Share

Bab 268

Penulis: Emilia Sebastian
Setelah kembali ke ruang giok, Syakia langsung menyeret Ayu keluar dari sangkar besi.

“Aah! Orang gila! Wanita jalang! Apa maumu!”

Ayu sedang beristirahat dan awalnya ingin mencari kesempatan untuk melarikan diri setelah tenaganya pulih sedikit. Tak disangka, Syakia malah kembali secepat ini. Selain itu, Syakia juga bagaikan singa yang sedang mengamuk.

"Aku mau habisi kamu!" Syakia langsung menampar Ayu. “Kuberi kamu satu kesempatan terakhir, di mana jasad ibuku!”

Ayu terbatuk sambil meronta untuk sesaat. “Ja ... jangan mimpi!”

Kemudian, Ayu tersenyum bengis dan melanjutkan, “Meski kamu membunuhku sekarang, aku juga nggak akan kasih tahu kamu!”

Memanfaatkan jasad ibunya Syakia adalah cara terakhir Ayu untuk melarikan diri. Jadi, dia tidak akan memberi tahu Syakia di mana jasad itu dengan mudah. Selain itu, dia juga akan membuat Syakia berlutut dan memohon padanya!

“Oke. Kalau begitu, kita lanjutkan saja apa yang kita lakukan semalam.”

Syakia menyeret Ayu ke lantai kedua, lalu mengikatn
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 269

    “Uhuk, uhuk .... Sebelum sempat melakukan apa-apa, aku sudah diculik. Jadi, jasadnya masih di tempat Ular Sembilan.”Dengan kata lain, Ayu menyuruh Ular Sembilan pergi mencuri jasad ibunya Syakia sehari sebelum Syakia menculik Ayu? Syakia tidak berani membayangkan siksaan seperti apa yang akan menimpa jasad ibunya jika dia tidak menyuruh Hala menculik Ayu.“Siapa itu Ular Sembilan?”“Ng ... nggak tahu. Dari aku lahir, dia dan yang lainnya sudah ada ....”‘Dia dan yang lain? Ular Sembilan ... sembilan .... Apa masih ada kelompok lain yang melindungi Ayu?’ pikir Syakia sambil mengernyit.Bahkan di bawah pengaruh racun pengakuan, Ayu juga tidak bisa mengungkapkan asal-usul orang itu. Orang itu mungkin seperti kelompok Kingston, yang mana merupakan orang-orang yang ditinggalkan Citra untuk Ayu, tetapi Citra tidak sempat memberi tahu informasi mereka kepada Ayu.Jika bukan begitu, mungkin saja ada rahasia yang lebih mendalam lagi di baliknya. Hanya saja, Syakia masih belum pernah berinterak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 270

    “Kamu sudah ketemu sama dia?”Syakia menggeleng. “Nggak. Dia mencuri barang yang sangat berharga bagiku. Jadi, aku lagi cari dia.”Kingston sontak mencibir, “Itu karena perintah Ayu, ‘kan? Beberapa orang itu jarang terlihat. Bahkan aku juga cuma pernah ketemu orang bernama Ular Sembilan itu beberapa kali. Yang lainnya, aku sama sekali nggak pernah ketemu mereka.”“Mereka begitu berhati-hati?” tanya Syakia dengan kening berkerut.Kingston menjawab, “Mau menemukan mereka memang sulit. Tapi, Ular Sembilan seharusnya akan segera muncul.”Syakia tertegun sejenak. “Karena Ayu ada di tanganku?”“Benar. Mereka nggak akan biarkan sesuatu terjadi sama Ayu. Jadi, kamu harus lebih hati-hati selama beberapa saat ke depan. Jangan sampai kamu duluan tiada sebelum meracik obat penawarku.”Ketika mengucapkan kata-kata itu, Kingston terlihat seperti bersenang-senang di atas penderitaan orang lain.Syakia berujar dengan acuh tak acuh, “Kalau begitu, kamu juga harus lebih hati-hati.”“Untuk apa aku hati-h

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 271

    Kingston dan Ular Sembilan bagaikan orang yang berguru dari orang yang sama. Namun, Kingston mengatakan bahwa dia hanya pernah bertemu Ular Sembilan beberapa kali. Dinilai dari cara Kingston bercerita tentang Ular Sembilan, dia juga sepertinya memang tidak mengenal Ular Sembilan.Berhubung ini hanyalah kecurigaan yang tidak begitu penting, Syakia tidak lanjut memikirkannya. Bagaimanapun juga, dia tidak dapat membuang-buang waktu lagi.Syakia kembali ke ruang giok. Berhubung Ular Sembilan akan datang cepat atau lambat, dia harus mempersiapkan sebuah “kejutan” untuk orang itu....Pada saat yang sama, di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan.“Nggak mungkin! Aku nggak percaya Ayu bisa melakukan hal seperti ini! Pasti Syakia yang memfitnah Ayu!”Setelah pulang dari makam ibunya hari itu, Abista sudah sepenuhnya kecewa terhadap ayahnya. Dia langsung memberi tahu mengenai jasad ibu mereka yang dicuri kepada kedua adiknya. Reaksi mereka sangat kuat. Sayangnya, reaksi itu tidak sesuai dengan ya

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 272

    Setelah kembali ke kamarnya sendiri, Kahar mengeluarkan sebuah layang-layang untuk anak kecil dari sebuah kotak kayu besar dengan hati-hati. Itu adalah layang-layang yang dibuatkan Anggreni untuknya ketika masih kecil. Namun, sejak Anggreni meninggal, dia tidak pernah mengeluarkan layang-layang ini lagi sampai hari ini. Hanya saja, Kahar melakukannya bukan demi Anggreni. “Ayu pasti disembunyikan Syakia. Untuk buat Syakia melepaskan Ayu, aku hanya bisa menukarnya dengan barang yang penting bagi Syakia.”Kahar dan yang lain sebenarnya selalu tahu dengan sangat jelas apa yang penting bagi Syakia Bagaimanapun juga, ketika Syakia pergi menjadi biksuni dulu, dia juga diam-diam membawa pergi nisan ibu mereka.Setelahnya, Syakia juga mengancam mereka semua dengan Kama untuk menyerahkan semua mahar ibu mereka. Sekarang, barang yang ditinggalkan ibu mereka di rumah ini sudah tidak banyak lagi.Layang-layang ini .... Kahar sebenarnya sangat tidak rela. Terutama begitu teringat harus menggunakan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 273

    Begitu mendengar hal itu, Syakia tahu bahwa Kahar ingin mencapai kesepakatan dengannya. Hanya saja, dia tidak tahu apa barang yang ditawarkan Kahar cukup bernilai atau tidak. Saat ini, Syakia masih belum tahu apa yang dibawa Kahar. Begitu melihat layang-layang di tangan Kahar, dia sontak tertawa saking marahnya.“Kamu bahkan rela mengeluarkan layang-layang yang dibuat Ibu untukmu?”Kahar menjawab dengan ekspresi datar, “Kamu tahu apa arti layang-layang ini bagiku. Jadi, aku nggak akan bicara omong kosong denganmu lagi. Bukannya kamu menginginkan semua barang milik Ibu? Sekarang, aku akan berikan layang-layang ini padamu. Tapi, kamu harus serahkan Ayu.”Syakia langsung mencibir, “Kahar, aku benar-benar nggak nyangka kamu rela berbuat begini demi Ayu. Jangan-jangan, kamu juga berencana untuk nggak mengakui ibumu demi dia?”“Aku nggak bilang aku nggak mau akui Ibu!” bantah Kahar secara langsung. “Kalau bukan karena kamu menculik Ayu, aku nggak akan keluarkan barang yang diberikan Ibu ini

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 274

    “Apa katamu?”Kahar menatap Syakia dengan tidak percaya.Syakia mengulangi kata-katanya dengan tampang dingin, “Aku bilang, nggak! Sudah dengar jelas? Aku perlu ulangi sekali lagi?""Syakia, kamu ....”Ketika Kahar lagi-lagi memanggil nama Syakia, sebuah sosok hitam tiba-tiba muncul di hadapannya. Dia pun tercengang dan secara refleks mengeluarkan belatinya untuk melindungi diri. Namun, gerakannya masih tetap terlalu lambat.Baru saja Kahar mengeluarkan belatinya, Hala sudah menepuk tangannya sehingga belati itu terjatuh ke lantai. Kemudian, tangan Hala yang satunya lagi langsung meninju wajah Kahar dengan kuat.“Bruk!” Kahar pun terjatuh ke lantai.Namun, sebelum Kahar sempat berdiri dan melakukan serangan balik, Hala sudah menendangnya sehingga dia terpental lebih jauh. Tendangan ini hampir membuat Kahar muntah darah.“Si ... siapa kamu? Beraninya kamu menyerangku! Aku ini putra Adipati Pelindung Kerajaan!”Pada saat ini, Kahar masih belum tersadar. Dia mengira dengan menyebutkan sta

