Home / Romansa / Touch Me then Marry me / [PAGE 3] SERUMAH SAMA COWOK ASING

Share

[PAGE 3] SERUMAH SAMA COWOK ASING

Author: kikie azure
last update Last Updated: 2021-03-08 17:27:27

Pukul 18.00..

Bola mata Jeje tak bisa luput dari sosok yang sangat ia sering lihat di Koran, tempat keramaian ketika ada music festival, dan televisi saat berjumpa dengan anak dari Lorensia yang bernama Arion.

Tubuhnya tinggi berotot, kulitya putih, matanya tajam, hidungnya mancung dan ukuran bibirnya pas dengan porsi wajah tampannya ditambah ia berwajah nakal. Sumpah, Arion begitu tampan. Jika diibaratkan wajahnya dengan seorang actor bernama Lee Jong Suk. Kini Arion duduk di sofa depannya, bersebelahan dengan suami dari Loren yang bernama Benny.

"Jadi maksud kalian, dia tidur disini?" tanya Rion lagi, yang kesekian kalinya.

Loren mengangguk. "Please.. ya sayang ya?" rayu Loren, bergelut manja pada anak tunggalnya.

Jeje yang duduk seorang diri didepan mereka menahan tawa.

"Ma.. kan banyak kamar kosong di hotel, ada kamar kosong juga di apartemen.. kenapa nggak bukain satu kek buat dia. Kenapa harus sama Rion?"

Rion tampak bingung dengan pemikiran kedua orang tuanya.

"Rion, kalau emang dia dibukain kamar kosong apa bedanya dia tinggal sendiri di rumahnya? Papa nyuruh di Jeje disini biar ada yang jaga dia, yaitu kamu."

"Pa.. dia udah besar, nggak harus kan ada yang jagain dia?" sahut Rion lagi. Rion tak suka dengan kehadiran Jeje.

Jeje diam, ia memang sangat berharap agar tak jadi seatap dengan Arion. Dilihat dari wajahnya saja Rion sudah jutek, apalagi saat ini seperti hendak mengusirnya.

"Kenapa? Kamu takut ketauan Papa kalau sering bawa cewek kesini makanya kamu nolak dia?" ucap Benny lagi, membuat tawa Jeje meledak.

"Hufth,,," Rion mendengus kesal, super kesal.

"Please.. seminggu aja.. eh.. empat hari deh," rayu Loren lagi.

"Iya oke oke.. nanti dia tidur di kamar kosong sana," jawab Rion, menunjuk sebuah kamar tertutup yang dekat dengan ruang telivisi.

"Makasih sayang, kamu emang anak mama!" Loren memeluk gembira, Benny tersenyum lebar merasa menang berkat pertanyaan konyolnya.

Jeje sedikit kecewa, yang ia harapkan tak terjadi. Ternyata Rion menerimanya, ya.. untungnya hanya empat hari.

"Pesawat jam berapa?" tanya Rion.

"Dua jam lagi," jawab Benny. "Nggak usah khawatir, kan bandara disebrang sana sepuluh menit juga sampai."

"Nggak ada yang khawatir kali pa," sambung Rion, bangkit dari tempat duduknya dan berjalan kearah dapur.

"Jeje.. tante sama Om langsung ke bandara aja ya, soalnya mau beli-beli dulu. Kamu jaga diri, nanti kalau tante udah balik kesini kamu tinggal di rumah tante. Oke?"

Jeje mengangguk. "Makasih om.. tante.. maaf ngerepotin banget."

"Enggak papa, tante sekarang lega kamu nggak tidur di rumah sendirian lagi."

Cewek berkaos putih dan memakai jeans biru muda itu tersenyum.

"Rion.. jagain itu si Jeje, pastikan tiap malam dia disini. Oke?" kata Benny sedikit nyaring namun Rion hanya bergumam.

Loren dan Benny pergi meninggalkan kamar apartemen Rion yang megah dan berkelas. Kamar apartemen yang di huni Rion ada di lantai 19. Lantai 19 adalah lantai tertinggi yang dimana hanya terdapat dua kamar di lantai tersebut. Bisa terbayangkan seluas apa kamar Rion? Ya sangat luas. Didalam kamarnya ada ruangan tingkat. Hanya saja di lantai dua kamar Rion adalah kamar tidur kusus Rion, sedangkan di lantai satu terdapat ruang tamu, ruang televisi, dapur, dua kamar kosong dan sedikit taman di area outdoor. Sungguh Rion adalah anak milyader.

