anggreni untuknya ketika masih kecil. Namun, sejak Anggreni meninggal, dia tidak pernah mengeluarkan layang-layang ini lagi sampai hari ini. Hanya saja, Kahar melakukannya bukan demi Anggreni. “Ayu pasti disembunyikan Syakia. Untuk buat Syakia melepaskan Ayu, aku hanya bisa menukarnya dengan barang yang penting bagi Syakia.”Kahar dan yang lain sebenarnya selalu tahu dengan sangat jelas apa yang penting bagi Syakia Bagaimanapun juga, ketika Syakia pergi menjadi biksuni dulu, dia juga diam-diam membawa pergi nisan ibu mereka.Setelahnya, Syakia juga mengancam mereka semua dengan Kama untuk menyerahkan semua mahar ibu mereka. Sekarang, barang yang ditinggalkan ibu mereka di rumah ini sudah tidak banyak lagi.Layang-layang ini .... Kahar sebenarnya sangat tidak rela. Terutama begitu teringat harus menggunakan
Begitu mendengar hal itu, Syakia tahu bahwa Kahar ingin mencapai kesepakatan dengannya. Hanya saja, dia tidak tahu apa barang yang ditawarkan Kahar cukup bernilai atau tidak. Saat ini, Syakia masih belum tahu apa yang dibawa Kahar. Begitu melihat layang-layang di tangan Kahar, dia sontak tertawa saking marahnya.“Kamu bahkan rela mengeluarkan layang-layang yang dibuat Ibu untukmu?”Kahar menjawab dengan ekspresi datar, “Kamu tahu apa arti layang-layang ini bagiku. Jadi, aku nggak akan bicara omong kosong denganmu lagi. Bukannya kamu menginginkan semua barang milik Ibu? Sekarang, aku akan berikan layang-layang ini padamu. Tapi, kamu harus serahkan Ayu.”Syakia langsung mencibir, “Kahar, aku benar-benar nggak nyangka kamu rela berbuat begini demi Ayu. Jangan-jangan, kamu juga berencana untuk nggak mengakui ibumu demi dia?”“Aku nggak bilang aku nggak mau akui Ibu!” bantah Kahar secara langsung. “Kalau bukan karena kamu menculik Ayu, aku nggak akan keluarkan barang yang diberikan Ibu ini
“Apa katamu?”Kahar menatap Syakia dengan tidak percaya.Syakia mengulangi kata-katanya dengan tampang dingin, “Aku bilang, nggak! Sudah dengar jelas? Aku perlu ulangi sekali lagi?""Syakia, kamu ....”Ketika Kahar lagi-lagi memanggil nama Syakia, sebuah sosok hitam tiba-tiba muncul di hadapannya. Dia pun tercengang dan secara refleks mengeluarkan belatinya untuk melindungi diri. Namun, gerakannya masih tetap terlalu lambat.Baru saja Kahar mengeluarkan belatinya, Hala sudah menepuk tangannya sehingga belati itu terjatuh ke lantai. Kemudian, tangan Hala yang satunya lagi langsung meninju wajah Kahar dengan kuat.“Bruk!” Kahar pun terjatuh ke lantai.Namun, sebelum Kahar sempat berdiri dan melakukan serangan balik, Hala sudah menendangnya sehingga dia terpental lebih jauh. Tendangan ini hampir membuat Kahar muntah darah.“Si ... siapa kamu? Beraninya kamu menyerangku! Aku ini putra Adipati Pelindung Kerajaan!”Pada saat ini, Kahar masih belum tersadar. Dia mengira dengan menyebutkan sta
Untungnya, Syakia sudah mempersiapkan diri. Jika tidak, ular berbisa itu pasti sudah berhasil menggigitnya.“Kalau boleh tahu, siapa yang kasih tahu kamu informasi ini?” Ular Sembilan tertawa dan berkata dengan suara serak, “Sudah seharusnya aku menyadarkan pengkhianat seperti ini.”Syakia tentu saja tidak akan mengkhianati Kingston pada saat-saat seperti ini. Dia hanya menjawab dengan dingin, “Nyali majikan kalian terlalu kecil. Aku baru sedikit menakut-nakutinya, tapi dia sudah ceritakan semuanya. Apa aku masih harus tanya ke orang lain?”“Ckck, ucapanmu ini masuk akal juga.” Ular Sembilan mengangkat alisnya dan lanjut berujar, “Tapi, aku penasaran banget. Gimana Putri Suci menakut-nakuti Nona Ayu?”Ketika berbicara sambil tersenyum seperti ini, Ular Sembilan terlihat sangat mengintimidasi. Seolah-olah setelah bertanya jelas, dia akan membalaskan dendam Ayu. Sayangnya, Syakia sama sekali tidak takut pada intimidasinya.“Aku punya banyak cara. Kalau kamu penasaran, aku nggak keberatan
