Share

2. menemukan

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-04-05 07:14:25

**

Aku langsung berteriak melihat suamiku, berpelukan dengan wanita lain di hadapanku.

Sedang Arya dan wanita yang ada di dalam pelukannya langsung saling melepaskan dan si wanita membalikan badan, buru-buru mengambil jaket dan menutupi wajahnya.

"Siapa itu, Mas?" tanyaku mendekat, degupan jantungku meningkat dan ada sesuatu yang membuatku seolah tak rela suami di sentuh lain wanita.

"Pergilah dulu, aku akan coba menenangkan Ariska," ujarnya pada wanita yang masih menutup wajahnya itu.

"Kamu siapa? Dengan caramu menutup wajah seperti ini aku makin berasumsi yang salah tentang kalian?" ucapku pada wanita itu dia tak peduli padaku, malah segera ingin menjauh.

Dadaku berdebar melihat adegan itu, cara Mas Arya menyentuh bahu si wanita amat mesra dan bermakna dalam. Dan aku menyaksikan seolah terhimpit sesak dan kalap, aku ingin sekali marah, namun tak punya alasan sebelum mendapatkan kesimpulan paling kuat untuk meluapkan emosi.

"Tunggu dulu, aku sedang bertanya padamu!" Aku mengejarnya sementara Mas Arya sigap menahan tubuhku.

"Ariska, kamu akan terkejut jika tahu yang sebenarnya, tolong, berikan dia waktu," ujar Mas Arya. Wanita itu kabur, luput dari tangkapan tanganku sedangkan aku menggeram marah karena ingin tahu.

"Apa maksudnya ini, apa kau sedang mengkhianatiku, apa kau sedang mencoreng pernikahan kita?" jeritku marah, sedang orang orang yang tidak jauh dari sana menatap kami semua.

"Tidak sama sekali, dia temanku, dia sedang depresi dan punya masalah keluarga, dia merasa aku satu-satunya orang yang bisa mendengarkan masalahnya. Apa yang kau lakukan barusan akan membuatnya tertekan dan bunuh diri Ariska, aku mohon," ujar Mas Arya dengan wajah cemas.

Dia melepas bahuku dari rangkulannya dan menjauh pergi secepat yang dia bisa.

"Kau tidak bisa bertindak sebebas ini, ini tidak masuk akal, jika wanita itu mengidap gangguan pada mentalnya, kenapa ia tidak menghubungi psikolog, kenapa malah mencarimu?" cecarku sambil menyusulnya.

"Tolong mengerti, istriku, masalah ini sedang rumit sekali, tolong pengertiannya!" Ia meninggikan suara sambil menangkupkan kedua tangannya, lalu meninggalkanku yang menghentikan langkah sambil menelan ludah

"Astaghfirullah, apa yang sedang terjadi," gumamku sambil menekan dada yang rasanya disengat ribuan serangga.

Suamiku berkeliling ke sana kemari, mencari ke setiap sudut tempat wisata alam tersebut, bahkan sampai naik ke wilayah hutan mahoni dan berputar mencari wanita berbaju biru tadi hingga tubuhnya sendiri sempoyongan oleh lelah.

Dengan langkah lunglai ia kembali ke mobilnya dan bersiap membuka pintunya.

"Siapa dia?" Aku masih mengulang pertanyaan yang sama. " ... dia saudaramu atau siapa?"

"Diam! Aku sedang lelah, bisakah kau menunda pertanyaan itu hingga kita sampai di rumah?!"

Mendengarnya bentakannya yang baru pertama kali sejak kami menikah, aku langsung terkesiap, hatiku tersentak, ada rasa sedih sekaligus tersinggung juga sedikit iri mengapa perempuan misterius tadi sukses mencuri perhatiannya dan mengubah kelembutan suamiku jadi amarah.

"Yang aku herankan kenapa dia harus menutup wajahnya ..."

Aku mencicit pelan setengah oleh terluka dan setengah lagi ketakutan.

"Kamu nggak paham kalau dia sedang mengalami depresi dan tidak tiap bertemu orang lain selain aku? Kamu nggak paham kenapa aku melakukan pertemuan secara rahasia? Itu semua karena aku ingin melindungi privasi dan penyakitnya!"

Tanpa banyak bicara lagi dia langsung masuk ke mobil dan menghempaskan pintu. Dia meninggalkanku yang berdiri dengan perasaan hancur seorang diri.