Ditinggalkan Loren dan Benny, membuat Jeje mati kutu karena hanya bersama Rion. Memang Rion tampan, lebih tampan dibanding Nico. Hanya saja Rion adalah orang asing baginya.

Jeje duduk dengan kepala tegak lurus memandang televisi yang juga di tonton oleh Rion. Sesekali ia melirik kearah Rion sambil membatin, 'indahnya ciptaan Tuhan.'

"Nggak usah mikir aneh-aneh, kamu," ucap Rion, menangkap pandangan Jeje.

Jeje buru-buru mengalihkan pandangannya.

"Nggak mandi?" tanya Rion, menatap Jeje dengan wajahnya yang memang tipikal wajah nakal. Ya bukan salah Rion mempunyai wajah seperti itu, Rion ciptaan Tuhan.

"Iya ini mandi...."

Jeje menarik satu koper besar dan satu koper kecilnya ke dalam kamarnya yang siap di tempati karena sudah di siapkan oleh Loren. Ia menutup kamarnya, duduk diatas kasur empuk dengan jantung yang berdetak kencang.

"Bisa mampus gue kalau Nico tau gue serumah sama si Rion," gumamnya sambil mencoba mengalihkan ke fokusannya. "Pokoknya mulut gue nggak keceplosan empat hari aja, pasti Nico nggak tau."

Lama ia menenangkan diri, ia mulai merapikan pakaian-pakaian yang ia bawa sementara didalam kopernya. Ya, hanya pakaian seperlunya yang ia bawa. Setelah rapi, Jeje mengambil handuknya dan sebuah baju tidur. Jeje keluar dari kamar, bisa dilihatnya Rion masih menonton pertandingan bola di pukul sembilan malam kemudian Jeje masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ia menyalakan shower air hangat yang membasahi seluruh bagian tubuhnya yang tanpa busana. Hangat dan menyegarkan. Di shamponya rambut panjangnya di sabuninya tubuhnya yang terasa lelah hari ini sampai jarum panjang menunjukkan angka enam. Jeje mandi cukup lama, ketika ia keluar dari kamar mandi.. ruang telivisi sudah tak ada ada orang. Di pandang Jeje lantai dua yang tak tertutup tembok namun terhalang kaca besar, ada Rion sedang berebah disana.

Jeje masuk ke dalam kamarnya. Disisirnya rambut basahanya itu sambil menghadap ke cermin. Tak lupa sebelum tidur Jeje mengoleskan handbody agar kulit putihnya tetep halus seperti biasa dari tangan hingga kaki sampai pada akhirnya pintu kamarnya yang terbuka mendadak membuatnya berdiri terkejut.

"Ri.. Rion?" katanya canggung.

Rion tak kalah canggung. Wajah Rion memerah.

"Liat apa?" tanya Jeje sewot.

"Nggak usah salah tingkah..," katanya kemudian masuk kedalam kamar Jeje, mendekat kearah Jeje. "Nih nomor HP gue, lo simpen. Kali aja lo butuh bantuan." Ia meletakkan kartu namanya diatas kasur empuk Jeje, kemudian pergi lagi kearah luar. "Lain kali, kunci pintunya," ucapnya sebelum pergi.

Blak.

Rion menutup pintu kamar Jeje.

Jeje tertawa kecil. Melihat sikap Rion barusan, ia sadar dan percaya akan kata-kata Loren jika Rion anak baik.

****

"Gimana hari kamu, Je? Menyenangkan?" tanya Rika sambil merapikan beberapa busana pada manekin.

"Syukurlah.. nggak ada masalah," jawab Jeje yang juga sibuk merapikan beberapa gantungan dress bersama karyawannya yang lain sebelum butik buka di jam sepuluh siang.

"Oh iya mbak, si Vella katanya agak terlambat datang hari ini," jelas Jeje.

"Iya tadi Vella udah kasih tau, Je," sahut Rika. "Dia akhir-akhir ini kayaknya lemes gitu, kamu perhatiin nggak sih?"

Jeje mengangguk. "Iya.. aku juga ngerasa gitu. Nanti aku tanya deh."

"...."

"Eh mbak.. ada pesenan enam dress buat bridesmade ya tanggal sepuluh bulan depan udah jadi, modelnya kaya yang ini," jelas Jeje pada Rika.

"Okay, nanti aku mulai produksi."

