Rina telah hidup tiga tahun di bawah tekanan mertuanya, Farida, yang terus mendesaknya untuk segera hamil. Meskipun Rina sehat, tuntutan Farida semakin membuat hidupnya sulit. Ketegangan memuncak ketika Hana muncul dan mengaku hamil anak Arya, suaminya. Terpukul oleh pengkhianatan, Rina meninggalkan Arya dan mengalami kecelakaan mobil dengan Ryan, pria yang kemudian menjadi sumber dukungan dan cinta baru baginya. Sementara Rina mulai nyaman dengan Ryan, Arya berusaha memperbaiki kesalahan dan mencurigai niat Hana. Di tengah dilema cinta, Rina harus memilih: tetap bersama Ryan atau memberi Arya kesempatan kedua. Apa yang sebenarnya disembunyikan Hana?
View More"Kalau anak itu memang anakmu, apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu akan membiarkan Karina membesarkannya sendirian?"Arya menggeleng dengan mantap. "Aku nggak akan lepas tanggung jawab, Rina. Kalau memang anak itu anakku, aku akan menafkahinya. Aku akan memastikan dia mendapatkan apa pun yang dia butuhkan. Tapi aku nggak akan menikahi Karina."Rina mengerutkan kening, hatinya terasa berat. "Arya, aku nggak tahu apa aku bisa menerima ini. Bagaimana dengan status anak itu? Dia punya hak untuk memiliki keluarga yang utuh."Arya menatap Rina, wajahnya penuh kesungguhan. "Dengar, Rina. Kalau Karina ingin status untuk anak itu, maka aku punya solusi. Anak itu akan menjadi anak kita. Kamu dan aku akan mengadopsinya."Rina terkejut mendengar pernyataan Arya. "Adopsi? Kamu serius, Arya? Bagaimana kalau Karina tidak setuju?"Arya menghela napas panjang, tangannya meremas-remas lututnya. "Hanya ini satu-satunya cara untuk menghadapi drama gila Karina. Aku tidak akan membiarKn dia selalu memgaca
Flashback"Maafkan aku, Arya. Bukan keimginanku untuk menguringmu disini" kata Karina dengan suara lembut, "Semua aku lakukan, karena aku cuma ingin melindungimu."Arya meliriknya sekilas, wajahnya penuh dengan kemarahan yang tertahan. "Melindungiku? Kamu mengurungku di sini, Karina. Aku bukan tahananmu."Karina tersenyum kecil, seolah tak terganggu oleh nada suaranya. "Aku tahu kamu marah, tapi tolong makan dulu. Kamu pasti lapar."Arya menatap makanan itu ragu-ragu. Ia tahu Karina sangat manipulatif, tapi rasa laparnya akhirnya mengalahkan logika. Dengan enggan, ia mengambil sendok dan mulai makan makanan itu."Baiklah, setelah ini, aku berharap kamu berhenti menggangguku," gumamnya sambil menyendok nasi ke mulut.Karina hanya tersenyum dan meninggalkannya sendirian. Setelah selesai makan, Arya merasa tubuhnya semakin lemas. Matanya mulai berat, dan kesadarannya perlahan-lahan memudar.Keesokan harinya, Arya terbangun dengan perasaan aneh. Seketika itu, dia terlonjak kaget saat meli
“Siapa ya sore-sore begini?” gumam Arya sambil berjalan ke pintu.Ketika pintu terbuka, sosok Karina berdiri di sana dengan wajah penuh air mata. Arya terkejut sejenak, tetapi segera menguasai diri. Rina yang ikut melihat dari ruang tamu, langsung berdiri di samping Arya.“Karina? Apa yang kamu lakukan di sini?” Arya berkata dingin, langkahnya maju untuk menutup pintu.Namun, Rina mengangkat tangannya, memberi isyarat pada Arya untuk menahan diri. "Arya, biarkan dia masuk. Sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu," ucap Rina dengan sopan.Arya memandang Rina, bingung dengan keputusannya. Namun, ia memilih menurut, meski wajahnya menunjukkan ketidaksukaan.“Masuklah, Karina,” ajak Rina sambil melangkah mundur.Karina melangkah masuk dengan langkah gontai. Ia duduk di sofa, tubuhnya sedikit gemetar, air mata terus mengalir di pipinya. Arya dan Rina saling pandang, mencoba bertanya, tetapi keduanya kemudian mengedikkan bahunya bersamaan.“Karina, kenapa kamu menangis?” tanya Rina lembut s
