Share

[PAGE 2] MOVING

Penulis: kikie azure
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-08 17:26:58

Jeje masih terbayang akan hal-hal yang ia lakukan dengan kekasihnya kemarin malam.

"Mau kemana, Vel?" tanya Jeje di malam hari saat Vella siap bepergian padahal waktu sudah menunjukkan hampir pukul sebelas malam.

"Em.. ke temen aku," jawabnya, sambil duduk disebelah Jeje.

"Naik apa?"

"Taksi.."

"Hati-hati udah malam, balik sini nggak?"

"Kayaknya besok pagi aja aku balik Je, kamu berani kan sendiri?"

Jeje mengangguk.

"Eh gimana kemarin udah bilang si Nico kalau mau nikah?"

Jeje mengangguk lagi sambil tersenyum.

"Hasilnya?"

"Dia bakal bicara ke ortunya minggu depan, pas ortunya pulang."

Vella tersenyum lega. "Syukurlah... Oh iya Je, aku pergi dulu ya..."

Jeje mengangguk, ia memandang kepergian Vella.

****

Jeje duduk bersebelahan dengan Nico. Didalam mobil Nico, Jeje merasakan dinginnya hawa AC mobil ditengah derasnya hujan yang sedang mengguyur jalanan. Sebuah lagu genre Jazz mengalun menemani suasana, sedikit membangunkan keheningan yang ada.

Wajah Jeje tampak kesal, bagaimana tidak kesal? Sudah dua hari berturut-turut Mamanya menelponnya dan marah-marah karena Jeje tak kunjung memberi keputusan dengan perjanjian yang sudah disepakati lebih dari seminggu lalu. Bahkan Jeje rencana akan di coret dari kartu keluarga jika tidak segera memberi keputusan yang amat sangat penting bagi orang tuanya dan jujur, Jeje juga akhir-akhir ini merasa takut tinggal di rumahnya sendiri karena sejak kejadian pembunuhan dilingkungan perumahannya tidak ada staff-nya yang mau menginap kecuali Vella. Vella pun begitu, ia tidak menginap setiap hari, jika dalam hitungan tujuh hari Vella hanya menemani Jeje selama dua hari.

"Emang kamu belum bicara sama mama papa kamu?" tanya Jeje dengan penuh harap, walau ia tau malam ini Nico sedang dalam kondisi hati yang buruk.

"Sudah..," jawab Nico, ia tak kalah badmood dibanding Jeje.

"Terus?"

"Setuju kok ortu aku," jawab Nico lagi dingin, ia tak pernah sedingin ini sebelumnya. Akhir-akhir ini Jeje merasa Nico berubah, yah.. Nico berubah sejak hari itu. Hari dimana Nico hampir merenggut keperawanannya.

"Terus.. kelanjutannya gimana?" tanya Jeje lagi, ia mulai sumringah. Bagaimana tidak? Jika ia segera menikah dengan Nico, ia tak perlu memikirkan lagi bagaimana hidupnya yang sedang dalam posisi sulit karena paksaan orang tuanya ini.

"Kita tunda dulu aja, ya?" Nico memandangnya.

Senyum Jeje menghilang. "Maksudnya?"

"Je.. kita udah pacaran lama dan sampai saat ini aku rasa kamu belum sepenuhnya percaya sama aku," curhat Nico.

"Apanya, sayang?" tanya Jeje tak mengerti.

"Kamu itu pasti aku nikahin!" katanya tegas, sedikit membentak. "Tapi kamu aku minta untuk berhubungan kemarin aja udah nangis-nangis nggak jelas, seakan-aku hanya cari enaknya. Padahal kamu tau kan aku pasti tanggung jawab?"

Jeje terkejut bukan main, ini pertama kalinya Nico semarah ini padanya. "Berhubungan?"

"Yes of course!" katanya lagi penuh amarah. "Umur kita udah dewasa, nggak ada salahnya kita ngelakuin itu dulu!"

Jeje terdiam, ia kesal. Benar-benar kesal dengan pendapat Nico.

Jeje menitikkan air matanya. Ia ingin membela dirinya, tapi rasa marah padanya menahan mulutnya untuk berkata daripada Nico semakin marah padanya.

"Please.. biarin aku milikin kamu seutuhnya!"

"Hiks..."

"Tu kan, gini aja nangis."