Sekarang duniaku terasa runtuh, kepalaku pusing dan pandangan hutan Pinus yang asri berputar putar. Teriakan Mas Arya barusan membuatku amat terluka, luka hati itu berdarah dengan deras dan tubuhku lemas karenanya.

Menjelang magrib aku baru sampai di rumah setelah dua jam mengumpulkan energi dan keberanian.

Kubuka pintu dan kulangkahkan kaki perlahan, melihat tampilan ubin yang bersih kontras sekali dengan kaki dan pakaianku yang berlumpur kotor, aku terjatuh saat ditahan oleh suamiku tadi.

Kami berpapasan di ruang keluarga ketika dia sedang mengetik di laptopnya, kelihatannya dia sudah mandi dan mengganti pakaiannya dengan sweater yang lebih hangat. Kulirik meja makan, ia pun sudah makan, dan itupun tanpa menungguku lagi.

Kelihatannya dia memang sedang sangat marah!

Tanpa banyak bicara aku langsung naik ke kamar tidur utama. Kususuri tangga minimalis dengan dominasi warna putih dengan air mata yang terus menetes.

"Ia tidak menyapaku sepatah katapun," batinku sambil menahan isakan agar tak terdengar olehnya.

Kuedarkan pandangan setelah sampai di atas lantai dua, dari pembatas besi kulihat suamiku masih setia menatap laptopnya, kasapu tatapan pada rumah dengan desain minimalis modern hasil karyanya. Interior dan perabotan di dominasi dua warna, hitam dan putih, seperti filosofi antara aku dan dia, yang dulu katanya saling menyeimbangkan bagai pusaran Yin dan Yang.

Rasanya, semua bagai kebohongan, namun apakah aku terlalu dini untuk menilai dan menyimpulkan bahwa dia lebih peduli wanita berbaju biru tadi daripada perasaan wanita yang selalu ia sayangi. Apakah salah, jika aku merasa tersisih? Tiba tiba merasa dikalahkan, dan itu kenapa?

Aku masuk ke dalam kamar, dan kudapati baju kemeja merah milik Mas Arya teronggok di sana, kuambil benda itu lalu menimangnya, teringat bahwa wanita itu melabuhkan diri dengan hangat ke permukaan baju itu, hingga membuatku menghempasnya kasar, aku terduduk dan tergugu, lalu perlahan kehampaan menguasai hatiku.

"Baru pagi tadi kamu saling menyapa, dan malam kemarin kami memadu asmara, mengapa ia berubah dalam waktu beberapa jam saja?" Berjuta pertanyaan timbul di dada dan aku tak tahu jawabannya.

Tak ada yang bisa kulakukan ... Sebagai wanita yang selalu diperlakukan lembut dan dimanja, dadaku terasa dilubangi oleh bentakan yang terus terngiang-ngiang di telinga. Aku menangis sambil memeluk lutut, dan membenamkan wajah ke bawah lipatan tangan, lalu menumpahkan kesedihan sembari merindukan ayah dan Ibu.

Selagi terpuruk seperti itu, ingatanku berputar pada masa masa indah di mana kami pertama kali berjumpa, ia melamarku pada ayah dengan gaya sederhananya, dan kami menikah di antara luapan restu dan doa. Ah bahagianya ... Lalu ... kenapa dengan dia sekarang.

Mungkin benar aku yang salah, dan sikapku sudah menyinggungnya

**

Setelah mandi dan mengganti pakaian, aku berpikir untuk menemuinya dan meminta maaf atas kelancanganku, sekalian juga ingin tahu tentang wanita misterius itu.

Kususuri tangga sambil berdoa, semoga setelah ungkapan maaf dan gelayut manja ia berkenan membuka pintu hatinya, namun baru saja memijak lima anak tangga percakapannya terdengar di telinga.

"Iya, aku akan membereskannya. Kamua jangan khawatir, kita bisa berjumpa lagi," ujar Mas Arya dengan nada setengah berbisik.

"Iya ... dia gak bakal tahu, kok. Kamu tenang aja."

Suara suamiku amat lembut seolah menenangkan lawan bicaranya, lalu bagaimana aku tak makin curiga? Tak jadi kulangkahkan kaki, hanya terduduk sedih di tangga yang jaraknya hanya dua meter dari tempat duduknya, dan mendengar semua percakapan itu dengan sempurna.

