Share

Bab 276

Author: Emilia Sebastian
Setelah menetapkan waktu untuk menukar orang, Ular Sembilan pun pergi. Namun, ketika meninggalkan tempat tinggal Syakia, dia tiba-tiba menyadari sesuatu dan menoleh ke sebuah arah. Selanjutnya, dia melihat seorang biksuni tua yang berekspresi masam sedang berdiri di bawah pintu menuju tempat tinggal Syakia dan menatapnya dengan dingin.

Ular Sembilan tidak takut pada biksuni tua itu. Dia melambaikan tangannya, lalu beberapa ekor ular langsung menjulurkan kepala mereka dari pakaiannya yang usang dan menatap biksuni tua itu dengan garang.

Ular Sembilan mengira biksuni tua itu akan ketakutan. Tak disangka, biksuni tua itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dia pun mencibir dan merasa hal ini sangatlah tidak menarik. Kemudian, dia pun berbalik dan hilang dari Kuil Bulani.

Di tempat tinggal Syakia.

Setelah Ular Sembilan pergi, Hala memeriksa sekali seluruh area tempat tinggal Syakia. Begitu diperiksa, dia menemukan total belasan ekor ular beracun.

“Begitu Ular Sembilan datang, tem
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 277

    Adika khawatir Shanti berpikir kejauhan, makanya dia sengaja menjelaskannya. Namun, dia merasa makin dia menjelaskan, makin terlihat mencurigakan pula dirinya.Syakia mau tak mau memberanikan diri untuk berdiri dan berujar, “Rupanya begitu. Pangeran Adika duduk saja dulu. Aku akan pergi seduhkan teh.”Kemudian, Syakia buru-buru berlari masuk ke kamarnya sehingga hanya tersisa Adika dan Shanti di halaman.Shanti berkata dengan acuh tak acuh, “Maksud hati Pangeran terlalu jelas. Meski kamu mau dekati Sahana, kamu juga harus perhatikan sikapmu. Saat ini, Sahana masih adalah biksuni di Kuil Bulani. Dengan begini, kamu akan mengacaukan latihannya.”Adika tidak dapat membantah. Setelah menerima surat dari Syakia, dia benar-benar khawatir sehingga dia langsung datang kemari. Setelah tiba dan melihat Shanti juga berada di halaman Syakia, dia baru menyadari bahwa tindakannya ini terlalu gegabah.Jika orang berniat jahat melihat Adika datang menemui Syakia malam-malam begini, mungkin akan terseb

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 278

    Setelah Adika pergi, Syakia kembali ke ruang giok. Namun, dia tidak pergi mencari Ayu kali ini. Tiga hari lagi, mereka akan melakukan pertukaran orang. Jadi, dia harus melakukan persiapan penuh dalam 3 hari ini.Terutama dalam menghadapi pria paruh baya yang dijuluki Ular Sembilan itu. Dia ahli dalam menggunakan racun, tetapi Shanti dapat menghadapinya dalam aspek ini. Masalahnya, dia juga dapat mengendalikan ular, apalagi ular yang sangat berbisa.Jika Syakia tidak mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini, pihak mereka akan berada dalam keadaan yang sangat pasif. Bagaimanapun juga, meskipun tidak takut pada Ular Sembilan, Syakia tetap takut digigit ular.Jadi, setelah masuk ke ruang giok, Syakia langsung naik ke lantai kedua. Sekarang, yang berada di lantai ini bukan hanya obat-obat herbal yang beracun, tetapi juga beberapa ekor serangga beracun. Ada semut api, kodok, dan laba-laba. Namun, Syakia hanya melirik mereka dan mengalihkan pandangannya pada belasan kalajengking yang bera

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 279

    Kama yang benar-benar merindukan adiknya tidak ingin menyerah. Jadi, dia lanjut mengejar. Setelah beberapa saat, dia baru menyadari bahwa Syakia bukan ingin pergi ke ibu kota maupun dua desa terdekat. Beberapa saat kemudian, dia baru melihat sebuah paviliun peristirahatan yang letaknya tidak jauh dari jalan di depan.“Paviliun Biduri? Buat apa Syakia dan gurunya datang kemari?”Tepat ketika Kama merasa bingung, dia tiba-tiba melihat ada 3 orang berpakaian aneh yang berjalan keluar dari sisi lain Paviliun Biduri. Dia sontak mengernyit dan menghentikan langkahnya. Ketika merasa ada yang tidak beres, dia diam-diam bersembunyi di balik sebuah pohon yang besar, lalu menjulurkan kepalanya dan melihat ke arah itu.“Kama mengikuti kita sampai kemari.”Shanti menyadari keberadaan Kama dari sudut matanya, lalu mengingatkan Syakia. Sementara itu, Syakia hanya menjawab dengan acuh tak acuh tanpa menoleh, “Biarkan saja dia. Yang penting, dia nggak keluar untuk menggangguku nanti.”Shanti pun tidak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 280