Setelah menetapkan waktu untuk menukar orang, Ular Sembilan pun pergi. Namun, ketika meninggalkan tempat tinggal Syakia, dia tiba-tiba menyadari sesuatu dan menoleh ke sebuah arah. Selanjutnya, dia melihat seorang biksuni tua yang berekspresi masam sedang berdiri di bawah pintu menuju tempat tinggal Syakia dan menatapnya dengan dingin.Ular Sembilan tidak takut pada biksuni tua itu. Dia melambaikan tangannya, lalu beberapa ekor ular langsung menjulurkan kepala mereka dari pakaiannya yang usang dan menatap biksuni tua itu dengan garang.Ular Sembilan mengira biksuni tua itu akan ketakutan. Tak disangka, biksuni tua itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dia pun mencibir dan merasa hal ini sangatlah tidak menarik. Kemudian, dia pun berbalik dan hilang dari Kuil Bulani.Di tempat tinggal Syakia.Setelah Ular Sembilan pergi, Hala memeriksa sekali seluruh area tempat tinggal Syakia. Begitu diperiksa, dia menemukan total belasan ekor ular beracun.“Begitu Ular Sembilan datang, tem
Adika khawatir Shanti berpikir kejauhan, makanya dia sengaja menjelaskannya. Namun, dia merasa makin dia menjelaskan, makin terlihat mencurigakan pula dirinya.Syakia mau tak mau memberanikan diri untuk berdiri dan berujar, “Rupanya begitu. Pangeran Adika duduk saja dulu. Aku akan pergi seduhkan teh.”Kemudian, Syakia buru-buru berlari masuk ke kamarnya sehingga hanya tersisa Adika dan Shanti di halaman.Shanti berkata dengan acuh tak acuh, “Maksud hati Pangeran terlalu jelas. Meski kamu mau dekati Sahana, kamu juga harus perhatikan sikapmu. Saat ini, Sahana masih adalah biksuni di Kuil Bulani. Dengan begini, kamu akan mengacaukan latihannya.”Adika tidak dapat membantah. Setelah menerima surat dari Syakia, dia benar-benar khawatir sehingga dia langsung datang kemari. Setelah tiba dan melihat Shanti juga berada di halaman Syakia, dia baru menyadari bahwa tindakannya ini terlalu gegabah.Jika orang berniat jahat melihat Adika datang menemui Syakia malam-malam begini, mungkin akan terseb
Tidak peduli apa pun yang terjadi. Damar harus membawa jasad Anggreni pulang. Anggreni adalah istrinya. Setelah meninggal, Anggreni juga masih tetap adalah anggota Keluarga Angkola. Jasadnya hanya boleh dimakamkan di tempat yang disediakan Damar. Nanti, mereka akan dikubur di makam yang sama.“Pangeran Adika, kamu nggak perlu menghindari pertanyaanku dengan kata-kata seperti ini. Kalau kamu nggak mau pengaruhi reputasi Syakia, sebaiknya kamu suruh dia serahkan jasad ibunya. Kalau nggak tanggung sendiri aku ....”“Nggak usah banyak omong kosong lagi!” Adika tiba-tiba menyela ucapan Damar. Pada detik berikutnya, dia melompat turun dari kuda dan berjalan ke hadapan Damar.Damar agak mengernyit. Saat merasakan intimidasi yang dipancarkan tubuh Adika, dia mengepalkan tangannya dan berdiri diam di tempat. Ketika Adika sudah berada di depannya dan menunduk untuk menatapnya karena memiliki keunggulan dalam tinggi badan, Damar baru merasa agak terhina. Terutama, setelah mendengar ucapan Adika
“Adika!”Damar hanya lebih lambat selangkah dari Abista. Ketika tiba di sisi Kahar, dia menunduk dan melihat kaki Kahar yang berada dalam keadaan sangat parah. Dia seketika memelototi Adika.“Atas dasar apa kamu menyerang putraku! Apa kamu berniat untuk langsung menghabisi putraku dengan satu tendangan tadi!”Adika yang duduk di atas kuda tetap terlihat tenang. Dia hanya menjawab tuduhan Damar sambil tersenyum sinis, “Adipati, aku cuma jalankan perintah untuk melindungi keamanan Putri Suci. Putramu sendiri yang hendak menerobos perlindungan Pasukan Bendera Hitam untuk dekati kereta kuda Putri Suci secara paksa.”“Dia berani bertindak begitu arogan dan sama sekali nggak menghormatiku. Memangnya kenapa meski aku menghabisinya dengan satu tendangan itu?”“Menurutku, yang bertindak arogan itu jelas-jelas kamu!” Ekspresi Damar sudah sekelam tinta hitam. “Jangan kira aku nggak tahu apa alasanmu begitu melindungi Syakia! Kamu bukan cuma jalankan perintah Yang Mulia Kaisar, ‘kan? Kamu tahu jel