Aku harus tahu, kenapa suamiku menyembunyikan identitas wanita itu, dan hubungan yang sedang dijalinnya itu apa?!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    3. terkejut

    Malam ini kami tidur di ranjang yang sama, namun suami tercinta yang dulu tak pernah melepaskan pelukannya, kini terlelap membelakangi istrinya. Kubalikkan badan, setelah beberapa saat menatap punggungnya, dan air mataku tumpah begitu saja di permukaan sarung bantal bermotif bunga.Perasaan ini nelangsa karena tak pernah diperlakukan demikian acuh oleh dia, sedih merasa kehilangan separuh jiwa karena kebungkamannya."Mas Arya ...." Dia membungkam.Aku ingin membalikkan badan, memeluknya dan berharap dia mengampuniku dan kembali membawaku ke hangat dadanya, di mana aku selalu berlabuh tiap malam di sana. Tapi, sayang, dia beku.Keesokan paginya, aku terbangun sambil meraba tempat tidur, namun tak kutemukan seorang pun di sampingku. Sambil bangkit, kucoba mengumpulkan kesadaran dan membuka tirai jendela, terlihat Mas Arya sedang menyiram rumput dan halaman depan rumah kami.Ponselnya berdenting lagi, terlihat sedang di isi daya dengan sambungan listrik. Ingin sekali kubuka ponsel itu

    Last Updated : 2025-04-05
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    4.tertegun

    Sesaat aku langsung tertegun, kaget, tidak tahu harus mengatakan apa dan bagaimana. Sahabatku bicara tapi, seolah posisi kami bergantian kini aku yang hanya terdiam Ndan memperhatikan topi yang tergantung di dinding kamarnya."Uhm, Ariska, kamu lagi apa?""I-ini topi kamu?" tanyaku dengan suara tercekat."Actually, itu ... hanya ...."Dia tertawa gugup sambil menggaruk tengkuknya, dan di saat bersamaan, seorang wanita masuk ke apartemen Bella dan langsung menyapa."Bell, lo lagi ngapaain, gue mau ambil topi gue," ujar wanita itu santai dan langsung merangsek ke kamar Bella."Oh, silakan, sorry gue balikinnya lama," balas Bella sambil tertawa.Sesaat aku sempat berfikir .. ya, seseorang bisa menebak kalau aku mengasumsikan apa setelah melihat layar ponsel Mas Arya.Namun kehadiran wanita yang masuk baru saja membuatku bingung dan tidak tahu harus menuduh siapa."Dia siapa Bella?""Dia Irene, tetangga apartemenku, dia bekerja sebagai fotografer di sweetMemo studio, yang bersebrangan de

    Last Updated : 2025-04-05
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    5. mas Arya

    Mas Arya mengajakku tidur, direbahkannya aku pada lengannya dan kami tidur dalam posisi berpelukan. Hatiku terasa gerimis oleh sikap suami yang kembali manis. Sebenarnya jika ditinjau dari bahagianya rumah tangga kami, seharusnya aku tak perlu curiga begitu jauh pada Mas Arya. Cukup percaya bahwa dia akan menjaga hatiku dan memelihara kesucian ikatan yah sudah ia kukuhkan di hadapan Allah.Aku harusnya jadi wanita yang paling bahagia, suamiku tampan, gajinya besar, rumah kami juga mewah danntak kurang satu apapun. Njn sejak nomor asing itu masuk ke ponselnya dan melihat gelagat dia yang makin hari makin tertutup, kurasa memang ada yang tidak beres di sini.**Adzan subuh berkumandang dan aku langsung bangkit untuk membersihkan badan dan menghamparkan sejadah pentas melangitkan doa agar terangkat semua beban dan praduga.Harapan yang kuuntai dari butiran tasbih yang bergulir adalah, semoga rumah tangga kami langgeng selamanya, semoga rumah ini adalah Jannah untuk kami berdua dan c

    Last Updated : 2025-04-05
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    6. memergoki

