Aku istrimu, Mas!

Aku istrimu, Mas!

Oleh:  Ana fatih  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
7Bab
23Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Silahkan, Mas bela terus ibuk dan Susan tapi aku sudah tidak bisa lagi menjamin mau sampai kapan pernikahan kita akan berlanjut." "Apa maksud kamu, Rum?" "Sudah aku tegaskan, kalau Mas tidak bisa bersikap tegas sama mereka maka aku yang akan mengambil keputusan. Sudah cukup selama ini mereka berbuat seenaknya sendiri, kita juga punya keluarga sendiri Mas yang harus Mas perhatikan." Bayu terdiam, sedang Arum sudah berada di puncak kemarahan dan lelah karena selama ini keluarga suaminya itu terus saja menjadi duri dalam rumah tangganya dan Arum sudah muak dan tak mau lagi menurutinya .

Lihat lebih banyak
Aku istrimu, Mas! Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
7 Bab

Bab 1

Bab 1"Mas Bayu katanya mau bilang sesuatu sama aku. Ada masalah apalagi sekarang?"Arum lagi duduk di ruang tamu rumah kecil mereka, kepikiran soal semua pengorbanan yang udah dia lakuin buat keluarga Bayu. Baru aja kemarin dia sama Bayu nombokin uang kuliah Susan, tapi sekarang malah muncul masalah lain.Bayu masuk ke ruang tamu dengan wajah cemas. "Dek, aku mau ngomong sesuatu," kata Bayu pelan, Bayu memanggil adek sebagai panggilan sayang pada istrinya. Bayu sepertinya sedang mencari-cari kata yang tepat biar nggak nyakitin hati istrinya.Arum langsung ngangkat alis, curiga. “Apaan lagi, Mas? Ada masalah apa lagi sekarang?”Bayu narik napas panjang, duduk di sebelah Arum, tapi nggak berani ngeliat matanya. “Ini... Susan, adikku, mau nikah bulan depan.”Arum seketika terasa seperti disambar petir, baru saja dia mencari banyak uang untuk kuliahnya Susan yang kuliah dan sekarang dengan gampangnya mengumumkan kalau dia ingin menikah? Jelas saja, Arum terkejut dan begitu kecewa.
Baca selengkapnya

Bab 2

Pagi yang masih buta di rumah sederhana yang dikelilingi oleh tanaman hias yang layu dan suara burung berkicau, Arum terbangun dengan semangat pagi. Sinar matahari yang cerah masuk melalui jendela, menerangi ruang tamu yang penuh dengan kenangan. Dia melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya. Berusaha mengusir rasa malas yang masih menggelayuti.“Akhirnya libur,” serunya ceria sambil mengusap matanya. “Aku bisa menjenguk ibuku. Semoga hari ini berjalan menyenangkan.” Arum mengenakan baju dan hijab yang sudah sedikit pudar dan celana panjang yang nyaman. Rencananya untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya membuatnya merasa bersyukur. Tapi, anehnya ada rasa cemas di dalam hati. Seakan-akan ada yang menghalangi kebahagiaanya hari ini.“Semoga tidak ada yang menganggu rencanaku,” gumamnya sambil merapihkan rambut di depan cermin.Tiba-tiba saja terdengar ketukan keras di pintu. Arum membuka pintu dengan bingung, raut wajah bingungnya itu langsung sirna saat melihat Riska, kakak iparn
Baca selengkapnya

Bab 3

Malam itu, menampilan Riska dengan wajah sombongnya memanggil kedua anaknya. Bahkan, dia tanpa permisi datang ke rumah Arum.“Dimana Riris dan Riko?” tanya Riska dengan wajah yang sombong.“Mbak Riska, kamu bisa sedikit sopan nggak, sih? Ini rumah orang.”“Halah! Penghuninya juga lagi nyantai. Buat apa aku harus salam dulu? Lagipula, ini rumah Bayu bukan rumahmu!” balas Riska dengan tatapan sinis.Dua anaknya yang masih mengantuk itu pun langsung datang mendekat.“Riris, Riko. Ayo, kalian harus segera pulang.”Mereka pun tersenyum mengucapkan terimakasih pada Arum yang membuat amarah Arum sedikit meredam sebelum Riska menarik tangan kedua anaknya.“Kalian gausah begitu. Ayo cepat, pulang!” ucap Riska menarik tangan dua anaknya.“Duh, ada-ada aja ya, Mas. Kok bisa-bisanya dia begitu. Bukannya beliin oleh-oleh sebagai tanda terimakasih karena anaknya udah ada yang mau tampung, tapi ini malah misuh-misuh dengan wajah sombong begitu.”“Yaudah, kamu sabar ya. Udah, istirahat sana, besok i
Baca selengkapnya

Bab 4

“Susan! Ayo, kita perlu bicara!”Susan menoleh, wajahnya berbinar. “Mas Bayu! Ada apa? Kamu mau tahu tentang rencana pernikahan aku sama Mas Beni?”“Iya, kita perlu membicarakan ini lebih serius. Jangan cuma anggap ini pesta. Kita harus pertimbangkan semuanya.”Susan mengernyitkan dahi, tetapi dia mengikuti Bayu ke dalam rumah. Arum mempersiapkan diri, merasa tegang.Arum bicara dalam hati, “Semoga mas Bayu bisa membuat Susan mengerti.”Bayu pun bicara, “Susan, aku ingin kamu dengarkan aku. Pernikahan itu bukan hanya soal pesta megah. Kita semua harus sadar tentang kondisi kita.” Susan mengeluh, “Tapi Mas,ini Cuma sekali seumur hidup. Semua orang ingin merayakan dengan cara yang istimewa.”“Aku tahu, tapi apakah kamu sudah berpikir tentang konsekuensinya? Kita punya tanggung jawab.”Susan mulai merendahkan suaranya. “Mas Bayu aku tahu kamu khawatir, tapi mas Beni akan menjamin semuanya. Dia pengusaha sukses! Kita nggak perlu khawatir soal uang dan semuanya akan di ganti sama Mas Beni
Baca selengkapnya

Bab 5

Pesta pernikahan Susan berlangsung meriah, tawa dan canda menggema di seantero rumah. Para tamu asyik berbincang di sekitar makanan melimpah, dan Susan sendiri tampak anggun di balik gaun pengantinnya yang berkilau. Namun, di tengah semua keriuhan itu, Arum merasa semakin tidak nyaman, seolah setiap langkahnya hanya membawa tatapan sinis dan cibiran dari keluarga suaminya.Arum meneguk segelas air putih sambil melirik Bayu yang sibuk berbincang dengan tamu-tamu dari keluarga besar. Bayu tersenyum lebar, tetapi Arum tahu di balik senyum itu, suaminya sedang menahan beban.“Mas,” bisik Arum pelan ke telinga Bayu. “Apakah kamu tidak merasa mereka melihatku aneh?”Bayu menggeleng. “Tidak, Arum. Mereka hanya tidak terbiasa.”“Tapi aku merasa seperti bahan tertawaan,” kata Arum, suara nyaris bergetar. “Buat apa aku bertahan di sini?”Tanpa banyak bicara, Arum mengambil tasnya dan beranjak keluar rumah. Langkahnya cepat, seolah ingin segera meninggalkan semua cemoohan yang terus menghantamn
Baca selengkapnya

Bab 6

Keesokan paginya Arum sudah siap untuk berangkat ke sekolah dan Bayu juga berangkat ke kantor. Namun baru saja Arum memakai kaos kaki di luar suara Riska memanggil setengah berteriak."Arum, Bayu! Buka pintunya saya mau mintak nasi dan lauk," katanya dari luar. "Mas, itu Mbak Riska, tolong kamu yang layani aku mau berangkat." "Tapi Rum, aku juga mau berangkat." "Ya terserah Maslah, pokoknya aku mau berangkat. Lagian aku heran sama Mbak Riska sudah tahu ini pagi bukannya masak sendiri malah mintak ke orang lain." "Mbak, mau apa? Kita mau berangkat kerja," ucap Arum dengan wajah malasnya namun masih sedikt bersahabat. "Saya mau mintak sarapan anak saya laper dan Mas Riko mau berangkat ke kantor." "Lah, kenapa mintak kesini Mbak. Memangnya Mbak masaknya di dapur sini?" "Eh, Rum. Kamu jangan kurang ajar ya, saya mintak baik-baik kamu malah nyolot adik ipar durhaka kamu memang ya." "Terserah Mbak, tapi maaf pagi ini aku tidak masak karena aku puasa sedang Mas Bayu hanya sarapan
Baca selengkapnya

Bab 7

"Kamu kenapa Mbak, kok wajahnya kecut begitu apa tidak dapat jatah semalam dari Mas Erik?" tegur Susan waktu pas-pasan di depan rumah, Susan hendak beli rokok Beli sedang Riska merenggut karena tidak dapat apa gang di cari di rumah Arumi. "Mbak itu lagi kessal sama itu kucel! masak Mbak cuma mintak nasi buat sarapan pagi saja bilangnya nggak masak dan sok lagi, pura-pura sibuk mau berangkat pagi kayak orang pentung saja padahal kan dia cuma guru honorer paling gajinya cuma habis buat beli bensin itupun tidak bakal cukup cuma buang waktu saja dan menghabiskan uanga Bayu," sungut Riska pada adiknya cerita panjang lebar dengan nada tak terima di perlakuan remeh oleh Arumi. "Masak sih Mbak? Mbak Arum begitu, biasanya Mbak Riska selama ini santai saja mau ambil makanan di rumah Mbak Arum dan setahu ku sih pagi-pagi Mbak Arum sudah masak." "Tapi buktinya nggak ada nuh," kessal Riska lalu menghentakkan kakinya berbaik meninggalkan Susan sang adik begitu saja. Susan yang merasa di ting
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status