Share

Bab 2

Adzan subuh sudah berkumandang, seperti biasa, Rina bangun lebih dulu. Saat dia membuka mata, suami tampannya sudah ada disebelahnya.

"Jam berapa kamu pulang, Mas? Aku menunggumu hingga pukul 12, tapi kamu masih belum datang," gumam Rina sambil menatap wajah tampan suaminya. Wajah yang dulu menenangkan, tetapi sekarang, entah kemana semua itu?

Sejak beberapa bulan yang lalu, sikap Arya mulai berubah. Meski Arya jarang memperhatikannya, tapi Arya tidak pernah bersikap dingin dan acuh. Namun kini, semua berbeda. Setiap pulang, lelaki itu pasti akan selalu sibuk dengan handphone-nya. Pernah Rina melirik, pesan dari seseorang berinisial 'M' sering terlihat olehnya. Hal ini membuat Rina curiga.

Saat Arya bangun, Rina mencoba menata dirinya agar tidak tampak mencurigakan. Namun pikiran-pikiran tentang pesan misterius itu terus menghantui.

"Dimana sarapannya, Rina?" Sentak Arya membuat Rina melonjak kaget.

"Ada di meja," balas Rina singkat, mencoba tersenyum, meski ada beban di hatinya. Ia pun menyiapkan sarapan seperti biasa, namun kali ini atmosfer terasa berbeda.

Seiring dengan rutinitas pagi yang berjalan, Rina memberanikan diri untuk berbicara.

"Aku mau tanya sesuatu, Mas," ucapnya, berusaha terdengar santai.

"Hmm? Tanya apa?" jawab Arya sambil mengoleskan mentega di rotinya.

"Aku sering lihat kamu terima pesan dari seseorang. Yang berinisial 'M'. Siapa dia?" tanya Rina, matanya mengawasi setiap gerakan Arya.

Arya terdiam sejenak, "Sejak kapan kamu lancang memeriksa handphone-ku? Siapa 'M' itu bukan urusanmu!"

Rina ingin protes, tapi melihat wajah Arya yang tak bersahabat membuat Rina mengurungkan niatnya. Wanita itu pun tak ingin memperpanjang masalah dengan sang suami. Karena dia tidak ingin ribut dengan suaminya.

"Terus, kenapa kamu jadi sering keluar kota akhir-akhir ini? Apa ada masalah di kantor? Aku khawatir loh, sama kamu," suara Rina terdengar lembut mencoba mengurai ketegangan diantara mereka.

"Aku sedang ada proyek di luar kota! Memangnya, kenapa kalau aku tidak pulang? Daripada aku bosan di rumah, lebih baik aku ke proyek," jawab Arya, menatap Rina dengan tajam

Rina sakit hati dengan apa yang dikatakan oleh Arya. Meskipun mereka menikah bukan karena cinta, tidakkah Arya bisa sedikit menghargainya? Dan apa kata dia tadi, bosan di rumah? Apa memang dia tidak semenarik itu hingga Arya bosan padanya?

Namun, meskipun begitu, dia memilih diam. Dia tak ingin, acara sarapan bersama yang hampir tidak pernah terjadi ini berubah jadi keributan pagi ini. Rina mengambil napas dalam-dalam supaya bisa meredakan sedikit emosi di hatinya.

Sore harinya, setelah Rina membersihkan rumah, dia duduk di ruang tamu, merenungkan percakapannya dengan Arya tadi pagi. Ia membuka ponselnya, mencoba mencari tahu lebih jauh tentang siapa sebenarnya ‘M’. Mulai dari I*******m, f******k, dan juga media sosial lainnya yang terhubung dengan Arya, tidak ada satupun informasi tentang wanita yang berinisial 'M' itu.

Beberapa hari kemudian.

"Nanti malam, aku tidak pulang. Aku akan langsung ke kota B bersama dengan staf yang lain. Karena besok, pagi-pagi, kita ada meeting dengan pihak klien jam 7. Kalau aku harus berangkat dari sini, bisa-bisa sampai sana, meetingnya sudah selesai," ucap Arya dingin

"Berapa lama, Mas?" tanya Rina sambil memperhatikan ekspresi wajah suaminya.

"Berapa lama aku disana, itu bukan urusanmu!" jawab Arya.

Rina hanya bisa menghembuskan napas kasar. Dia tidak mungkin melarang suaminya pergi. Apalagi, itu untuk masalah kantor.

Sejak Arya pergi, Rina mencoba mensugesti pikirannya untuk tetap berpikir positif tentang suaminya. Saat malam tiba, Rina hampir tidak pernah tidur nyenyak karena selalu terbayang Arya bersama wanita lain.

***

Malam ini, Arya pulang. Rina sudah mempersiapkan diri untuk menyambut sang suami dengan lingeri merah yang dia sembunyikan di dalam jubah hitamnya.

Arya masih di kamar mandi, Rina sudah duduk di ranjang dengan pose yang dia buat semenantang mungkin. Beberapa menit kemudian, lamunan Rina buyar karena getaran suara handphone Arya yang tak kunjung berhenti.

Dengan tangan gemetar, Rina pun mengambilnya. Sebuah pesan singkat dari 'M', mampu memporak-porandakan hati Rina.

[Kapan kita bisa bertemu lagi? Aku sudah tidak sabar ....]

Dadanya terasa sesak, seolah ada sesuatu yang menghimpitnya dari dalam saat Rina membaca pesan singkat itu. Sekilas, memang terlihat biasa, entah mengapa, Rina menanggapinya berbeda. Seolah wanita berinisial 'M' itu sedang merindukan Arya suaminya.

Dengan cepat, ia menutup ponsel Arya dan meletakkannya kembali di tempat semula. Tangannya gemetar, hatinya berdegup kencang.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" bisik Rina pada dirinya sendiri.

Saat Arya keluar dari kamar mandi. Lelaki itu hanya memandang sekilas Rina kemudian merebahkan tubuhnya di samping sang istri.

Rina merasa aneh dengan tingkah sang suami. Biasanya, jika Arya melihatnya berpakaian seperti ini, lelaki itu akan langsung menyerangnya dan mengajaknya bercinta hingga pagi menjelang. Namun, kenapa ini tidak?"

Esok harinya, saat Arya sedang sarapan, Rina duduk di sampingnya. Ia sudah memutuskan untuk mengkonfrontasi Arya soal pesan itu.

“Mas. kita perlu bicara,” ucap Rina dengan suara dingin.

Arya tampak terkejut melihat ekspresi wajah Rina yang serius.

“Ada apa?” tanya Arya dingin.

Rina menarik napas dalam-dalam. “Siapa sebenarnya ‘M’? Dan kenapa dia kirim pesan seolah dia sedang merindukanmu”

Wajah Arya seketika berubah. "Lancang sekali kamu mengecek handphone-ku! Apa kamu sudah mulai tidak percaya lagi padaku?"

"Aku kan cuma nanya, Mas. Kamu nggak perlulah, emosi kayak gitu," protes Rina yang terima dimarahi oleh Arya.

Arya menghela napas panjang. Berusaha meredam emosinya. "Itu hanya teman," Arya berusaha tetap tenang. "Nggak ada yang perlu dikhawatirkan."

Rina menatap suaminya dengan mata yang penuh kecurigaan. "Kamu yakin?"

Arya diam sejenak, kemudian mendekati Rina. "Kalau kamu nggak percaya, kamu telepon saja dia tanyakan padanya secara langsung," tantang Arya.

Rina pun akhirnya gelagapan. "Tidak perlu, aku percaya padamu!"

Malam itu, Arya langsung merebahkan tubuhnya di samping sang istri. Mereka memang tidur saru ranjang, tetapi, Rina merasa seolah Arya jauh darinya.

"Kamu berubah Arya! Biasanya, saat tidur, kamu selalu mendekap dan memeluk erat tubuhku. Namun sekarang, kamu bahkan lebih sering memunggungiku," teriak Rina dalam hati.

Rina menatap langit-langit kamar, pikirannya terus melayang kemana-mana. Ia tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh Arya, dan ia harus mencari tahu kebenarannya.

Saat Rina hampir terlelap, ponsel Arya bergetar di atas meja. Rina terbangun, meraih ponsel itu, dan melihat sebuah pesan baru muncul di layar. Kali ini, pesannya lebih mengejutkan:

"Jangan lupakan janjimu minggu depan!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status