    Mereka langsung terkejut dan salah tingkah, di wanita mundur sambil mengusap bibirnya sementara Mas Arya langsung mendekat."Ariska, ngapain kamu di sini?" tanya Mas Arya yang masih tak sanggup menyembunyikan keterkejutan."Ngeliat kamu yang lagi pacaran dengan sahabatku," jawabku dingin. Aku maju dan mendekat dengan tatapan tajam pada mereka berdua "Kita gak pacaran? Ini hanya...." Mas Arya berusaha melindungi Bella di belakang punggungnya."Perselingkuhan kan ya?"tanyaku sinis dengan suara lantang."Bukan ... Ini bisa dijelaskan," ujar Mas Arya sambil menarik lenganku."Jangan mendekat kamu, Mas!" Aku berusaha menjauh darinya."... kamu juga Bella, aku gak nyangka ya, kamu setega ini dengan sahabat sendiri?!"Wanita itu bersembunyi sambil memeluk pinggang Mas Arya, melihat kemesraan mereka hatiku makin panas rasanya, terlebih ketika Mas Arya juga membalas sentuhan wanita itu dengan genggaman pasti.Apa yang harus aku ucapkan untuk menggambarkan bagaimana sakitnya perasaanku saat i

    Last Updated : 2025-04-05
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    7

    Sebenarnya aku ingin sekali menghajar Bella namun karena Mas Arya melindunginya, aku tak bisa berbuat banyak. Kuseret langkah meninggalkan lorong apartemen itu sambil mengusap air mata. Lututku lunglai dan tak bisa kubayangkan lagi betapa sudah berkeping kepingnya perasaan ini.Aku tidak menyangka dan kejutan yang ada di depan mata membuatku amat merasa, uka yang begitu buruknya.Kukendarai motor kembali ke rumah dengan hati remuk redam, jiwaku teriris dan luka di dalamnya berdarah tak karuan bentuknya. Aku sampai menghentikan motor dan turun untuk menangis di pinggir jalan. Sengaja kupilih tempat yang cukup gelap dan sepi agar bisa meluahkan sakit hati. Aku menangis meraung sejadi-jadinya, dan membungkuk dindekat drainase.Selagi tenggelam dalam kesedihan itu, seorang pria mendekat, pria yang memakai baju olah raga dan helm sepeda. Ia parkirkan sepeda di atas trotoar lalu mendekat padaku."Ada apa menangis Mbak? Tempat gelap seperti ini tidak aman untuk menangis sendiri," ujarnya sa

    Last Updated : 2025-04-08
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    8

    "Izinkan aku nikah sama Mas Arya," ucapnya meluncur begitu saja.Mendengar itu rasa-rasanya cangkir kopi yang kugenggam akan pecah karena kerasnya tekanan tangan menahan emosi. Ya Allah, ya Rabbi bisa-bisanya wanita yang kemarin bertengkar denganku datang ke rumah, duduk di kursi taman belakang dan meminta suamiku."Apa?" tanyaku pelan, setengah tak percaya."Aku sudah bicarakan ini dengan Ibu mertuamu, dan dia bersedia mengizinkan Mas Arya poligami," jawabnya. " ... tinggal keputusan dari kamu aja.""Aku gak percaya Ibu mertua melakukan itu," jawabku tertawa getir."Aku berani mengajakmu untuk membuktikan kata calon mertuaku, kau yang akan malu mendengar ungkapan setujunya nanti. Ayo pergi jika kau ingin menambah luka hati," jawabnya pelan namun menusuk jantung."Haruskah kamu menambah garam di atas luka yang ada?" Sisi lemahku muncul begitu saja."Kenyataan harus kau hadapi, sedang aku juga tak mau rugi. Mas Arya sudah menganggapku sebagai istri dan ibunya setuju aku jadi pendampin

    Last Updated : 2025-04-08
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    9

    Aku sudah sangat lelah menangis hingga jatuh tak sadarkan diri di pelukan suami. Keesokan hari kubuka mata dengan lemah, berharap bahwa kejadian kemarin hanya mimpi yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Membayangkan aku akan membagi suami dengan Bella membuatku ingin menghentikan waktu sampai di sini saja, aku ingin diam di titik ini dan tidak ingin melangkahkan kaki maju ke depan dan tersakiti.“Kamu udah bangun , Sayang?” Tanya Mas Arya yang datang dan berlutut di depanku, menatap matanya yang selalu mengisyaratkan cinta dan melelehkan hati, air mata ini kembali tumpah begitu saja.“Aku berharap tidak akan pernah bangun lagi dari tempat ini, Mas, aku terlalu pengecut untuk menerima kenyataan pahit.”“Aku tahu, ini kesalahan terbesarku yang terlalu terjebak hawa napsu, aku lupa mencemaskan perasaanmu, hingga aku terseret jauh.” Ia mendesah sambil mengusap wajahnya, lantas menggenggam tanganku dengan penuh cinta.“Semalam Bella menginap di sini untuk merawatmu, ia baru pulang pagi