    “Umph? Umph, umph, umph!”‘Ular Sembilan? Ular Sembilan sudah datang! Mereka akhirnya datang untuk menolongku! Sekarang, tamatlah riwayat wanita jalang sialan ini!’Ayu hampir menangis saking senangnya. Sayangnya dia masih berada di tangan Syakia. Jika tidak, dia sangat ingin langsung berlari ke arah datangnya suara Ular Sembilan.Ayu yang matanya ditutup kain sama sekali tidak dapat melihat apa pun. Dia hanya bisa menebak situasi saat ini dari sedikit suara yang didengarnya tadi.“Syakia!” Setelah melihat tampang tragis Ayu saat ini, Ular Sembilan dan yang lain pun murka. Tentu saja, selain Kingston. Di antara mereka bertiga, mungkin Kingston adalah satu-satunya orang yang merasa paling gembira. Sayangnya, dia tetap harus bersandiwara di hadapan dua orang lainnya.Jadi, sebelum Ular Sembilan dan yang lain sempat berbicara, demi mencegah dirinya tertawa, Kingston pun berlagak marah dan berseru, “Kata-katamu benar-benar nggak bisa dipercaya! Kenapa kamu berbuat begitu pada Nona Ayu! L

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 281

    “Baik.”Baru saja Ular Sembilan selesai berbicara dan Syakia belum sempat bersuara, Shanti yang berdiri di samping langsung setuju tanpa ragu. Kemudian, dia menoleh ke arah Syakia dan berkata dengan tatapan yang sangat tegas, “Biar aku yang ke sana. Kamu diam saja di sini.”Syakia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu. Awalnya, dia hendak mengatakan bahwa dia yang seharusnya melakukan penukaran ini. Bagaimanapun juga, itu adalah jasad ibunya. Namun, setelah melihat tampang Shanti yang seperti ini, dia pun merasa agak ragu dan akhirnya mengangguk secara perlahan.“Baik. Guru pergi saja. Hati-hati.”Di antara kelompok Ular Sembilan yang berada di seberang, Kingston melirik Syakia sekilas secara diam-diam, lalu bertanya dengan santai, “Apa perlu aku yang melakukannya?”Ular Sembilan menjawab dengan acuh tak acuh, “Nggak. Ular Tujuh, kamu saja yang melakukannya.”Ular Tujuh yang seluruh tubuhnya terbungkus rapat mengangguk dan menerima perintah itu. “Baik.”Kenapa yang berada di pering

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 282

    Setelah mendapat perintah Ayu, Ular Sembilan yang berada di belakangnya tersenyum tipis dan menjawab, “Kami akan ikuti perintahmu, Nona Ayu.”Seiring dengan terdengarnya suara serak itu, terdengar suara mendesis yang datang dari berbagai arah. Kemudian, terlihat puluhan ekor ular hijau berbisa yang menyerang ke arah kelompok Syakia dengan cepat. Ular-ular itu mengepung mereka sehingga mereka tidak dapat mundur.Melihat situasi ini, Ayu seolah-olah dapat membayangkan nasib ketiga orang itu. Terutama Syakia, dia merasa bahwa Syakia akan segera berlutut dan meminta ampun padanya sambil menangis.“Hahaha ....”Ayu pun tertawa terbahak-bahak. Namun, tepat pada saat ini, ekspresinya tiba-tiba berubah. Kemudian, dia langsung memuntahkan sesuatu.“Nona Ayu!”Ular Sembilan pun tercengang. Yang dimuntahkan Ayu adalah darah berwarna hitam.“Kamu sudah terlebih dahulu meracuni Nona Ayu!” Ular Sembilan memelototi Syakia dengan marah.Melihat ular-ular berbisa yang berangsur-angsur mendekat, Syakia

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 283

    Setelah melihat kalajengking-kalajengking itu, Ular Sembilan dan Ular Tujuh sempat melirik Kingston dengan curiga. Namun, begitu melihat Kingston jauh lebih tercengang dari mereka, kecurigaan mereka segera sirna.“Ayo pergi! Cepat pergi sekarang juga!”Kalajengking-kalajengking itu bukanlah kalajengking biasa. Jika situasi seperti ini berlanjut, semua ular berbisa Ular Sembilan akan terbunuh. Dia pun tidak lagi ragu dan segera membawa Ayu melarikan diri bersama Ular Tujuh.“Nggak! Aku nggak mau pergi! Dasar pecundang! Kenapa kalian bahkan nggak bisa melawan 3 perempuan!” seru Ayu dengan marah.Namun, Ular Sembilan dan Ular Tujuh sama sekali tidak mendengar kata-kata Ayu. Mereka tetap membawanya pergi secara paksa. Sementara itu, Kingston melirik Syakia dengan penuh arti untuk sejenak sebelum mengikuti mereka.Begitu Ular Sembilan pergi, ular-ular beracun yang masih hidup juga segera melarikan diri. Hanya saja, yang gerakannya terlalu lambat tentu saja dihabisi oleh kalajengking-kalajen

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 284

    “Sahana!” seru Shanti dan Hala pada saat yang sama.Syakia yang lengah pun terjatuh ke lantai akibat didorong oleh Kama. Namun, dia tidak peduli pada hal itu dan buru-buru berdiri, lalu menoleh ke arah Kama. Pada saat ini, terlihat seekor ular berbisa yang tubuhnya hanya tersisa setengah bagian sedang menggigit lengan Kama.Hala segera menepis kepala ular berbisa itu dan menusuknya. Sayangnya, semuanya sudah terlambat.Syakia buru-buru membuka lengan pakaian Kama dan melihat bagian yang tergigit ular berbisa telah berubah warna menjadi hitam.“Cepat ikat lengannya dengan erat!”Shanti menyerahkan jasad Anggreni kepada Syakia, lalu buru-buru mengeluarkan sebutir pil penawar racun kepada Kama ketika Hala mengikat lengan Kama.Namun, ular berbisa Ular Sembilan memiliki racun yang sangat istimewa dan mematikan. Pil penawar racun ini hanya dapat memperlambat penyebaran racun, tetapi tidak dapat menawarkan racun dalam tubuh Kama.Hal yang paling penting adalah, pil penawar racun ini juga tid

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 330

    Bagaimanapun juga, ada banyak menteri kerajaan yang tahu bahwa Adika mengidap semacam penyakit. Setiap kali penyakitnya kambuh, dia akan menyerang orang-orang di sekitarnya seperti orang gila. Tabib istana mengatakan bahwa penyakit ini merupakan efek samping yang tertinggal akibat Adika membunuh terlalu banyak orang di medan perang. Kaisar juga sudah menurunkan perintah untuk melarang siapa pun mengungkit tentang hal ini. Siapa pun yang berani melanggar perintah ini akan langsung dibunuh. Oleh karena itu, selain para menteri, sangat sedikit orang luar yang tahu bahwa Pangeran Pemangku Kaisar itu sebenarnya merupakan orang gila.Damar merasa khawatir. Apabila penyakit Adika tiba-tiba kambuh di Istana Damai .... Tidak, meskipun penyakit Adika tidak kambuh, mungkin saja “putrinya yang baik” berkomplot dengan Adika dan menggunakan alasan ini untuk menyingkirkan Ayu.Makin memikirkannya, Damar merasa kemungkinan seperti ini makin besar. Bagaimanapun juga, dia tahu bahwa Syakia sangat membe

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 329

    “Nggak mungkin! Mana mungkin Syakia dan Adika berani berbuat begitu!”Damar terlihat ragu, lalu menatap Ike dan bertanya, “Kamu yakin kamu melihatnya secara langsung?”Ike tidak berhenti menangis dalam kereta kuda. Setelah mendengar pertanyaan Damar, dia tidak berani mengatakan bahwa dirinya terlalu takut dan langsung melarikan diri.Ike akhirnya hanya berkata dengan tidak jelas, “Tentu saja! Darahnya ... darahnya sangat banyak. Aku nggak berani pergi memeriksanya. Jadi, aku juga nggak tahu apa ... apa orangnya benar-benar sudah mati atau nggak.”“Kamu!” Damar sangat murka dan menunjuk Ike sambil berseru, “Itu keponakan kandungmu! Tapi, kamu malah langsung kabur dan meninggalkannya di sana?”“Aku kan juga takut Pangeran Adika membunuhku!” Ike menjawab dengan ragu, “Kalau dia juga membunuhku, bukannya kamu akan kehilangan seorang adik kandung lagi!”“Bunuh apa! Adika nggak akan berani membunuhmu! Kamu itu istrinya Joko, juga adik kandungku. Selama kamu nggak melakukan kesalahan besar, A

