Kontrak 2M Sang Mantan

Kontrak 2M Sang Mantan

last updateLast Updated : 2024-11-19
By:  Sha Quenna   Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
21Chapters
81views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Jika pihak kedua memutuskan kontrak secara sepihak maka harus mengganti denda sebesar 2M." Zira terpaksa menjalani kontrak kerja sama dengan Aidan, mantan kekasih sekaligus sutradara kenamaan yang kini menjadi sorotan dunia, karena adiknya yang baik hati membangun rumah untuk orang lain menggunakan semua uangnya. Seiring berjalannya waktu, perasaan lama yang terpendam mulai bersemi kembali. Namun, di tengah sorotan kamera, gosip tak berujung, dan gemerlap dunia hiburan, mampukah mereka menemukan jalan untuk bertahan? Ataukah kisah cinta ini akan hancur sebelum sempat dimulai kembali?

View More

Latest chapter

Free Preview

1. Haruskah aku senang bertemu denganmu?

Dengan tas punggung kecil berwarna krem, Zira berjalan dalam pesawat sambil melihat nomor bangku. Ia tersenyum tipis saat berhasil menemukan tempat duduknya, tapi tidak lama kemudian senyumnya pudar berganti dengan wajah masam. Meski sudah bertahun-tahun tidak bertemu, tapi ia sangat mengenali pria yang sedang duduk dengan kacamata hitam di sebelah bangkunya. "Kenapa aku harus bertemu dengan dia sekarang?" ucapnya dalam hati. Zira menarik napas dalam-dalam, menutupi kesedihan yang kembali menyeruak di hatinya. Ia tidak ingin menunjukkan kelemahan di depan orang yang pernah menyakitinya. Dengan tatapan tegas ia pun berkata, "permisi, bisa lewat sebentar?"Seorang pria dengan rambut yang diikat ke atas menoleh ke arah Zira. Ia melepas kacamatanya, menatap cukup lama tanpa kata hingga wanita itu berdehem. "Silakan!" ucapnya pelan sambil memberikan ruang pada Zira. Setelah menaruh tas dalam kabin, wanita itu melangkah menuju bangkunya. Saat itulah tanpa sengaja tangan mereka bersentuha

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
21 Chapters

1. Haruskah aku senang bertemu denganmu?

Dengan tas punggung kecil berwarna krem, Zira berjalan dalam pesawat sambil melihat nomor bangku. Ia tersenyum tipis saat berhasil menemukan tempat duduknya, tapi tidak lama kemudian senyumnya pudar berganti dengan wajah masam. Meski sudah bertahun-tahun tidak bertemu, tapi ia sangat mengenali pria yang sedang duduk dengan kacamata hitam di sebelah bangkunya. "Kenapa aku harus bertemu dengan dia sekarang?" ucapnya dalam hati. Zira menarik napas dalam-dalam, menutupi kesedihan yang kembali menyeruak di hatinya. Ia tidak ingin menunjukkan kelemahan di depan orang yang pernah menyakitinya. Dengan tatapan tegas ia pun berkata, "permisi, bisa lewat sebentar?"Seorang pria dengan rambut yang diikat ke atas menoleh ke arah Zira. Ia melepas kacamatanya, menatap cukup lama tanpa kata hingga wanita itu berdehem. "Silakan!" ucapnya pelan sambil memberikan ruang pada Zira. Setelah menaruh tas dalam kabin, wanita itu melangkah menuju bangkunya. Saat itulah tanpa sengaja tangan mereka bersentuha
Read more

2. Kamu tetaplah sama

"Jika pihak kedua memutuskan kontrak secara sepihak maka harus mengganti denda sebesar 2M." Zira terbelalak dengan mata membola sempurna setelah membaca sanksi pembatalan kontrak. "Konyol. Ini namanya pemerasan," gumamnya kesal sekaligus tidak percaya.Aidan kembali ke meja makan dengan membawa dua gelas kopi, lalu menyerahkan satu gelas kepada Zira. "Apa ruginya kamu ikut filmku?" tanyanya dengan nada tenang namun penuh tantangan.Zira berdecih. "Tidak ada untungnya juga aku main filmmu.""Oh, jadi kamu lebih senang adikmu masuk penjara?" Aidan menatapnya dengan seringaian puas. "Dengan kamu ikut filmku, kamu bisa tinggal di sini dan juga menghasilkan uang. Kariermu juga bisa meningkat di Indonesia."Zira meremas map merah di tangannya lebih kuat. Hatinya berkecamuk antara marah dan putus asa. Apa yang ada di pikiran adiknya sampai-sampai bisa menandatangani perjanjian seperti itu?"Pikirkan baik-baik! Jangan lupa nanti siang kamu harus datang ke Studio AB," ucap Aidan lembut tapi t
Read more

