Jeanica gadis berumur 27 tahun yang tak kunjung menikah. Ia memiliki seorang pacar yang sangat dia sayangi, namun tidak mau menikahinya. Suatu hari, dia dipaksa pindah orang tuanya ke sebuah apartemen dan tinggal bersama seorang laki-laki bernama Arion, Arion itu adalah anak teman baik orang tuanya. Seiring berjalannya waktu, Jeanica tahu kalau pacarnya selingkuh dengan sahabatnya. Saat itulah, dia mulai membuka hatinya pada Arion.
View More"Kalian mau nikah?" tanya Benny tak percaya di keesokan harinya setelah kemarin Jeje dan Rion berhubungan sampai kelewat batas.Jeje dan Rion yang duduk bersebelahan mengangguk.Loren tertawa senang, wajahnya sangat gembira mendengar permintaan Rion dan Jeje di hari pertama saat ia kembali untuk menjemput Jeje. "Yasudah. Urus pernikahan kalian sekarang, secepatnya! Mama setuju!""Tapi Jeje belum bilang ke mama, te..," jelas Jeje."Yaudah.. nggak papa, pasti mama papa kamu setuju. Biar tante yang urus, yang penting kalian cepat menikah dan mama punya cucu! Oke?"Benny tertawa terbahak-bahak melihat kegembiraan pada diri istrinya. "Tapi kenapa kok tiba-tiba pengen nikah?"Jeje terdiam, wajahnya kaku."Rion cinta sama dia, Pa," jawab Rion.Benny menaikkan alisnya. "Jangan-jangan kalian....""Bu.. bukan om! Bukan yang seperti om pikirin," sahut Jeje ketakutan.Melihat ekspresi Jeje, spontan kedua orang tua Rion tertawa lepas.Rion ikut tertawa melihat tingkah laku Jeje. "Hahaha.. yasudah,
Berjam-jam Rion mencoba menenangkan Jeje hingga akhirnya pukul sebelas malam Jeje tertidur dipelukannya. Ia pandangi gadis yang kini tengah menggunakan baju yang belum terganti sejak tadi, kekesalannya masih tertimbun saat mengingat betapa kasarnya Jeje diperlakukan oleh salah seorang dokter rumah sakit swasta itu. Rasanya hendak sekali lagi Rion menghantam wajah Nico, bahkan jika perlu Rion akan menghajar Nico sampai cacat.Meski ia belum tau apa yang terjadi antara Nico dan Jeje karena Jeje tidak mau bercerita, ia mencoba mengalah. Seperti biasa, cowok tampan itu tidak memaksa Jeje untuk bercerita walau rasa penasarannya begitu tinggi. Rion tau Jeje sangat lelah hari ini, bahkan untuk mengganti baju saja Jeje tak sempat. Jeje hanya menangis dipeluknya berjam-jam hingga tertidur dengan wajah lelah seperti saat ini. ****Pagi hari menyapa, Rion membuka kedua matanya. Dengan nyawa yang belum terkumpul seutuhnya, ia melihat sosok Jeje yang masih tertidur pulas. Tak tega membangunkan Jej
Pukul 23.20...Air mata Jeje masih membekas dipipi, faktanya ia menangis lagi karena luka itu. Ia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, ketika didapatinya cowok berwajah tampan itu kini sedang duduk diatas kasur bermain HP kemudian menatapnya terkejut.Mata Rion menyipit, ia melihat Jeje berdiri dan berjalan kearahnya.Jeje duduk disebelah Rion. Rion tak mengerti apa maksud Jeje kali ini."Aku harus gimana?" tanyanya dengan tatapan menyedihkan."Maksud kamu apa?" tanya Rion."Kamu suka kan sama aku?""Kamu mancing aku?" tanya Rion lagi. Mata Rion begitu tegang.Jeje tak menjawab."Jeje?"Jeje hanya menundukkan kepalanya dan menatap Rion dengan tatapan pilu. "Kamu.. kamu suka aku kan?"Rion tak menjawab."Kamu nggak tertarik sama aku?" tanya Jeje sudah seperti orang gila."Je! Jangan salahin aku kalau aku nggak bisa lepasin kamu," terang Rion.Jeje menggelengkan kepala. "Kamu bisa tanggung jawab kan sama perasaan aku?" tanyanya penuh percaya.Mendengar pertanyaan Jeje, Rion mengangg
Pukul 20.30..."Mau kemana?" tanya Rion, melihat Jeje yang kini sedang memakai Shirt dress putih, berkancing, dengan panjang di atas lutut."Ke rumah bentar, ada yang ketinggalan," jawabnya terburu-buru sambil memakai sandal."Gue anter?""Nggak usah, naik taksi. Nanti taksinya gue suruh tunggu soalnya cuman ambil barang," katanya masih dengan wajah gembira karena sudah berbaikan dengan Nico."Barang apa sih? Penting banget?" tanya Rion yang juga memakai kaos rumahan berwarna putih sedikit ketat."Charger.. hehe.""Kan charger gue ada, pea!""Ya kan HP kamu Samsung Note, aku Iphone! Bego!" balas Jeje."Oh iya lupa," ucap malu Rion. "Beneran nggak mau gue anter?""Enggak.. duh, bentar aja kok. Bye..."Rion menggelengkan kepala, ia tak menyangka baru seminggu ia tinggal bersama dengan Jeje ia bisa seakrab dan senyaman ini.Jeje duduk di kursi belakang sopir sambil memendangi gelapnya malam. Sejak tadi raut wajahnya happy, seperti tak ada permasalahan lagi yang menggumpal pada hati dan ot
Rion duduk didalam mobil, memandang Jeje dan Vella yang sedang berbincang di parkiran diskotik elite kota. Dua cewek itu sedang berdiri bersandar di mobil Vella yang terparkir tak jauh dari mobil Rion."Oh... dia anaknya tante Loren?"Jeje mengangguk. "Iya...""Jadi lo serumah sama si ganteng itu?""Iyalah Vel, kan itu anaknya.""Kalau si Nico tau.. dia bisa cemburu."Jeje tersenyum."Nico udah balas chat lo belum?"Jeje menggelengkan kepala. "Udah beberapa hari ini dia jarang chat, kayaknya marah masihan sama gue.""Hufth... dasar cowok. Sama aja."Ia tertawa kecil. "Namanya juga cowok, serba salah.""Cowok gue juga gitu, ngambekan," cerita Vella."Cowok yang mana? Kan cowok lo banyak," tanya Jeje penasaran."Ada pokoknya salah satu dari mereka.. Yaudah lo pulang sana, nggak enak sama tante Loren."Jeje mengangguk. "Yaudah, bye."Jeanica Lovera melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam mobil yang Rion kendarai. Saat Jeje masuk mobil, Rion segera mengemudikan mobilnya ditengah gelapnya
Pukul 18.00..Bola mata Jeje tak bisa luput dari sosok yang sangat ia sering lihat di Koran, tempat keramaian ketika ada music festival, dan televisi saat berjumpa dengan anak dari Lorensia yang bernama Arion.Tubuhnya tinggi berotot, kulitya putih, matanya tajam, hidungnya mancung dan ukuran bibirnya pas dengan porsi wajah tampannya ditambah ia berwajah nakal. Sumpah, Arion begitu tampan. Jika diibaratkan wajahnya dengan seorang actor bernama Lee Jong Suk. Kini Arion duduk di sofa depannya, bersebelahan dengan suami dari Loren yang bernama Benny."Jadi maksud kalian, dia tidur disini?" tanya Rion lagi, yang kesekian kalinya.Loren mengangguk. "Please.. ya sayang ya?" rayu Loren, bergelut manja pada anak tunggalnya.Jeje yang duduk seorang diri didepan mereka menahan tawa."Ma.. kan banyak kamar kosong di hotel, ada kamar kosong juga di apartemen.. kenapa nggak bukain satu kek buat dia. Kenapa harus sama Rion?"Rion tampak bingung dengan pemikiran kedua orang tuanya."Rion, kalau emang