Jeje menahan suara tangisnya yang semakin kencang. "Jadi.. aku harus gimana?"

Nico tak menjawab. Faktanya Nico masih merasa terhina karena pacarnya menolak tawarannya untung melakukan apa yang dia mau.

"Kalau kamu nolak nunda pernikahan kita.. mau nggak mau aku harus pindah ke rumah teman mamaku," jelasnya sambil terbata-bata. "Aku nggak mau LDR sama kamu..."

"Yaudah pindah aja," sahut Nico, seakan tak peduli. "Pindah aja.. sampai aku tenang, kalau aku udah tenang.. aku akan kabarin kamu dan kita akan menikah."

Jeanica, cewek cantik bersifat sabar dan suka mengalah itu mengangguk. Walau ia kesal dengan Nico saat ini, ia masih sangat menyayangi Nico. "Oke.. aku pindah rumah.. paling tidak aku bisa buat orang tua aku tenang untuk saat ini."

Tak mau lebih lama dengan Nico, Jeje keluar dari dalam mobil. Menerobos derasnya hujan, berlari menuju rumah butiknya yang sudah tutup. Ia meninggalkan Nico diluar sana, tanpa sebuah kecupan tidak seperti hari-hari biasanya.

Jeje menangis kencang, ia dalam posisi yang serba salah. Walau Mama dan Papanya adalah orang tua yang protektif dan berduit, ia tak ingin sedikitpun menambahi beban pikiran orangtuanya mengingat Papanya tersbut mengidap penyakit Diabetes. Ia tak ingin membuat orang yang tengah merawatnya sejak kecil tersebut semakin parah penyakitnya hanya karena ke egoisannya yang tak mau kembali ke Jakarta dan pindah rumah. Jeje sadar, kedua orang tuanya semaksa ini karena memang ini demi kebaikannya. Sedangkan disisi lain, ia sangat mencintai Nico dan tidak mau meninggalkan Nico sendiri di kota penuh kenangan ini.

****

"Jadi rumah ini sekarang nggak ada yang nempatin?" tanya Vella sambil menatap Jeje yang sudah siap akan koper-koper bawaannya karena hari ini Jeje akan memindahkan barang-barangnya ke rumah teman Mamanya yang sebentar lagi menjemputnya.

Jeje mengangguk. "Buat tidur aja, kalau jam kerja ya gue pasti disini."

"Tapi kalau sewaktu-waktu staff butuh tempat tidur karena pulang ke malaman, masih boleh tidur disini, Je?" tanya Rika, Rika adalah salah satu staff yang sering membantu Jeje untuk men-design sebuah dress. Bisa dibilang Rika lebih paham tentang style dibanding Vella.

Rika lebih tua dari Jeje satu tahun. Rika sudah berkeluarga, ia mempunyai seorang anak berusia tiga tahun. Terkadang Rika mengajak anaknya tersebut ke tempat kerja.

"Boleh, tidur aja. Kan udah tau password pintunya. Nggak papa kok," jawab Jeje tersenyum manis sambil memandangi setiap sudut ruangannya yang penuh dengan berbagai macam dress. Ada yang hanya di gantung, dilipat, tetapi beberapa style baru pasti akan di pasangkan di manekin untuk menarik para pengunjung. Walau area butik Jeje masuk ke dalam perumahan, rumah Jeje adalah rumah di bagian utama gerbang perumahan masuk dalam arti kata, di jejeran rumah Jeje juga banyak toko-toko mulai dari kafe, karaoke, foodcourt dan segala jenis toko lainnya sehingga perumahan ini menjadi salah satu tempat tujuan bagi para masyarakat.

Tak seberapa lama mereka berbincang, seorang wanita seumuran mamanya masuk ke dalam butik dengan pakaian modis dan rambut pirang. Seorang pegawai menyambutnya ramah dengan senyuman dan ucapan selamat datang.

"Bisa ketemu Jeje?" tanya beliau.

"Bu Jeje? Dari siapa?" tanya balik si pegawai bernama Vino, cowok tampan bertubuh tinggi dengan perut sedikit buncit. Vino sering jadi magnet para wanita muda, terkadang hanya untuk melihat Vino ada beberapa customer yang setiap minggu datang membeli beberapa pakaian.

"Tante Loren?" sapa Jeje, saat melihat kedatangan wanita modis tersebut.

"Hai.. kamu Jeje?" tanyanya dengan wajah bersinar.

Jeje mengangguk sambil menghampiri Lorensia atau biasa dipanggil Loren. Seorang wanita seumuran dengan Ibunya yang masih berkepala empat.

"Astaga.. kamu cantik banget ya dari kecil wajah kamu nggak ada yang berubah," puji Loren, terkesima melihat kecantikan natural yang dimiliki oleh Jeje.

"Makasih tante.. tante juga awet muda, cantik."

"Ahh kamu bisa aja, mana barang kamu? Sini biar di bawa sopir tante."

Sopir Loren mengangkut barang-barang miliki Jeje, sedangkan Loren berjalan berputar melihat satu persatu hasil karya Jeje mulai dari dress, atasan dan bawahan.

"Kalau ada yang tante suka, ambil aja.. Jeje kasih free," katanya sambil berjalan menemani Loren sebelum ia pergi ke rumah Loren untuk numpang tidur.

"Ini bagus banget, Je," ucap Loren, mengambil sebuah pakaian yang tergantung di hanger. Long dress berwarna maroon dengan model sabrina dan roknya mekar.

Jeje menaikkan alisnya, ia tak menyangka selera Loren masih seperti anak muda pada umumnya "Ambil aja te."

"Serius?"

Jeje mengangguk sambil mengambil dress yang di pegang oleh Loren. "Masukin paper bag," suruhnya pada seorang staffnya.

"Udah tante bayar aja...," Loren tampak hendak mengeluarkan uang. Ya, Jeje tak menerimanya. "Yaudah makasih ya sayang..."

"Anggap aja ucapan terimakasih Jeje karena tante udah ijinin Jeje tinggal dirumah tante."

Loren tersenyum balik.

Sopir kepercayaan keluarga Loren mulai mengemudi di siang hari yang begitu terik. Jeje dan Loren duduk di kursi belakang sambil bersanda gurau layaknya sudah sering bertemu dan bagaikan sahabat, padahal Loren seumuran dengan Ibunya. Tertawa terbahak-bahak dan tentunya sambil bergibah, itu yang dilakukan oleh mayoritas manusia dimana bumi dipijak.

"Jadi dulu waktu Jeje umur dua tahun tante udah pernah ketemuu Jeje?" tanya Jeje masih tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Ia pikir ia akan satu rumah dengan tante-tante kaku dan menyebalkan layaknya ibu tiri, ternyata teman Ibunya ini begitu asik dan ia rasa ia akan sangat betah tinggal bersama Loren.

"Sudah.. dulu tante itu teman sekantor Mama kamu.. sering banget ketemu kamu sampai akhirnya tante harus ikut pindah kesini karena suami tante buka usaha disini."

"Oh...," Jeje mengangguk tanda mengerti. Ia sudah tau dari Ibunya jikalau Loren dan suaminya yang bernama Benny memulai bisnis dari nol. Awalnya hanya menyewakan rumah, membangun kos-kosan dan sekarang mempunyai beberapa hotel yang tersebar se Indonesia raya. Kekayaan Loren tak ada habisnya. "Terus kata mama, tante punya anak cowok ya?"

Loren mengangguk. "Iya.. tapi dia tinggal di apartemen sambil ngurusin apartemen dan hotel disini, tante kan di rumah..."

Mulut Jeje melingkar lagi sambil mengucap kata 'Oh' tanda mengerti. "Oh iya tante, maaf ya ngerepotin. Malah tante yang jemput Jeje, soalnya Mama nggak bisa kesini."

"Iya kemarin mama kamu telpon, katanya lagi sibuk banget di Jakarta. Its oke.. tante malah suka. Asal kamu tau, tante tu dari dulu pengen punya anak perempuan. Jadi tante seneng banget waktu kamu mau nginep dirumah tante."

Jeje tersenyum lebar.

Handphone Loren bordering, tak lama bordering Loren mengangkat sebuah panggilan yang langsung mengejutkannya, membuat Jeje ikut terkejut mendengar kepanikan yang di rasakan oleh Loren. Wajah Loren begitu serius, seakan sedang terjadi sebuah bencana.

"Kenapa tante?" tanya Jeje, melihat kepanikan yang membuat Loren sangat gelimpangan.

"Ini.. keponakan tante yang di Bekasi kecelakaan, lagi kritis," ceritanya. Tangannya gemetar. Jeje menggenggamnya. "Jeje.. tante harus ke Bekasi ini, pasti tante harus kesana hari ini sama Om. Soalnya keponakan tante itu merantau sendirian, sejak dia kecil tante yang rawat dia sampai akhirnya dia kerja di hotel tante yang di Bekasi. Dia nggak punya orang tua. Aduh.. aduh kamu gimana ya? Nggak mungkin tante ninggalin kamu sendirian di rumah, kasihan kamu," jelasnya panik.

"Nggak papa tante, Jeje ke rumah Jeje aja. Nanti kalau tante udah balik dari Bekasi baru Jeje pindah ke tempat tante," katanya tenang untuk tak menambahi pikiran Loren. "Nggak papa te, Jeje bisa jaga diri. Sumpah," ucap Jeje mencoba meyakinkan.

Loren berpikir sebentar hingga ia menemukan sebuah solusi. Ia menggenggam balik tangan Jeje dan menatap matanya. "Je, kamu tante titipkan di anak tante ya? Kamu tinggal di apartemennya?"

"HAH?" Bola mata Jeje seakan mau keluar. "Maksud tante.. sama anak tante yang cowok itu?"

Loren mengangguk. "Tenang.. Arion itu cowok baik, tante yakin dia nggak akan apa-apain kamu. Untuk sementara kamu tinggal sama dia, ya? Paling tante cuman seminggu."

Melihat wajah Loren yang sudah tampak bingung dan hampir menangis karena khawatir dengan keponakannya, Jeje mengiyakan tanpa pikir panjang. Jeje tak tega, dia orang yang paling tidak tegaan di muka bumi ini.

To Be Continue...

Bab terkait

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 3] SERUMAH SAMA COWOK ASING

    Pukul 18.00..Bola mata Jeje tak bisa luput dari sosok yang sangat ia sering lihat di Koran, tempat keramaian ketika ada music festival, dan televisi saat berjumpa dengan anak dari Lorensia yang bernama Arion.Tubuhnya tinggi berotot, kulitya putih, matanya tajam, hidungnya mancung dan ukuran bibirnya pas dengan porsi wajah tampannya ditambah ia berwajah nakal. Sumpah, Arion begitu tampan. Jika diibaratkan wajahnya dengan seorang actor bernama Lee Jong Suk. Kini Arion duduk di sofa depannya, bersebelahan dengan suami dari Loren yang bernama Benny."Jadi maksud kalian, dia tidur disini?" tanya Rion lagi, yang kesekian kalinya.Loren mengangguk. "Please.. ya sayang ya?" rayu Loren, bergelut manja pada anak tunggalnya.Jeje yang duduk seorang diri didepan mereka menahan tawa."Ma.. kan banyak kamar kosong di hotel, ada kamar kosong juga di apartemen.. kenapa nggak bukain satu kek buat dia. Kenapa harus sama Rion?"Rion tampak bingung dengan pemikiran kedua orang tuanya."Rion, kalau emang

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-08
  • Touch Me then Marry me   [PAGE 4] HE KISS ME

    Rion duduk didalam mobil, memandang Jeje dan Vella yang sedang berbincang di parkiran diskotik elite kota. Dua cewek itu sedang berdiri bersandar di mobil Vella yang terparkir tak jauh dari mobil Rion."Oh... dia anaknya tante Loren?"Jeje mengangguk. "Iya...""Jadi lo serumah sama si ganteng itu?""Iyalah Vel, kan itu anaknya.""Kalau si Nico tau.. dia bisa cemburu."Jeje tersenyum."Nico udah balas chat lo belum?"Jeje menggelengkan kepala. "Udah beberapa hari ini dia jarang chat, kayaknya marah masihan sama gue.""Hufth... dasar cowok. Sama aja."Ia tertawa kecil. "Namanya juga cowok, serba salah.""Cowok gue juga gitu, ngambekan," cerita Vella."Cowok yang mana? Kan cowok lo banyak," tanya Jeje penasaran."Ada pokoknya salah satu dari mereka.. Yaudah lo pulang sana, nggak enak sama tante Loren."Jeje mengangguk. "Yaudah, bye."Jeanica Lovera melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam mobil yang Rion kendarai. Saat Jeje masuk mobil, Rion segera mengemudikan mobilnya ditengah gelapnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-08
  • Touch Me then Marry me   [PAGE 5] SEBUAH FAKTA

    Pukul 20.30..."Mau kemana?" tanya Rion, melihat Jeje yang kini sedang memakai Shirt dress putih, berkancing, dengan panjang di atas lutut."Ke rumah bentar, ada yang ketinggalan," jawabnya terburu-buru sambil memakai sandal."Gue anter?""Nggak usah, naik taksi. Nanti taksinya gue suruh tunggu soalnya cuman ambil barang," katanya masih dengan wajah gembira karena sudah berbaikan dengan Nico."Barang apa sih? Penting banget?" tanya Rion yang juga memakai kaos rumahan berwarna putih sedikit ketat."Charger.. hehe.""Kan charger gue ada, pea!""Ya kan HP kamu Samsung Note, aku Iphone! Bego!" balas Jeje."Oh iya lupa," ucap malu Rion. "Beneran nggak mau gue anter?""Enggak.. duh, bentar aja kok. Bye..."Rion menggelengkan kepala, ia tak menyangka baru seminggu ia tinggal bersama dengan Jeje ia bisa seakrab dan senyaman ini.Jeje duduk di kursi belakang sopir sambil memendangi gelapnya malam. Sejak tadi raut wajahnya happy, seperti tak ada permasalahan lagi yang menggumpal pada hati dan ot

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-08
  • Touch Me then Marry me    [PAGE 6] TOUCH ME

    Pukul 23.20...Air mata Jeje masih membekas dipipi, faktanya ia menangis lagi karena luka itu. Ia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, ketika didapatinya cowok berwajah tampan itu kini sedang duduk diatas kasur bermain HP kemudian menatapnya terkejut.Mata Rion menyipit, ia melihat Jeje berdiri dan berjalan kearahnya.Jeje duduk disebelah Rion. Rion tak mengerti apa maksud Jeje kali ini."Aku harus gimana?" tanyanya dengan tatapan menyedihkan."Maksud kamu apa?" tanya Rion."Kamu suka kan sama aku?""Kamu mancing aku?" tanya Rion lagi. Mata Rion begitu tegang.Jeje tak menjawab."Jeje?"Jeje hanya menundukkan kepalanya dan menatap Rion dengan tatapan pilu. "Kamu.. kamu suka aku kan?"Rion tak menjawab."Kamu nggak tertarik sama aku?" tanya Jeje sudah seperti orang gila."Je! Jangan salahin aku kalau aku nggak bisa lepasin kamu," terang Rion.Jeje menggelengkan kepala. "Kamu bisa tanggung jawab kan sama perasaan aku?" tanyanya penuh percaya.Mendengar pertanyaan Jeje, Rion mengangg

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-08
  • Touch Me then Marry me   [PAGE 7] MARRY ME

    Berjam-jam Rion mencoba menenangkan Jeje hingga akhirnya pukul sebelas malam Jeje tertidur dipelukannya. Ia pandangi gadis yang kini tengah menggunakan baju yang belum terganti sejak tadi, kekesalannya masih tertimbun saat mengingat betapa kasarnya Jeje diperlakukan oleh salah seorang dokter rumah sakit swasta itu. Rasanya hendak sekali lagi Rion menghantam wajah Nico, bahkan jika perlu Rion akan menghajar Nico sampai cacat.Meski ia belum tau apa yang terjadi antara Nico dan Jeje karena Jeje tidak mau bercerita, ia mencoba mengalah. Seperti biasa, cowok tampan itu tidak memaksa Jeje untuk bercerita walau rasa penasarannya begitu tinggi. Rion tau Jeje sangat lelah hari ini, bahkan untuk mengganti baju saja Jeje tak sempat. Jeje hanya menangis dipeluknya berjam-jam hingga tertidur dengan wajah lelah seperti saat ini. ****Pagi hari menyapa, Rion membuka kedua matanya. Dengan nyawa yang belum terkumpul seutuhnya, ia melihat sosok Jeje yang masih tertidur pulas. Tak tega membangunkan Jej

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-09
  • Touch Me then Marry me   [PAGE 8] MARRY ME - ENDING

    "Kalian mau nikah?" tanya Benny tak percaya di keesokan harinya setelah kemarin Jeje dan Rion berhubungan sampai kelewat batas.Jeje dan Rion yang duduk bersebelahan mengangguk.Loren tertawa senang, wajahnya sangat gembira mendengar permintaan Rion dan Jeje di hari pertama saat ia kembali untuk menjemput Jeje. "Yasudah. Urus pernikahan kalian sekarang, secepatnya! Mama setuju!""Tapi Jeje belum bilang ke mama, te..," jelas Jeje."Yaudah.. nggak papa, pasti mama papa kamu setuju. Biar tante yang urus, yang penting kalian cepat menikah dan mama punya cucu! Oke?"Benny tertawa terbahak-bahak melihat kegembiraan pada diri istrinya. "Tapi kenapa kok tiba-tiba pengen nikah?"Jeje terdiam, wajahnya kaku."Rion cinta sama dia, Pa," jawab Rion.Benny menaikkan alisnya. "Jangan-jangan kalian....""Bu.. bukan om! Bukan yang seperti om pikirin," sahut Jeje ketakutan.Melihat ekspresi Jeje, spontan kedua orang tua Rion tertawa lepas.Rion ikut tertawa melihat tingkah laku Jeje. "Hahaha.. yasudah,

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-09
  • Touch Me then Marry me   [PAGE 1] FIRST TIME HE TOUCH MY BODY

    "Mana pilihan kamu?" tanya seorang Ibu-ibu berparas awet muda nan cantik yang saat ini tengah duduk didepan anak tunggalnya sambil menatap tajam."Serius nih ma pilihan buat Jeje cuman itu aja?" tanya balik Jeanica, ia tak kalah cantik dari Ibunya"Je.. umur kamu itu udah dua puluh tujuh! Ini waktunya kamu menikah." Sosok bernama Helena atau biasa di panggil Helen itu semakin menekankan kata menikah pada kalimat yang barusan ia lontarkan. "Mama ni ya di umur dua tujuh udah rawat kamu, waktu itu umur kamu udah tiga tahun. Nah kamu? Umur segini belum nikah-nikah!" cercanya lagi.Jeje memandang masam, jujur ia juga ingin menikah seperti para karyawannya. Hanya saja ia lebih menyukai karirnya yang hingga akhirnya bisa sesukses sekarang."Sekarang hari Rabu.. Mama tunggu info kamu satu minggu lagi. Putuskan, kamu mau ikut balik ke Jakarta, mau menikah dengan pacar kamu atau mau mama titipin ke sahabat mama. Oke?"Jeje tak merespon. Ia memandang kepergian Helen yang mulai berjalan menjauh da

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-08

Bab terbaru

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 8] MARRY ME - ENDING

    "Kalian mau nikah?" tanya Benny tak percaya di keesokan harinya setelah kemarin Jeje dan Rion berhubungan sampai kelewat batas.Jeje dan Rion yang duduk bersebelahan mengangguk.Loren tertawa senang, wajahnya sangat gembira mendengar permintaan Rion dan Jeje di hari pertama saat ia kembali untuk menjemput Jeje. "Yasudah. Urus pernikahan kalian sekarang, secepatnya! Mama setuju!""Tapi Jeje belum bilang ke mama, te..," jelas Jeje."Yaudah.. nggak papa, pasti mama papa kamu setuju. Biar tante yang urus, yang penting kalian cepat menikah dan mama punya cucu! Oke?"Benny tertawa terbahak-bahak melihat kegembiraan pada diri istrinya. "Tapi kenapa kok tiba-tiba pengen nikah?"Jeje terdiam, wajahnya kaku."Rion cinta sama dia, Pa," jawab Rion.Benny menaikkan alisnya. "Jangan-jangan kalian....""Bu.. bukan om! Bukan yang seperti om pikirin," sahut Jeje ketakutan.Melihat ekspresi Jeje, spontan kedua orang tua Rion tertawa lepas.Rion ikut tertawa melihat tingkah laku Jeje. "Hahaha.. yasudah,

