Wajah Janda Permaisuri dipenuhi dengan senyuman. Sangat jelas bahwa dia merasa sangat puas terhadap Syakia.Pemandangan ini membuat Ike terkejut. Hal ini tidak boleh terjadi. Apabila Janda Permaisuri makin menyukai Syakia, kelak mana mungkin masih ada tempat Ike di hadapan Janda Permaisuri?Makin memikirkan hal ini, Ike pun merasa makin cemas. Dia buru-buru berseru, “Hormat, Ibu Suri!”Suara Ike yang nyaring dan tajam segera merusak suasana di antara Syakia dan Janda Permaisuri. Syakia mendongak dan sama sekali tidak terkejut setelah melihat Ike. Sebaliknya, Janda Permaisuri yang merasa terganggu pun mengerutkan keningnya. Dia menaruh buku sutra yang dipegangnya, lalu bertanya dengan tenang, “Untuk apa Nyonya Ike datang ke istana hari ini?”Ike tersenyum menyanjung. “Belakangan ini, aku sibuk mendidik putraku yang nggak berbakti itu dan lupa datang menjenguk Ibu Suri. Hari ini, aku kebetulan sudah senggang dan buru-buru datang untuk beri salam pada Ibu Suri. Hanya saja, tak disangka .
“Kebetulan, Putri Suci sudah menjenguknya tadi. Gimana kalau Putri Suci saja yang bawa Nyonya Ike pergi menemuinya?”Syakia menatap Janda Permaisuri, sedangkan Janda Permaisuri hanya tersenyum padanya. Sangat jelas bahwa Janda Permaisuri sengaja memberinya kesempatan untuk bertindak. Syakia tentu saja tidak akan menolak.“Baik, Ibu Suri.”Meskipun tidak terlalu ingin, Ike mau tak mau harus tetap pergi menjenguk Ayu karena teringat pesan kakaknya sebelum datang ke istana. Jika gadis itu benar-benar menjadi selir Kaisar, bukankah Keluarga Darsuki juga akan ikut berjaya? Jadi, Ike tidak boleh membiarkan Ayu hidup tersiksa pada saat-saat seperti ini. Hal yang terpenting adalah, dia harus menyelesaikan sedikit masalah di antara Ayu dengan Panji dulu.Setelah berpikir begitu, Ike pun memberi hormat kepada Janda Permaisuri dan hendak langsung melangkah pergi. Namun, begitu dia berbalik, dayang Janda Permaisuri segera menghentikannya.“Nyonya Ike, tunggu sebentar.”Baru saja Ike merasa kebing
Hanya saja, Adika mau membalaskan dendam Syakia dan baru sengaja bersandiwara bersama Kaisar. Berhubung Kaisar masih muda, dia juga baru menemani Adika bermain. Namun, berhubung anggota Keluarga Angkola malah mencari Syakia karena hal ini, Syakia juga harus menerima sedikit bunga, ‘kan?“Kamu nggak malu? Pasti kamu yang ngadu ke Yang Mulia Kaisar, makanya Ayu baru ditahan di istana sampai sekarang. Kamu ....”Ike sebenarnya sangat setuju Ayu masuk istana. Hanya saja, dia selalu memihak pada kakaknya. Berhubung kakaknya mengatakan Ayu tidak boleh masuk istana dan harus dibawa keluar secepat mungkin, dia mau tak mau hanya bisa mematuhi keinginan kakaknya.Masalahnya, hasil kerja Ike tidak bisa dibilang memuaskan. Dia malah menimbulkan lebih banyak kekacauan daripada berkontribusi. Contohnya, mulutnya yang selalu berbicara tanpa berpikir.“Sst.”Sebelum Ike menyelesaikan ucapannya, Syakia sudah menaruh sebuah jari di depan mulut dan mengisyaratkannya untuk diam.“Nyonya Ike, ada beberapa