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 328

    Syakia tiba-tiba tertawa. Suara tawanya terdengar sangat dingin hingga Ike tidak tahu harus berbuat apa. Dalam sekejap, muncul kepanikan dalam hatinya. Dia terlalu ketakutan hingga tidak berani lanjut berbicara.“Sudahlah. Aku mau pergi jenguk Ayu dulu. Kalau kamu nggak mau pergi, aku bisa pergi sendiri. Kamu pergi saja.”Saat ini, Ike tidak lagi berani membawa Syakia pergi menjenguk Ayu. Jika bukan karena ucapan kakaknya, dia bahkan ingin langsung pergi sekarang juga.Syakia hanya menatap Ike dengan dingin tanpa mengatakan apa-apa.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang yang bertenaga dan stabil. Ike pun secara refleks mendongak dan hampir pingsan saking terkejutnya.“Ah! Darah! Darahnya banyak sekali!”Orang yang berjalan mendekat tidak lain adalah Adika yang menemani Syakia datang ke istana. Dari tadi, sosoknya tidak terlihat. Begitu muncul sekarang, wajah, tangan, dan pakaiannya malah berlumuran darah. Dia benar-benar terlihat bagaikan orang yang sedang ter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 327

    “Plak!”Tepat ketika Ike menggeleng kuat untuk menyangkal dengan panik, Syakia langsung menamparnya tanpa ragu. Penampilan Ike langsung menjadi berantakan dan wajahnya juga memerah.Ike menutupi wajahnya, lalu menatap Syakia sambil berseru, “Syakia, sudah gila kamu! Ini istana! Kamu berani menamparku lagi?”“Jangankan di sini, meski di hadapan Ibu Suri dan Yang Mulia Kaisar, aku juga akan menamparmu hari ini.” Syakia menatap Ike dengan penuh kebencian, “Ike, kamu sudah jadi istri Joko sesuai harapanmu, juga melewati hari yang begitu nyaman dan bahagia selama belasan tahun. Apa kamu pernah hargai kebaikan dan jasa ibuku terhadapmu?”Ucapan itu sontak membuat Ike tertegun. Dia hendak membantah, tetapi tidak dapat mengucapkan apa-apa.Melihat tampang Ike yang seperti itu, Syakia makin mengasihani ibunya. “Sepertinya, waktu itu ibuku memang sudah buta dan salah menilai orang.”Syakia menatap Ike dengan tatapan seolah-olah sedang memaki Ike adalah orang yang tidak tahu berterima kasih.Ike

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 326

    Hanya saja, Adika mau membalaskan dendam Syakia dan baru sengaja bersandiwara bersama Kaisar. Berhubung Kaisar masih muda, dia juga baru menemani Adika bermain. Namun, berhubung anggota Keluarga Angkola malah mencari Syakia karena hal ini, Syakia juga harus menerima sedikit bunga, ‘kan?“Kamu nggak malu? Pasti kamu yang ngadu ke Yang Mulia Kaisar, makanya Ayu baru ditahan di istana sampai sekarang. Kamu ....”Ike sebenarnya sangat setuju Ayu masuk istana. Hanya saja, dia selalu memihak pada kakaknya. Berhubung kakaknya mengatakan Ayu tidak boleh masuk istana dan harus dibawa keluar secepat mungkin, dia mau tak mau hanya bisa mematuhi keinginan kakaknya.Masalahnya, hasil kerja Ike tidak bisa dibilang memuaskan. Dia malah menimbulkan lebih banyak kekacauan daripada berkontribusi. Contohnya, mulutnya yang selalu berbicara tanpa berpikir.“Sst.”Sebelum Ike menyelesaikan ucapannya, Syakia sudah menaruh sebuah jari di depan mulut dan mengisyaratkannya untuk diam.“Nyonya Ike, ada beberapa

