Share

Aku istrimu, Mas!
Aku istrimu, Mas!
Penulis: Ana fatih

Bab 1

 Bab 1

"Mas Bayu katanya mau bilang sesuatu sama aku. Ada masalah apalagi sekarang?"

Arum lagi duduk di ruang tamu rumah kecil mereka, kepikiran soal semua pengorbanan yang udah dia lakuin buat keluarga Bayu. 

Baru aja kemarin dia sama Bayu nombokin uang kuliah Susan, tapi sekarang malah muncul masalah lain.

Bayu masuk ke ruang tamu dengan wajah cemas. "Dek, aku mau ngomong sesuatu," kata Bayu pelan,  Bayu memanggil adek sebagai panggilan sayang pada istrinya.  Bayu sepertinya sedang mencari-cari kata yang tepat biar nggak nyakitin hati istrinya.

Arum langsung ngangkat alis, curiga. “Apaan lagi, Mas? Ada masalah apa lagi sekarang?”

Bayu narik napas panjang, duduk di sebelah Arum, tapi nggak berani ngeliat matanya. “Ini... Susan, adikku, mau nikah bulan depan.”

Arum seketika terasa seperti disambar petir, baru saja dia mencari banyak uang untuk kuliahnya Susan yang kuliah dan sekarang  dengan gampangnya mengumumkan kalau dia ingin menikah? Jelas saja, Arum terkejut dan begitu kecewa. 

"Nggak mungkin 'kan Mas!? Dia itu masih kuliah, gimana ceritanya dia minta nikah? Adek aja baru transfer biaya kuliahnya!"

"Iya, Susan yang meminta sendiri. Dia bahkan sudah bilang ke ibu dan ibu bilang ke aku. Terlebih, dia minta pestanya mewah," lanjut Bayu pelan.

Langsung saja Arum ngerasa sudah tidak bisa menahan marah ia pun kembali bicara dengan ketus. “Pernikahan mewah? Baru aja kita nombokin biaya kuliahnya, sekarang mau nikah? Kuliahnya aja belom lulus, Mas! Kita ini punya keluarga sendiri, kok kamu malah mikirin nikahan adikmu saja,” nada Arum mulai bergetar nahan marah.

Bayu keliatan gugup, tangannya gemeteran, dia terlihat seperti tidak bisa membela dirinya. 

“Aku tahu, Dek, tapi Ibu sama Susan maksa. Katanya aku ini kakaknya, harus tanggung jawab. Aku nggak bisa nolak."

Arum berdiri, nggak percaya sama apa yang dia denger. "Nggak bisa nolak? Mas, kamu ini suami aku! Kita punya keluarga sendiri sekarang! Gimana bisa kamu terus-terusan nurutin mereka tanpa mikirin keadaan kita? Udah ngabisin duit buat kuliah Susan, eh sekarang mau bikin pesta mewah?"

Bayu coba berdiri, mau pegang tangan Arum, tapi dia langsung mundur. “Aku ngerti ini berat ta--,"

“Berat?” Arum memotong tajam. “Mas, ini bukan soal berat atau nggak! Ini soal prioritas! Rumah ini aja cicilannya belom lunas dan juga belum direnovasi! Aku susah payah nabung buat bayar kuliah Susan, sekarang kita disuruh keluarin duit lagi buat pestanya?" Suara Arum mulai tinggi, emosinya nggak bisa dibendung lagi.

Bayu berusaha tetep tenang. “Dek, tolong. Aku nggak bisa ngadepin ibu sama Susan. Mereka selalu bikin aku ngerasa bersalah," kata Bayu coba membela diri.

Arum ngangkat tangan, udah lelah sama jawaban Bayu yang itu-itu aja. “Jadi maunya gimana? Aku yang harus ngomong sama mereka? Kamu tahu mereka bakal ngeledekin aku. Mereka selalu nganggep aku ini istri miskin yang nggak pantes ngomong apa-apa!”

Bayu geleng-geleng kepala cepat. “Aku nggak mau mereka nyakitin kamu, tapi--,"

“Tapi apa, Mas?” Arum motong dengan nada tajam. “Kamu lebih takut nyakitin perasaan mereka daripada perasaanku?”

Bayu terdiam, nggak bisa jawab. Dalam hatinya, dia tahu Arum benar, tapi dia terlalu takut buat ngelawan Ibu dan Susan.

Arum yang sangat mencintai Bayu itu akhirnya memilih untuk mengalah. Cintanya sangat besar untuk laki-laki itu, hingga membuat amarahnya terus teredam demi cintanya. 