Jeje masih terbayang akan hal-hal yang ia lakukan dengan kekasihnya kemarin malam."Mau kemana, Vel?" tanya Jeje di malam hari saat Vella siap bepergian padahal waktu sudah menunjukkan hampir pukul sebelas malam."Em.. ke temen aku," jawabnya, sambil duduk disebelah Jeje."Naik apa?""Taksi..""Hati-hati udah malam, balik sini nggak?""Kayaknya besok pagi aja aku balik Je, kamu berani kan sendiri?"Jeje mengangguk."Eh gimana kemarin udah bilang si Nico kalau mau nikah?"Jeje mengangguk lagi sambil tersenyum."Hasilnya?""Dia bakal bicara ke ortunya minggu depan, pas ortunya pulang."Vella tersenyum lega. "Syukurlah... Oh iya Je, aku pergi dulu ya..."Jeje mengangguk, ia memandang kepergian Vella. ****Jeje duduk bersebelahan dengan Nico. Didalam mobil Nico, Jeje merasakan dinginnya hawa AC mobil ditengah derasnya hujan yang sedang mengguyur jalanan. Sebuah lagu genre Jazz mengalun menemani suasana, sedikit membangunkan keheningan yang ada.Wajah Jeje tampak kesal, bagaimana tidak kes
"Mana pilihan kamu?" tanya seorang Ibu-ibu berparas awet muda nan cantik yang saat ini tengah duduk didepan anak tunggalnya sambil menatap tajam."Serius nih ma pilihan buat Jeje cuman itu aja?" tanya balik Jeanica, ia tak kalah cantik dari Ibunya"Je.. umur kamu itu udah dua puluh tujuh! Ini waktunya kamu menikah." Sosok bernama Helena atau biasa di panggil Helen itu semakin menekankan kata menikah pada kalimat yang barusan ia lontarkan. "Mama ni ya di umur dua tujuh udah rawat kamu, waktu itu umur kamu udah tiga tahun. Nah kamu? Umur segini belum nikah-nikah!" cercanya lagi.Jeje memandang masam, jujur ia juga ingin menikah seperti para karyawannya. Hanya saja ia lebih menyukai karirnya yang hingga akhirnya bisa sesukses sekarang."Sekarang hari Rabu.. Mama tunggu info kamu satu minggu lagi. Putuskan, kamu mau ikut balik ke Jakarta, mau menikah dengan pacar kamu atau mau mama titipin ke sahabat mama. Oke?"Jeje tak merespon. Ia memandang kepergian Helen yang mulai berjalan menjauh da
"Mana pilihan kamu?" tanya seorang Ibu-ibu berparas awet muda nan cantik yang saat ini tengah duduk didepan anak tunggalnya sambil menatap tajam."Serius nih ma pilihan buat Jeje cuman itu aja?" tanya balik Jeanica, ia tak kalah cantik dari Ibunya"Je.. umur kamu itu udah dua puluh tujuh! Ini waktunya kamu menikah." Sosok bernama Helena atau biasa di panggil Helen itu semakin menekankan kata menikah pada kalimat yang barusan ia lontarkan. "Mama ni ya di umur dua tujuh udah rawat kamu, waktu itu umur kamu udah tiga tahun. Nah kamu? Umur segini belum nikah-nikah!" cercanya lagi.Jeje memandang masam, jujur ia juga ingin menikah seperti para karyawannya. Hanya saja ia lebih menyukai karirnya yang hingga akhirnya bisa sesukses sekarang."Sekarang hari Rabu.. Mama tunggu info kamu satu minggu lagi. Putuskan, kamu mau ikut balik ke Jakarta, mau menikah dengan pacar kamu atau mau mama titipin ke sahabat mama. Oke?"Jeje tak merespon. Ia memandang kepergian Helen yang mulai berjalan menjauh da...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments