Share

Bab 6

Keesokan paginya Arum sudah siap untuk berangkat ke sekolah dan Bayu juga berangkat ke kantor.

Namun baru saja Arum memakai kaos kaki di luar suara Riska memanggil setengah berteriak.

"Arum, Bayu! Buka pintunya saya mau mintak nasi dan lauk," katanya dari luar.

"Mas, itu Mbak Riska, tolong kamu yang layani aku mau berangkat."

"Tapi Rum, aku juga mau berangkat."

"Ya terserah Maslah, pokoknya aku mau berangkat. Lagian aku heran sama Mbak Riska sudah tahu ini pagi bukannya masak sendiri malah mintak ke orang lain."

"Mbak, mau apa? Kita mau berangkat kerja," ucap Arum dengan wajah malasnya namun masih sedikt bersahabat.

"Saya mau mintak sarapan anak saya laper dan Mas Riko mau berangkat ke kantor."

"Lah, kenapa mintak kesini Mbak. Memangnya Mbak masaknya di dapur sini?"

"Eh, Rum. Kamu jangan kurang ajar ya, saya mintak baik-baik kamu malah nyolot adik ipar durhaka kamu memang ya."

"Terserah Mbak, tapi maaf pagi ini aku tidak masak karena aku puasa sedang Mas Bayu hanya sarapan kue sisa dan tea sisa tadi malam dapat dari yasinan."

"Bayu!" teriak Riska karena Arum tidak lagi bisa ia punguti. Biasanya kalau pagi ia meminta sarapan langsung di kasih tapi pagi ini Arum malah ngelawan dan acuh.

"Ada apa Mbak? Benar kata Arum, pagi ini di dapur tidak ada makanan karena Arum tidak masak."

"Oh jadi kamu sudah sok jadi orang kaya tak mau masak dan menghamburkan uang di luar, lagian apa susahnya masak sebentar sebelum berangkat kerja."

"Mbak, Arum lagi puasa dan aku sudah sarapan makanya Arum tidak masak, justru itu kita belajar hemat dan tidak boros."

"Kalian berdua ngeles saja, ya sudah kalau gitu Mbak mintak berasanya satu kg soalnya Mbak belum beli, Mas Riko belum sempat ngantar saya ke indomaret buat belanja sedang saya alergi kalau beli berasa di warung biasa," kata Riska angkuh.

Arum mendelik sambil tersenyum tipis,"kalau begitu Mbak masaknya nunggu Mas Riko sempat karena beras yang aku beli itu di warung bukan di indomaret dan satu lagi berasku juga lagi habis."

Riska melotot matanya hendak keluar, emosinya benar berada di puncak lantaran Arum dan Bayu pagi ini beraninya sudah pakeh banget.

"Oh jadi kalian mulai perhitungan ya sama saya, apa kalian lupa kalau saya ini Mbak mu Bayu dan ke dua saya kakak yang paling kaya karena pekerjaan Mas Riko lebih tinggi dari kalian."

"Lalu kenapa Mbak, kalau memang Mas Riko gajinya lebih tinggi dari Mas Bayu?"

"Sudah, ayo Rum kita berangkat saja nanti telat," ajak Bayu takut Arum makin marah begitupun dengan Riska, tidak enak di dengar tetangga pagi-pagi sudah ribut.

"Iya Mas," sahut Arum.

"Mbak, sebaiknya pulang masak buat keluarganya atau mintak saja sama ibuk dan Susan kalau memang tidak mau masak sendiri, aku dan Arum berangkat kerja dulu."

"Eh, Bayu. Aku ini Mbak kandungmu ya, apa kamu lupa itu?" bentak Riska.

"Aku tidak lupa Mbak, tapi pagi ini kita memang tidak ada sarapan yang bisa di bagi," kata Bayu frustasi.

"Kamu ini kenapa sih Bay, kok kayak lembek gitu hari ini tidak seperti biasanya?" heran Riska.

"Nggak papa Mbak, Aku hanya capek dan Aku harus berangkat kerja."

"Ayo Mas, tadi kamu nyuruh aku cepat kan!" Arum turun dari teras rumahnya yang masih belum di kramik penuh hanya di dalam saja dan kamarnya yang sudah selesai.

Setelah mengunci rumahnya Bayu langsung menyalakan mobilnya dan Arum sengaja tidak pamit sama Riska, karena menurutnya itu percuma.

Saat Riska dan Bayu hilang dari pandangannya Riska mengerang manahan kesaal dan emosi yang meledak-meledak ia di baut marah sama Arum dan Bayu juga merasa terhina oleh sikap Arum yang tak lagi menghormatinya sebagai kakak ipar dan anehnya juga kenapa adik laki-lakinya itu sekarang berubah dan terlihat lemah tak seperti biasanya membela dirinya dan mementingkan kebutuhan dirinya dan ponakannya.

Hari ini Bayu menunjukkan sikap yang amat beda tak seperti biasanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status