    Last Updated : 2025-04-11
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    10

    "Astaga apa yang kamu lakukan pada Bella?" tuding ibu mertua yang langsung menunjuk wajahku dengan telunjuknya. Aku tersinggung, dan harga diriku tertampar oleh sikapnya."Ibu ... kenapa ibu mengkhawatirkan dia? Padahal dia yang salah?" tanyaku dengan suara parau, menahan sesak di dada."Ya Tuhan ... kamu ini Ariska! Kejam sekali kamu, saking benci dan cemburunya hingga tega melakukan ini, ya ampun ... Aku baru tahu jahatnya kamu!" jerit ibu mertua. Sementara wanita yang pura pura-pura pingsan itu mengedipkan mata padaku tanpa sepengetahuan ibu mertua, ia mengejek dan melecehkanku.Apa yang lebih menyakitkan dari ini ketika sikap ibu mertua begitu arogan, seolah buta akan kenyataan sebenarnya."Astaga apa yang harus kulakukan?" Ibu panik dan memanggil supirnya Pak Ridwan untuk menggendong wanita itu."Dia tidak pingsan, tapi hanya berpura-pura," ucapku."Diam kamu! kalo sampai Bella benaran hamil dan terjadi sesuatu pada calon cucuku, aku akan memberimu pelajaran," jawabnya berteri

    Last Updated : 2025-04-12

Latest chapter

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    10

    "Astaga apa yang kamu lakukan pada Bella?" tuding ibu mertua yang langsung menunjuk wajahku dengan telunjuknya. Aku tersinggung, dan harga diriku tertampar oleh sikapnya."Ibu ... kenapa ibu mengkhawatirkan dia? Padahal dia yang salah?" tanyaku dengan suara parau, menahan sesak di dada."Ya Tuhan ... kamu ini Ariska! Kejam sekali kamu, saking benci dan cemburunya hingga tega melakukan ini, ya ampun ... Aku baru tahu jahatnya kamu!" jerit ibu mertua. Sementara wanita yang pura pura-pura pingsan itu mengedipkan mata padaku tanpa sepengetahuan ibu mertua, ia mengejek dan melecehkanku.Apa yang lebih menyakitkan dari ini ketika sikap ibu mertua begitu arogan, seolah buta akan kenyataan sebenarnya."Astaga apa yang harus kulakukan?" Ibu panik dan memanggil supirnya Pak Ridwan untuk menggendong wanita itu."Dia tidak pingsan, tapi hanya berpura-pura," ucapku."Diam kamu! kalo sampai Bella benaran hamil dan terjadi sesuatu pada calon cucuku, aku akan memberimu pelajaran," jawabnya berteri

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    9

    Aku sudah sangat lelah menangis hingga jatuh tak sadarkan diri di pelukan suami. Keesokan hari kubuka mata dengan lemah, berharap bahwa kejadian kemarin hanya mimpi yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Membayangkan aku akan membagi suami dengan Bella membuatku ingin menghentikan waktu sampai di sini saja, aku ingin diam di titik ini dan tidak ingin melangkahkan kaki maju ke depan dan tersakiti.“Kamu udah bangun , Sayang?” Tanya Mas Arya yang datang dan berlutut di depanku, menatap matanya yang selalu mengisyaratkan cinta dan melelehkan hati, air mata ini kembali tumpah begitu saja.“Aku berharap tidak akan pernah bangun lagi dari tempat ini, Mas, aku terlalu pengecut untuk menerima kenyataan pahit.”“Aku tahu, ini kesalahan terbesarku yang terlalu terjebak hawa napsu, aku lupa mencemaskan perasaanmu, hingga aku terseret jauh.” Ia mendesah sambil mengusap wajahnya, lantas menggenggam tanganku dengan penuh cinta.“Semalam Bella menginap di sini untuk merawatmu, ia baru pulang pagi