Tak lama mereka menata baju, butik di buka. Lambat laun para pengunjung mulai datang silih bergantian. Ada yang memesan motif baju, ada yang sekedar lihat-lihat untuk bertemu Vino bahkan ada yang langsung memborong membeli 10 baju. Para pembeli mempercepat waktu yang sebenarnya terasa lama hingga mengantarkan dunia pada jam satu siang.

"Vel, are you okay?" tanya Jeje, duduk disebelah Vella yang ada di ruang tengah sambil bersandar pada sofa.

Vella mengangguk, hanya saja wajahnya tampak lesu. "Cuman kurang tidur kok, Je."

"Emang lo ngapain aja nggak tidur?"

"Nonton drama," jawabnya sambil tertawa.

Jeje ikut tertawa. Nonton drama Korea memang hobi mereka.

"Je, gue sumpek. Clubbing yuk?" katanya tiba-tiba.

"Hah? Clubbing?"

Vella mengangguk mantap.

"Enggak deh, nanti dimarahin Nico," jawab Jeje meringis, padahal sebenarnya Jeje ingin sekali pergi ke tempat clubbing karena sudah lama sekali ia tak kesana.

"Ya jangan pamit ke Nico... ngapain pamit," kata Vella lagi. "Mumpung malam minggu."

"...."

"Gue tau.. lo berantem kan sama Nico? Daripada sumpek mikirin Nico mending kita have fun. Lagian kita kan cuman duduk menikmati irama nggak ikut ngelonte," katanya begitu frontal. "Ayuklahh.. ya?"

Jeje menghembuskan nafasnya. "Iya.. kita ketemu dimana? Disini?"

"Yey! Sipp.. daripada ketemu disini, mau gue jemput aja?"

"Eh jangan.. ketemuan aja disini, atau lo jemput disini. Gimana?"

"Oke..."

Vella tampak amat senang, akhirnya ia bisa melepas seluruh permasalahannya dengan berhura-hura.

Pukul 23.40..

Jeje melangkahkan kakinya tanpa ragu keluar dari kamar menggunakan pakaian yang sudah ia siapkan sejak tadi karena Nico belum tercium batang hidungnya. Ia segera memesan taksi untuk mengantarkannya ke tempat yang sudah ia sepakati bersama Vella. Vella datang menyusul Jeje mnggunaklan mobil Vella dan mengemudikan mobilnya di tengah gelapnya malam menuju salah satu diskotik elite kota.

Mereka berdua memasuki area, irama lagu mengalun menambah semangat.. Lampu disko gemerlap kesana kemari ditengah gelapnya ruangan. Didepan sana ada seorang DJ sedang memainkan musik, ada juga orang-orang yang sedang berjoget tanpa sadarkan diri karena pengaruh alkohol. Jeje dan Vella mencari-cari kursi kosong yang masih tersedia.

"Hai, boleh duduk sini?" tanya Vella sedikit berteriak.

"Duduk aja cantik!" jawabnya lelaki itu setengah mabuk.

Sebenarnya Jeje tak suka jika ia harus bergabung duduk dengan orang asing, namun bagaimana lagi. Tak ada kursi tersisa.

Vella terlihat bisa membaur bahkan dengan lawan bicara yang tak ia kenal. Itulah Vella, sejak dulu memang ia begitu. Sedangkan Jeje yang anak baik-baik hanya duduk menonton orang berjoget sambil meminum beberapa tegukan Baileys Setidaknya ia sudah menemani Vella yang tampak lelah menjadi ceria seperti ini pikirnya. Vella sibuk dengan kenalan barunya.

"Sendirian?" tanya seorang cowok yang tiba-tiba duduk disebelah kanan Jeje. Cowok bertopi itu mencoba menggodanya.

Jeje tak merespon.

"Gilang," katanya memperkenalkan diri.

Jeje tersenyum.

Gilang semakin tertarik dengan Jeje, selain cantik Jeje sangat jual mahal baginya. Gilang mendempetkan duduknya. "Habis ini kemana?" Ia dengan santainya meletakkan tangannya di bahu Jeje. Spontan Jeje menepisnya.

"Jangan ganggu deh!" kata Jeje mulai kesal.

Gilang semakin semangat. "Makin tertarik gue sama lo!"

Vella yang sadar akan teman sebelahnya itu di ganggu spontan menengahi. "Eh mas! Jangan ganggu temen gue,, nanti cowoknya marah!" ujar Vella berteriak, agar bisa didengar karena kerasnya music edm yang mengalun.