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 275

    Untungnya, Syakia sudah mempersiapkan diri. Jika tidak, ular berbisa itu pasti sudah berhasil menggigitnya.“Kalau boleh tahu, siapa yang kasih tahu kamu informasi ini?” Ular Sembilan tertawa dan berkata dengan suara serak, “Sudah seharusnya aku menyadarkan pengkhianat seperti ini.”Syakia tentu saja tidak akan mengkhianati Kingston pada saat-saat seperti ini. Dia hanya menjawab dengan dingin, “Nyali majikan kalian terlalu kecil. Aku baru sedikit menakut-nakutinya, tapi dia sudah ceritakan semuanya. Apa aku masih harus tanya ke orang lain?”“Ckck, ucapanmu ini masuk akal juga.” Ular Sembilan mengangkat alisnya dan lanjut berujar, “Tapi, aku penasaran banget. Gimana Putri Suci menakut-nakuti Nona Ayu?”Ketika berbicara sambil tersenyum seperti ini, Ular Sembilan terlihat sangat mengintimidasi. Seolah-olah setelah bertanya jelas, dia akan membalaskan dendam Ayu. Sayangnya, Syakia sama sekali tidak takut pada intimidasinya.“Aku punya banyak cara. Kalau kamu penasaran, aku nggak keberatan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 276

    Setelah menetapkan waktu untuk menukar orang, Ular Sembilan pun pergi. Namun, ketika meninggalkan tempat tinggal Syakia, dia tiba-tiba menyadari sesuatu dan menoleh ke sebuah arah. Selanjutnya, dia melihat seorang biksuni tua yang berekspresi masam sedang berdiri di bawah pintu menuju tempat tinggal Syakia dan menatapnya dengan dingin.Ular Sembilan tidak takut pada biksuni tua itu. Dia melambaikan tangannya, lalu beberapa ekor ular langsung menjulurkan kepala mereka dari pakaiannya yang usang dan menatap biksuni tua itu dengan garang.Ular Sembilan mengira biksuni tua itu akan ketakutan. Tak disangka, biksuni tua itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dia pun mencibir dan merasa hal ini sangatlah tidak menarik. Kemudian, dia pun berbalik dan hilang dari Kuil Bulani.Di tempat tinggal Syakia.Setelah Ular Sembilan pergi, Hala memeriksa sekali seluruh area tempat tinggal Syakia. Begitu diperiksa, dia menemukan total belasan ekor ular beracun.“Begitu Ular Sembilan datang, tem

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 346

    “Semua pemanah, bersiap!” perintah Gading begitu mendengar suara teriakan itu.Ratusan prajurit Pasukan Bendera Hitam segera mengangkat busur mereka dan membidik ke arah hutan.“Tunggu! Kami menyerah! Kami menyerah!”Orang yang bersiap untuk menyergap di dalam hutan tidak menyangka keberadaan mereka sudah ditemukan bahkan sebelum rombongan itu masuk ke hutan. Bahkan ada salah satu dari mereka yang sudah terkena panah.Tepat pada saat hujan panah akan diluncurkan ke arah mereka, orang-orang di dalam hutan buru-buru berseru untuk menghentikannya.“Dasar bandit sialan! Berani sekali kalian bersembunyi di dalam hutan dan hendak menyergap kami! Cepat keluar!”Seruan Gading sontak membuat para bandit yang bersembunyi dalam hutan ketakutan dan berlari keluar dengan terburu-buru.Begitu melihat orang-orang itu, Adika bisa menebak bahwa mereka seharusnya adalah bandit gunung. Dia pun memicingkan mata dan bertanya, “Kalian itu bandit gunung mana?”Pemimpin sekelompok bandit itu buru-buru berlutu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 345

    Syakia membuka tirai dan melihat Adika.“Turunlah untuk hirup udara segar. Malam ini, kita makan lebih awal.”“Oke.”Syakia mengangguk pelan, lalu bangkit dan turun dari kereta kuda. Setelah turun, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan melirik ke arah ujung rombongan ini.Adika menyadari gerakan Syakia dan mengikuti arah pandangnya. Kemudian, dia langsung mengalihkan pandangannya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Jangan khawatir, mereka bawa makanan sendiri. Mereka nggak akan mati kelaparan.”Syakia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengikuti Adika berjalan ke pinggir sungai dan duduk di sana. Para prajurit Pasukan Bendera Hitam bergerak sangat cepat. Tidak lama kemudian, mereka sudah selesai memasak.Makanan Adika sangat harum dan terlihat lezat, sedangkan makanan Syakia tetap hanyalah sayuran dan sup kosong. Meskipun Syakia makan dengan sangat lahap, Adika malah merasa agak bersimpati padanya.Hanya saja, entah kenapa Syakia sangat keras kepala dalam beberapa hal. Bahkan Adika juga tidak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 344