 "Yaudah, terserah Mas tapi aku harap ini adalah yang terakhir Mas ngikuti apa kata mereka," ancam Arum. Ia sudah benar lelah dengan apa yang di lakukan oleh adik iparnya itu. Padahal rumah mereka belum juga di renovasi itu lantaran Bayu selalu saja mengedapankan keinginan Susan.

***

Bayu yang sedang duduk santai dengan secangkir kopi di tangannya, di ruang tamu. Dia bersama dengan wanita judes juga mulutnya yang julid. Keduanya sedang berbisik dan menjadikan Arum sebagai topik perjulidan mereka.

“Mas, denger-denger si Arum itu nggak setuju ya kalo aku bikin pesta mewah?” tanya Susan sambil senyum meledek. “Apa karena kalian nggak punya duit? Kasihan banget. Arum bener-bener nggak berguna banget jadi istri. Cuman nadah sama suami tanpa usaha, sekalipun usaha dia tuh nggak menghasilkan, guru honorer saja berapa sih gajianya? cuman buang-buang waktu aja tuh, biar diliat sok sibuk,” nyinyir Susan dengan matanya yang mengejek.

Arum yang sedang membawa suguhan untuk mereka mendengar pembicaraan itu, membuat hatinya memanas. Arum berusaha untuk sabar dengan perjulidan Susan tentangnya.

“Maaf, saya memang guru honorer. Saya tidak buang-buang waktu saya, saya adalah seorang guru yang dapat menentukan kehidupan anak-anak zaman sekarang untuk bisa menjaga mulut mereka biar tidak seperti kamu!” tahan Arum mengambil nafas sebelum melanjutkan. ”Kalau kamu bahas tentang penghasilan, memang penghasilan saya lebih rendah dari Mas Bayu. Tapi, saya akan buktikan kalau saya bukan hanya istri tidak berguna yang hanya nadah dari suami,” jelas Arum kembali menyinyir.

Arum menghela napas kasar.”Lagipula, ini bukan tentang duit. Ini tentang prioritas dan tanggung jawab.”

Susan mendengus, mengejek.”Ah, ya-ya, ngomong aja terus. Memang istri kayak kamu ini ngerti apa tentang keluarga ini?!” balas Susan tidak mau kalah.

Arum menahan emosi. Dia berpikir melawan nyinyiran Susan, tidak ada gunannya. Dia memilih untuk tidak membalasnya dan kembali ke dapur untuk mencari pekerjaan lain yang bisa membuatnya sedikit lega melepaskan emosi yang terpendam. Tapi belum sempat Arum beranjak pergi ke dapur, ibu mertuanya itu datang dengan wajah penuh kesombongan dan tatapan matanya yang tajam

“Hei, menantu sialan! Apa yang kau katakan kepada anakku Bayu tentang pernikahan Susan!” teriak ibu mertuanya, bicara dengan keras.

“Maaf bu. Apa yang ibu maksud?” tanya Arum dengan nada merendah, meskipun hatinya sakit di tegur dengan kasar seperti itu.

“Aku bertanya padamu. Apa yang kau bicarakan tentang pernikahan putriku Susan! Kau memang menantu tidak berguna. Kau pikir, dengan sikapmu begitu kita mau merendah dan mengikuti permainanmu? Jangan harap!” ibu mertuanya itu kembali bicara kasar dan menuduh.

“Permainan?”

Ibu mertuanya melanjutkan. “Putriku Susan, dia punya impian. Dia ingin pernikahan mewah dan banyak tamu berdatangan yang sangat kagum dengan pernikahannya, memberikannya banyak sanjungan. Ah, aku mengerti! Kamu iri dengan pernikahan Susan.”

Ibu mertuanya itu menunjuk dengan jari telunjuknya, kasar ke arah Arum. “Menantu tidak berguna! Kau hanya tau menghancurkan impian orang lain, karena dirimu tidak pernah mendapat yang orang lain miliki. Kau harus banyak-banyak berdoa, agar tuhan tidak mengazabmu karena perasaan iri yang kau punya itu.”

“Astaghfirullah, Bu aku tidak begitu,” Arum membuka suara setelah lama bersabar disana.

Bayu yang sudah lama diam disana tanpa suara pun, kini ikut bicara." Tutup mulutmu, Arum!"

“Arum, berhentilah bicara. Kamu tidak boleh bersikap kasar begitu pada ibu dan Susan.”

Pria lemah tidak memiliki pikiran seperti Bayu, hanya berani bicara singkat membela ibu dan saudarinya. Membuat istrinya tersudutkan dan seakan paling jahat disini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status