Share

3. terkejut

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-05 07:14:57

Malam ini kami tidur di ranjang yang sama, namun suami tercinta yang dulu tak pernah melepaskan pelukannya, kini terlelap membelakangi istrinya. Kubalikkan badan, setelah beberapa saat menatap punggungnya, dan air mataku tumpah begitu saja di permukaan sarung bantal bermotif bunga.

Perasaan ini nelangsa karena tak pernah diperlakukan demikian acuh oleh dia, sedih merasa kehilangan separuh jiwa karena kebungkamannya.

"Mas Arya ...." Dia membungkam.

Aku ingin membalikkan badan, memeluknya dan berharap dia mengampuniku dan kembali membawaku ke hangat dadanya, di mana aku selalu berlabuh tiap malam di sana. Tapi, sayang, dia beku.

Keesokan paginya, aku terbangun sambil meraba tempat tidur, namun tak kutemukan seorang pun di sampingku. Sambil bangkit, kucoba mengumpulkan kesadaran dan membuka tirai jendela, terlihat Mas Arya sedang menyiram rumput dan halaman depan rumah kami.

Ponselnya berdenting lagi, terlihat sedang di isi daya dengan sambungan listrik. Ingin sekali kubuka ponsel itu namun jika aku mendapati pesan mersra lagi itu akan menusukkan hatiku lebih pedih, tapi jika kuabaikan maka perasaan ingin tahu ini berdesakan.

Kubuka atau tidak?

Kini wallpaper ponselnya bergambar wanita yang sedang duduk membelakangi kamera, dia memakai topi matros merah berpita dan posisinya terlihat di sebuah resort mewah di atas tebing dengan hamparan teluk membiru di bawahnnya. Siluet wajah wanita itu nampak ayu dan bahagia, makin diperhatikan makin sulit untuk menebak siapa dia. Air mataku tumpah, sederas tangisan yang sudah tumpah semalaman, mataku pedih, dan jiwaku seolah kehilangan semangat hidupnya.

Karena waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, aku segera bergegas mandi, lalu turun menyiapkan sarapan sebelum suamiku berangkat kerja.

Roti toast dengan keju dan telur, kopi, serta jus jeruk tertata di nampan sedang aku menyibukkan diri untuk membersihkan kabinet dapurku, tak mau tenggelam oleh rasa sedih dan hampa lagi.

Dia terlihat turun, beringsut ke meja kerja dan mengambil perlengkapan arsiteknya, kemudian menghampiri meja makan dan menggigit rotinya.

"Di mana penggaris dan tabung gambar milikku, Ariska?"

Aku tersentak, akhirnya pertanyaan timbul dari bibirnya.

Aku langsung menghentikan pekerjaan, membalikkan badan dan tersenyum bahagia padanya dengan sudut mata berkaca-kaca, begitu tulus sehingga orang yang melihat seolah merasa aku adalah wanita yang baru saja diberikan ungkapan cinta.

"Aku akan ambilkan di laci lemari ruang baca," jawabku.

"Sekaligus jangka dan wadah pensilnya," lanjut Mas Arya.

"Iya, Mas."

Aku berlari ke ruang baca dan mengambilkan apa yabg suamiku perintahkan, hatiku berbunga, membuncah rasanya, ada harapan bahwa kami akan saling mendamaikan dan bahagia kembali seperti semula. Aku berencana, jika dia sudah memaafkankanku maka aku akan menanyakannya, siapa wanita yang sudah menemuinya.

"Aku berangkat kerja dulu, jangan lupa salat Dhuha, doakan suami agar berhasil dengan proyeknya, jika design yang kubuat kali ini berhasil maka kita akan dapat 30 juta sebagai bayarannya."

"Insya Allah, Amiin, semoga saja Mas," jawabku sambil menyalami tangannya.

**

Pukul sembilan pagi, waktunya bersantai bagi ibu rumah tangga biasa sepertiku, kunyalakan

tivi sambil membawa setoples kacang mete dan susu, lalu duduk bersandar menonton infotainment.

Ding ....

Pintu rumah berbunyi, dan aku langsung bergegas membuka pintu. Ternyata Bella sahabatku di sana. Dia menyapa dan langsung memelukku, begitu pun aku menyambutnya dengan gembira karena sudah lama tidak berjumpa.