    “Menikah?” Syakia pun tertegun sejenak.Laras pun tertawa, lalu menjawab, “Iya, itu pengaturan ayahku. Calon suamiku itu keponakan Kepala Prefektur Wisnu, kerabat jauh keluarga kami.”Syakia secara refleks bertanya, “Kalau mau menikah, kenapa bukan mereka yang datang menjemputmu?”Laras tersenyum. “Kia, kamu imut banget. Aku ke sana bukan jadi istri sah, cuma jadi seorang selir. Mana mungkin mereka datang jemput aku dengan meriah.”Setelah mendengar ucapan Laras, Syakia pun terdiam.“Kia, jangan sedih untukku. Aku ini juga putri Menteri Sekretariat. Meski jadi selir, orang di sana nggak akan berani mempersulitku.”Syakia memalingkan wajah, lalu berkata dengan nada dingin, “Siapa yang sedih untukmu? Hubunganku denganmu nggak sebaik itu.”Laras langsung menunjukkan tampang sedih. “Baiklah, anggap saja itu pemikiranku sepihak. Tapi, perjalanan ke Kalika terlalu jauh. Ayahku juga nggak utus orang untuk mengawalku. Jadi, Kia, boleh nggak kamu biarkan aku ikuti kalian demi persahabatan kita

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 343

    Meskipun waktunya sangat mendesak, Adika tetap langsung setuju.“Kamu baru keluar dari istana dan pasti belum kemas barang-barangmu. Aku akan antar kamu pulang dulu. Setelah mengumpulkan orang dan mengatur semuanya dengan baik, aku akan pergi jemput kamu besok pagi.”Berhubung hal ini sudah diputuskan, Adika segera mengaturkan segala sesuatu yang diperlukan meskipun merasa marah.Setelah kembali ke Kuil Bulani, Syakia juga mulai menangani urusannya sendiri. Dia meminta Yanto untuk membantunya merawat ladang obatnya, juga menyerahkan surat tanah Paviliun Awana kepada Yanto.Yanto pada dasarnya adalah mantan kepala pelayan Keluarga Kuncoro. Dia tentu saja dapat mengelola Paviliun Awana tanpa masalah. Selain itu, Syakia juga hanya memiliki sebuah permintaan, yaitu menanam semua ladang di Paviliun Awana dengan berbagai macam benih dan bibit yang ditinggalkannya.Mengenai ladang obat di Gunung Selatan, sebagian besar obat herbal itu sudah bertumbuh. Syakia pun memanen semua obat herbal yang

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 342

    Di ruang baca Kaisar dalam istana.“Bupati Nugraha dari Lukati?”Setelah mendengar nama orang itu, Syakia agak terkejut. Benar juga, dia sudah mengingat orang itu. Orang itu adalah majikan dari pengelola toko obat yang membantunya.“Karena kekeringan di Kalika sebelumnya, ada banyak penduduk Kalika yang mengungsi ke Lukati dalam 3 bulan itu. Waktu itu, Bupati Nugraha nggak menolak untuk menerima para pengungsi itu. Tak disangka, ada beberapa pengungsi yang terjangkit wabah selama melakukan perjalanan. Wabah itu sudah menyebar cukup luas di Lukati."Kaisar tersenyum sambil melanjutkan, “Sebenarnya, hal ini aneh juga. Yang tertimpa bencana alam jelas-jelas Kalika. Tapi, baik itu sebelum ataupun sesudah bencana, penduduk yang tetap tinggal di Kalika sama sekali nggak terpengaruh oleh wabah itu. Malah para pengungsi yang terjangkit wabah.”Berhubung terjadi fenomena aneh seperti ini, penduduk Kalika makin memuja Syakia. Semua orang berkata bahwa Putri Suci pernah mendoakan Kalika. Oleh kar

