Beranda / Romansa / Kontrak 2M Sang Mantan / 10. Benarkah kamu khawatir denganku?

Share

10. Benarkah kamu khawatir denganku?

Penulis: Sha Quenna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Zira terbaring lemah di atas ranjang, wajahnya pucat dan kening sedikit berkeringat akibat menahan nyeri yang menusuk punggung. Setiap gerakan kecil yang ia lakukan memicu rasa sakit. Meskipun begitu, ia berusaha untuk tidak menunjukkan kelemahan di depan Braga.

"Braga, terima kasih," ucap Zira pelan dengan suara yang terdengar letih. Ia mencoba tersenyum tipis, meski bibirnya tampak bergetar sedikit. "Aku baik-baik saja, kamu bisa pulang."

Braga menoleh, tersenyum lembut. "Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian."

"Ada perawat, kamu gak perlu khawatir," balas Zira penuh ketenangan.

Braga menghela napas, menatap penuh khawatir. "Zizi, biarkan aku menemanimu. Setidaknya ... sampai keluargamu datang."

Zira pun mengangguk, mengalah. Meskipun ada rasa canggung yang ia rasakan karena hanya berdua dengan Braga dalam satu ruangan tanpa pasien lain. Ia baru merasa lega ketika mendengar suara ketukan pintu. Namun, saat melihat orang yang masuk ke dalam ruangan adalah Aidan, ada rasa kesal sekal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kontrak 2M Sang Mantan   11. Memaafkan masa lalu

    Zira menoleh terkejut ke arah suara pria di sebelahnya. "Sejak kapan kamu di sini?" tanyanya dengan nada bingung.Aidan mengangkat bahu, "cukup lama untuk melihat dan mendengar kamu mengigau saat tidur." Ia mengatur ranjang Zira pada posisi setengah tidur lalu meletakkan sop iga di meja makan yang terpasang di ranjang. "Makanlah, masih hangat."Zira menatap sekilas ke arah Aidan lalu mengambil sendok, menyuapkan sop ke dalam mulutnya. Ia tersenyum sambil mengangguk-angguk. "Bagaimana rasanya?" tanya Aidan pelan."Enak," jawab Zira singkat, menikmati setiap tetes sop.Aidan tersenyum senang, menatap hangat ke arah sang wanita. "Zi, aku boleh bicara?" tanyanya kemudian terdengar ragu."Bukannya sudah bicara dari tadi?" Zira menjawab sedikit ketus.Aidan menghela napas. "Aku harap kamu bersedia menjalani operasi cedera punggungmu."Zira menghentikan aktivitasnya, menatap kesal ke arah Aidan sambil meletakkan sendok dengan keras. "Apa maksudmu?""Tenang dulu," ucap Aidan lembut. "Aku tah

  • Kontrak 2M Sang Mantan   12. Biarkan waktu yang berkata

    "Genji ke mana sih?" gumam Zira sambil menggigit bibir, menahan buang air. Melihat pintu terbuka, ia tersenyum tipis tapi sedetik kemudian hanya gerutuan yang keluar dari mulutnya. "Ah, kenapa dia lagi??"Aidan berjalan pelan mendekati ranjang Zira. Melihat wajah memerah sang wanita, ia pun berkata, "kamu baik-baik saja?"Ia mencoba meletakkan tangan di kening sang wanita, tapi ditepis oleh Zira. "Aku gak papa," ucap Zira ketus.Aidan mengernyit, memperhatikan gerak-gerik Zira. "Mau ke toilet?" ucapnya menebak.Zira diam, memutar bola mata dengan wajah yang semakin merah. Tanpa pikir panjang lagi, ia pun mengangguk. Ia terkejut ketika Aidan langsung menggendongnya menuju toilet.Jarak yang sangat dekat membuatnya merasa seolah waktu terhenti, aroma khas aquatic menguar kuat dari tubuh Aidan membuat tenang. Ia menatap sendu wajah pria yang memiliki kumis tipis dengan garis rahang yang tegas. Mata Aidan yang tajam dengan alis tebal memang terlihat menakutkan, tapi bagi Zira ada kelembu