Dulu, kami rekan satu tempat kerja di sebuah bank swasta, aku resign karena Mas Arya memintaku fokus pada rumah tangga dan program kehamilan, meski itu belum berbuah hasilnya, sedang sahabatku Bella, ia lebih suka menyendiri, tak mau terikat hubungan pernikahan yang akan mengekang jenjang karir dan prestasinya.

"Apa kabarmu, Bell, kok tumben mampir?" tanyaku sambil menatap wajah sahabatku yang sedikit tirus dari bebeapa saat lalu, ia juga pucat dan kantung matanya lebih tebal.

"Aku off, izin istirahat, lelah sekali," jawabnya singkat sambil menyusuri rumahku, melihat keadaan sekitar, menatap bingka photo dan menyentuh gambar pernikahanku dan Mas Arya.

"Di sini kamu nampak sangat bahagia, Ariska, senyummu lebar dan sempurna," ujarnya. Ia mengatakannya dengan nada pelan, serupa gumaman namun aku bisa mendengarnya. Lama ia berdiri, menatap photo itu penuh makna hingga aku memanggil dan menyuruhnya duduk, barulah ia beranjak dari sana.

"Kenapa sih? Kayaknya kamu mau nikah juga ya, kok kayaknya mupeng banget ngelihat photo pernikahan," godaku pada teman yang sudah membersamaiku dari sejak kami sama sama mencari kerja.

Ia hanya mendesah, berdecak pelan dan menggelengkan kepalanya.

"Jauh, Ris, aku masih butuh perjuangan untuk bisa menikah," jawabnya dengan suara yang terdengar getir.

"Kok bisa, memangnya kamu mencintai siapa? Jangan jangan pacarmu ada yang punya ...," tebakku sambil bercanda.

"Ah, gak juga, Riska, aku hanya ... Ah udahlah ....."

Kusajikan segelas teh ke hadapannya dan dia berterima kasih.

"Sengaja kubikinin green tea, agar kamu selalu menjaga bentuk badan," ujarku tulus.

"Oh, maaf, aku gak bisa minum green tea," tolaknya sambil mengangsurkan kembali cangkir yang sudah dia pegang.

"Kenapa?"

"Aku takut perutku .... eh, maaf, aku boleh minta air putih aja," ujarnya salah tingkah.

"Oh, boleh."

Kamu lagi Aku mengambilkan segelas air ke lemari es dan kembali untuk memberikan Bella di ruang keluarga ternyata dia sudah bersiap pergi.

"Lho, Bela kamu kamu mau kemana?"

"So-sorry, tiba-tiba aku ngerasa gak sehat, aku pulang aja ya," pamitnya sambil mengenakan sepatunya.

"Kalo kamu stress atau lelah karena tekanan pekerjaan kamu bisa sharing dengan aku, kita bisa jalan atau pergi spa, untuk merilekskan pikiran," tawarku sambil menyentuh bahunya.

"Engg ... Enggak usah, aku mau pulang aja," balasnya dengan maya berkaca kaca.

Aku tak tahu kenapa gelagat sahabat baikku begitu aneh, biasanya dia tidak setertutup itu.

Dia sudah pergi ketika kusadari bahwa dompet dan kacamatanya tertinggal. Aku berusaha mengejar namun mobilnya sudah menghilang di ujung jalan. Tanpa banyak berpikir aku segera mengambil motor dan helm lalu bersiap mengantar barang sahabatku.

Pasar swalayan membelikan Bella sedikit stok makanan sehat untuk dia simpan di apartemennya. Aku tahu temanku satu ini sangat malas untuk mengasup makanan sehat, karenanya sebagai teman akan kutolong ia memperbaiki pola makannya.

Sesampainya di apartemen Bella, suasanannya lengang, kuketuk pintu dan wanita yang terlihat makin pucat itu membukanya.

"Aku bawain stok makanan, dan barang tamu yang tertinggal di rumah, oh ya, aku disini untuk nemanin kamu sampai kamu merasa baikan," ujarku sambil tersenyum.

"Oh gitu ya, masuk," jawabnya pelan, sedikit canggung.