Syakia langsung bangkit dan hendak turun untuk berdebat dengan ayahnya. Namun, Shanti malah mengulurkan tangan untuk mencegahnya. Dia menggeleng dan berkata, “Kamu nggak usah turun. Jagalah ibumu dengan baik. Serahkan hal ini pada Guru.”Seusai berbicara, Shanti pun turun dari kereta kuda. Setelah mendengar pergerakan dari kereta kuda, Damar dan kedua putranya segera menoleh. Awalnya, mereka mengira akan melihat Syakia. Sayangnya, itu adalah Shanti.Shanti tidak langsung berdebat dengan Damar. Dia terlebih dahulu melirik Abista, lalu Kahar.“Sepertinya, tuan muda keempat keluarga kalian nggak ikut datang hari ini. Benar juga, dengan keadaannya itu, dia nggak mungkin bisa berkuda,” ujar Shanti dengan tenang.“Adikku datang atau nggak, itu nggak ada hubungannya denganmu. Mana Syakia? Suruh dia keluar untuk temui kami!” Berhubung Damar juga berada di tempat ini, nyali Kahar pun kembali menjadi besar. Dia melirik Shanti dengan kesal, lalu langsung menyebut nama Syakia tanpa sedikit pun ra
Kebungkaman Syakia sontak membuat Shanti juga terdiam. Guru dan murid itu saling memandang, lalu Shanti mencibir, “Sudah kubilang berapa kali, kamu harus meracik racun sekaligus bersama dengan obat penawarnya.”Syakia menjawab dengan agak ragu, “Waktunya terlalu mendesak, aku nggak sempat .... Habis pulang nanti, aku akan segera meraciknya!”Untungnya, Syakia dan yang lain segera mendapat kabar baik. Adika yang membawa Pasukan Bendera Hitam untuk berkeliling di sekitar benar-benar memperoleh hasil.Dapat dikatakan bahwa kelompok Ular Sembilan yang melarikan langsung dikepung oleh pasukan Adika. Hanya saja, baru saja pasukan Adika hampir berhasil menangkap sekelompok orang itu, orang-orang dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan juga tiba.“Buat apa mereka datang?” tanya Syakia dengan ekspresi yang sangat jelek.Adika tahu suasana hati Syakia akan menjadi buruk begitu mendengar hal ini. Dia juga tidak berdaya.“Mereka datang untuk bawa Ayu pergi. Kingston berhasil melarikan diri, tapi
“Sahana!” seru Shanti dan Hala pada saat yang sama.Syakia yang lengah pun terjatuh ke lantai akibat didorong oleh Kama. Namun, dia tidak peduli pada hal itu dan buru-buru berdiri, lalu menoleh ke arah Kama. Pada saat ini, terlihat seekor ular berbisa yang tubuhnya hanya tersisa setengah bagian sedang menggigit lengan Kama.Hala segera menepis kepala ular berbisa itu dan menusuknya. Sayangnya, semuanya sudah terlambat.Syakia buru-buru membuka lengan pakaian Kama dan melihat bagian yang tergigit ular berbisa telah berubah warna menjadi hitam.“Cepat ikat lengannya dengan erat!”Shanti menyerahkan jasad Anggreni kepada Syakia, lalu buru-buru mengeluarkan sebutir pil penawar racun kepada Kama ketika Hala mengikat lengan Kama.Namun, ular berbisa Ular Sembilan memiliki racun yang sangat istimewa dan mematikan. Pil penawar racun ini hanya dapat memperlambat penyebaran racun, tetapi tidak dapat menawarkan racun dalam tubuh Kama.Hal yang paling penting adalah, pil penawar racun ini juga tid