"Ah nggak papa," ujar Gilang semakin gila di bawah pengaruh alkohol.

Jeje mendorong Gilang hingga tangan Gilang menyenggol gelas yang ada diatas meja jatuh ke lantai hingga pecah. Beberapa orang yang ada disekitar mereka menatap. Namun perkelahian bukan hal yang tidak biasa di tempat clubbing sehingga mereka cuek bebek dan melanjutkan aktivitas mereka seperti biasa.

Jeje berdiri dari tempat duduknya. "Gue ke toilet dulu," ujar Jeje pada Vella.

Ia berjalan melewati beberapa pengunjung, namun Gilang menarik tangannya. Mengikutinya.

"Apaan sih!" Jeje kesal, ia mencoba menepis tangan Gilang namun Gilang semakin kuat mencengkramnya.

"Jual mahal lo ya jadi cewek, gue makin suka!" katanya mabuk.

"Lepasin dia, anjing!" umpat seorang cowok yang tiba-tiba menolong Jeje disaat Jeje mulai bingung harus berbuat apa. "Berani-beraninya lo nyentuh dia!"

"Arion..."

Jeanica tak percaya, kini anak tante Loren itu menolongnya. Rion benar-benar menjaganya.

"Sorry.. sorry.. gue nggak tau dia udah punya cowok," kata Gilang mengangkat tangan dan berjalan mundur.

Rion geram, sebenarnya ia ingin menghajar wajah Gilang. Hanya saja ia ingat, ada Jeje disampingnya. Melihat kedatangan Rion, para pengganggu pergi meninggalkan Jeje. Rion dan Jeje saling bertatapan.

"Je, lo nggak papa?" tanya Vella yang baru tiba di lokasi tempat Jeje di serbu oleh segerumbulan lelaki.

Jeje tersenyum dan mengangguk.

Vella melihat kearah Rion, Rion yang tampak sedang memegang lengan Jeje. "Lo siapa?"

To Be Continue...

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lea Octa
imajinasi ku langsung ambyar...kirain visualnya kaya indo campur bule...eh di ibaratkan sm artis Korea cewe sm cowoknya jd kebayang make-up an gitu model cowoknya bukan macho dan badboy😓
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 4] HE KISS ME

    Rion duduk didalam mobil, memandang Jeje dan Vella yang sedang berbincang di parkiran diskotik elite kota. Dua cewek itu sedang berdiri bersandar di mobil Vella yang terparkir tak jauh dari mobil Rion."Oh... dia anaknya tante Loren?"Jeje mengangguk. "Iya...""Jadi lo serumah sama si ganteng itu?""Iyalah Vel, kan itu anaknya.""Kalau si Nico tau.. dia bisa cemburu."Jeje tersenyum."Nico udah balas chat lo belum?"Jeje menggelengkan kepala. "Udah beberapa hari ini dia jarang chat, kayaknya marah masihan sama gue.""Hufth... dasar cowok. Sama aja."Ia tertawa kecil. "Namanya juga cowok, serba salah.""Cowok gue juga gitu, ngambekan," cerita Vella."Cowok yang mana? Kan cowok lo banyak," tanya Jeje penasaran."Ada pokoknya salah satu dari mereka.. Yaudah lo pulang sana, nggak enak sama tante Loren."Jeje mengangguk. "Yaudah, bye."Jeanica Lovera melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam mobil yang Rion kendarai. Saat Jeje masuk mobil, Rion segera mengemudikan mobilnya ditengah gelapnya

    Last Updated : 2021-03-08
  • Touch Me then Marry me   [PAGE 5] SEBUAH FAKTA

    Pukul 20.30..."Mau kemana?" tanya Rion, melihat Jeje yang kini sedang memakai Shirt dress putih, berkancing, dengan panjang di atas lutut."Ke rumah bentar, ada yang ketinggalan," jawabnya terburu-buru sambil memakai sandal."Gue anter?""Nggak usah, naik taksi. Nanti taksinya gue suruh tunggu soalnya cuman ambil barang," katanya masih dengan wajah gembira karena sudah berbaikan dengan Nico."Barang apa sih? Penting banget?" tanya Rion yang juga memakai kaos rumahan berwarna putih sedikit ketat."Charger.. hehe.""Kan charger gue ada, pea!""Ya kan HP kamu Samsung Note, aku Iphone! Bego!" balas Jeje."Oh iya lupa," ucap malu Rion. "Beneran nggak mau gue anter?""Enggak.. duh, bentar aja kok. Bye..."Rion menggelengkan kepala, ia tak menyangka baru seminggu ia tinggal bersama dengan Jeje ia bisa seakrab dan senyaman ini.Jeje duduk di kursi belakang sopir sambil memendangi gelapnya malam. Sejak tadi raut wajahnya happy, seperti tak ada permasalahan lagi yang menggumpal pada hati dan ot

    Last Updated : 2021-03-08
  • Touch Me then Marry me    [PAGE 6] TOUCH ME

    Pukul 23.20...Air mata Jeje masih membekas dipipi, faktanya ia menangis lagi karena luka itu. Ia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, ketika didapatinya cowok berwajah tampan itu kini sedang duduk diatas kasur bermain HP kemudian menatapnya terkejut.Mata Rion menyipit, ia melihat Jeje berdiri dan berjalan kearahnya.Jeje duduk disebelah Rion. Rion tak mengerti apa maksud Jeje kali ini."Aku harus gimana?" tanyanya dengan tatapan menyedihkan."Maksud kamu apa?" tanya Rion."Kamu suka kan sama aku?""Kamu mancing aku?" tanya Rion lagi. Mata Rion begitu tegang.Jeje tak menjawab."Jeje?"Jeje hanya menundukkan kepalanya dan menatap Rion dengan tatapan pilu. "Kamu.. kamu suka aku kan?"Rion tak menjawab."Kamu nggak tertarik sama aku?" tanya Jeje sudah seperti orang gila."Je! Jangan salahin aku kalau aku nggak bisa lepasin kamu," terang Rion.Jeje menggelengkan kepala. "Kamu bisa tanggung jawab kan sama perasaan aku?" tanyanya penuh percaya.Mendengar pertanyaan Jeje, Rion mengangg

    Last Updated : 2021-03-08
  • Touch Me then Marry me   [PAGE 7] MARRY ME

    Berjam-jam Rion mencoba menenangkan Jeje hingga akhirnya pukul sebelas malam Jeje tertidur dipelukannya. Ia pandangi gadis yang kini tengah menggunakan baju yang belum terganti sejak tadi, kekesalannya masih tertimbun saat mengingat betapa kasarnya Jeje diperlakukan oleh salah seorang dokter rumah sakit swasta itu. Rasanya hendak sekali lagi Rion menghantam wajah Nico, bahkan jika perlu Rion akan menghajar Nico sampai cacat.Meski ia belum tau apa yang terjadi antara Nico dan Jeje karena Jeje tidak mau bercerita, ia mencoba mengalah. Seperti biasa, cowok tampan itu tidak memaksa Jeje untuk bercerita walau rasa penasarannya begitu tinggi. Rion tau Jeje sangat lelah hari ini, bahkan untuk mengganti baju saja Jeje tak sempat. Jeje hanya menangis dipeluknya berjam-jam hingga tertidur dengan wajah lelah seperti saat ini. ****Pagi hari menyapa, Rion membuka kedua matanya. Dengan nyawa yang belum terkumpul seutuhnya, ia melihat sosok Jeje yang masih tertidur pulas. Tak tega membangunkan Jej

    Last Updated : 2021-03-09
  • Touch Me then Marry me   [PAGE 8] MARRY ME - ENDING

    "Kalian mau nikah?" tanya Benny tak percaya di keesokan harinya setelah kemarin Jeje dan Rion berhubungan sampai kelewat batas.Jeje dan Rion yang duduk bersebelahan mengangguk.Loren tertawa senang, wajahnya sangat gembira mendengar permintaan Rion dan Jeje di hari pertama saat ia kembali untuk menjemput Jeje. "Yasudah. Urus pernikahan kalian sekarang, secepatnya! Mama setuju!""Tapi Jeje belum bilang ke mama, te..," jelas Jeje."Yaudah.. nggak papa, pasti mama papa kamu setuju. Biar tante yang urus, yang penting kalian cepat menikah dan mama punya cucu! Oke?"Benny tertawa terbahak-bahak melihat kegembiraan pada diri istrinya. "Tapi kenapa kok tiba-tiba pengen nikah?"Jeje terdiam, wajahnya kaku."Rion cinta sama dia, Pa," jawab Rion.Benny menaikkan alisnya. "Jangan-jangan kalian....""Bu.. bukan om! Bukan yang seperti om pikirin," sahut Jeje ketakutan.Melihat ekspresi Jeje, spontan kedua orang tua Rion tertawa lepas.Rion ikut tertawa melihat tingkah laku Jeje. "Hahaha.. yasudah,

    Last Updated : 2021-03-09
  • Touch Me then Marry me   [PAGE 1] FIRST TIME HE TOUCH MY BODY

    "Mana pilihan kamu?" tanya seorang Ibu-ibu berparas awet muda nan cantik yang saat ini tengah duduk didepan anak tunggalnya sambil menatap tajam."Serius nih ma pilihan buat Jeje cuman itu aja?" tanya balik Jeanica, ia tak kalah cantik dari Ibunya"Je.. umur kamu itu udah dua puluh tujuh! Ini waktunya kamu menikah." Sosok bernama Helena atau biasa di panggil Helen itu semakin menekankan kata menikah pada kalimat yang barusan ia lontarkan. "Mama ni ya di umur dua tujuh udah rawat kamu, waktu itu umur kamu udah tiga tahun. Nah kamu? Umur segini belum nikah-nikah!" cercanya lagi.Jeje memandang masam, jujur ia juga ingin menikah seperti para karyawannya. Hanya saja ia lebih menyukai karirnya yang hingga akhirnya bisa sesukses sekarang."Sekarang hari Rabu.. Mama tunggu info kamu satu minggu lagi. Putuskan, kamu mau ikut balik ke Jakarta, mau menikah dengan pacar kamu atau mau mama titipin ke sahabat mama. Oke?"Jeje tak merespon. Ia memandang kepergian Helen yang mulai berjalan menjauh da

    Last Updated : 2021-03-08
  • Touch Me then Marry me   [PAGE 2] MOVING

    Jeje masih terbayang akan hal-hal yang ia lakukan dengan kekasihnya kemarin malam."Mau kemana, Vel?" tanya Jeje di malam hari saat Vella siap bepergian padahal waktu sudah menunjukkan hampir pukul sebelas malam."Em.. ke temen aku," jawabnya, sambil duduk disebelah Jeje."Naik apa?""Taksi..""Hati-hati udah malam, balik sini nggak?""Kayaknya besok pagi aja aku balik Je, kamu berani kan sendiri?"Jeje mengangguk."Eh gimana kemarin udah bilang si Nico kalau mau nikah?"Jeje mengangguk lagi sambil tersenyum."Hasilnya?""Dia bakal bicara ke ortunya minggu depan, pas ortunya pulang."Vella tersenyum lega. "Syukurlah... Oh iya Je, aku pergi dulu ya..."Jeje mengangguk, ia memandang kepergian Vella. ****Jeje duduk bersebelahan dengan Nico. Didalam mobil Nico, Jeje merasakan dinginnya hawa AC mobil ditengah derasnya hujan yang sedang mengguyur jalanan. Sebuah lagu genre Jazz mengalun menemani suasana, sedikit membangunkan keheningan yang ada.Wajah Jeje tampak kesal, bagaimana tidak kes

    Last Updated : 2021-03-08

Latest chapter

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 8] MARRY ME - ENDING

    "Kalian mau nikah?" tanya Benny tak percaya di keesokan harinya setelah kemarin Jeje dan Rion berhubungan sampai kelewat batas.Jeje dan Rion yang duduk bersebelahan mengangguk.Loren tertawa senang, wajahnya sangat gembira mendengar permintaan Rion dan Jeje di hari pertama saat ia kembali untuk menjemput Jeje. "Yasudah. Urus pernikahan kalian sekarang, secepatnya! Mama setuju!""Tapi Jeje belum bilang ke mama, te..," jelas Jeje."Yaudah.. nggak papa, pasti mama papa kamu setuju. Biar tante yang urus, yang penting kalian cepat menikah dan mama punya cucu! Oke?"Benny tertawa terbahak-bahak melihat kegembiraan pada diri istrinya. "Tapi kenapa kok tiba-tiba pengen nikah?"Jeje terdiam, wajahnya kaku."Rion cinta sama dia, Pa," jawab Rion.Benny menaikkan alisnya. "Jangan-jangan kalian....""Bu.. bukan om! Bukan yang seperti om pikirin," sahut Jeje ketakutan.Melihat ekspresi Jeje, spontan kedua orang tua Rion tertawa lepas.Rion ikut tertawa melihat tingkah laku Jeje. "Hahaha.. yasudah,

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 7] MARRY ME

    Berjam-jam Rion mencoba menenangkan Jeje hingga akhirnya pukul sebelas malam Jeje tertidur dipelukannya. Ia pandangi gadis yang kini tengah menggunakan baju yang belum terganti sejak tadi, kekesalannya masih tertimbun saat mengingat betapa kasarnya Jeje diperlakukan oleh salah seorang dokter rumah sakit swasta itu. Rasanya hendak sekali lagi Rion menghantam wajah Nico, bahkan jika perlu Rion akan menghajar Nico sampai cacat.Meski ia belum tau apa yang terjadi antara Nico dan Jeje karena Jeje tidak mau bercerita, ia mencoba mengalah. Seperti biasa, cowok tampan itu tidak memaksa Jeje untuk bercerita walau rasa penasarannya begitu tinggi. Rion tau Jeje sangat lelah hari ini, bahkan untuk mengganti baju saja Jeje tak sempat. Jeje hanya menangis dipeluknya berjam-jam hingga tertidur dengan wajah lelah seperti saat ini. ****Pagi hari menyapa, Rion membuka kedua matanya. Dengan nyawa yang belum terkumpul seutuhnya, ia melihat sosok Jeje yang masih tertidur pulas. Tak tega membangunkan Jej

  • Touch Me then Marry me    [PAGE 6] TOUCH ME

    Pukul 23.20...Air mata Jeje masih membekas dipipi, faktanya ia menangis lagi karena luka itu. Ia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, ketika didapatinya cowok berwajah tampan itu kini sedang duduk diatas kasur bermain HP kemudian menatapnya terkejut.Mata Rion menyipit, ia melihat Jeje berdiri dan berjalan kearahnya.Jeje duduk disebelah Rion. Rion tak mengerti apa maksud Jeje kali ini."Aku harus gimana?" tanyanya dengan tatapan menyedihkan."Maksud kamu apa?" tanya Rion."Kamu suka kan sama aku?""Kamu mancing aku?" tanya Rion lagi. Mata Rion begitu tegang.Jeje tak menjawab."Jeje?"Jeje hanya menundukkan kepalanya dan menatap Rion dengan tatapan pilu. "Kamu.. kamu suka aku kan?"Rion tak menjawab."Kamu nggak tertarik sama aku?" tanya Jeje sudah seperti orang gila."Je! Jangan salahin aku kalau aku nggak bisa lepasin kamu," terang Rion.Jeje menggelengkan kepala. "Kamu bisa tanggung jawab kan sama perasaan aku?" tanyanya penuh percaya.Mendengar pertanyaan Jeje, Rion mengangg

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 5] SEBUAH FAKTA

    Pukul 20.30..."Mau kemana?" tanya Rion, melihat Jeje yang kini sedang memakai Shirt dress putih, berkancing, dengan panjang di atas lutut."Ke rumah bentar, ada yang ketinggalan," jawabnya terburu-buru sambil memakai sandal."Gue anter?""Nggak usah, naik taksi. Nanti taksinya gue suruh tunggu soalnya cuman ambil barang," katanya masih dengan wajah gembira karena sudah berbaikan dengan Nico."Barang apa sih? Penting banget?" tanya Rion yang juga memakai kaos rumahan berwarna putih sedikit ketat."Charger.. hehe.""Kan charger gue ada, pea!""Ya kan HP kamu Samsung Note, aku Iphone! Bego!" balas Jeje."Oh iya lupa," ucap malu Rion. "Beneran nggak mau gue anter?""Enggak.. duh, bentar aja kok. Bye..."Rion menggelengkan kepala, ia tak menyangka baru seminggu ia tinggal bersama dengan Jeje ia bisa seakrab dan senyaman ini.Jeje duduk di kursi belakang sopir sambil memendangi gelapnya malam. Sejak tadi raut wajahnya happy, seperti tak ada permasalahan lagi yang menggumpal pada hati dan ot

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 4] HE KISS ME

    Rion duduk didalam mobil, memandang Jeje dan Vella yang sedang berbincang di parkiran diskotik elite kota. Dua cewek itu sedang berdiri bersandar di mobil Vella yang terparkir tak jauh dari mobil Rion."Oh... dia anaknya tante Loren?"Jeje mengangguk. "Iya...""Jadi lo serumah sama si ganteng itu?""Iyalah Vel, kan itu anaknya.""Kalau si Nico tau.. dia bisa cemburu."Jeje tersenyum."Nico udah balas chat lo belum?"Jeje menggelengkan kepala. "Udah beberapa hari ini dia jarang chat, kayaknya marah masihan sama gue.""Hufth... dasar cowok. Sama aja."Ia tertawa kecil. "Namanya juga cowok, serba salah.""Cowok gue juga gitu, ngambekan," cerita Vella."Cowok yang mana? Kan cowok lo banyak," tanya Jeje penasaran."Ada pokoknya salah satu dari mereka.. Yaudah lo pulang sana, nggak enak sama tante Loren."Jeje mengangguk. "Yaudah, bye."Jeanica Lovera melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam mobil yang Rion kendarai. Saat Jeje masuk mobil, Rion segera mengemudikan mobilnya ditengah gelapnya

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 3] SERUMAH SAMA COWOK ASING

    Pukul 18.00..Bola mata Jeje tak bisa luput dari sosok yang sangat ia sering lihat di Koran, tempat keramaian ketika ada music festival, dan televisi saat berjumpa dengan anak dari Lorensia yang bernama Arion.Tubuhnya tinggi berotot, kulitya putih, matanya tajam, hidungnya mancung dan ukuran bibirnya pas dengan porsi wajah tampannya ditambah ia berwajah nakal. Sumpah, Arion begitu tampan. Jika diibaratkan wajahnya dengan seorang actor bernama Lee Jong Suk. Kini Arion duduk di sofa depannya, bersebelahan dengan suami dari Loren yang bernama Benny."Jadi maksud kalian, dia tidur disini?" tanya Rion lagi, yang kesekian kalinya.Loren mengangguk. "Please.. ya sayang ya?" rayu Loren, bergelut manja pada anak tunggalnya.Jeje yang duduk seorang diri didepan mereka menahan tawa."Ma.. kan banyak kamar kosong di hotel, ada kamar kosong juga di apartemen.. kenapa nggak bukain satu kek buat dia. Kenapa harus sama Rion?"Rion tampak bingung dengan pemikiran kedua orang tuanya."Rion, kalau emang

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 2] MOVING

    Jeje masih terbayang akan hal-hal yang ia lakukan dengan kekasihnya kemarin malam."Mau kemana, Vel?" tanya Jeje di malam hari saat Vella siap bepergian padahal waktu sudah menunjukkan hampir pukul sebelas malam."Em.. ke temen aku," jawabnya, sambil duduk disebelah Jeje."Naik apa?""Taksi..""Hati-hati udah malam, balik sini nggak?""Kayaknya besok pagi aja aku balik Je, kamu berani kan sendiri?"Jeje mengangguk."Eh gimana kemarin udah bilang si Nico kalau mau nikah?"Jeje mengangguk lagi sambil tersenyum."Hasilnya?""Dia bakal bicara ke ortunya minggu depan, pas ortunya pulang."Vella tersenyum lega. "Syukurlah... Oh iya Je, aku pergi dulu ya..."Jeje mengangguk, ia memandang kepergian Vella. ****Jeje duduk bersebelahan dengan Nico. Didalam mobil Nico, Jeje merasakan dinginnya hawa AC mobil ditengah derasnya hujan yang sedang mengguyur jalanan. Sebuah lagu genre Jazz mengalun menemani suasana, sedikit membangunkan keheningan yang ada.Wajah Jeje tampak kesal, bagaimana tidak kes

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 1] FIRST TIME HE TOUCH MY BODY

    "Mana pilihan kamu?" tanya seorang Ibu-ibu berparas awet muda nan cantik yang saat ini tengah duduk didepan anak tunggalnya sambil menatap tajam."Serius nih ma pilihan buat Jeje cuman itu aja?" tanya balik Jeanica, ia tak kalah cantik dari Ibunya"Je.. umur kamu itu udah dua puluh tujuh! Ini waktunya kamu menikah." Sosok bernama Helena atau biasa di panggil Helen itu semakin menekankan kata menikah pada kalimat yang barusan ia lontarkan. "Mama ni ya di umur dua tujuh udah rawat kamu, waktu itu umur kamu udah tiga tahun. Nah kamu? Umur segini belum nikah-nikah!" cercanya lagi.Jeje memandang masam, jujur ia juga ingin menikah seperti para karyawannya. Hanya saja ia lebih menyukai karirnya yang hingga akhirnya bisa sesukses sekarang."Sekarang hari Rabu.. Mama tunggu info kamu satu minggu lagi. Putuskan, kamu mau ikut balik ke Jakarta, mau menikah dengan pacar kamu atau mau mama titipin ke sahabat mama. Oke?"Jeje tak merespon. Ia memandang kepergian Helen yang mulai berjalan menjauh da

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status