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 325

    “Kebetulan, Putri Suci sudah menjenguknya tadi. Gimana kalau Putri Suci saja yang bawa Nyonya Ike pergi menemuinya?”Syakia menatap Janda Permaisuri, sedangkan Janda Permaisuri hanya tersenyum padanya. Sangat jelas bahwa Janda Permaisuri sengaja memberinya kesempatan untuk bertindak. Syakia tentu saja tidak akan menolak.“Baik, Ibu Suri.”Meskipun tidak terlalu ingin, Ike mau tak mau harus tetap pergi menjenguk Ayu karena teringat pesan kakaknya sebelum datang ke istana. Jika gadis itu benar-benar menjadi selir Kaisar, bukankah Keluarga Darsuki juga akan ikut berjaya? Jadi, Ike tidak boleh membiarkan Ayu hidup tersiksa pada saat-saat seperti ini. Hal yang terpenting adalah, dia harus menyelesaikan sedikit masalah di antara Ayu dengan Panji dulu.Setelah berpikir begitu, Ike pun memberi hormat kepada Janda Permaisuri dan hendak langsung melangkah pergi. Namun, begitu dia berbalik, dayang Janda Permaisuri segera menghentikannya.“Nyonya Ike, tunggu sebentar.”Baru saja Ike merasa kebing

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 324

    Wajah Janda Permaisuri dipenuhi dengan senyuman. Sangat jelas bahwa dia merasa sangat puas terhadap Syakia.Pemandangan ini membuat Ike terkejut. Hal ini tidak boleh terjadi. Apabila Janda Permaisuri makin menyukai Syakia, kelak mana mungkin masih ada tempat Ike di hadapan Janda Permaisuri?Makin memikirkan hal ini, Ike pun merasa makin cemas. Dia buru-buru berseru, “Hormat, Ibu Suri!”Suara Ike yang nyaring dan tajam segera merusak suasana di antara Syakia dan Janda Permaisuri. Syakia mendongak dan sama sekali tidak terkejut setelah melihat Ike. Sebaliknya, Janda Permaisuri yang merasa terganggu pun mengerutkan keningnya. Dia menaruh buku sutra yang dipegangnya, lalu bertanya dengan tenang, “Untuk apa Nyonya Ike datang ke istana hari ini?”Ike tersenyum menyanjung. “Belakangan ini, aku sibuk mendidik putraku yang nggak berbakti itu dan lupa datang menjenguk Ibu Suri. Hari ini, aku kebetulan sudah senggang dan buru-buru datang untuk beri salam pada Ibu Suri. Hanya saja, tak disangka .

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 323

    “Hari ini, aku undang Pangeran datang karena mau minta bantuan Pangeran.”Syakia, Adika, dan Hala mulai makan. Seusai makan, Hala membereskan meja dan pergi mencuci piring dalam diam. Sementara itu, Adika dan Syakia lanjut duduk di halaman. Syakia menceritakan seluruh kejadian hari ini kepada Adika dan Adika langsung mengerti.“Kamu curiga ada orang dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan yang meracuni Kama?”Syakia menjawab, “Bukan curiga, tapi yakin.”Perubahan Kama terlalu besar, seperti sudah tiba-tiba kehilangan sebagian ingatannya. Jika bukan karena terluka di kepala, itu berarti ada orang yang meracuninya. Sangat jelas bahwa kemungkinan kedua itu lebih besar. Orang yang mampu melakukannya hanya seorang, yaitu Ranjana.“Oke. Kamu mau aku berbuat apa? Apa aku perlu pergi ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan?”Syakia tersenyum dan menggeleng. “Nggak usah. Kamu cuma perlu temani aku bersandiwara.”Adika mengangkat alisnya. Berhubung Syakia sudah memiliki rencana, dia pun tidak pe

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 322

    Adika mendongak untuk menatap Syakia dan baru menyadari sesuatu. Wajahnya yang tampan juga memerah hingga ke telinganya.“Ba ... baguslah kalau tanganmu nggak kebakar. Aku pergi tambah kayu bakar dulu.”Ketika berbicara, Adika hampir menggigit lidahnya sendiri. Kemudian, dia buru-buru bersembunyi di bawah tungku. Dia benar-benar sangat malu! Kenapa dia tiba-tiba bertindak begitu gegabah? Kenapa dia bersikeras mau mengamati tangan orang lain! Dia benar-benar pantas dipukul!“Plak!”Adika yang bersembunyi di bawah tungku diam-diam menampar dirinya sendiri. Namun, dia sepertinya menampar terlalu kuat. Suaranya bahkan lebih nyaring dari suara Syakia memasak.Dalam sekejap, Syakia dan Adika pun terdiam. Mereka diam-diam bergumam dalam hati, ‘Gimana ini? Malu banget!’Tidak lama kemudian, Syakia akhirnya selesai memasak. Dia berdeham sekali sebelum berkata, “Makanannya sudah selesai. Cepat keluar dan makan dulu.”“Emm,” jawab Adika dari bawah tungku.Syakia yang sedang menggenggam piring ber

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status