“Plak!”Tepat ketika Ike menggeleng kuat untuk menyangkal dengan panik, Syakia langsung menamparnya tanpa ragu. Penampilan Ike langsung menjadi berantakan dan wajahnya juga memerah.Ike menutupi wajahnya, lalu menatap Syakia sambil berseru, “Syakia, sudah gila kamu! Ini istana! Kamu berani menamparku lagi?”“Jangankan di sini, meski di hadapan Ibu Suri dan Yang Mulia Kaisar, aku juga akan menamparmu hari ini.” Syakia menatap Ike dengan penuh kebencian, “Ike, kamu sudah jadi istri Joko sesuai harapanmu, juga melewati hari yang begitu nyaman dan bahagia selama belasan tahun. Apa kamu pernah hargai kebaikan dan jasa ibuku terhadapmu?”Ucapan itu sontak membuat Ike tertegun. Dia hendak membantah, tetapi tidak dapat mengucapkan apa-apa.Melihat tampang Ike yang seperti itu, Syakia makin mengasihani ibunya. “Sepertinya, waktu itu ibuku memang sudah buta dan salah menilai orang.”Syakia menatap Ike dengan tatapan seolah-olah sedang memaki Ike adalah orang yang tidak tahu berterima kasih.Ike
Syakia tiba-tiba tertawa. Suara tawanya terdengar sangat dingin hingga Ike tidak tahu harus berbuat apa. Dalam sekejap, muncul kepanikan dalam hatinya. Dia terlalu ketakutan hingga tidak berani lanjut berbicara.“Sudahlah. Aku mau pergi jenguk Ayu dulu. Kalau kamu nggak mau pergi, aku bisa pergi sendiri. Kamu pergi saja.”Saat ini, Ike tidak lagi berani membawa Syakia pergi menjenguk Ayu. Jika bukan karena ucapan kakaknya, dia bahkan ingin langsung pergi sekarang juga.Syakia hanya menatap Ike dengan dingin tanpa mengatakan apa-apa.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang yang bertenaga dan stabil. Ike pun secara refleks mendongak dan hampir pingsan saking terkejutnya.“Ah! Darah! Darahnya banyak sekali!”Orang yang berjalan mendekat tidak lain adalah Adika yang menemani Syakia datang ke istana. Dari tadi, sosoknya tidak terlihat. Begitu muncul sekarang, wajah, tangan, dan pakaiannya malah berlumuran darah. Dia benar-benar terlihat bagaikan orang yang sedang ter
“Nggak mungkin! Mana mungkin Syakia dan Adika berani berbuat begitu!”Damar terlihat ragu, lalu menatap Ike dan bertanya, “Kamu yakin kamu melihatnya secara langsung?”Ike tidak berhenti menangis dalam kereta kuda. Setelah mendengar pertanyaan Damar, dia tidak berani mengatakan bahwa dirinya terlalu takut dan langsung melarikan diri.Ike akhirnya hanya berkata dengan tidak jelas, “Tentu saja! Darahnya ... darahnya sangat banyak. Aku nggak berani pergi memeriksanya. Jadi, aku juga nggak tahu apa ... apa orangnya benar-benar sudah mati atau nggak.”“Kamu!” Damar sangat murka dan menunjuk Ike sambil berseru, “Itu keponakan kandungmu! Tapi, kamu malah langsung kabur dan meninggalkannya di sana?”“Aku kan juga takut Pangeran Adika membunuhku!” Ike menjawab dengan ragu, “Kalau dia juga membunuhku, bukannya kamu akan kehilangan seorang adik kandung lagi!”“Bunuh apa! Adika nggak akan berani membunuhmu! Kamu itu istrinya Joko, juga adik kandungku. Selama kamu nggak melakukan kesalahan besar, A
Bagaimanapun juga, ada banyak menteri kerajaan yang tahu bahwa Adika mengidap semacam penyakit. Setiap kali penyakitnya kambuh, dia akan menyerang orang-orang di sekitarnya seperti orang gila. Tabib istana mengatakan bahwa penyakit ini merupakan efek samping yang tertinggal akibat Adika membunuh terlalu banyak orang di medan perang. Kaisar juga sudah menurunkan perintah untuk melarang siapa pun mengungkit tentang hal ini. Siapa pun yang berani melanggar perintah ini akan langsung dibunuh. Oleh karena itu, selain para menteri, sangat sedikit orang luar yang tahu bahwa Pangeran Pemangku Kaisar itu sebenarnya merupakan orang gila.Damar merasa khawatir. Apabila penyakit Adika tiba-tiba kambuh di Istana Damai .... Tidak, meskipun penyakit Adika tidak kambuh, mungkin saja “putrinya yang baik” berkomplot dengan Adika dan menggunakan alasan ini untuk menyingkirkan Ayu.Makin memikirkannya, Damar merasa kemungkinan seperti ini makin besar. Bagaimanapun juga, dia tahu bahwa Syakia sangat membe