Baru saja masuk kedalam apartemen mungil itu tiba-tiba aku menangkap satu benda yang sepertinya pernah kulihat sebelumnya, topi merah yang dipakai wanita gambar ponsel suamiku.

Astaga ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    4.tertegun

    Sesaat aku langsung tertegun, kaget, tidak tahu harus mengatakan apa dan bagaimana. Sahabatku bicara tapi, seolah posisi kami bergantian kini aku yang hanya terdiam Ndan memperhatikan topi yang tergantung di dinding kamarnya."Uhm, Ariska, kamu lagi apa?""I-ini topi kamu?" tanyaku dengan suara tercekat."Actually, itu ... hanya ...."Dia tertawa gugup sambil menggaruk tengkuknya, dan di saat bersamaan, seorang wanita masuk ke apartemen Bella dan langsung menyapa."Bell, lo lagi ngapaain, gue mau ambil topi gue," ujar wanita itu santai dan langsung merangsek ke kamar Bella."Oh, silakan, sorry gue balikinnya lama," balas Bella sambil tertawa.Sesaat aku sempat berfikir .. ya, seseorang bisa menebak kalau aku mengasumsikan apa setelah melihat layar ponsel Mas Arya.Namun kehadiran wanita yang masuk baru saja membuatku bingung dan tidak tahu harus menuduh siapa."Dia siapa Bella?""Dia Irene, tetangga apartemenku, dia bekerja sebagai fotografer di sweetMemo studio, yang bersebrangan de

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    5. mas Arya

    Mas Arya mengajakku tidur, direbahkannya aku pada lengannya dan kami tidur dalam posisi berpelukan. Hatiku terasa gerimis oleh sikap suami yang kembali manis. Sebenarnya jika ditinjau dari bahagianya rumah tangga kami, seharusnya aku tak perlu curiga begitu jauh pada Mas Arya. Cukup percaya bahwa dia akan menjaga hatiku dan memelihara kesucian ikatan yah sudah ia kukuhkan di hadapan Allah.Aku harusnya jadi wanita yang paling bahagia, suamiku tampan, gajinya besar, rumah kami juga mewah danntak kurang satu apapun. Njn sejak nomor asing itu masuk ke ponselnya dan melihat gelagat dia yang makin hari makin tertutup, kurasa memang ada yang tidak beres di sini.**Adzan subuh berkumandang dan aku langsung bangkit untuk membersihkan badan dan menghamparkan sejadah pentas melangitkan doa agar terangkat semua beban dan praduga.Harapan yang kuuntai dari butiran tasbih yang bergulir adalah, semoga rumah tangga kami langgeng selamanya, semoga rumah ini adalah Jannah untuk kami berdua dan c

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    6. memergoki

    Mereka langsung terkejut dan salah tingkah, di wanita mundur sambil mengusap bibirnya sementara Mas Arya langsung mendekat."Ariska, ngapain kamu di sini?" tanya Mas Arya yang masih tak sanggup menyembunyikan keterkejutan."Ngeliat kamu yang lagi pacaran dengan sahabatku," jawabku dingin. Aku maju dan mendekat dengan tatapan tajam pada mereka berdua "Kita gak pacaran? Ini hanya...." Mas Arya berusaha melindungi Bella di belakang punggungnya."Perselingkuhan kan ya?"tanyaku sinis dengan suara lantang."Bukan ... Ini bisa dijelaskan," ujar Mas Arya sambil menarik lenganku."Jangan mendekat kamu, Mas!" Aku berusaha menjauh darinya."... kamu juga Bella, aku gak nyangka ya, kamu setega ini dengan sahabat sendiri?!"Wanita itu bersembunyi sambil memeluk pinggang Mas Arya, melihat kemesraan mereka hatiku makin panas rasanya, terlebih ketika Mas Arya juga membalas sentuhan wanita itu dengan genggaman pasti.Apa yang harus aku ucapkan untuk menggambarkan bagaimana sakitnya perasaanku saat i

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    7

    Sebenarnya aku ingin sekali menghajar Bella namun karena Mas Arya melindunginya, aku tak bisa berbuat banyak. Kuseret langkah meninggalkan lorong apartemen itu sambil mengusap air mata. Lututku lunglai dan tak bisa kubayangkan lagi betapa sudah berkeping kepingnya perasaan ini.Aku tidak menyangka dan kejutan yang ada di depan mata membuatku amat merasa, uka yang begitu buruknya.Kukendarai motor kembali ke rumah dengan hati remuk redam, jiwaku teriris dan luka di dalamnya berdarah tak karuan bentuknya. Aku sampai menghentikan motor dan turun untuk menangis di pinggir jalan. Sengaja kupilih tempat yang cukup gelap dan sepi agar bisa meluahkan sakit hati. Aku menangis meraung sejadi-jadinya, dan membungkuk dindekat drainase.Selagi tenggelam dalam kesedihan itu, seorang pria mendekat, pria yang memakai baju olah raga dan helm sepeda. Ia parkirkan sepeda di atas trotoar lalu mendekat padaku."Ada apa menangis Mbak? Tempat gelap seperti ini tidak aman untuk menangis sendiri," ujarnya sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    8

    "Izinkan aku nikah sama Mas Arya," ucapnya meluncur begitu saja.Mendengar itu rasa-rasanya cangkir kopi yang kugenggam akan pecah karena kerasnya tekanan tangan menahan emosi. Ya Allah, ya Rabbi bisa-bisanya wanita yang kemarin bertengkar denganku datang ke rumah, duduk di kursi taman belakang dan meminta suamiku."Apa?" tanyaku pelan, setengah tak percaya."Aku sudah bicarakan ini dengan Ibu mertuamu, dan dia bersedia mengizinkan Mas Arya poligami," jawabnya. " ... tinggal keputusan dari kamu aja.""Aku gak percaya Ibu mertua melakukan itu," jawabku tertawa getir."Aku berani mengajakmu untuk membuktikan kata calon mertuaku, kau yang akan malu mendengar ungkapan setujunya nanti. Ayo pergi jika kau ingin menambah luka hati," jawabnya pelan namun menusuk jantung."Haruskah kamu menambah garam di atas luka yang ada?" Sisi lemahku muncul begitu saja."Kenyataan harus kau hadapi, sedang aku juga tak mau rugi. Mas Arya sudah menganggapku sebagai istri dan ibunya setuju aku jadi pendampin

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    9

    Aku sudah sangat lelah menangis hingga jatuh tak sadarkan diri di pelukan suami. Keesokan hari kubuka mata dengan lemah, berharap bahwa kejadian kemarin hanya mimpi yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Membayangkan aku akan membagi suami dengan Bella membuatku ingin menghentikan waktu sampai di sini saja, aku ingin diam di titik ini dan tidak ingin melangkahkan kaki maju ke depan dan tersakiti.“Kamu udah bangun , Sayang?” Tanya Mas Arya yang datang dan berlutut di depanku, menatap matanya yang selalu mengisyaratkan cinta dan melelehkan hati, air mata ini kembali tumpah begitu saja.“Aku berharap tidak akan pernah bangun lagi dari tempat ini, Mas, aku terlalu pengecut untuk menerima kenyataan pahit.”“Aku tahu, ini kesalahan terbesarku yang terlalu terjebak hawa napsu, aku lupa mencemaskan perasaanmu, hingga aku terseret jauh.” Ia mendesah sambil mengusap wajahnya, lantas menggenggam tanganku dengan penuh cinta.“Semalam Bella menginap di sini untuk merawatmu, ia baru pulang pagi

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    10

    "Astaga apa yang kamu lakukan pada Bella?" tuding ibu mertua yang langsung menunjuk wajahku dengan telunjuknya. Aku tersinggung, dan harga diriku tertampar oleh sikapnya."Ibu ... kenapa ibu mengkhawatirkan dia? Padahal dia yang salah?" tanyaku dengan suara parau, menahan sesak di dada."Ya Tuhan ... kamu ini Ariska! Kejam sekali kamu, saking benci dan cemburunya hingga tega melakukan ini, ya ampun ... Aku baru tahu jahatnya kamu!" jerit ibu mertua. Sementara wanita yang pura pura-pura pingsan itu mengedipkan mata padaku tanpa sepengetahuan ibu mertua, ia mengejek dan melecehkanku.Apa yang lebih menyakitkan dari ini ketika sikap ibu mertua begitu arogan, seolah buta akan kenyataan sebenarnya."Astaga apa yang harus kulakukan?" Ibu panik dan memanggil supirnya Pak Ridwan untuk menggendong wanita itu."Dia tidak pingsan, tapi hanya berpura-pura," ucapku."Diam kamu! kalo sampai Bella benaran hamil dan terjadi sesuatu pada calon cucuku, aku akan memberimu pelajaran," jawabnya berteri

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    1. nomor

    Tring....[ Hari ini jangan lupa jemput aku di tempat kerja ya Mas, jam empat sore ] Suara pesan masuk ke ponsel suamiku, aku yag saat itu sedang menata pakaian kerja untuknya entah kenapa, bergerak membuka ponselnya, lalu detik berikutnya terkejut karena baru pertama kali menemukan sebuah yang terdengar mesra.Sebelumnya, aku tidak pernah tertarik untuk tahu siapa dan apa isi ponsel suamiku, karena kami sudah sepakat berkomitmen untuk saling mempercayai dan privasi adalah sesuatu yang harus dijaga batasannya. Jadi, selama ini aku pernah mencurigainya.Suara pintu kamar mandi terbuka ....Mas Arya keluar dari sana, ia menyeka wajah dan rambutnya yang masih dipenuhi titik air lalu tersenyum padaku yang di duduk di pembaringan diliputi perasaan tak nyaman."Sarapan udah siap, Sayang?" tanyanya dengan mesra."I-iya, Mas," jawabku sambil melirik ponsel yang beberapa detik lalu terlepas di tanganku "Aku siap-diap dulu," jawabnya dengan gelagat biasa biasa saja.Aku ingin mencari mo

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05

Bab terbaru

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    10

    "Astaga apa yang kamu lakukan pada Bella?" tuding ibu mertua yang langsung menunjuk wajahku dengan telunjuknya. Aku tersinggung, dan harga diriku tertampar oleh sikapnya."Ibu ... kenapa ibu mengkhawatirkan dia? Padahal dia yang salah?" tanyaku dengan suara parau, menahan sesak di dada."Ya Tuhan ... kamu ini Ariska! Kejam sekali kamu, saking benci dan cemburunya hingga tega melakukan ini, ya ampun ... Aku baru tahu jahatnya kamu!" jerit ibu mertua. Sementara wanita yang pura pura-pura pingsan itu mengedipkan mata padaku tanpa sepengetahuan ibu mertua, ia mengejek dan melecehkanku.Apa yang lebih menyakitkan dari ini ketika sikap ibu mertua begitu arogan, seolah buta akan kenyataan sebenarnya."Astaga apa yang harus kulakukan?" Ibu panik dan memanggil supirnya Pak Ridwan untuk menggendong wanita itu."Dia tidak pingsan, tapi hanya berpura-pura," ucapku."Diam kamu! kalo sampai Bella benaran hamil dan terjadi sesuatu pada calon cucuku, aku akan memberimu pelajaran," jawabnya berteri

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    9

    Aku sudah sangat lelah menangis hingga jatuh tak sadarkan diri di pelukan suami. Keesokan hari kubuka mata dengan lemah, berharap bahwa kejadian kemarin hanya mimpi yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Membayangkan aku akan membagi suami dengan Bella membuatku ingin menghentikan waktu sampai di sini saja, aku ingin diam di titik ini dan tidak ingin melangkahkan kaki maju ke depan dan tersakiti.“Kamu udah bangun , Sayang?” Tanya Mas Arya yang datang dan berlutut di depanku, menatap matanya yang selalu mengisyaratkan cinta dan melelehkan hati, air mata ini kembali tumpah begitu saja.“Aku berharap tidak akan pernah bangun lagi dari tempat ini, Mas, aku terlalu pengecut untuk menerima kenyataan pahit.”“Aku tahu, ini kesalahan terbesarku yang terlalu terjebak hawa napsu, aku lupa mencemaskan perasaanmu, hingga aku terseret jauh.” Ia mendesah sambil mengusap wajahnya, lantas menggenggam tanganku dengan penuh cinta.“Semalam Bella menginap di sini untuk merawatmu, ia baru pulang pagi