  • Kontrak 2M Sang Mantan   13. Bertemu wanita aneh

    Genji menengok sekilas ke belakang sesaat keluar dari rumah dosennya. Ia berdecak kesal, menggerutu, berjalan menuju motor bebek yang ia parkir di halaman rumah sang dosen."Benar-benar dah, Pak Abdi! Kalau gak ingat berkah ilmu tergantung guru, udah keluar semua ini nama binatang."Ia menstarter motor, tapi seolah nasib sial menyertainya, motor tidak nyala juga. "Ah elah, kenapa juga ni motor pakai ngadat segala." Ia berusaha menstarter kembali sambil berdo'a. Saat motor hidup, ponselnya berbunyi. Dengan terpaksa, ia mematikan kembali mesin motornya."Siapa lagi ini yang telpon?" ucapnya sambil membuka ponsel. "Ah, tuan putri." Ia pun menekan tombol terima."Bakso akiw?""Sekarang?" Ia mematikan panggilan lalu memasukkan kembali ponsel ke dalam saku jaket. "Demi kelancaran donasi, mohon kerja samanya, ya," ucapnya penuh harap sambil mengelus kepala motor lalu kembali menstarter motor. Bersyukur motor langsung hidup tanpa kendala.Genji melajukan motor menuju mangga besar, kawasan Ch

  • Kontrak 2M Sang Mantan   14. Saingan yang berat

    Zira memasang earphone di telinga, memutar musik lewat ponselnya. Ia Menoleh sekilas ke arah Aidan. Sambil mengangkat alis, ia berkata, "ngomong apa?"Aidan menghela napas, merasa sia-sia telah menyatakan keinginannya. Ia hanya bisa menggeleng lalu berkata, "ah, bukan apa-apa."Zira mengangkat bahu, lalu membaca naskah film yang diberikan oleh Cita tadi siang. Sedangkan Aidan membuka ponsel, bermain game sambil menemani Zira.Setelah membaca beberapa lembar, Zira mengernyit sambil berpikir. Ia pun menoleh ke Aidan lagi. "Dan, ini ada tambahan adegan romantis antara Alexa dengan Demon?"Aidan berkata tanpa menoleh, "iya, kemarin Cita sudah bicara, biar konflik Reina dan Alexa lebih intens.""Adegannya ciuman?" tanya Zira pelan.Seketika Aidan berhenti main ponsel lalu mengambil naskah dari tangan Zira. Ia membaca dengan teliti tambahan adegan yang disusun Cita. Tanpa ragu, ia menelpon Cita memintanya untuk menghapus adegan tersebut.Zira tersenyum tipis melihat sikap Aidan. Ia bisa mer

  • Kontrak 2M Sang Mantan   15. Ayo bersaing secara sportif

    "Sudah semua?" tanya Zira saat keluar dari toilet setelah mengganti baju pasien dengan bajunya sendiri. Hari ini dokter sudah membolehkannya pulang dan menjalani rawat jalan.Aidan yang masih merapikan baju Zira di dalam tas berhenti sebentar lalu melihat sekeliling ruangan. "Iya, tinggal ini saja."Zira mengangguk, duduk di sofa menunggu Aidan menyelesaikan pekerjaannya. Tak lama, suara pintu terbuka. "Aidan! Di sini juga?" tanya Braga terkejut melihat Aidan merapikan barang pribadi Zira."Iya," jawab Aidan singkat.Braga mengangkat alis, bertanya dalam hati sejak kapan Zira dan Aidan menjadi dekat. Ia mendekati Zira, ikut duduk di sebelah wanita itu.Ia menoleh ke arah Aidan lagi dan memperhatikannya. Dengan tatapan heran ia pun berkata, "omong-omong sejak kapan kalian dekat?"Zira terkejut, "ha?" Ikut melihat ke arah Aidan. "Oh itu, apa aku tidak pernah mengatakan kalau Aidan teman SMA-ku?"Braga kaget, tidak menyangka Aidan sudah lama mengenal Zira. Pantas saja pria itu mudah mem