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    8

    "Izinkan aku nikah sama Mas Arya," ucapnya meluncur begitu saja.Mendengar itu rasa-rasanya cangkir kopi yang kugenggam akan pecah karena kerasnya tekanan tangan menahan emosi. Ya Allah, ya Rabbi bisa-bisanya wanita yang kemarin bertengkar denganku datang ke rumah, duduk di kursi taman belakang dan meminta suamiku."Apa?" tanyaku pelan, setengah tak percaya."Aku sudah bicarakan ini dengan Ibu mertuamu, dan dia bersedia mengizinkan Mas Arya poligami," jawabnya. " ... tinggal keputusan dari kamu aja.""Aku gak percaya Ibu mertua melakukan itu," jawabku tertawa getir."Aku berani mengajakmu untuk membuktikan kata calon mertuaku, kau yang akan malu mendengar ungkapan setujunya nanti. Ayo pergi jika kau ingin menambah luka hati," jawabnya pelan namun menusuk jantung."Haruskah kamu menambah garam di atas luka yang ada?" Sisi lemahku muncul begitu saja."Kenyataan harus kau hadapi, sedang aku juga tak mau rugi. Mas Arya sudah menganggapku sebagai istri dan ibunya setuju aku jadi pendampin

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    7

    Sebenarnya aku ingin sekali menghajar Bella namun karena Mas Arya melindunginya, aku tak bisa berbuat banyak. Kuseret langkah meninggalkan lorong apartemen itu sambil mengusap air mata. Lututku lunglai dan tak bisa kubayangkan lagi betapa sudah berkeping kepingnya perasaan ini.Aku tidak menyangka dan kejutan yang ada di depan mata membuatku amat merasa, uka yang begitu buruknya.Kukendarai motor kembali ke rumah dengan hati remuk redam, jiwaku teriris dan luka di dalamnya berdarah tak karuan bentuknya. Aku sampai menghentikan motor dan turun untuk menangis di pinggir jalan. Sengaja kupilih tempat yang cukup gelap dan sepi agar bisa meluahkan sakit hati. Aku menangis meraung sejadi-jadinya, dan membungkuk dindekat drainase.Selagi tenggelam dalam kesedihan itu, seorang pria mendekat, pria yang memakai baju olah raga dan helm sepeda. Ia parkirkan sepeda di atas trotoar lalu mendekat padaku."Ada apa menangis Mbak? Tempat gelap seperti ini tidak aman untuk menangis sendiri," ujarnya sa

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    6. memergoki

    Mereka langsung terkejut dan salah tingkah, di wanita mundur sambil mengusap bibirnya sementara Mas Arya langsung mendekat."Ariska, ngapain kamu di sini?" tanya Mas Arya yang masih tak sanggup menyembunyikan keterkejutan."Ngeliat kamu yang lagi pacaran dengan sahabatku," jawabku dingin. Aku maju dan mendekat dengan tatapan tajam pada mereka berdua "Kita gak pacaran? Ini hanya...." Mas Arya berusaha melindungi Bella di belakang punggungnya."Perselingkuhan kan ya?"tanyaku sinis dengan suara lantang."Bukan ... Ini bisa dijelaskan," ujar Mas Arya sambil menarik lenganku."Jangan mendekat kamu, Mas!" Aku berusaha menjauh darinya."... kamu juga Bella, aku gak nyangka ya, kamu setega ini dengan sahabat sendiri?!"Wanita itu bersembunyi sambil memeluk pinggang Mas Arya, melihat kemesraan mereka hatiku makin panas rasanya, terlebih ketika Mas Arya juga membalas sentuhan wanita itu dengan genggaman pasti.Apa yang harus aku ucapkan untuk menggambarkan bagaimana sakitnya perasaanku saat i

