Share

Bab 3. Persiapan Pernikahan

Hari itu, langit mendung menyelimuti kota, seolah turut merasakan beban di hati Zahira. Langkahnya terasa berat saat ia meninggalkan ruang sidang, pandangannya kosong menatap jalanan yang basah oleh hujan. Tiada satu pun suara yang terdengar selain deru angin yang berbisik lembut, seakan mengingatkan akan kesedihan yang membayangi langkahnya.

Setibanya di rumah, Zahira membuka pintu dengan tangan gemetar. Udara dalam rumah terasa dingin, seakan menyambut kepulangannya dengan kesunyian. Ia melangkah perlahan menuju kamarnya, langkahnya tak sekuat sebelumnya. Setiap langkah seolah mengingatkan pada kenangan yang kini berakhir. Dengan pelan, ia menutup pintu kamar dan membiarkan air mata mengalir di pipinya.

“Zahira, sayang …” suara lembut ibunya terdengar dari luar pintu. Zahira bisa merasakan kekhawatiran dalam nada ibunya.

Ketika pintu dibuka, ibu berdiri di sana, wajahnya penuh kasih, berusaha menahan kesedihan yang juga menghampiri. “Sudah Nduk, biar ibu nanti carikan pria yang lebih baik dari Zayyan,” ujarnya, mencoba memberikan semangat meskipun suaranya bergetar. Namun, Zahira hanya menunduk, tidak mengangkat wajahnya. Jari-jarinya mencengkeram ujung bajunya, menggenggam erat seolah mencari pegangan dalam lautan kesedihan.

Senyum lembut sang ibu tak berhasil menjangkau hati Zahira. Ia terdiam, larut dalam pikirannya sendiri. Semua kenangan, semua harapan yang hancur, membuatnya merasa seperti terjebak dalam ruangan yang terlalu sempit untuk menampung rasa sakitnya. Dalam keheningan itu, satu-satunya suara yang terdengar hanyalah isak tangisnya, meresap ke dalam dinding-dinding rumah yang seharusnya dipenuhi kebahagiaan.

Hari terus berganti, beberapa kali setelah selesai masa iddah sang ibu mengenalkan Zahira pada beberapa pria pilihan sang ibu namun Zahira selalu menolaknya namun suatu hari Zayyan datang menemuinya dan mengajak Zahira untuk rujuk kembali.

Zahira jelas ingin, bagaimanapun Zahira masih mencintai Zayyan namun karna sudah jatuh talak tiga di pernikahan mereka sebelumnya maka Zahira harus menikah terlebih dahulu dengan laki-laki lain, bagai angin segar sang ibu kembali menawarkan Zahira untuk menikah dengan laki-laki yang bernama Adnan, tentu Zahira mau karna ia menganggap bahwa itu bisa menjadi batu loncatannya menikah kembali dengan Zayyan, tanpa Zahira tau bahwa ternyata ada banyak sekali syarat agar mereka bisa kembali rujuk bukan hanya sekedar menikah dengan pria lain .

“Kamu liat ini, masih bujang anaknya temen deket ibu baik banget pekerjaan nya juga sudah mapan, kalau kamu nikah sama Nak Adnan kamu bakalan dapet mertua yang baik banget gak kaya mantan mertuamu dulu yang baru jadi bandar aja sombongnya udah naudzubillah,”ucap sang ibu.

“Terserah ibu aja, kali ini Zahira enggak bakalan protes,” ucap Zahira .

Tentu mendengat itu ibunya Zahira begitu bahagia, bagaimanapun sebagai seorang ibu ia juga sangat sedih melihat sang anak yang berubah menjadi pendiam setelah berpisah dengan Zayyan, sang ibu berharap pernikahan Zahira dengan Adnan bisa membawa kebahagiaan untuk Zahira.

-----

Pernikahan Adnan dan Zahira sudah disepakati, tak ada pernikahan mewah sesuai permintaan Zahira mereka akan mengusung konsep intimide wedding, Zahira fikir pernikahannya juga tak akan lama dengan Adnan tak perlu mengadakan pesta mewah sebenarnya Zahira ingin menikah dengan lebih sederhana, akad nikah di KUA pun tak apa tapi Zahira tetap harus menghargai keluarga calon suaminya.

Selesai acara lamaran itu semua disibukan dengan acara pernikahan Zahira, kabar rencana pernikahan Zahira pun sudah sampai di telinga Zayyan, ia tersenyum tak lama lagi ia akan kembali bersama Zahira, baginya Zahira memang sosok wanita terbaik, ia sempat menyesali keputusannya untuk menceraikan Zahira dan menikahi perempuan pilihan sang mamah, bahkan dari hasil pernikahannya dengan wanita pilihan sang mamah Zayyan tetap tak memiliki keturunan.

Adnan lah yang paling sibuk mengurus pernikahannya dengan Zahira sedangkan Zahira tak mau tau jelas ini bukan lah pernikahan yang ia mau beberapa kali Adnan menanyakan perihal konsep pernikahan yang Zahira mau tapi Zahira selalu menjawabnya dengan kata terserah.

“Kamu beneran gak mau ada konsep pernikahan yang kamu mau gitu? kamu tiap ditanya jawabannya pasti selalu terserah,” tanya Adnan melalui sambungan teleponnya.

“Kalau kamu mau mundur silahkan aku gak masalah, lagian pernikahan ini juga bukan pernikahan impian aku,” jawab Zahira ketus .

“Yaudah biar aku aja yang urus semua kamu terima beres aja,” jawab Adnan pasrah.

Adnan tidak akan menyerah ia akan menaklukan hati calon istrinya ini, dia sudah bertanya pada seorang Ustadz tentang bagaimana itu tentang talak tiga dan mereka harus menjalani pernikahan sebagaimana mestinya. Zahira harus tetap menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri.

*** 

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status