“Kak, makan dong! Kenapa kamu nggak makan?”Di ruang bawah tanah yang remang-remang, Syakia Angkola yang tubuhnya dipenuhi luka tergeletak di lantai dalam keadaan sekarat. Leher dan anggota tubuhnya diikat dengan rantai besi hingga dia tidak bisa melarikan diri.Di hadapan Syakia, seorang gadis yang mengenakan gaun kuning sedang memegang semangkuk makanan anjing dan menggodanya seperti menggoda seekor anjing. Gadis yang tersenyum cantik ini adalah adiknya, Ayu Angkola.Ayu berkata kepada dayang di belakangnya dengan tidak senang, “Lihat, kakakku benar-benar nggak berguna. Dia bahkan nggak bisa jadi seekor anjing yang patuh. Aku sudah menyuapinya sendiri, tapi dia malah berani menolak makan?”Dayang itu segera melangkah maju dan menendang Syakia. Syakia pun meringis kesakitan.Kemudian, dayang itu menyanjung Ayu, “Nona, jangan hiraukan dia. Anjing ini mungkin masih mengira dirinya adalah putri sah Keluarga Angkola.”Ayu mencibir, “Syakia itu putri sah dari keluarga mana? Bahkan Ayah dan
Bagaimanapun juga, ada banyak menteri kerajaan yang tahu bahwa Adika mengidap semacam penyakit. Setiap kali penyakitnya kambuh, dia akan menyerang orang-orang di sekitarnya seperti orang gila. Tabib istana mengatakan bahwa penyakit ini merupakan efek samping yang tertinggal akibat Adika membunuh terlalu banyak orang di medan perang. Kaisar juga sudah menurunkan perintah untuk melarang siapa pun mengungkit tentang hal ini. Siapa pun yang berani melanggar perintah ini akan langsung dibunuh. Oleh karena itu, selain para menteri, sangat sedikit orang luar yang tahu bahwa Pangeran Pemangku Kaisar itu sebenarnya merupakan orang gila.Damar merasa khawatir. Apabila penyakit Adika tiba-tiba kambuh di Istana Damai .... Tidak, meskipun penyakit Adika tidak kambuh, mungkin saja “putrinya yang baik” berkomplot dengan Adika dan menggunakan alasan ini untuk menyingkirkan Ayu.Makin memikirkannya, Damar merasa kemungkinan seperti ini makin besar. Bagaimanapun juga, dia tahu bahwa Syakia sangat membe
“Nggak mungkin! Mana mungkin Syakia dan Adika berani berbuat begitu!”Damar terlihat ragu, lalu menatap Ike dan bertanya, “Kamu yakin kamu melihatnya secara langsung?”Ike tidak berhenti menangis dalam kereta kuda. Setelah mendengar pertanyaan Damar, dia tidak berani mengatakan bahwa dirinya terlalu takut dan langsung melarikan diri.Ike akhirnya hanya berkata dengan tidak jelas, “Tentu saja! Darahnya ... darahnya sangat banyak. Aku nggak berani pergi memeriksanya. Jadi, aku juga nggak tahu apa ... apa orangnya benar-benar sudah mati atau nggak.”“Kamu!” Damar sangat murka dan menunjuk Ike sambil berseru, “Itu keponakan kandungmu! Tapi, kamu malah langsung kabur dan meninggalkannya di sana?”“Aku kan juga takut Pangeran Adika membunuhku!” Ike menjawab dengan ragu, “Kalau dia juga membunuhku, bukannya kamu akan kehilangan seorang adik kandung lagi!”“Bunuh apa! Adika nggak akan berani membunuhmu! Kamu itu istrinya Joko, juga adik kandungku. Selama kamu nggak melakukan kesalahan besar, A