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 7] MARRY ME

    Berjam-jam Rion mencoba menenangkan Jeje hingga akhirnya pukul sebelas malam Jeje tertidur dipelukannya. Ia pandangi gadis yang kini tengah menggunakan baju yang belum terganti sejak tadi, kekesalannya masih tertimbun saat mengingat betapa kasarnya Jeje diperlakukan oleh salah seorang dokter rumah sakit swasta itu. Rasanya hendak sekali lagi Rion menghantam wajah Nico, bahkan jika perlu Rion akan menghajar Nico sampai cacat.Meski ia belum tau apa yang terjadi antara Nico dan Jeje karena Jeje tidak mau bercerita, ia mencoba mengalah. Seperti biasa, cowok tampan itu tidak memaksa Jeje untuk bercerita walau rasa penasarannya begitu tinggi. Rion tau Jeje sangat lelah hari ini, bahkan untuk mengganti baju saja Jeje tak sempat. Jeje hanya menangis dipeluknya berjam-jam hingga tertidur dengan wajah lelah seperti saat ini. ****Pagi hari menyapa, Rion membuka kedua matanya. Dengan nyawa yang belum terkumpul seutuhnya, ia melihat sosok Jeje yang masih tertidur pulas. Tak tega membangunkan Jej

  • Touch Me then Marry me    [PAGE 6] TOUCH ME

    Pukul 23.20...Air mata Jeje masih membekas dipipi, faktanya ia menangis lagi karena luka itu. Ia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, ketika didapatinya cowok berwajah tampan itu kini sedang duduk diatas kasur bermain HP kemudian menatapnya terkejut.Mata Rion menyipit, ia melihat Jeje berdiri dan berjalan kearahnya.Jeje duduk disebelah Rion. Rion tak mengerti apa maksud Jeje kali ini."Aku harus gimana?" tanyanya dengan tatapan menyedihkan."Maksud kamu apa?" tanya Rion."Kamu suka kan sama aku?""Kamu mancing aku?" tanya Rion lagi. Mata Rion begitu tegang.Jeje tak menjawab."Jeje?"Jeje hanya menundukkan kepalanya dan menatap Rion dengan tatapan pilu. "Kamu.. kamu suka aku kan?"Rion tak menjawab."Kamu nggak tertarik sama aku?" tanya Jeje sudah seperti orang gila."Je! Jangan salahin aku kalau aku nggak bisa lepasin kamu," terang Rion.Jeje menggelengkan kepala. "Kamu bisa tanggung jawab kan sama perasaan aku?" tanyanya penuh percaya.Mendengar pertanyaan Jeje, Rion mengangg

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 5] SEBUAH FAKTA

    Pukul 20.30..."Mau kemana?" tanya Rion, melihat Jeje yang kini sedang memakai Shirt dress putih, berkancing, dengan panjang di atas lutut."Ke rumah bentar, ada yang ketinggalan," jawabnya terburu-buru sambil memakai sandal."Gue anter?""Nggak usah, naik taksi. Nanti taksinya gue suruh tunggu soalnya cuman ambil barang," katanya masih dengan wajah gembira karena sudah berbaikan dengan Nico."Barang apa sih? Penting banget?" tanya Rion yang juga memakai kaos rumahan berwarna putih sedikit ketat."Charger.. hehe.""Kan charger gue ada, pea!""Ya kan HP kamu Samsung Note, aku Iphone! Bego!" balas Jeje."Oh iya lupa," ucap malu Rion. "Beneran nggak mau gue anter?""Enggak.. duh, bentar aja kok. Bye..."Rion menggelengkan kepala, ia tak menyangka baru seminggu ia tinggal bersama dengan Jeje ia bisa seakrab dan senyaman ini.Jeje duduk di kursi belakang sopir sambil memendangi gelapnya malam. Sejak tadi raut wajahnya happy, seperti tak ada permasalahan lagi yang menggumpal pada hati dan ot

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 4] HE KISS ME

    Rion duduk didalam mobil, memandang Jeje dan Vella yang sedang berbincang di parkiran diskotik elite kota. Dua cewek itu sedang berdiri bersandar di mobil Vella yang terparkir tak jauh dari mobil Rion."Oh... dia anaknya tante Loren?"Jeje mengangguk. "Iya...""Jadi lo serumah sama si ganteng itu?""Iyalah Vel, kan itu anaknya.""Kalau si Nico tau.. dia bisa cemburu."Jeje tersenyum."Nico udah balas chat lo belum?"Jeje menggelengkan kepala. "Udah beberapa hari ini dia jarang chat, kayaknya marah masihan sama gue.""Hufth... dasar cowok. Sama aja."Ia tertawa kecil. "Namanya juga cowok, serba salah.""Cowok gue juga gitu, ngambekan," cerita Vella."Cowok yang mana? Kan cowok lo banyak," tanya Jeje penasaran."Ada pokoknya salah satu dari mereka.. Yaudah lo pulang sana, nggak enak sama tante Loren."Jeje mengangguk. "Yaudah, bye."Jeanica Lovera melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam mobil yang Rion kendarai. Saat Jeje masuk mobil, Rion segera mengemudikan mobilnya ditengah gelapnya

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 3] SERUMAH SAMA COWOK ASING

    Pukul 18.00..Bola mata Jeje tak bisa luput dari sosok yang sangat ia sering lihat di Koran, tempat keramaian ketika ada music festival, dan televisi saat berjumpa dengan anak dari Lorensia yang bernama Arion.Tubuhnya tinggi berotot, kulitya putih, matanya tajam, hidungnya mancung dan ukuran bibirnya pas dengan porsi wajah tampannya ditambah ia berwajah nakal. Sumpah, Arion begitu tampan. Jika diibaratkan wajahnya dengan seorang actor bernama Lee Jong Suk. Kini Arion duduk di sofa depannya, bersebelahan dengan suami dari Loren yang bernama Benny."Jadi maksud kalian, dia tidur disini?" tanya Rion lagi, yang kesekian kalinya.Loren mengangguk. "Please.. ya sayang ya?" rayu Loren, bergelut manja pada anak tunggalnya.Jeje yang duduk seorang diri didepan mereka menahan tawa."Ma.. kan banyak kamar kosong di hotel, ada kamar kosong juga di apartemen.. kenapa nggak bukain satu kek buat dia. Kenapa harus sama Rion?"Rion tampak bingung dengan pemikiran kedua orang tuanya."Rion, kalau emang

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 2] MOVING

    Jeje masih terbayang akan hal-hal yang ia lakukan dengan kekasihnya kemarin malam."Mau kemana, Vel?" tanya Jeje di malam hari saat Vella siap bepergian padahal waktu sudah menunjukkan hampir pukul sebelas malam."Em.. ke temen aku," jawabnya, sambil duduk disebelah Jeje."Naik apa?""Taksi..""Hati-hati udah malam, balik sini nggak?""Kayaknya besok pagi aja aku balik Je, kamu berani kan sendiri?"Jeje mengangguk."Eh gimana kemarin udah bilang si Nico kalau mau nikah?"Jeje mengangguk lagi sambil tersenyum."Hasilnya?""Dia bakal bicara ke ortunya minggu depan, pas ortunya pulang."Vella tersenyum lega. "Syukurlah... Oh iya Je, aku pergi dulu ya..."Jeje mengangguk, ia memandang kepergian Vella. ****Jeje duduk bersebelahan dengan Nico. Didalam mobil Nico, Jeje merasakan dinginnya hawa AC mobil ditengah derasnya hujan yang sedang mengguyur jalanan. Sebuah lagu genre Jazz mengalun menemani suasana, sedikit membangunkan keheningan yang ada.Wajah Jeje tampak kesal, bagaimana tidak kes

  • Touch Me then Marry me   [PAGE 1] FIRST TIME HE TOUCH MY BODY

    "Mana pilihan kamu?" tanya seorang Ibu-ibu berparas awet muda nan cantik yang saat ini tengah duduk didepan anak tunggalnya sambil menatap tajam."Serius nih ma pilihan buat Jeje cuman itu aja?" tanya balik Jeanica, ia tak kalah cantik dari Ibunya"Je.. umur kamu itu udah dua puluh tujuh! Ini waktunya kamu menikah." Sosok bernama Helena atau biasa di panggil Helen itu semakin menekankan kata menikah pada kalimat yang barusan ia lontarkan. "Mama ni ya di umur dua tujuh udah rawat kamu, waktu itu umur kamu udah tiga tahun. Nah kamu? Umur segini belum nikah-nikah!" cercanya lagi.Jeje memandang masam, jujur ia juga ingin menikah seperti para karyawannya. Hanya saja ia lebih menyukai karirnya yang hingga akhirnya bisa sesukses sekarang."Sekarang hari Rabu.. Mama tunggu info kamu satu minggu lagi. Putuskan, kamu mau ikut balik ke Jakarta, mau menikah dengan pacar kamu atau mau mama titipin ke sahabat mama. Oke?"Jeje tak merespon. Ia memandang kepergian Helen yang mulai berjalan menjauh da

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status