"Aakkhhh!" Pekik Arya sambil memegangi kepalanya yang tiba-tiba saja berdenyut hebat saat melihat Keisha bermain boneka unicorn.Sebuah kilasan terlintas di kepalanya. Meski samar, dia masih bisa mengingatnya. Dia ingat, dulu dia sering menemani Keisha bermain boneka di lantai.Setelah beberapa saat, sakit di kepalanya pun mereda. Arya pun mendekati Keisha untuk bertanya pada gadis kecil itu.“Keisha,” panggil Arya lembut.Keisha menoleh sambil memeluk bonekanya. “Iya, Om Arya?”“Kamu suka main boneka, ya? Om Arya dulu pernah belikan kamu boneka?” tanyanya sambil mencoba mengorek sedikit informasi.Keisha mengangguk antusias. “Iya, Om Arya! Waktu Keisha ulang tahun yang keempat, Om Arya kasih boneka unicorn besar! Tapi… waktu itu Om Arya nggak sempat lihat Keisha buka hadiahnya karena Om sibuk kerja,” ujar Keisha polos.Arya terdiam, perasaan bersalah menghantam hatinya. “Om minta maaf ya, Keisha. Om nggak ingat semua itu. Tapi, Om janji kali ini Om nggak akan ninggalin kamu lagi.”Ke
"Rina, kenapa kamu masih menerima aku di sini sekarang Padahal, katamu, dulu aku samhat kejam padam?"tanya Arya saat mereka duduk santai di ruang tamu.Rina tersenyum lembut. "Karena aku tahu, di dalam hatiku, aku masih peduli padamu. Apalagi ada Keisha. Dia membutuhkan ayahnya, Arya."Arya merasa ada kehangatan di hatinya mendengar jawaban itu. Ia menoleh ke arah Rina lagi, dan untuk pertama kalinya ia merasa yakin tentang sesuatu."Rina, aku ingin mengatakan sesuatu."Rina menatapnya dengan penasaran. "Apa itu, Arya?"Arya mengulurkan tangan, menggenggam tangan Rina dengan lembut. "Aku tahu aku belum sepenuhnya mengingat masa lalu kita. Tapi aku tahu satu hal dengan pasti—aku merasa hidupku lebih berarti sejak aku di sini bersamamu dan Keisha."Rina tertegun. Ia bisa merasakan ketulusan dalam suara Arya."Aku tahu ini mungkin terdengar aneh, atau bahkan terlalu cepat," lanjut Arya, "tapi aku ingin memperbaiki semua kesalahan di masa lalu. Aku ingin memulai kembali. Jadi, Rina... mau
"Ahh... kepalaku...!" desahnya, suaranya hampir seperti rintihan.Rina yang sedang di dapur langsung berlari ke ruang tamu. "Arya, ada apa? Kamu sakit?" tanyanya panik.Arya menggeleng lemah sambil terus memegangi kepalanya. "Entah kenapa... kepalaku tiba-tiba sakit sekali, Rina."Rina meraih lengan Arya, membantunya duduk lebih nyaman. "Tunggu di sini, aku ambilkan air putih," katanya, lalu berlari ke dapur.Setelah Arya minum, rasa sakitnya sedikit mereda. Namun, matanya masih menunjukkan kebingungan. "Rina... aku tadi melihat sesuatu," katanya pelan."Apa yang kamu lihat?" tanya Rina, duduk di sampingnya."Sebuah... tempat. Ada taman, dan aku sedang bermain dengan seorang anak kecil. Aku rasa itu Keisha... tapi aku tidak yakin. Rasanya begitu nyata," jawab Arya sambil memijit pelipisnya.Mendengar itu, hati Rina tergetar. "Arya, mungkin itu bagian dari ingatanmu yang kembali," katanya dengan suara lembut."Tapi kenapa ini terasa sangat menyakitkan? Aku seperti sedang dipaksa mengin
