Penyesalan Talak Tiga

Penyesalan Talak Tiga

Oleh:  Putri Rellisya  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
9Bab
9Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Bagaimana jadi nya jika Zahira diajak kembali menikah oleh mantan suami nya Zayyan yang sudah menalak tiga Zahira , tentu dalam hukum agama Zahira harus menikah terlebih dahulu dengan laki-laki lain. Namun siapa sangka Zahira yang menikah dengan Adnan yang awalnya Zahira niatkan agar bisa kembali pada mantan suami nya itu justru malah bisa meluluhkan hati Zahira. Zahira malah jatuh cinta pada Adnan dan mengurungkan niat nya rujuk dengan mantan suami nya Zayyan , namun Zayyan tak terima ia bertekad untuk menghancurkan rumah tangga Zahira dan Adnan , akan Zayyan rebut kembali Zahira dari Adnan .

Lihat lebih banyak
Penyesalan Talak Tiga Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
9 Bab

Bab 1. Penawaran

“Menikahlah dengan orang lain untuk beberapa bulan saja setelah itu menikah kembali denganku,” titah Zayyan. Pagi itu Zayyan tiba-tiba saja datang ke rumah Zahira, ia ingin kembali rujuk dengan Zahira namun dirinya sudah mentalak tiga Zahira. Zayyan sendiri sudah pernah menikah setelah bercerai dengan Zahira, itu semua berawal dari keinginan sang ibu, saat itu Zahira tak kunjung hamil dan ibu Zayyan ingin segera memiliki cucu. Maka dari itu ibu Zayyan meminta Zayyan menceraikan istrinya dan menikah dengan wanita pilihannya .Dari awal pernikahan Zayyan dan Zahira memang kurang mendapat restu ibu Zayyan, namun Zayyan bersikeras untuk menikahi Zahira. Saat sang ibu terdiagnosa kanker payudara dan meminta dirinya menceraikan Zahira, Zayyan pun menuruti keinginan sang ibu karna ternyata Zayyan mulai tertarik pada wanita yang dijodohkan sang ibu dengan dirinya.“Siapa tadi yang datan, Zah?” tanya sang ibu.“Zayyan, Bu,” jawab Zahira.Nampak raut wajah tak suka dari sang ibu. “Ngapain dia
Baca selengkapnya

Bab 2.Perceraian

Mengingat pernikahan nya dengan Zayyan kembali, Zahira dan Zayyan sama-sama saling mencintai, namun pernikahan mereka memang kurang direstui oleh ibunda Zayyan karna Zahira berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, berbeda dengan Zayyan yang orang tuanya saja memiliki kerajaan bisnis dengan skala besar .Pernikahan itu terlaksana karna Zayyan yang mengancam ibunya akan pergi meninggalkan sang ibu jika hubungannya dengan Zahira tidak direstui.Setelah resmi menikah Zayyan diminta ibundanya tinggal bersama mereka, walau sikap ibunya Zayyan ini jelas tidak ramah tapi selama tidak ada kekerasan fisik maka Zahira berusaha untuk bersikap biasa saja pada sang mertua karna bagaimanapun mertuanya itu adalah orang yang melahirkan dan membesarkan sang suami .Awal semua terasa bahagia Zayyan memang begitu mencintai Zahira sehingga Zayyan sangat meratukan Zahira, Ibu Erni, ibunda Zayyan itu juga tidak pernah protes hanya sindiran-sindiran halus saja yang terdengar namun semua berubah saat sang
Baca selengkapnya