3. Benarkah jantungku berdetak lebih kencang karenamu?

Setelah rapat, Zira berpamitan dengan Braga dan yang lainnya. Ia berjalan ke lobby sambil memesan taksi online. "Jam padat seperti ini susah untuk memesan taksi, bareng denganku saja."Zira menoleh ke sumber suara yang sangat ia hafal. "Tidak, terima kasih," ucapnya ketus lalu kembali mencoba memesan taksi online."Zi ...," panggil Aidan pelan, tapi Zira tidak mendengarkan dan berlalu melewati pria tersebut. Ia berjalan keluar studio tanpa berpamitan pada Aidan.Saat Zira berdiri di depan Studio AB sambil memesan taksi online, sebuah mobil sedang mewah berhenti di depannya. "Zizi!" panggil seorang pria dari dalam mobil. "Sulit dapan taksi?"Zira menoleh ke arah mobil, sambil tersenyum canggung ia menjawab, "iya, sudah 3 kali cancel.""Ayo masuklah. Aku akan mengantarmu," ajak pria tersebut.Zira berpikir sejenak, melihat aplikasi taksi online yang tidak ada respon ia pun memutuskan menerima tawaran sang pria."Terima kasih, Braga," ucap Zira saat sudah duduk di sebelah pria itu. "Ak
Read more

4. Kencan?

Zira duduk terpaku, menatap Aidan yang kini sangat dekat. Bahkan, aroma khas tubuh pria itu menyeruak hingga ke inderanya. Jantung Zira bertabuhan seperti genderang yang memukul-mukul di dalam dada. Ia menyilangkan kedua tangan menutup dada saat Aidan mendekatkan wajahnya."Kamu mau apa?" tanya Zira, nada suaranya mengandung kecemasan.Aidan tertawa kecil, menyentil dahinya dengan lembut. Ia lalu duduk di samping Zira dengan ekspresi yang lebih serius. "Zi, aku tahu kamu membenciku. Tapi, film ini juga penting buatku. Aku sangat berharap kita bisa bekerja sama dengan baik," ucapnya penuh harap.Zira mengendurkan pengawasannya, melepas tangan dari dada. "Jika kamu takut filmmu hancur gara-gara aku, batalkan saja perjanjian itu."Aidan menghela napas. Menoleh dan menatap lembut mata Zira lalu berkata, "kamu benar-benar tidak ingin main di filmku?"Zira terdiam, berpikir kalimat terbaik yang harus ia ucapkan. Dalam hatinya ia mengakui kehebatan Aidan. Ia juga sering mendengar pujian dar
Read more

5. Kembali ke Titik Awal

Hari pembacaan naskah tiba. Zira berjalan penuh percaya diri dalam balutan jeans dan kemeja santai menuju Best Entertainment, perusahaan media milik Braga. Ketika sampai di lobby, ia bertemu dengan Jerry yang baru keluar dari lift."Zizi, pagi sekali datangnya," sapa Jerry sopan.Zira mengangkat alis, melihat jam di pergelangan tangannya. "Jadwal reading table jam 9, kan?"Jerry tertawa kecil. "Iya betul. Tapi, kita tinggal di Indonesia, tahu sendiri kan bagaimana kebiasaan orang-orang?""Dan aku tidak mau jadi bagian dari kebiasaan buruk itu," balas Zira diiringi tawa kecil.Jerry ikut tertawa. Tidak berselang lama, seorang pemuda dengan gaya flamboyan memasuki lobby, berjalan mendekat ke arah mereka. Jerry tersenyum dan mengulurkan tangan menyambut sang aktor. "David, kamu juga datang pagi. Wah, semangat sekali para aktor ini." David tersenyum, melepas kacamatanya. "Aku tidak mau kena omelan Aidan." Ia menoleh ke arah Zira. "Apakah ini Zira Ceisya? Akhirnya kita bertemu juga." Davi
Read more

6. Selalu Ada Alasan Bersamamu

Zira tersenyum lebar ketika tiba di taman parkour. "Wow!" Matanya berbinar-binar melihat beberapa orang melompat dan berlari dari satu rintangan ke rintangan lainnya, tubuh mereka seolah melayang di udara."Look!" David menunjuk satu rintangan di mana ada sebuah bangunan yang lebih tinggi dibanding lainnya. "Aku belum pernah melihat ada yang bisa menaklukan itu dengan sempurna."Merasa tertantang, Zira menyeringai kecil. "Mari kita lihat, apa aku bisa melakukannya?" Ia pun memasuki area dalam parkour berbaur dengan pengunjung lain.Tubuhnya melesat dari satu bangunan ke bangunan lain dengan gesit, Ia mencengkeram kuat tiang-tiang yang menghalangi, lalu menjejak lantai tanpa ragu. Ia menambah kecepatannya saat mendekati bangunan tertinggi. Sekali lompat, ia berhasil mencapai puncak dengan gerakan yang mulus dan presisi. Tanpa kehilangan keseimbangan, ia pun mendarat sempurna di lantai.Semua pengunjung terpesona dengan penampilan Zira, mereka bertepuk tangan meriah. Begitu juga dengan
Read more

7. Bertemu Kawan Lama

Zira merasakan desiran aneh di dada saat Aidan memegang pergelangan tangannya. Jantung berdegup tidak karuan, meskipun ia tahu Aidan melakukan itu karena untuk menghindari permasalahan di kantor polisi lagi. Tatapan mereka bertaut lama, membuat waktu seolah berhenti hingga suara Genji menyela mereka, "ya elah malah tatap-tatapan kayak lagi syuting drama aja." Aidan buru-buru melepas tangannya, membuat suasana mendadak canggung. Terlihat jelas mereka berdua menjadi salah tingkah. Bahkan, Zira bisa merasakan pipinya mulai memanas."Gen, aku bareng kamu!" teriak Zira sambil berlari mengejar sang adik yang sudah berjalan lebih dulu.Aidan tersenyum tipis melihat kelakuan Zira, sebelum akhirnya mengikuti ke parkiran.***Akhir pekan yang dinanti semua orang tiba juga. Menyetir mobil Genji, Zira pergi menuju sebuah mall di ibu kota untuk bertemu dengan Aisyah. Jakarta kota yang asing untuknya, karena itulah ia menggunakan bantuan GPS. Meskipun begitu tetap saja ia sampai di mall setelah 1,
Read more

8. Kamu selalu membuatku kesal

"Jo ... Jo ... ente sudah jadi bos property hebat, ngajakin nongkrong kok masih aja di warkop," ucap Ipul dengan nada meledek.Joseph dan Aidan tertawa kecil."Ente juga, Dan. Sudah jadi sutradara terkenal apa kagak mampu gitu ngopi di kafe? Paradion Gold misalnya," lanjut Ipul sambil duduk di sebelah Joseph."Lebih nikmat ngopi di warkop. Sekalian nostalgia masa SMA," jawab Joseph santai.Ipul mengangkat sepotong pisang goreng. "Punya teman sukses gak jamin bikin kita makan enak." Ia menggigit gorengannya, "Semalaman ane udah bayangin minum kopi sambil makan camilan ala orang Barat. Eh, tetap aja gorengan jadi teman setia kopi.""Selesai syuting film baru, gue traktir di Paradion," tukas Aidan diiringi tawa ringan.Ipul menoleh, menatap Aidan dengan wajah sumringah. "Alhamdulillah, janji adalah utang."Joseph geleng-geleng, "Lu itu udah jadi juragan kontrakan, masih aja ngarep traktiran.""Ente kalau dikasih pilihan gratisan atau bayar pilih mana?"Joseph menjawab tanpa ragu, "gratis
Read more

9. Hanya kamu yang membuatku khawatir

Hari berganti, Zira sibuk dengan pelatihan akting yang memang diwajibkan oleh Aidan untuk diikuti semua pemain filmnya. Sore ini, aula di gedung akademi akting ramai dengan peserta pelatihan. "Braga!" sapa Lea, instruktur akting saat melihat Braga memasuki aula. "Ingin melihat kemampuan anak didikku?" tanyanya sambil mengulurkan tangan."Aku tidak meragukan keahlianmu. Ada meeting sekitar sini, jadi mampir lihat sebentar saja," jawab Braga dengan senyum memuji sambil menjabat tangan Lea.Lea tertawa kecil, "aku merasa tersanjung dengan pujianmu itu." Ia mempersilakan Braga duduk sebelum berkata, "mari kita lihat kemampuan mereka."Lea berjalan mendekati panggung lalu berkata dengan tegas. "Zizi, David. Kita coba latihan adegan pertemuan pertama antara Alexa dan Demon." Zira dan David berjalan ke tengah panggung. "Rileks, Zi," kata David dengan senyum tipis.Zira menarik napas dalam-dalam, tersenyum sebelum berkata pelan, "ok!"Lea berdiri di bawah panggung mengamati setiap gerakan
Read more

10. Benarkah kamu khawatir denganku?

Zira terbaring lemah di atas ranjang, wajahnya pucat dan kening sedikit berkeringat akibat menahan nyeri yang menusuk punggung. Setiap gerakan kecil yang ia lakukan memicu rasa sakit. Meskipun begitu, ia berusaha untuk tidak menunjukkan kelemahan di depan Braga."Braga, terima kasih," ucap Zira pelan dengan suara yang terdengar letih. Ia mencoba tersenyum tipis, meski bibirnya tampak bergetar sedikit. "Aku baik-baik saja, kamu bisa pulang."Braga menoleh, tersenyum lembut. "Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian.""Ada perawat, kamu gak perlu khawatir," balas Zira penuh ketenangan. Braga menghela napas, menatap penuh khawatir. "Zizi, biarkan aku menemanimu. Setidaknya ... sampai keluargamu datang."Zira pun mengangguk, mengalah. Meskipun ada rasa canggung yang ia rasakan karena hanya berdua dengan Braga dalam satu ruangan tanpa pasien lain. Ia baru merasa lega ketika mendengar suara ketukan pintu. Namun, saat melihat orang yang masuk ke dalam ruangan adalah Aidan, ada rasa kesal sekal
Read more
DMCA.com Protection Status