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    5. mas Arya

    Mas Arya mengajakku tidur, direbahkannya aku pada lengannya dan kami tidur dalam posisi berpelukan. Hatiku terasa gerimis oleh sikap suami yang kembali manis. Sebenarnya jika ditinjau dari bahagianya rumah tangga kami, seharusnya aku tak perlu curiga begitu jauh pada Mas Arya. Cukup percaya bahwa dia akan menjaga hatiku dan memelihara kesucian ikatan yah sudah ia kukuhkan di hadapan Allah.Aku harusnya jadi wanita yang paling bahagia, suamiku tampan, gajinya besar, rumah kami juga mewah danntak kurang satu apapun. Njn sejak nomor asing itu masuk ke ponselnya dan melihat gelagat dia yang makin hari makin tertutup, kurasa memang ada yang tidak beres di sini.**Adzan subuh berkumandang dan aku langsung bangkit untuk membersihkan badan dan menghamparkan sejadah pentas melangitkan doa agar terangkat semua beban dan praduga.Harapan yang kuuntai dari butiran tasbih yang bergulir adalah, semoga rumah tangga kami langgeng selamanya, semoga rumah ini adalah Jannah untuk kami berdua dan c

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    4.tertegun

    Sesaat aku langsung tertegun, kaget, tidak tahu harus mengatakan apa dan bagaimana. Sahabatku bicara tapi, seolah posisi kami bergantian kini aku yang hanya terdiam Ndan memperhatikan topi yang tergantung di dinding kamarnya."Uhm, Ariska, kamu lagi apa?""I-ini topi kamu?" tanyaku dengan suara tercekat."Actually, itu ... hanya ...."Dia tertawa gugup sambil menggaruk tengkuknya, dan di saat bersamaan, seorang wanita masuk ke apartemen Bella dan langsung menyapa."Bell, lo lagi ngapaain, gue mau ambil topi gue," ujar wanita itu santai dan langsung merangsek ke kamar Bella."Oh, silakan, sorry gue balikinnya lama," balas Bella sambil tertawa.Sesaat aku sempat berfikir .. ya, seseorang bisa menebak kalau aku mengasumsikan apa setelah melihat layar ponsel Mas Arya.Namun kehadiran wanita yang masuk baru saja membuatku bingung dan tidak tahu harus menuduh siapa."Dia siapa Bella?""Dia Irene, tetangga apartemenku, dia bekerja sebagai fotografer di sweetMemo studio, yang bersebrangan de

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    3. terkejut

    Malam ini kami tidur di ranjang yang sama, namun suami tercinta yang dulu tak pernah melepaskan pelukannya, kini terlelap membelakangi istrinya. Kubalikkan badan, setelah beberapa saat menatap punggungnya, dan air mataku tumpah begitu saja di permukaan sarung bantal bermotif bunga.Perasaan ini nelangsa karena tak pernah diperlakukan demikian acuh oleh dia, sedih merasa kehilangan separuh jiwa karena kebungkamannya."Mas Arya ...." Dia membungkam.Aku ingin membalikkan badan, memeluknya dan berharap dia mengampuniku dan kembali membawaku ke hangat dadanya, di mana aku selalu berlabuh tiap malam di sana. Tapi, sayang, dia beku.Keesokan paginya, aku terbangun sambil meraba tempat tidur, namun tak kutemukan seorang pun di sampingku. Sambil bangkit, kucoba mengumpulkan kesadaran dan membuka tirai jendela, terlihat Mas Arya sedang menyiram rumput dan halaman depan rumah kami.Ponselnya berdenting lagi, terlihat sedang di isi daya dengan sambungan listrik. Ingin sekali kubuka ponsel itu

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    2. menemukan

    **Aku langsung berteriak melihat suamiku, berpelukan dengan wanita lain di hadapanku.Sedang Arya dan wanita yang ada di dalam pelukannya langsung saling melepaskan dan si wanita membalikan badan, buru-buru mengambil jaket dan menutupi wajahnya. "Siapa itu, Mas?" tanyaku mendekat, degupan jantungku meningkat dan ada sesuatu yang membuatku seolah tak rela suami di sentuh lain wanita."Pergilah dulu, aku akan coba menenangkan Ariska," ujarnya pada wanita yang masih menutup wajahnya itu."Kamu siapa? Dengan caramu menutup wajah seperti ini aku makin berasumsi yang salah tentang kalian?" ucapku pada wanita itu dia tak peduli padaku, malah segera ingin menjauh.Dadaku berdebar melihat adegan itu, cara Mas Arya menyentuh bahu si wanita amat mesra dan bermakna dalam. Dan aku menyaksikan seolah terhimpit sesak dan kalap, aku ingin sekali marah, namun tak punya alasan sebelum mendapatkan kesimpulan paling kuat untuk meluapkan emosi."Tunggu dulu, aku sedang bertanya padamu!" Aku mengejarnya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status