Setelah melihat kalajengking-kalajengking itu, Ular Sembilan dan Ular Tujuh sempat melirik Kingston dengan curiga. Namun, begitu melihat Kingston jauh lebih tercengang dari mereka, kecurigaan mereka segera sirna.“Ayo pergi! Cepat pergi sekarang juga!”Kalajengking-kalajengking itu bukanlah kalajengking biasa. Jika situasi seperti ini berlanjut, semua ular berbisa Ular Sembilan akan terbunuh. Dia pun tidak lagi ragu dan segera membawa Ayu melarikan diri bersama Ular Tujuh.“Nggak! Aku nggak mau pergi! Dasar pecundang! Kenapa kalian bahkan nggak bisa melawan 3 perempuan!” seru Ayu dengan marah.Namun, Ular Sembilan dan Ular Tujuh sama sekali tidak mendengar kata-kata Ayu. Mereka tetap membawanya pergi secara paksa. Sementara itu, Kingston melirik Syakia dengan penuh arti untuk sejenak sebelum mengikuti mereka.Begitu Ular Sembilan pergi, ular-ular beracun yang masih hidup juga segera melarikan diri. Hanya saja, yang gerakannya terlalu lambat tentu saja dihabisi oleh kalajengking-kalajen
Setelah mendapat perintah Ayu, Ular Sembilan yang berada di belakangnya tersenyum tipis dan menjawab, “Kami akan ikuti perintahmu, Nona Ayu.”Seiring dengan terdengarnya suara serak itu, terdengar suara mendesis yang datang dari berbagai arah. Kemudian, terlihat puluhan ekor ular hijau berbisa yang menyerang ke arah kelompok Syakia dengan cepat. Ular-ular itu mengepung mereka sehingga mereka tidak dapat mundur.Melihat situasi ini, Ayu seolah-olah dapat membayangkan nasib ketiga orang itu. Terutama Syakia, dia merasa bahwa Syakia akan segera berlutut dan meminta ampun padanya sambil menangis.“Hahaha ....”Ayu pun tertawa terbahak-bahak. Namun, tepat pada saat ini, ekspresinya tiba-tiba berubah. Kemudian, dia langsung memuntahkan sesuatu.“Nona Ayu!”Ular Sembilan pun tercengang. Yang dimuntahkan Ayu adalah darah berwarna hitam.“Kamu sudah terlebih dahulu meracuni Nona Ayu!” Ular Sembilan memelototi Syakia dengan marah.Melihat ular-ular berbisa yang berangsur-angsur mendekat, Syakia
“Baik.”Baru saja Ular Sembilan selesai berbicara dan Syakia belum sempat bersuara, Shanti yang berdiri di samping langsung setuju tanpa ragu. Kemudian, dia menoleh ke arah Syakia dan berkata dengan tatapan yang sangat tegas, “Biar aku yang ke sana. Kamu diam saja di sini.”Syakia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu. Awalnya, dia hendak mengatakan bahwa dia yang seharusnya melakukan penukaran ini. Bagaimanapun juga, itu adalah jasad ibunya. Namun, setelah melihat tampang Shanti yang seperti ini, dia pun merasa agak ragu dan akhirnya mengangguk secara perlahan.“Baik. Guru pergi saja. Hati-hati.”Di antara kelompok Ular Sembilan yang berada di seberang, Kingston melirik Syakia sekilas secara diam-diam, lalu bertanya dengan santai, “Apa perlu aku yang melakukannya?”Ular Sembilan menjawab dengan acuh tak acuh, “Nggak. Ular Tujuh, kamu saja yang melakukannya.”Ular Tujuh yang seluruh tubuhnya terbungkus rapat mengangguk dan menerima perintah itu. “Baik.”Kenapa yang berada di pering
“Umph? Umph, umph, umph!”‘Ular Sembilan? Ular Sembilan sudah datang! Mereka akhirnya datang untuk menolongku! Sekarang, tamatlah riwayat wanita jalang sialan ini!’Ayu hampir menangis saking senangnya. Sayangnya dia masih berada di tangan Syakia. Jika tidak, dia sangat ingin langsung berlari ke arah datangnya suara Ular Sembilan.Ayu yang matanya ditutup kain sama sekali tidak dapat melihat apa pun. Dia hanya bisa menebak situasi saat ini dari sedikit suara yang didengarnya tadi.“Syakia!” Setelah melihat tampang tragis Ayu saat ini, Ular Sembilan dan yang lain pun murka. Tentu saja, selain Kingston. Di antara mereka bertiga, mungkin Kingston adalah satu-satunya orang yang merasa paling gembira. Sayangnya, dia tetap harus bersandiwara di hadapan dua orang lainnya.Jadi, sebelum Ular Sembilan dan yang lain sempat berbicara, demi mencegah dirinya tertawa, Kingston pun berlagak marah dan berseru, “Kata-katamu benar-benar nggak bisa dipercaya! Kenapa kamu berbuat begitu pada Nona Ayu! L