Bab 3. Persiapan Pernikahan

Hari itu, langit mendung menyelimuti kota, seolah turut merasakan beban di hati Zahira. Langkahnya terasa berat saat ia meninggalkan ruang sidang, pandangannya kosong menatap jalanan yang basah oleh hujan. Tiada satu pun suara yang terdengar selain deru angin yang berbisik lembut, seakan mengingatkan akan kesedihan yang membayangi langkahnya.Setibanya di rumah, Zahira membuka pintu dengan tangan gemetar. Udara dalam rumah terasa dingin, seakan menyambut kepulangannya dengan kesunyian. Ia melangkah perlahan menuju kamarnya, langkahnya tak sekuat sebelumnya. Setiap langkah seolah mengingatkan pada kenangan yang kini berakhir. Dengan pelan, ia menutup pintu kamar dan membiarkan air mata mengalir di pipinya.“Zahira, sayang …” suara lembut ibunya terdengar dari luar pintu. Zahira bisa merasakan kekhawatiran dalam nada ibunya.Ketika pintu dibuka, ibu berdiri di sana, wajahnya penuh kasih, berusaha menahan kesedihan yang juga menghampiri. “Sudah Nduk, biar ibu nanti carikan pria yang lebi
Baca selengkapnya

Bab 4. Menjelang Pernikahan

Di kamar hotel yang terang benderang itu, Zahira duduk termenung di tepi jendela. Kamar yang mewah itu tiba-tiba terasa sempit baginya. Kilasan cahaya lampu kota dari luar menyinari wajahnya yang murung. Besok, ia akan menikah dengan Adnan, pria yang diperkenalkan oleh orangtuanya sebagai calon suami yang ideal. Namun, di balik keputusannya yang berani, hatinya masih terbelah. Ia masih mencintai Zayyan, mantan suaminya, cinta pertamanya yang telah meninggalkan luka mendalam di hatinya.Di sudut kamar, gaun pengantin putih tergantung dengan indah, seolah menantikan momen bahagia. Namun, bagi Zahira, gaun itu lebih mirip dengan kafan yang menyelimuti jiwa raganya. Adnan adalah pria baik, tetapi hati Zahira tahu bahwa ia bukan Zayyan. Zayyan, dengan segala kekurangannya, masih memegang ruang terdalam di hati Zahira.Dia menghela napas panjang, mencoba mengusir bayang-bayang Zayyan yang terus menghantui pikirannya. Setiap kali dia menutup mata, kenangan tentang Zayyan kembali mengalir sep
Baca selengkapnya

Bab 5. Pernikahan

Ruang itu penuh dengan aroma bunga yang segar, setiap sudut dipenuhi dengan karangan bunga yang indah, membuat suasana menjadi semarak namun juga sakral. Adnan, dengan setelan jas tradisional yang gagah, duduk dengan tegap di hadapan calon ayah mertuanya yang memegang buku nikah. Wajah Adnan tampak tenang namun cahaya lampu yang amat terang memperlihatkan sedikit keringat yang mengalir di pelipisnya.Calon ayah mertua itu memandang Adnan dengan pandangan yang menggambarkan campuran antara kebanggaan dan tanggung jawab. "Adnan, kamu sudah siap?" tanyanya dengan suara yang berat namun lembut. Adnan mengangguk, menelan ludah, mencoba menyembunyikan gugup yang mulai memuncak.Zahira sendiri juga sudah diapit oleh dua orang wanita yang merupakan saudara nya berjalan menuju meja akad, memang akad nikah itu sendiri akan disaksikan langsung oleh Zahira yang duduk disamping calon suami nya , mata Adnan terbelalak saat melihat begitu cantik dan anggun nya Zahira dengan balutan kebaya berwarna p
Baca selengkapnya

Bab 6. Penjelasan Talak Tiga

Saat memasuki kamar Zahira langsung meminta Adnan menurunkan dirinya dari gendongannya sebenarnya sudah dari tadi Zahira merasa risih di gendong Adnan, setelah turun lantas Zahira langsung melihat sekeliling rupanya koper yang kemarin ia bawa sudah berada di kamar tersebut, Zahira membawa koper tersebut dan memilih satu stel pakaian, ia akan mandi dan mengganti pakaiannya.Adnan menunggu sang istri selesai mandi, dan setelah Zahira selesai mandi kini gilirannya yang membersihkan diri. Setelah keduanya selesai mereka duduk di tepi tempat tidur dengan saling berjauhan .“Mas inget ya perjanjian kita,” ucap Zahira .“Perjanjian apa Sayang?” tanya Adnan .Mendengar Adnan menanggil nya sayang, Zahira mendelik tidak suka.“Yang mana lagi kalau bukan masalah kontrak pernikahan kita,” jawab Zahira ketus.“Mas udah tanya ke salah satu Ustadz yang Mas kenal, kamu mau denger gak penjelasan dia?” tanya Adnan .“Emang apa katanya?” tanya Zahira yang sebenarnya penasaran.“Kata Ustadz tersebut begi
Baca selengkapnya

Bab 7. Kamar hotel

Zahira duduk di ujung tempat tidur, tangannya meremas ujung pakaiannya dengan gemetar. Adnan berdiri di hadapannya, wajahnya serius namun lembut, berusaha memilih kata-kata dengan hati-hati. Zahira tak bisa lagi mendengar suara Adnan setelah satu kalimat menyentuh telinganya, kalimat yang menggetarkan hatinya seperti gemuruh yang tiba-tiba menyerbu dada.“Kita harus menjalani pernikahan ini sepenuhnya, sebagai suami istri,” kata Adnan, suaranya tegas namun seolah bergaung di telinga Zahira. Talak tiga. Kata itu terasa seperti palu yang menghantam dadanya. Napasnya mendadak terasa berat, seperti ada beban besar yang menghimpitnya. Jantungnya berdebar kencang, dan hawa di sekitarnya mendadak terasa sesak.Pikiran Zahira melayang pada nasihat Pak Penghulu tadi, kata-kata yang ia abaikan namun kini kembali terngiang dengan tajam. Matanya menatap lantai, tetapi pikirannya berputar liar. Bagaimana mungkin? Baru beberapa jam lalu, ia merasa ini hanya sekadar formalitas, langkah sementara seb
Baca selengkapnya

Bab 8. Tak Sesuai Harapan

Adnan duduk di tepi tempat tidur, menatap langit-langit kamar yang diterangi lampu lembut di sudut ruangan. Udara terasa dingin, namun bukan itu yang membuat dadanya terasa sesak. Di sisi lain kamar, Zahira berdiri memunggungi Adnan, sibuk membereskan sesuatu yang tidak jelas apa, seperti menghindari tatapannya. Hening menyelimuti mereka berdua, seolah ada sekat tak terlihat yang terbentang di antara mereka.Adnan tahu, malam ini seharusnya menjadi malam yang penuh kenangan, malam yang akan mereka simpan dalam ingatan. Tapi kenyataan berbeda. Dia bisa merasakan jarak yang terasa begitu nyata dari cara Zahira menjauh, bahkan tanpa sepatah kata pun.“Zahira ...” Suaranya pelan, hampir berbisik. Ia mencoba memecah keheningan yang begitu pekat.Zahira hanya terdiam, jemarinya terus bergerak seakan sibuk, tapi tidak ada satu pun barang yang benar-benar dipegangnya. Setelah beberapa saat, dia berbalik, menatap Adnan dengan mata yang penuh keraguan.“Aku ... aku tidur di sofa saja malam ini,
Baca selengkapnya

Bab 9. Sampai Di Bandung

Setelah delapan jam perjalanan yang melelahkan, Adnan dan Zahira akhirnya tiba di Bandung. Adnan memilih untuk tidak banyak beristirahat selama perjalanan, mengarahkan mobil mereka menuju sebuah kompleks perumahan yang tampak aesthetic dan modern. Ketika mobil membelok ke dalam, Zahira mengamati sekeliling dengan rasa kagum.Mobil mereka perlahan masuk ke dalam pekarangan sebuah rumah yang desainnya elegan namun minimalis. Pagar besi yang tinggi dengan garis-garis bersih dan taman kecil di depan rumah menambah kesan rapi dan tertata. Adnan mematikan mesin mobil dan keduanya turun, meregangkan badan yang kaku.Zahira melangkah mendekati pintu depan, menatap pada rumah yang dipenuhi dengan panel kaca besar dan batu alam. Cahaya sore yang hangat menyorot lembut, menciptakan bayangan yang menari di permukaan halus tersebut. Adnan mengikuti dari belakang, membawa tas-tas mereka dengan perasaan campur aduk antara kelelahan dan lega karena telah tiba.Dengan langkah yang masih sedikit goyah
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status