Share

4. Kencan?

Zira duduk terpaku, menatap Aidan yang kini sangat dekat. Bahkan, aroma khas tubuh pria itu menyeruak hingga ke inderanya. Jantung Zira bertabuhan seperti genderang yang memukul-mukul di dalam dada. Ia menyilangkan kedua tangan menutup dada saat Aidan mendekatkan wajahnya.

"Kamu mau apa?" tanya Zira, nada suaranya mengandung kecemasan.

Aidan tertawa kecil, menyentil dahinya dengan lembut. Ia lalu duduk di samping Zira dengan ekspresi yang lebih serius. "Zi, aku tahu kamu membenciku. Tapi, film ini juga penting buatku. Aku sangat berharap kita bisa bekerja sama dengan baik," ucapnya penuh harap.

Zira mengendurkan pengawasannya, melepas tangan dari dada. "Jika kamu takut filmmu hancur gara-gara aku, batalkan saja perjanjian itu."

Aidan menghela napas. Menoleh dan menatap lembut mata Zira lalu berkata, "kamu benar-benar tidak ingin main di filmku?"

Zira terdiam, berpikir kalimat terbaik yang harus ia ucapkan. Dalam hatinya ia mengakui kehebatan Aidan. Ia juga sering mendengar pujian dari sutradara Liam atas kinerja Aidan. Namun, ia juga memiliki kekhawatiran sendiri akan masa lalu mereka.

"Aku memang biasa akting depan kamera, tapi hanya sebagai stuntwoman tanpa dialog. Sejujurnya, aku takut tidak bisa memenuhi ekspektasi kalian," ucap Zira pelan.

Aidan terkekeh pelan, ada sedikit kehangatan dalam tawanya. "Sejak kapan kamu menjadi seorang yang pesimis?" tanyanya, seolah mengejek tapi juga mencoba menyemangati.

Zira berdecak kesal, menyesal mengakui kelemahannya di depan pria yang memiliki bahu lebar itu.

Aidan berkata kembali dengan lembut tapi tegas, "Jerry dan Braga bukanlah orang yang sembarangan dalam memilih pemain."

"Bagaimana denganmu?" tanya Zira dengan sorot mata tajam.

"Aku percaya dengan pilihan mereka," jawab Aidan tanpa ragu. Ia kemudian berdiri, mengambil kopernya, dan melangkah keluar kamar.

"Kamu tidak pernah percaya padaku," gumam Zira saat Aidan sudah menghilang di balik pintu.

***

Di luar kamar, Aidan terkejut mendapati Genji berdiri di depan pintu. Matanya menyipit, menatap Genji penuh arti.

"Kurangi kebiasaan mengupingmu itu," ucap Aidan pelan tapi tegas.

Genji salah tingkah, menggaruk tengkuknya. "Bang Aidan mau ke mana bawa koper?"

"Taruh koperku di kamarmu," ucap Aidan lalu berjalan menuju kamar Genji di lantai satu.

"Hah?" Genji melongo lalu berjalan mengikuti Aidan yang sudah sampai tangga. "Bang, ranjangku kecil. Mau tidur di mana?"

Aidan berhenti, menoleh ke arah Genji dengan senyum tersembunyi. "Pantaskah pemilik rumah tidur di lantai?" Lalu lanjut berjalan lagi.

"Ah, sial!" Genji menggerutu, menggaruk kepalanya lalu mengambil ponsel di saku. Mengirimkan sebuah pesan yang berbunyi, "misi gagal."

***

Pagi menjelang siang, suasana rumah dua lantai dengan cat warna hijau itu sudah berisik. Zira menyalakan musik cukup keras, kebiasaan yang ia lakukan ketika selesai mandi. Setelah merasa penampilannya sempurna, ia pun berjalan penuh percaya diri keluar kamar.

Saat tiba di ruang tengah, ia melihat adiknya sedang menonton TV. "Kamu gak kuliah?"

“Tinggal skripsi. Nanti sore aku ada part time,” jawab Genji tanpa menoleh.

"Sudah 23 tahun belum lulus juga. Mau jadi mahasiswa abadi?" ledek Zira sambil mengganti sandal rumah dengan sepatu.

Genji berdecak akhirnya menoleh ke sang kakak. "Ini juga lagi diusahakan. Santai saja, tahun ini pasti lulus."

"Bagus deh, Kakak suka optimismu," ucap Zira tersenyum. "Aku pergi dulu."

“Cantik amat, mau ke mana?” tanya Genji penasaran.

Zira mengibaskan rambut dengan dramatis. "Kencan dong."

“Kencan sama siapa? Wah, Mama harus tahu ini," kata Genji sedikit mengancam.

“Dasar tukang ngadu!” Zira menanggapi dengan kesal dan berjalan keluar. Namun, sebelum pintu tertutup, ia berbalik lagi. “Aidan pergi?”

“Kayaknya sih, Bang Aidan pergi kencan juga. Dia sering ketemu cewek di luar,” Genji menanggapi santai.

Zira mendengus kesal. “Dasar playboy,” gumamnya, sebelum menutup pintu dengan sedikit keras.

***

Saat tiba di halte, Zira melihat Braga yang sudah menunggunya di parkiran kafe. Ia tersenyum manis dan berjalan ke arah pria dengan setelan kemeja slim fit itu.

“Sudah lama nunggu?” tanya Zira lembut.

"Baru sampai juga. Ayo, masuk!" ajak Braga. Mereka berjalan berdampingan memasuki kafe.

Saat mereka akan menuju lantai 2 kafe, tanpa sengaja Zira melihat Aidan sedang duduk dengan seorang wanita. Ia pun berhenti sebentar, menatap ke arah Aidan yang tengah tertawa lebar. Perasaan aneh menyusup di hatinya. Ia merasakan nyeri yang tak terjelaskan.

"Aidan memang selalu menjadi bunga untuk para wanita," ucap Braga ikut menatap ke arah pandang Zira.

"Siapa wanita itu?" tanya Zira berusaha tetap tenang.

“Soraya, model sekaligus aktris. Dia juga pemeran di film 'Dua Wajah' ,” jawab Braga. “Mau gabung?”

Zira menolak halus, merasa tak nyaman.

Mereka pun melanjutkan langkah menuju lantai 2 kafe. Duduk di teras luar sambil menikmati angin pantai.

"Pemandangan di sini bagus juga," puji Zira menikmati terpaan angin sore.

"Makanan di sini juga enak," balas Braga memuji.

Seorang pelayan datang membawakan menu. Zira membiarkan Braga memesankan untuknya karena ia tidak tahu menu mana yang enak.

"Zizi, sebenarnya aku masih berharap kamu mau memerankan Reina. Lala memang bagus, tapi kepribadiannya sangat merepotkan," kata Braga penuh pengharapan.

"Aku tidak ingin dikenal sebagai perebut peran. Selain itu, aku tidak yakin mampu memainkan peran Reina. Dia gadis yang polos, lembut, tapi penuh gairah. Sangat berkebalikan denganku," balas Zira to the point. Ia melihat kekecewaan di wajah Braga. "Tapi, aku tetap bersedia menjadi stuntwoman Reina. Dengan catatan untuk adegan aksinya saja."

"Bahkan syuting belum dimulai pun kamu sudah menjiwai peran Alexa," kata Braga dengan senyum kagum.

Zira tertawa kecil, "antagonis memang lebih cocok untukku."

Mereka tertawa menikmati makan siang bersama. Selepas makan siang, Braga mengantar Zira pulang.

"Terima kasih makan siangnya, Braga. Hati-hati di jalan," ucap Zira setelah turun dari mobil.

Braga mengangguk lalu kembali melajukan mobilnya. Ia tersenyum kecil sambil melihat spion yang masih menampakkan siluet Zira. "Wanita yang menarik."

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status