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 341

    “Benar, ini salahku karena terlalu bodoh dan naif dulunya. Makanya, aku baru kira orang yang sudah kehilangan akal sehat seperti kalian masih bisa bersikap adil.”Begitu teringat bagaimana dirinya menangis sambil memohon pada orang-orang ini dulu, Syakia benar-benar merasa dirinya sangat konyol. “Jadi, ada masalah kalau aku mau ambil kembali barang milikku sekarang?”“Nggak bisa!”Sebelum Damar sempat berbicara, Ranjana sudah terlebih dahulu menolak, “Paviliun Awana dan Menara Phoenix itu barang Ayu. Kamu boleh tukar dengan barang lain.”Ranjana mengira dirinya masih bisa bernegosiasi dengan Syakia.Syakia langsung mengangguk dan memberi perintah tanpa ragu. “Oke. Kalau begitu, tukar saja dengan nyawamu. Hala, bertindaklah.”“Syut!”Hala segera menghunuskan pedangnya dan menyerang Ranjana. Kali ini, Ranjana memang sudah memiliki persiapan hati, tetapi masih tidak dapat menangkis serangan mematikan Hala. Dia berhasil melindungi titik fatal tubuhnya, tetapi pedang Hala juga langsung mene

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 340

    Damar memicingkan matanya. Ada sedikit kesuraman yang melintasi matanya yang dalam.“Sejak kamu meninggalkan Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, aku menyadari setiap kali kita bertemu, perubahanmu sangatlah besar. Kamu makin berbeda dengan putriku dulu.”Damar menatap Syakia lekat-lekat. Saat ini, dia sama sekali tidak menemukan jejak putrinya yang patuh, penurut, dan pengertian itu.Syakia menjawab dengan acuh tak acuh, “Sekarang, aku memang bukan putrimu lagi. Bukankah wajar kalau aku berbeda dari dulu?”Tidak, tidak wajar. Ini sama sekali tidak wajar.Sebelum upacara kedewasaan, Damar mengingat jelas bahwa putrinya ini masih membuatkannya sesuatu untuk menyenangkannya. Dia telah lupa apa benda itu, tetapi dia masih ingat kegembiraan dan harapan yang terpancar dari wajah Syakia.Dalam ingatan Damar, Syakia masih terlihat sangat polos pada saat itu. Dibandingkan dengan Syakia yang berdiri di depannya dengan tampang dingin sekarang, perubahannya terlalu besar sampai bisa membuat orang

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 339

    “Syakia, aku seharusnya jarang menyinggungmu, ‘kan?” tanya Ranjana setelah menatap Syakia untuk sesaat.“Tuan Ranjana, kamu sudah melupakan kata-katamu tadi secepat ini? Kalau kamu memang merasa kamu jarang menyinggungku, buat apa kamu datang untuk minta maaf? Bukankah tindakanmu itu sangat bertentangan?”Syakia juga menyambut tatapan Ranjana dengan dingin. Matanya juga mengandung sedikit ejekan.Ranjana pun memicingkan matanya. “Sebelumnya, kamu tiba-tiba mau jadi biksuni. Ayah, Ayu, Kak Abista, dan yang lain sangat khawatir. Sebagai kakak keempatmu, aku tentu saja juga mengkhawatirkanmu. Jadi, aku baru pakai sedikit cara licik untuk membawamu pulang ke rumah. Sekarang, aku merasa tindakan itu kurang tepat. Makanya, aku datang untuk minta maaf.”“Sedikit cara licik?” Syakia mulai merasa marah. “Kalau kamu benar-benar anggap aku sebagai adikmu, kamu nggak akan pakai cara yang kamu sebut licik itu lagi.”“Itu cuma obat untuk membuatmu patuh, bukan racun untuk membunuhmu. Buat apa kamu m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 338

    “Oh iya. Pagi ini, Yang Mulia Kaisar sudah memanfaatkan kesempatan untuk mengurangi lumayan banyak kekuasaan yang dimiliki Adipati Damar. Hari ini, dia pasti akan datang mencarimu.” Adika menatap Syakia dan bertanya, “Apa perlu aku mengawasinya di sampingmu?”“Nggak usah. Selama dia masih mau mengeluarkan Ayu dari istana, sikapnya hari ini nggak akan seperti sebelumnya.”Ini adalah kesempatan yang sudah ditunggu Syakia sangat lama. Ayahnya yang tinggi hati akan tunduk padanya untuk yang pertama kalinya. Dia sangat menantikannya.Sesuai dugaan, hasilnya sangat memuaskan.“Syakia, Ayah yang salah sebelumnya.”Damar berdiri di depan gerbang Kuil Bulani dan meminta orang untuk memanggil Syakia. Setelah Syakia keluar, dia langsung meminta maaf dengan ekspresi serius.Begitu melihat sikap ayahnya, Ranjana yang ikut datang juga menunjukkan ekspresi terkejut. Dia tidak menyangka ayahnya akan menunduk pada Syakia. Ranjana tahu kali ini ayahnya tidak akan menggunakan cara paksa seperti sebelumn

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status