Syakia tiba-tiba tertawa. Suara tawanya terdengar sangat dingin hingga Ike tidak tahu harus berbuat apa. Dalam sekejap, muncul kepanikan dalam hatinya. Dia terlalu ketakutan hingga tidak berani lanjut berbicara.“Sudahlah. Aku mau pergi jenguk Ayu dulu. Kalau kamu nggak mau pergi, aku bisa pergi sendiri. Kamu pergi saja.”Saat ini, Ike tidak lagi berani membawa Syakia pergi menjenguk Ayu. Jika bukan karena ucapan kakaknya, dia bahkan ingin langsung pergi sekarang juga.Syakia hanya menatap Ike dengan dingin tanpa mengatakan apa-apa.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang yang bertenaga dan stabil. Ike pun secara refleks mendongak dan hampir pingsan saking terkejutnya.“Ah! Darah! Darahnya banyak sekali!”Orang yang berjalan mendekat tidak lain adalah Adika yang menemani Syakia datang ke istana. Dari tadi, sosoknya tidak terlihat. Begitu muncul sekarang, wajah, tangan, dan pakaiannya malah berlumuran darah. Dia benar-benar terlihat bagaikan orang yang sedang ter
“Plak!”Tepat ketika Ike menggeleng kuat untuk menyangkal dengan panik, Syakia langsung menamparnya tanpa ragu. Penampilan Ike langsung menjadi berantakan dan wajahnya juga memerah.Ike menutupi wajahnya, lalu menatap Syakia sambil berseru, “Syakia, sudah gila kamu! Ini istana! Kamu berani menamparku lagi?”“Jangankan di sini, meski di hadapan Ibu Suri dan Yang Mulia Kaisar, aku juga akan menamparmu hari ini.” Syakia menatap Ike dengan penuh kebencian, “Ike, kamu sudah jadi istri Joko sesuai harapanmu, juga melewati hari yang begitu nyaman dan bahagia selama belasan tahun. Apa kamu pernah hargai kebaikan dan jasa ibuku terhadapmu?”Ucapan itu sontak membuat Ike tertegun. Dia hendak membantah, tetapi tidak dapat mengucapkan apa-apa.Melihat tampang Ike yang seperti itu, Syakia makin mengasihani ibunya. “Sepertinya, waktu itu ibuku memang sudah buta dan salah menilai orang.”Syakia menatap Ike dengan tatapan seolah-olah sedang memaki Ike adalah orang yang tidak tahu berterima kasih.Ike
Hanya saja, Adika mau membalaskan dendam Syakia dan baru sengaja bersandiwara bersama Kaisar. Berhubung Kaisar masih muda, dia juga baru menemani Adika bermain. Namun, berhubung anggota Keluarga Angkola malah mencari Syakia karena hal ini, Syakia juga harus menerima sedikit bunga, ‘kan?“Kamu nggak malu? Pasti kamu yang ngadu ke Yang Mulia Kaisar, makanya Ayu baru ditahan di istana sampai sekarang. Kamu ....”Ike sebenarnya sangat setuju Ayu masuk istana. Hanya saja, dia selalu memihak pada kakaknya. Berhubung kakaknya mengatakan Ayu tidak boleh masuk istana dan harus dibawa keluar secepat mungkin, dia mau tak mau hanya bisa mematuhi keinginan kakaknya.Masalahnya, hasil kerja Ike tidak bisa dibilang memuaskan. Dia malah menimbulkan lebih banyak kekacauan daripada berkontribusi. Contohnya, mulutnya yang selalu berbicara tanpa berpikir.“Sst.”Sebelum Ike menyelesaikan ucapannya, Syakia sudah menaruh sebuah jari di depan mulut dan mengisyaratkannya untuk diam.“Nyonya Ike, ada beberapa
“Kebetulan, Putri Suci sudah menjenguknya tadi. Gimana kalau Putri Suci saja yang bawa Nyonya Ike pergi menemuinya?”Syakia menatap Janda Permaisuri, sedangkan Janda Permaisuri hanya tersenyum padanya. Sangat jelas bahwa Janda Permaisuri sengaja memberinya kesempatan untuk bertindak. Syakia tentu saja tidak akan menolak.“Baik, Ibu Suri.”Meskipun tidak terlalu ingin, Ike mau tak mau harus tetap pergi menjenguk Ayu karena teringat pesan kakaknya sebelum datang ke istana. Jika gadis itu benar-benar menjadi selir Kaisar, bukankah Keluarga Darsuki juga akan ikut berjaya? Jadi, Ike tidak boleh membiarkan Ayu hidup tersiksa pada saat-saat seperti ini. Hal yang terpenting adalah, dia harus menyelesaikan sedikit masalah di antara Ayu dengan Panji dulu.Setelah berpikir begitu, Ike pun memberi hormat kepada Janda Permaisuri dan hendak langsung melangkah pergi. Namun, begitu dia berbalik, dayang Janda Permaisuri segera menghentikannya.“Nyonya Ike, tunggu sebentar.”Baru saja Ike merasa kebing
Wajah Janda Permaisuri dipenuhi dengan senyuman. Sangat jelas bahwa dia merasa sangat puas terhadap Syakia.Pemandangan ini membuat Ike terkejut. Hal ini tidak boleh terjadi. Apabila Janda Permaisuri makin menyukai Syakia, kelak mana mungkin masih ada tempat Ike di hadapan Janda Permaisuri?Makin memikirkan hal ini, Ike pun merasa makin cemas. Dia buru-buru berseru, “Hormat, Ibu Suri!”Suara Ike yang nyaring dan tajam segera merusak suasana di antara Syakia dan Janda Permaisuri. Syakia mendongak dan sama sekali tidak terkejut setelah melihat Ike. Sebaliknya, Janda Permaisuri yang merasa terganggu pun mengerutkan keningnya. Dia menaruh buku sutra yang dipegangnya, lalu bertanya dengan tenang, “Untuk apa Nyonya Ike datang ke istana hari ini?”Ike tersenyum menyanjung. “Belakangan ini, aku sibuk mendidik putraku yang nggak berbakti itu dan lupa datang menjenguk Ibu Suri. Hari ini, aku kebetulan sudah senggang dan buru-buru datang untuk beri salam pada Ibu Suri. Hanya saja, tak disangka .
“Hari ini, aku undang Pangeran datang karena mau minta bantuan Pangeran.”Syakia, Adika, dan Hala mulai makan. Seusai makan, Hala membereskan meja dan pergi mencuci piring dalam diam. Sementara itu, Adika dan Syakia lanjut duduk di halaman. Syakia menceritakan seluruh kejadian hari ini kepada Adika dan Adika langsung mengerti.“Kamu curiga ada orang dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan yang meracuni Kama?”Syakia menjawab, “Bukan curiga, tapi yakin.”Perubahan Kama terlalu besar, seperti sudah tiba-tiba kehilangan sebagian ingatannya. Jika bukan karena terluka di kepala, itu berarti ada orang yang meracuninya. Sangat jelas bahwa kemungkinan kedua itu lebih besar. Orang yang mampu melakukannya hanya seorang, yaitu Ranjana.“Oke. Kamu mau aku berbuat apa? Apa aku perlu pergi ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan?”Syakia tersenyum dan menggeleng. “Nggak usah. Kamu cuma perlu temani aku bersandiwara.”Adika mengangkat alisnya. Berhubung Syakia sudah memiliki rencana, dia pun tidak pe
Adika mendongak untuk menatap Syakia dan baru menyadari sesuatu. Wajahnya yang tampan juga memerah hingga ke telinganya.“Ba ... baguslah kalau tanganmu nggak kebakar. Aku pergi tambah kayu bakar dulu.”Ketika berbicara, Adika hampir menggigit lidahnya sendiri. Kemudian, dia buru-buru bersembunyi di bawah tungku. Dia benar-benar sangat malu! Kenapa dia tiba-tiba bertindak begitu gegabah? Kenapa dia bersikeras mau mengamati tangan orang lain! Dia benar-benar pantas dipukul!“Plak!”Adika yang bersembunyi di bawah tungku diam-diam menampar dirinya sendiri. Namun, dia sepertinya menampar terlalu kuat. Suaranya bahkan lebih nyaring dari suara Syakia memasak.Dalam sekejap, Syakia dan Adika pun terdiam. Mereka diam-diam bergumam dalam hati, ‘Gimana ini? Malu banget!’Tidak lama kemudian, Syakia akhirnya selesai memasak. Dia berdeham sekali sebelum berkata, “Makanannya sudah selesai. Cepat keluar dan makan dulu.”“Emm,” jawab Adika dari bawah tungku.Syakia yang sedang menggenggam piring ber