Share

Bab 7

"Kamu kenapa Mbak, kok wajahnya kecut begitu apa tidak dapat jatah semalam dari Mas Erik?" tegur Susan waktu pas-pasan di depan rumah, Susan hendak beli rokok Beli sedang Riska merenggut karena tidak dapat apa gang di cari di rumah Arumi.

"Mbak itu lagi kessal sama itu kucel! masak Mbak cuma mintak nasi buat sarapan pagi saja bilangnya nggak masak dan sok lagi, pura-pura sibuk mau berangkat pagi kayak orang pentung saja padahal kan dia cuma guru honorer paling gajinya cuma habis buat beli bensin itupun tidak bakal cukup cuma buang waktu saja dan menghabiskan uanga Bayu," sungut Riska pada adiknya cerita panjang lebar dengan nada tak terima di perlakuan remeh oleh Arumi.

"Masak sih Mbak? Mbak Arum begitu, biasanya Mbak Riska selama ini santai saja mau ambil makanan di rumah Mbak Arum dan setahu ku sih pagi-pagi Mbak Arum sudah masak."

"Tapi buktinya nggak ada nuh," kessal Riska lalu menghentakkan kakinya berbaik meninggalkan Susan sang adik begitu saja.

Susan yang merasa di tinggal begitu sajapun mengerang tak jelas karena Mbaknya di sama baik-baik malah tak tahu diri tapi jengkel Susan tak lama Karena ingat di suruh beli rokok oleh suami tercintanya dan mereka masih pengantin baru jadi suasana hati Susan masih berbunga-bunga.

Sedang Riska kembali ke rumahnya dengan perasaan dongkol entah apa yang harus ia katakan sama suami dan anak-anaknya.

"Ma, mana makanannya?" tanya Erik yang baru keluar dari kamar mandi hanya cuci muka saja.

"Nggak ada Mas, Arum belum masak katanya."

"Kok bisa? biasanya jam segini sudah siap, lagian kamu sih Ma, kenapa tidak masak?"

"Aku tidak tahu Pa, kalau Arumi sialan itu tidak masak pagi ini dan tadi itu ya dia bilang puasa dan Bayu hanya sarapan roti, dasar istri tidak tahu diri masak suami berangkat kerja hanya di kasih makan roti nanti Bayu sakit gimana, siapa yang repot."

Tanpa di sadari ucapan Riska tidak ngacak dulu, seharus ia yang istri tidak becus karena sudah tidak masak dan buat sarapan buat anak dan suaminya.

"Ya sudah kalau gitu Mama, masak mie saja buat aku sarapan sudah laper ini," pinta Erik mendesak.

"Ya nggak bisa gitu donk Mas!"

"Lah, memangnya kenapa? Bukannya kamu bilang tadi belum belanja di dapur tidak ada apa-apa? Ya sudah masak mie saja sekarang!" titah Erik yang lama-lama kessel juga sama Riska.

"Masalahnya di dapur tidak ada mie Mas!" teriak Riska.

Erik mendesah membuang napasnya kasar, kalau mie instan saja tidak ada lalu ia sarapan apa, angin!

Erik tidak menyaut, ia kembali lagi ke kemarnya dengan perasaan malas dan menahan kecewa karena ia sudah laper dari tadi subuh tapi istrinya beralasan mau ambil makanan di rumah adik iparnya tapi nyatanya pulang tidak bawa apa-apa.

"Mau kemana kamu Mas?" tanyai Riska karna suamianya keluar dengan berpakaian rapi sedang tadi bilang kalau ia libur hari ini.

"Bukan urusan mu, urus saja anak-anak dan jangan lupa masak karena anak-anak sebentar lagi bangun," sahut Erik dan langsung menyambar motornya pergi.

Sedang Riska sudah berteriak dua kali memangil Erik agar tidak keluar, tadinya Riska sudah senang suaminya lagi libur itu artinya ia punya waktu untuk istirahat dan tidak perlu menjaga dua anak-anaknya yang lagi aktiv-aktivnya dan itu semua buat kepala Risak hampir peccah setiap harinya di tambah lagi ia sedang tidak punya uang lantaran ia membeli baju tiga potong di Mpok Yuyun.

"Ini semua gara-gara Arumi sialan itu, coba saja ia memberikan sarapan tadi pasti Mas Erik tidak marah begini," umpat Riska dalam hatinya mengerang tak jelas.

Tak lama suara rengekan Riko dan Riris bergantian.

"Ma, laper minum susu!" panggil Riris.

"Ma, aku pipis dan udah kebelet jadi pipis di kasur!"

"Aahh! Sial-sial pagi!"

"Riko, Riris! Keluar kalian!" teriak Riska dengan suara lantang sampai membuat mereka berdua ketakutan bukan keluar justru Riko tambah kencing di atas kasur dan langsung menguar bahu jadi satu penuh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status