  • Kontrak 2M Sang Mantan   16. Yang aku ingin dengar adalah maaf

    "Kakak kenal mobil di belakang?" tanya Genji sambil melirik spion samping kanan.Zira menengok ke belakang, memastikan penglihatannya."Dari kita keluar rumah sakit, dia terus ngikutin," imbuh Genji.Zira duduk menghadap depan lagi. "Itu mobilnya Braga. Berhenti di minimarket depan aja."Genji mengangguk, sambil tertawa kecil ia berkata, "usaha sekali ya buat tahu rumahmu."Zira berdecak, melirik malas ke arah adiknya. "Dia bilang ada urusan di daerah Kenangan.""Terus kita ngapain ke minimarket?" tanya Genji bingung."Belanja lah. Kamu pikir kita lagi dibuntuti terus mengalihkan perhatian gitu? Ah, kamu kebanyakan nonton drama.""Gak seru," ucap Genji malas lalu membelokkan mobil ke minimarket.Zira melirik ke arah mobil Braga lewat spion, ia merasa Braga mulai curiga akan hubungannya dengan Aidan. Saat turun, sekilas dilihatnya mobil sang produser berhenti di tepi jalan. Namun, tak lama mobinya melaju kembali, Zira pun bisa bernapas lega.Setelah selesai belanja, Zira dan Genji mela

  • Kontrak 2M Sang Mantan   17. Genji vs Lala

    Genji menengok ke kanan kiri, mencari tempat parkir di kampus. Ia melajukan mobil dengan lambat sambil bergumam, "tumben ni parkir rame banget." Senyum terulas kala dilihatnya ada satu tempat kosong di samping mobil Alphard hitam."Anak jurusan apa nih ke kampus bawa Alphard," ucapnya pelan saat turun dari mobil. Ia mengunci mobil lalu berjalan menuju ruang dosen pembimbing.Saat menaiki tangga, seorang teman menyapanya. "Kapan sidang?""Masih dalam mimpi. Tiga bulan bolak balik revisi bab 5," jawab Genji pasrah.Temannya tertawa kecil, "kayaknya sih Pak Abdi gak tega lepasin mahasiswa telatan kayak kamu.""Sialan," umpat Genji sambil memukul pelan bahu temannya. "Kampus sebelah rame banget.""Pensinya arsitek ngundang artis.""Oh, penyanyi?"Teman Genji mengangguk, "penyanyi dan bintang film, Camilla Safea.""Gak kenal," jawab Genji cuek. Mereka tiba di lantai 2 ruang para dosen berada. "Aku bimbingan dulu, do'ain ya," ucap Genji bersiap memasuki ruangan Pak Abdi."Good luck," jawa

  • Kontrak 2M Sang Mantan   18. Menggoda adikku adalah salah satu kesenanganku

    Suara musik menggema di setiap sudut ruang kamar bercat abu, padahal jam baru menunjuk angka lima. Masih terlalu pagi untuk membuat keributan. Untung saja, mereka memasang peredam suara sehingga tidak mengganggu penghuni lain dalam komplek.Zira menggerakkan tangan dan kaki mengikuti setiap alunan musik. Punggungnya sudah membaik, kali ini ia benar-benar bisa menikmati hidup. Hari ini, ia harus berangkat ke Surabaya untuk proses syuting film Aidan. Ia butuh menjaga mood karena itulah musik yang ceria menjadi andalannya."Saatnya bekerja," ucap Zira dengan senyum sambil mematut penampilannya dalam cermin.Ia mengambil topi, mematikan musik lalu menggeret koper keluar kamar. Menuruni anak tangga dengan perlahan karena beban koper yang cukup berat. Sampai di depan kamar sang adik, ia pun mengetuk pintu.Tidak menunggu lama, pintu terbuka. Wajah kesal Genji muncul menyambut Zira."Harus gitu aku ikut kakak syuting?" tanya sang adik lesu.Zira tersenyum mengangguk. "Kalau bukan kamu siapa

Bab terbaru

  • Kontrak 2M Sang Mantan   21. Diabaikan atau mengabaikan

    Zira memperhatikan Aidan yang sedang menjelaskan emosi tokoh Alexa yang akan diperankannya nanti. Duduk berdekatan di satu sofa yang sama, dengan kulit yang bersentuhan membuat hatinya berdebar-debar dengan degupan jantung seperti bunyi genderang perang."Fokus, Zi!" ucap Zira dalam hati sambil memukul pelan kepalanya."Kenapa?"Kedapatan bertingkah aneh, Zira menjadi salah tingkah. "Ti ... dak apa-apa," jawabnya tergagap.Aidan mengangguk lalu kembali melanjutkan penjelasannya.Alih-alih mendengarkan perkataan sang sutradara, fokus Zira malah ke wajah Aidan. Alis tebal yang rapi, mata sedikit sipit dengan pupil hitam legam, memancarkan aura dingin. Hidung mancung dan bibir tipis. Senyum terulas dari bibirnya, tidak dipungkiri ia mengagumi ketampanan pria itu."Sudah paham?"Pertanyaan dari Aidan membuat Zira terhenyak dari lamunan. "Iya, gimana?"Aidan tersenyum. "Fokus, Zi! ucapnya lembut sambil menyentil dahi wanita yang sedang tertawa canggung karena merasa sudah kepergok melakuk

  • Kontrak 2M Sang Mantan   20. Memulai kembali

    Zira tersenyum ketika melihat seorang pria masuk ke dalam lift dengan terburu-buru. Dilihatnya pria itu bernapas lega ketika lift kembali tertutup. Saat sang pria akan menekan tombol lift, ia pun berkata, "dikejar penggemar?"David terkesiap lalu menoleh ke samping kiri, "astaga! Ternyata kamu."Zira tertawa kecil menatap David yang terkejut. "Dari mana?" tanyanya lembut.David mundur, berdiri di samping Zira. "Mau ke bar, eh malah ketemu fans gila.""Superstar memang beda, fans ada di mana-mana."David merapikan kerah sambil berkata dengan sombong, "ya gimana ya ... punya wajah tampan memang merepotkan."Zira geleng-geleng kepala sambil berdecak. "Tapi ... wajah tampan tidak luput dari kritikan Aidan juga, ya."Pria itu menghela napas pendek, menatap kosong lift. "Menyedihkan, hari ini aku take ulang sebanyak 7 kali." David, aktor kenamaan yang sudah berakting sejak usia 7 tahun, selalu berhasil hanya dengan satu kali take. Namun, kesempurnaan yang dituntut oleh sutradara Aidan memb

  • Kontrak 2M Sang Mantan   19. Kamu tampan saat serius

    Zira melongo, melihat adegan adu mulut antara adiknya dengan Lala di depan kamar."Astaga mulutnya!" Genji menarik napas panjang."Kamu pasti buntutin aku! Stalker!" geram Lala. Matanya nyalang menatap Genji."Idih, kepedean banget," ketus Genji.Zira mendekati adiknya, berkata pelan, "sudah Gen, jangan bikin keributan!"Ia menatap sopan ke arah Lala, merasa tidak enak hati dengan situasi sekarang. "Lala, aku minta maaf jika adikku bikin salah tapi Genji ke sini untuk jadi asistenku," jelasnya.Cita ikut mendekat, berkata dengan pelan, "aku rasa ini cuma kesalahpahaman."Lala mencebik, melirik tajam ke arah Genji. "Oh adikmu? Ajarin dia sopan santun.""Kamu ...,"Zira menahan Genji yang ingin membalas perkataan Lala. Ia elus dada sang adik agar lebih tenang.Lala menatap Cita, berkata dengan wajah datar, "pesankan kamar lagi. Aku tidak mau berdekatan dengan orang luar.""Aku juga ogah deket-deket artis sok kayak kamu," tukas Genji sinis.Lala menggeram, menghentakkan kaki, lalu membuk

  • Kontrak 2M Sang Mantan   18. Menggoda adikku adalah salah satu kesenanganku

    Suara musik menggema di setiap sudut ruang kamar bercat abu, padahal jam baru menunjuk angka lima. Masih terlalu pagi untuk membuat keributan. Untung saja, mereka memasang peredam suara sehingga tidak mengganggu penghuni lain dalam komplek.Zira menggerakkan tangan dan kaki mengikuti setiap alunan musik. Punggungnya sudah membaik, kali ini ia benar-benar bisa menikmati hidup. Hari ini, ia harus berangkat ke Surabaya untuk proses syuting film Aidan. Ia butuh menjaga mood karena itulah musik yang ceria menjadi andalannya."Saatnya bekerja," ucap Zira dengan senyum sambil mematut penampilannya dalam cermin.Ia mengambil topi, mematikan musik lalu menggeret koper keluar kamar. Menuruni anak tangga dengan perlahan karena beban koper yang cukup berat. Sampai di depan kamar sang adik, ia pun mengetuk pintu.Tidak menunggu lama, pintu terbuka. Wajah kesal Genji muncul menyambut Zira."Harus gitu aku ikut kakak syuting?" tanya sang adik lesu.Zira tersenyum mengangguk. "Kalau bukan kamu siapa

  • Kontrak 2M Sang Mantan   17. Genji vs Lala

    Genji menengok ke kanan kiri, mencari tempat parkir di kampus. Ia melajukan mobil dengan lambat sambil bergumam, "tumben ni parkir rame banget." Senyum terulas kala dilihatnya ada satu tempat kosong di samping mobil Alphard hitam."Anak jurusan apa nih ke kampus bawa Alphard," ucapnya pelan saat turun dari mobil. Ia mengunci mobil lalu berjalan menuju ruang dosen pembimbing.Saat menaiki tangga, seorang teman menyapanya. "Kapan sidang?""Masih dalam mimpi. Tiga bulan bolak balik revisi bab 5," jawab Genji pasrah.Temannya tertawa kecil, "kayaknya sih Pak Abdi gak tega lepasin mahasiswa telatan kayak kamu.""Sialan," umpat Genji sambil memukul pelan bahu temannya. "Kampus sebelah rame banget.""Pensinya arsitek ngundang artis.""Oh, penyanyi?"Teman Genji mengangguk, "penyanyi dan bintang film, Camilla Safea.""Gak kenal," jawab Genji cuek. Mereka tiba di lantai 2 ruang para dosen berada. "Aku bimbingan dulu, do'ain ya," ucap Genji bersiap memasuki ruangan Pak Abdi."Good luck," jawa

  • Kontrak 2M Sang Mantan   16. Yang aku ingin dengar adalah maaf

    "Kakak kenal mobil di belakang?" tanya Genji sambil melirik spion samping kanan.Zira menengok ke belakang, memastikan penglihatannya."Dari kita keluar rumah sakit, dia terus ngikutin," imbuh Genji.Zira duduk menghadap depan lagi. "Itu mobilnya Braga. Berhenti di minimarket depan aja."Genji mengangguk, sambil tertawa kecil ia berkata, "usaha sekali ya buat tahu rumahmu."Zira berdecak, melirik malas ke arah adiknya. "Dia bilang ada urusan di daerah Kenangan.""Terus kita ngapain ke minimarket?" tanya Genji bingung."Belanja lah. Kamu pikir kita lagi dibuntuti terus mengalihkan perhatian gitu? Ah, kamu kebanyakan nonton drama.""Gak seru," ucap Genji malas lalu membelokkan mobil ke minimarket.Zira melirik ke arah mobil Braga lewat spion, ia merasa Braga mulai curiga akan hubungannya dengan Aidan. Saat turun, sekilas dilihatnya mobil sang produser berhenti di tepi jalan. Namun, tak lama mobinya melaju kembali, Zira pun bisa bernapas lega.Setelah selesai belanja, Zira dan Genji mela

  • Kontrak 2M Sang Mantan   15. Ayo bersaing secara sportif

    "Sudah semua?" tanya Zira saat keluar dari toilet setelah mengganti baju pasien dengan bajunya sendiri. Hari ini dokter sudah membolehkannya pulang dan menjalani rawat jalan.Aidan yang masih merapikan baju Zira di dalam tas berhenti sebentar lalu melihat sekeliling ruangan. "Iya, tinggal ini saja."Zira mengangguk, duduk di sofa menunggu Aidan menyelesaikan pekerjaannya. Tak lama, suara pintu terbuka. "Aidan! Di sini juga?" tanya Braga terkejut melihat Aidan merapikan barang pribadi Zira."Iya," jawab Aidan singkat.Braga mengangkat alis, bertanya dalam hati sejak kapan Zira dan Aidan menjadi dekat. Ia mendekati Zira, ikut duduk di sebelah wanita itu.Ia menoleh ke arah Aidan lagi dan memperhatikannya. Dengan tatapan heran ia pun berkata, "omong-omong sejak kapan kalian dekat?"Zira terkejut, "ha?" Ikut melihat ke arah Aidan. "Oh itu, apa aku tidak pernah mengatakan kalau Aidan teman SMA-ku?"Braga kaget, tidak menyangka Aidan sudah lama mengenal Zira. Pantas saja pria itu mudah mem

  • Kontrak 2M Sang Mantan   14. Saingan yang berat

    Zira memasang earphone di telinga, memutar musik lewat ponselnya. Ia Menoleh sekilas ke arah Aidan. Sambil mengangkat alis, ia berkata, "ngomong apa?"Aidan menghela napas, merasa sia-sia telah menyatakan keinginannya. Ia hanya bisa menggeleng lalu berkata, "ah, bukan apa-apa."Zira mengangkat bahu, lalu membaca naskah film yang diberikan oleh Cita tadi siang. Sedangkan Aidan membuka ponsel, bermain game sambil menemani Zira.Setelah membaca beberapa lembar, Zira mengernyit sambil berpikir. Ia pun menoleh ke Aidan lagi. "Dan, ini ada tambahan adegan romantis antara Alexa dengan Demon?"Aidan berkata tanpa menoleh, "iya, kemarin Cita sudah bicara, biar konflik Reina dan Alexa lebih intens.""Adegannya ciuman?" tanya Zira pelan.Seketika Aidan berhenti main ponsel lalu mengambil naskah dari tangan Zira. Ia membaca dengan teliti tambahan adegan yang disusun Cita. Tanpa ragu, ia menelpon Cita memintanya untuk menghapus adegan tersebut.Zira tersenyum tipis melihat sikap Aidan. Ia bisa mer

  • Kontrak 2M Sang Mantan   13. Bertemu wanita aneh

    Genji menengok sekilas ke belakang sesaat keluar dari rumah dosennya. Ia berdecak kesal, menggerutu, berjalan menuju motor bebek yang ia parkir di halaman rumah sang dosen."Benar-benar dah, Pak Abdi! Kalau gak ingat berkah ilmu tergantung guru, udah keluar semua ini nama binatang."Ia menstarter motor, tapi seolah nasib sial menyertainya, motor tidak nyala juga. "Ah elah, kenapa juga ni motor pakai ngadat segala." Ia berusaha menstarter kembali sambil berdo'a. Saat motor hidup, ponselnya berbunyi. Dengan terpaksa, ia mematikan kembali mesin motornya."Siapa lagi ini yang telpon?" ucapnya sambil membuka ponsel. "Ah, tuan putri." Ia pun menekan tombol terima."Bakso akiw?""Sekarang?" Ia mematikan panggilan lalu memasukkan kembali ponsel ke dalam saku jaket. "Demi kelancaran donasi, mohon kerja samanya, ya," ucapnya penuh harap sambil mengelus kepala motor lalu kembali menstarter motor. Bersyukur motor langsung hidup tanpa kendala.Genji melajukan motor menuju mangga besar, kawasan Ch

DMCA.com Protection Status