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    8

    "Izinkan aku nikah sama Mas Arya," ucapnya meluncur begitu saja.Mendengar itu rasa-rasanya cangkir kopi yang kugenggam akan pecah karena kerasnya tekanan tangan menahan emosi. Ya Allah, ya Rabbi bisa-bisanya wanita yang kemarin bertengkar denganku datang ke rumah, duduk di kursi taman belakang dan meminta suamiku."Apa?" tanyaku pelan, setengah tak percaya."Aku sudah bicarakan ini dengan Ibu mertuamu, dan dia bersedia mengizinkan Mas Arya poligami," jawabnya. " ... tinggal keputusan dari kamu aja.""Aku gak percaya Ibu mertua melakukan itu," jawabku tertawa getir."Aku berani mengajakmu untuk membuktikan kata calon mertuaku, kau yang akan malu mendengar ungkapan setujunya nanti. Ayo pergi jika kau ingin menambah luka hati," jawabnya pelan namun menusuk jantung."Haruskah kamu menambah garam di atas luka yang ada?" Sisi lemahku muncul begitu saja."Kenyataan harus kau hadapi, sedang aku juga tak mau rugi. Mas Arya sudah menganggapku sebagai istri dan ibunya setuju aku jadi pendampin

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    7

    Sebenarnya aku ingin sekali menghajar Bella namun karena Mas Arya melindunginya, aku tak bisa berbuat banyak. Kuseret langkah meninggalkan lorong apartemen itu sambil mengusap air mata. Lututku lunglai dan tak bisa kubayangkan lagi betapa sudah berkeping kepingnya perasaan ini.Aku tidak menyangka dan kejutan yang ada di depan mata membuatku amat merasa, uka yang begitu buruknya.Kukendarai motor kembali ke rumah dengan hati remuk redam, jiwaku teriris dan luka di dalamnya berdarah tak karuan bentuknya. Aku sampai menghentikan motor dan turun untuk menangis di pinggir jalan. Sengaja kupilih tempat yang cukup gelap dan sepi agar bisa meluahkan sakit hati. Aku menangis meraung sejadi-jadinya, dan membungkuk dindekat drainase.Selagi tenggelam dalam kesedihan itu, seorang pria mendekat, pria yang memakai baju olah raga dan helm sepeda. Ia parkirkan sepeda di atas trotoar lalu mendekat padaku."Ada apa menangis Mbak? Tempat gelap seperti ini tidak aman untuk menangis sendiri," ujarnya sa

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    6. memergoki

    Mereka langsung terkejut dan salah tingkah, di wanita mundur sambil mengusap bibirnya sementara Mas Arya langsung mendekat."Ariska, ngapain kamu di sini?" tanya Mas Arya yang masih tak sanggup menyembunyikan keterkejutan."Ngeliat kamu yang lagi pacaran dengan sahabatku," jawabku dingin. Aku maju dan mendekat dengan tatapan tajam pada mereka berdua "Kita gak pacaran? Ini hanya...." Mas Arya berusaha melindungi Bella di belakang punggungnya."Perselingkuhan kan ya?"tanyaku sinis dengan suara lantang."Bukan ... Ini bisa dijelaskan," ujar Mas Arya sambil menarik lenganku."Jangan mendekat kamu, Mas!" Aku berusaha menjauh darinya."... kamu juga Bella, aku gak nyangka ya, kamu setega ini dengan sahabat sendiri?!"Wanita itu bersembunyi sambil memeluk pinggang Mas Arya, melihat kemesraan mereka hatiku makin panas rasanya, terlebih ketika Mas Arya juga membalas sentuhan wanita itu dengan genggaman pasti.Apa yang harus aku ucapkan untuk menggambarkan bagaimana sakitnya perasaanku saat i

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    5. mas Arya

    Mas Arya mengajakku tidur, direbahkannya aku pada lengannya dan kami tidur dalam posisi berpelukan. Hatiku terasa gerimis oleh sikap suami yang kembali manis. Sebenarnya jika ditinjau dari bahagianya rumah tangga kami, seharusnya aku tak perlu curiga begitu jauh pada Mas Arya. Cukup percaya bahwa dia akan menjaga hatiku dan memelihara kesucian ikatan yah sudah ia kukuhkan di hadapan Allah.Aku harusnya jadi wanita yang paling bahagia, suamiku tampan, gajinya besar, rumah kami juga mewah danntak kurang satu apapun. Njn sejak nomor asing itu masuk ke ponselnya dan melihat gelagat dia yang makin hari makin tertutup, kurasa memang ada yang tidak beres di sini.**Adzan subuh berkumandang dan aku langsung bangkit untuk membersihkan badan dan menghamparkan sejadah pentas melangitkan doa agar terangkat semua beban dan praduga.Harapan yang kuuntai dari butiran tasbih yang bergulir adalah, semoga rumah tangga kami langgeng selamanya, semoga rumah ini adalah Jannah untuk kami berdua dan c

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    4.tertegun

    Sesaat aku langsung tertegun, kaget, tidak tahu harus mengatakan apa dan bagaimana. Sahabatku bicara tapi, seolah posisi kami bergantian kini aku yang hanya terdiam Ndan memperhatikan topi yang tergantung di dinding kamarnya."Uhm, Ariska, kamu lagi apa?""I-ini topi kamu?" tanyaku dengan suara tercekat."Actually, itu ... hanya ...."Dia tertawa gugup sambil menggaruk tengkuknya, dan di saat bersamaan, seorang wanita masuk ke apartemen Bella dan langsung menyapa."Bell, lo lagi ngapaain, gue mau ambil topi gue," ujar wanita itu santai dan langsung merangsek ke kamar Bella."Oh, silakan, sorry gue balikinnya lama," balas Bella sambil tertawa.Sesaat aku sempat berfikir .. ya, seseorang bisa menebak kalau aku mengasumsikan apa setelah melihat layar ponsel Mas Arya.Namun kehadiran wanita yang masuk baru saja membuatku bingung dan tidak tahu harus menuduh siapa."Dia siapa Bella?""Dia Irene, tetangga apartemenku, dia bekerja sebagai fotografer di sweetMemo studio, yang bersebrangan de

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    3. terkejut

    Malam ini kami tidur di ranjang yang sama, namun suami tercinta yang dulu tak pernah melepaskan pelukannya, kini terlelap membelakangi istrinya. Kubalikkan badan, setelah beberapa saat menatap punggungnya, dan air mataku tumpah begitu saja di permukaan sarung bantal bermotif bunga.Perasaan ini nelangsa karena tak pernah diperlakukan demikian acuh oleh dia, sedih merasa kehilangan separuh jiwa karena kebungkamannya."Mas Arya ...." Dia membungkam.Aku ingin membalikkan badan, memeluknya dan berharap dia mengampuniku dan kembali membawaku ke hangat dadanya, di mana aku selalu berlabuh tiap malam di sana. Tapi, sayang, dia beku.Keesokan paginya, aku terbangun sambil meraba tempat tidur, namun tak kutemukan seorang pun di sampingku. Sambil bangkit, kucoba mengumpulkan kesadaran dan membuka tirai jendela, terlihat Mas Arya sedang menyiram rumput dan halaman depan rumah kami.Ponselnya berdenting lagi, terlihat sedang di isi daya dengan sambungan listrik. Ingin sekali kubuka ponsel itu

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    2. menemukan

    **Aku langsung berteriak melihat suamiku, berpelukan dengan wanita lain di hadapanku.Sedang Arya dan wanita yang ada di dalam pelukannya langsung saling melepaskan dan si wanita membalikan badan, buru-buru mengambil jaket dan menutupi wajahnya. "Siapa itu, Mas?" tanyaku mendekat, degupan jantungku meningkat dan ada sesuatu yang membuatku seolah tak rela suami di sentuh lain wanita."Pergilah dulu, aku akan coba menenangkan Ariska," ujarnya pada wanita yang masih menutup wajahnya itu."Kamu siapa? Dengan caramu menutup wajah seperti ini aku makin berasumsi yang salah tentang kalian?" ucapku pada wanita itu dia tak peduli padaku, malah segera ingin menjauh.Dadaku berdebar melihat adegan itu, cara Mas Arya menyentuh bahu si wanita amat mesra dan bermakna dalam. Dan aku menyaksikan seolah terhimpit sesak dan kalap, aku ingin sekali marah, namun tak punya alasan sebelum mendapatkan kesimpulan paling kuat untuk meluapkan emosi."Tunggu dulu, aku sedang bertanya padamu!" Aku mengejarnya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status