“Ini foto-foto kita dulu,” kata Rina dengan suara pelan, hampir seperti bisikan.Rina membawa album foto lama. Ia menaruhnya di meja. Arya yang sedang duduk d ruang tamu sambil menonton televisi pun mengalihkan perhatiannya.Arya menatap album itu dengan ekspresi campur aduk. Ia membuka halaman pertama dan melihat gambar pernikahan mereka. Rina terlihat cantik dengan gaun putihnya, sementara ia—Arya—memegang tangan wanita itu dengan wajah datar.Arya menatap Rina, matanya penuh pertanyaan. “Jadi, kamu istriku?"Rina menggeleng, membuat Arya mengerutkan keningnya. "Dulu, kita memang pernah menikah selama 3 tahun. Namun setelah itu, kita bercerai," terang Rina.Arya menatap Rina. "Kenapa aku bisa menceraikan wanita sebaik kamu?”Rina terdiam. Ia menunduk, mencoba menyembunyikan air mata yang menggenang di matanya. “Itu cerita yang panjang, Arya. Dan mungkin bukan saatnya kita membahasnya sekarang,” jawabnya pelan.Arya tidak memaksa. Melihat wajah sendu Rina saat dia bertanya tadi, memb
"Aku harus membantu Arya keluar, Karina tidak bisa seenaknya pada Arya hanya karena Arya tidak mengingat siapa dirinya. Tapi, aku tidak bisa melakukannya sendiri, Karina tidak akan melepaskan Arya jika aku kesana sendirian."Rina menggenggam surat yang ditulis Arya erat-erat. Dengan langkah mantap, ia memasuki kantor polisi, matanya penuh tekad.Seorang petugas yang sedang duduk di meja depan mengangkat wajahnya. "Selamat sore, Bu. Ada yang bisa kami bantu?"Rina meletakkan surat itu di atas meja. "Saya ingin melaporkan seseorang yang ditahan secara paksa. Ini surat dari korban yang berhasil menyuruh seseorang untuk membantunya keluar dari rumah tempat itu."Petugas membaca surat itu dengan seksama. Wajahnya berubah serius. "Siapa yang Anda maksud? Dan di mana lokasi penahanannya?""Namanya Arya. Dia ditahan di rumah seseorang bernama Karina. Dia adalah dokter yang merawat Arya, dan dari apa yang saya tahu, Arya dipaksa tinggal di sana tanpa keinginannya," jelas Rina dengan suara berg
Di rumah Rina, Keisha tampak sedang menggambar di ruang tamu ketika ia mendengar pembantunya, Mbak Ani, berbicara di dapur."Kasihan Mbak Rina ya, Mas Arya kayaknya nggak datang lagi. Padahal Keisha senang banget waktu dia mampir," ujar Mbak Ani sambil mencuci piring.Keisha yang penasaran segera menghampiri. "Mbak Ani, Om Arya nggak datang lagi ya?" tanyanya polos.Mbak Ani terkejut, lalu tersenyum kecil. "Keisha, mungkin Om Arya lagi sibuk. Nanti juga dia datang lagi, kok."Tapi Keisha tidak puas dengan jawaban itu. Ia tahu sesuatu sedang terjadi, tapi ia tidak tahu apa."Keisha harus cari Om Arya," gumamnya sambil kembali ke ruang tamu.---Di rumah Karina, Mbok Darmi membaca surat Arya dengan hati yang pilu. "Ya Allah, Den. Maafkan si Mbok jika belum bisa membantu Aden saat ini," ucapnya sambil mengusap air mata yang menetes di pipinya.Ia tahu membantu Arya berarti melanggar perintah Karina, tapi hatinya tidak tega melihat lelaki itu terus menderita.Malam itu, ketika Karina suda
“Sudah berapa tahun kalian menikah, tapi, kenapa sampai sekarang kamu belum juga hamil? Apa gunanya kamu jadi istri?” ucap Farida dengan suara dingin dan ketus. Matanya menyipit, menatap tajam perut Rina seolah menunggu jawaban yang sudah lama diinginkannya. Mendengar ucapan sang mertua membuat wajah Rina mendadak tegang. Meskipun di hadapannya tersedia berbagai makanan lezat, namun tak ada sedikit pun rasa lapar dalam dirinya. Sementara, Arya, suaminya, duduk dengan tenang tanpa peduli ocehan sang mama. Malam ini adalah malam yang selalu dihindari oleh Rina—makan malam di rumah mertua, di bawah tatapan tajam Farida, ibu Arya. "Jawab Rina! Jangan hanya diam dan menundukkan kepala saja!" Kali ini, Farida kembali menekannya Rina menelan ludahnya kasar, merasakan tenggorokannya kering. Di sudut matanya, dia bisa melihat Arya hanya diam, tak berniat sedikit pun untuk membela. “Maaf, Ma, aku dan Mas Arya sudah berusaha, tapi mungkin memang belum diberi,” jawab Rina dengan suara pelan, me...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments