Saat tiba-tiba sebuah nomor asing berdering, aku mengangkatnya. seorang wanita di seberang sana terdengar begitu gelisah menanyakan kabar suamiku dan mengapa dia tidak segera menanggapi telepon wanita itu. bagian paling sulit saat aku mendengar dia memanggil suamiku dengan ucapan sayang. "Maaf suamiku sedang tidak ada!" wanita itu terdiam. dia Lalu menangis dan menutup ponselnya. di titik itulah aku dan suamiku mulai mengalami kehancuran rumah tangga.
View More"Astaga apa yang kamu lakukan pada Bella?" tuding ibu mertua yang langsung menunjuk wajahku dengan telunjuknya. Aku tersinggung, dan harga diriku tertampar oleh sikapnya."Ibu ... kenapa ibu mengkhawatirkan dia? Padahal dia yang salah?" tanyaku dengan suara parau, menahan sesak di dada."Ya Tuhan ... kamu ini Ariska! Kejam sekali kamu, saking benci dan cemburunya hingga tega melakukan ini, ya ampun ... Aku baru tahu jahatnya kamu!" jerit ibu mertua. Sementara wanita yang pura pura-pura pingsan itu mengedipkan mata padaku tanpa sepengetahuan ibu mertua, ia mengejek dan melecehkanku.Apa yang lebih menyakitkan dari ini ketika sikap ibu mertua begitu arogan, seolah buta akan kenyataan sebenarnya."Astaga apa yang harus kulakukan?" Ibu panik dan memanggil supirnya Pak Ridwan untuk menggendong wanita itu."Dia tidak pingsan, tapi hanya berpura-pura," ucapku."Diam kamu! kalo sampai Bella benaran hamil dan terjadi sesuatu pada calon cucuku, aku akan memberimu pelajaran," jawabnya berteri
Aku sudah sangat lelah menangis hingga jatuh tak sadarkan diri di pelukan suami. Keesokan hari kubuka mata dengan lemah, berharap bahwa kejadian kemarin hanya mimpi yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Membayangkan aku akan membagi suami dengan Bella membuatku ingin menghentikan waktu sampai di sini saja, aku ingin diam di titik ini dan tidak ingin melangkahkan kaki maju ke depan dan tersakiti.“Kamu udah bangun , Sayang?” Tanya Mas Arya yang datang dan berlutut di depanku, menatap matanya yang selalu mengisyaratkan cinta dan melelehkan hati, air mata ini kembali tumpah begitu saja.“Aku berharap tidak akan pernah bangun lagi dari tempat ini, Mas, aku terlalu pengecut untuk menerima kenyataan pahit.”“Aku tahu, ini kesalahan terbesarku yang terlalu terjebak hawa napsu, aku lupa mencemaskan perasaanmu, hingga aku terseret jauh.” Ia mendesah sambil mengusap wajahnya, lantas menggenggam tanganku dengan penuh cinta.“Semalam Bella menginap di sini untuk merawatmu, ia baru pulang pagi
"Izinkan aku nikah sama Mas Arya," ucapnya meluncur begitu saja.Mendengar itu rasa-rasanya cangkir kopi yang kugenggam akan pecah karena kerasnya tekanan tangan menahan emosi. Ya Allah, ya Rabbi bisa-bisanya wanita yang kemarin bertengkar denganku datang ke rumah, duduk di kursi taman belakang dan meminta suamiku."Apa?" tanyaku pelan, setengah tak percaya."Aku sudah bicarakan ini dengan Ibu mertuamu, dan dia bersedia mengizinkan Mas Arya poligami," jawabnya. " ... tinggal keputusan dari kamu aja.""Aku gak percaya Ibu mertua melakukan itu," jawabku tertawa getir."Aku berani mengajakmu untuk membuktikan kata calon mertuaku, kau yang akan malu mendengar ungkapan setujunya nanti. Ayo pergi jika kau ingin menambah luka hati," jawabnya pelan namun menusuk jantung."Haruskah kamu menambah garam di atas luka yang ada?" Sisi lemahku muncul begitu saja."Kenyataan harus kau hadapi, sedang aku juga tak mau rugi. Mas Arya sudah menganggapku sebagai istri dan ibunya setuju aku jadi pendampin
Sebenarnya aku ingin sekali menghajar Bella namun karena Mas Arya melindunginya, aku tak bisa berbuat banyak. Kuseret langkah meninggalkan lorong apartemen itu sambil mengusap air mata. Lututku lunglai dan tak bisa kubayangkan lagi betapa sudah berkeping kepingnya perasaan ini.Aku tidak menyangka dan kejutan yang ada di depan mata membuatku amat merasa, uka yang begitu buruknya.Kukendarai motor kembali ke rumah dengan hati remuk redam, jiwaku teriris dan luka di dalamnya berdarah tak karuan bentuknya. Aku sampai menghentikan motor dan turun untuk menangis di pinggir jalan. Sengaja kupilih tempat yang cukup gelap dan sepi agar bisa meluahkan sakit hati. Aku menangis meraung sejadi-jadinya, dan membungkuk dindekat drainase.Selagi tenggelam dalam kesedihan itu, seorang pria mendekat, pria yang memakai baju olah raga dan helm sepeda. Ia parkirkan sepeda di atas trotoar lalu mendekat padaku."Ada apa menangis Mbak? Tempat gelap seperti ini tidak aman untuk menangis sendiri," ujarnya sa
Mereka langsung terkejut dan salah tingkah, di wanita mundur sambil mengusap bibirnya sementara Mas Arya langsung mendekat."Ariska, ngapain kamu di sini?" tanya Mas Arya yang masih tak sanggup menyembunyikan keterkejutan."Ngeliat kamu yang lagi pacaran dengan sahabatku," jawabku dingin. Aku maju dan mendekat dengan tatapan tajam pada mereka berdua "Kita gak pacaran? Ini hanya...." Mas Arya berusaha melindungi Bella di belakang punggungnya."Perselingkuhan kan ya?"tanyaku sinis dengan suara lantang."Bukan ... Ini bisa dijelaskan," ujar Mas Arya sambil menarik lenganku."Jangan mendekat kamu, Mas!" Aku berusaha menjauh darinya."... kamu juga Bella, aku gak nyangka ya, kamu setega ini dengan sahabat sendiri?!"Wanita itu bersembunyi sambil memeluk pinggang Mas Arya, melihat kemesraan mereka hatiku makin panas rasanya, terlebih ketika Mas Arya juga membalas sentuhan wanita itu dengan genggaman pasti.Apa yang harus aku ucapkan untuk menggambarkan bagaimana sakitnya perasaanku saat i
Mas Arya mengajakku tidur, direbahkannya aku pada lengannya dan kami tidur dalam posisi berpelukan. Hatiku terasa gerimis oleh sikap suami yang kembali manis. Sebenarnya jika ditinjau dari bahagianya rumah tangga kami, seharusnya aku tak perlu curiga begitu jauh pada Mas Arya. Cukup percaya bahwa dia akan menjaga hatiku dan memelihara kesucian ikatan yah sudah ia kukuhkan di hadapan Allah.Aku harusnya jadi wanita yang paling bahagia, suamiku tampan, gajinya besar, rumah kami juga mewah danntak kurang satu apapun. Njn sejak nomor asing itu masuk ke ponselnya dan melihat gelagat dia yang makin hari makin tertutup, kurasa memang ada yang tidak beres di sini.**Adzan subuh berkumandang dan aku langsung bangkit untuk membersihkan badan dan menghamparkan sejadah pentas melangitkan doa agar terangkat semua beban dan praduga.Harapan yang kuuntai dari butiran tasbih yang bergulir adalah, semoga rumah tangga kami langgeng selamanya, semoga rumah ini adalah Jannah untuk kami berdua dan c
Sesaat aku langsung tertegun, kaget, tidak tahu harus mengatakan apa dan bagaimana. Sahabatku bicara tapi, seolah posisi kami bergantian kini aku yang hanya terdiam Ndan memperhatikan topi yang tergantung di dinding kamarnya."Uhm, Ariska, kamu lagi apa?""I-ini topi kamu?" tanyaku dengan suara tercekat."Actually, itu ... hanya ...."Dia tertawa gugup sambil menggaruk tengkuknya, dan di saat bersamaan, seorang wanita masuk ke apartemen Bella dan langsung menyapa."Bell, lo lagi ngapaain, gue mau ambil topi gue," ujar wanita itu santai dan langsung merangsek ke kamar Bella."Oh, silakan, sorry gue balikinnya lama," balas Bella sambil tertawa.Sesaat aku sempat berfikir .. ya, seseorang bisa menebak kalau aku mengasumsikan apa setelah melihat layar ponsel Mas Arya.Namun kehadiran wanita yang masuk baru saja membuatku bingung dan tidak tahu harus menuduh siapa."Dia siapa Bella?""Dia Irene, tetangga apartemenku, dia bekerja sebagai fotografer di sweetMemo studio, yang bersebrangan de
Malam ini kami tidur di ranjang yang sama, namun suami tercinta yang dulu tak pernah melepaskan pelukannya, kini terlelap membelakangi istrinya. Kubalikkan badan, setelah beberapa saat menatap punggungnya, dan air mataku tumpah begitu saja di permukaan sarung bantal bermotif bunga.Perasaan ini nelangsa karena tak pernah diperlakukan demikian acuh oleh dia, sedih merasa kehilangan separuh jiwa karena kebungkamannya."Mas Arya ...." Dia membungkam.Aku ingin membalikkan badan, memeluknya dan berharap dia mengampuniku dan kembali membawaku ke hangat dadanya, di mana aku selalu berlabuh tiap malam di sana. Tapi, sayang, dia beku.Keesokan paginya, aku terbangun sambil meraba tempat tidur, namun tak kutemukan seorang pun di sampingku. Sambil bangkit, kucoba mengumpulkan kesadaran dan membuka tirai jendela, terlihat Mas Arya sedang menyiram rumput dan halaman depan rumah kami.Ponselnya berdenting lagi, terlihat sedang di isi daya dengan sambungan listrik. Ingin sekali kubuka ponsel itu
**Aku langsung berteriak melihat suamiku, berpelukan dengan wanita lain di hadapanku.Sedang Arya dan wanita yang ada di dalam pelukannya langsung saling melepaskan dan si wanita membalikan badan, buru-buru mengambil jaket dan menutupi wajahnya. "Siapa itu, Mas?" tanyaku mendekat, degupan jantungku meningkat dan ada sesuatu yang membuatku seolah tak rela suami di sentuh lain wanita."Pergilah dulu, aku akan coba menenangkan Ariska," ujarnya pada wanita yang masih menutup wajahnya itu."Kamu siapa? Dengan caramu menutup wajah seperti ini aku makin berasumsi yang salah tentang kalian?" ucapku pada wanita itu dia tak peduli padaku, malah segera ingin menjauh.Dadaku berdebar melihat adegan itu, cara Mas Arya menyentuh bahu si wanita amat mesra dan bermakna dalam. Dan aku menyaksikan seolah terhimpit sesak dan kalap, aku ingin sekali marah, namun tak punya alasan sebelum mendapatkan kesimpulan paling kuat untuk meluapkan emosi."Tunggu dulu, aku sedang bertanya padamu!" Aku mengejarnya
Tring....[ Hari ini jangan lupa jemput aku di tempat kerja ya Mas, jam empat sore ] Suara pesan masuk ke ponsel suamiku, aku yag saat itu sedang menata pakaian kerja untuknya entah kenapa, bergerak membuka ponselnya, lalu detik berikutnya terkejut karena baru pertama kali menemukan sebuah yang terdengar mesra.Sebelumnya, aku tidak pernah tertarik untuk tahu siapa dan apa isi ponsel suamiku, karena kami sudah sepakat berkomitmen untuk saling mempercayai dan privasi adalah sesuatu yang harus dijaga batasannya. Jadi, selama ini aku pernah mencurigainya.Suara pintu kamar mandi terbuka ....Mas Arya keluar dari sana, ia menyeka wajah dan rambutnya yang masih dipenuhi titik air lalu tersenyum padaku yang di duduk di pembaringan diliputi perasaan tak nyaman."Sarapan udah siap, Sayang?" tanyanya dengan mesra."I-iya, Mas," jawabku sambil melirik ponsel yang beberapa detik lalu terlepas di tanganku "Aku siap-diap dulu," jawabnya dengan gelagat biasa biasa saja.Aku ingin mencari mo...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments