Share

Bab 2.Perceraian

last update Last Updated: 2024-10-06 14:51:41

Mengingat pernikahan nya dengan Zayyan kembali, Zahira dan Zayyan sama-sama saling mencintai, namun pernikahan mereka memang kurang direstui oleh ibunda Zayyan karna Zahira berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, berbeda dengan Zayyan yang orang tuanya saja memiliki kerajaan bisnis dengan skala besar .

Pernikahan itu terlaksana karna Zayyan yang mengancam ibunya akan pergi meninggalkan sang ibu jika hubungannya dengan Zahira tidak direstui.

Setelah resmi menikah Zayyan diminta ibundanya tinggal bersama mereka, walau sikap ibunya Zayyan ini jelas tidak ramah tapi selama tidak ada kekerasan fisik maka Zahira berusaha untuk bersikap biasa saja pada sang mertua karna bagaimanapun mertuanya itu adalah orang yang melahirkan dan membesarkan sang suami .

Awal semua terasa bahagia Zayyan memang begitu mencintai Zahira sehingga Zayyan sangat meratukan Zahira, Ibu Erni, ibunda Zayyan itu juga tidak pernah protes hanya sindiran-sindiran halus saja yang terdengar namun semua berubah saat sang mertua terdiagnosa kanker payudara, terakhir saat usia pernikahan mereka berjalan hampir dua tahun Zahira tidak kunjung hamil ibunya Zayyan menggunakan alasan itu untuk meminta Zayyan menceraikan Zahira, ibu Zayyan berkata takut usianya tak lama lagi dan ia ingin segera memiliki cucu bahkan ibunya Zayyan sudah mempersiapkan calon istri baru untuk Zayyan .

Dari semenjak itu semua berubah , sang mertua sering meminta calon istri baru Zayyan itu datang ke rumah mereka, Zayyan sendiri awal nya merasa risih namun melihat kondisi sang ibu dan permintaan sang ibu, Zayyan pun terpaksa menceraikan Zahira, perceraian pertama disahkan oleh Negara namun ternyata Zahira dan Zayyan beberapa bulan kemudian kembali rujuk, rujuknya Zayyan dan Zahira itu hanya berlangsung dua bulan , Bu Erni mengetahui hal itu dan meminta Zayyan menceraikan kembali Zahira maka jatuhlah talak dua.

Seperti tak gentar , saat ibunya dalam kondisi yang jauh lebih baik Zayyan kembali diam-diam menikahi Zahira bahkan pernikahan itu kembali disahkan dalam hukum Negara, awalnya Bu Erni pasrah dengan sikap sang anak namun lima bulan berlalu Zahira memang tak kunjung hamil juga, bahkan terakhir Bu Erni berani membentak Zahira, dan melukai fisiknya dari semenjak itu Zahira sering melawan Bu Erni, suatu hari saat Bu Erni dan Zahira bertikai Zayyan baru saja pulang dan menyaksikan semuanya. 

“Zahira, apa-apaan kamu? Ibu sedang sakit bukannya kamu membantu mengurus ibu tapi kamu malah menyakiti ibu!!!” bentak Zayyan.

“Mas, selama ini aku sudah berusaha sabar menghadapi ibu, aku sudah berusaha menjadi menantu yang tak melawan ibu walau ibu bersikap kasar tapi makin lama ibu makin keterlaluan. Aku cape Mas begini terus,” jawab Zahira .

“Tapi ibu sakit tidak seharusnya kamu membentak ibu seperti itu,” ujar Zayyan .

“Nah kan, sekarang kamu tau gimana aslinya sikap istrimu dua kali kamu rujuk dan tidak tau sifat asli istrimu bagaimana dan inilah sifat aslinya. Masih kamu mau mempertahankan istri yang seperti ini? Udah gak bisa kasih anak tambah kasar ke ibu lagi padahal kan dia tau ibu mertuanya sakit, atau dia sengaja ingin ibu cepat meninggal?” timpal Bu Erni .

“Bu, ibu kan yang mulai lebih dulu semenjak aku rujuk kembali dengan Mas Zayyan ibu semakin berani membentak dan bersikap kasar pada Zahira, lantas Zahira harus diam saja saat ibu bersikap seperti itu ? Mas apa Mas sekarang udah gak percaya sama aku dan lebih percaya sama ibu?” Tanya Zahira dengan nada meninggi, jujur ia kecewa saat ini dengan sikap suaminya .

“Zayyan ceraiakan saja istri tidak bergunamu ini, ibu sudah cukup sabar ya memberi kalian kesempatan untuk rujuk bahkan saat kalian berani sembunyi-sembunyi menikah lagi waktu itu, tapi makin kesini istrimu ini semakin berani semakin berkuasa hanya karna ibu lemah tak berdaya, sudah ibu kenalkan wanita yang lebih baik tapi kamu selalu saja menolak sekarang kamu baru sadar kan istrimu ini bagaimana ? ini permintaan terkahir ibu ya ceraikan Zahira, talak Zahira untuk ketiga kalinya dan menikahlah dengan wanita pilihan ibu!” tegas Bu Erni .

Zayyan menarik nafas panjang , bukan hanya Zahira tapi Zayyan sendiri cukup kecewa dengan sikap istrinya pada sang ibu , apa memang hubungan yang tidak di restui sang ibu akan berjalan tidak baik? itu lah yang ada difikiran Zayyan .

“Zahira ayo masuk ke kamar,” ajak Zayyan .

“Mas, Mas Zayyan harus dengerin semua penjelasan aku Mas,” ucap Zahira .

“Ayo kita bicarakan ini dikamar, sebentar lagi ayah pulang dan Mas gak mau ayah mendengar pertengkaran kita,” jelas Zayyan .

Akhirnya Zahira mengikuti sang suami masuk kedalam kamar, didalam kamar mereka duduk di tepi tempat tidur dengan fikiran nya masing-masing, awal nya hening sampai akhirnya Zayyan memulai pembicaraan .

“Zahira,” panggil Zayyan .

“Iya Mas,” jawab Zahira .

“Mari kita bercerai saja, benar kata ibu kita memang harus bercerai ternyata pernikahan yang kurang mendapat restu dari seorang ibu tidak bisa berjalan dengan baik karna tak ada do’a didalamnya, aku memang masih mencintai kamu tapi aku lebih takut kehilangan ibu. Bagaimanapun ibu selalu memberikan yang terbaik didalam hidup Mas bahkan jika keinginan itu tak sesuai dengan harapannya,” ucap Zayyan .

Mata Zahira terpejam, ia tak menyangka jika pernikahan nya bisa seberantakan ini, sebenarnya ibunda Zahira juga marah ketika anak nya bahkan sampai dua kali rujuk kembali dengan Zayyan namun Zahira selalu memastikan semuanya jika Zayyan sangat mencintai dirinya dan permasalahan mereka hanya ada pada ibu mertuanya saja tapi kali ini sepertinya Zayyan juga menginginkan perceraian itu Zayyan terlalu menyayangi ibundanya .

Lantas Zahira pun tetap ingin menjelaskan semua agar tak menjadi salah faham Zahira pun berkata lirih,”Semua yang Mas liat itu tak sesuai yang ibu ucapkan, Mas. Selama ini aku sudah berusaha untuk sabar menghadapi ibu yang setelah kita rujuk kedua kalinya ini benar-benar sikap ibu menjadi kasar, ibu sering sekali meminta tolong kepadaku dengan suara membentak bahkan jika aku melakukan kesalahan ibu tak segan untuk menamparku. Aku bertahan karna kita saling mencintai dan berharap Mas mengerti kondisi aku yang sekarang sering ditekan ibu Mas Zayyan. Tapi bukah hanya ibu Mas Zayyan juga banyak sekali berubah Mas, Mas akhir-akhir ini sering pulang larut malam. Hanya hari ini saja kan Mas pulang tepat waktu? jika Mas ingin menceraikan saya silahkan Mas. Ini menjadi talak tiga bagi saya, dengan itu kita tidak bisa rujuk kembali sampai dari kita berdua ini sama-sama menikah terlebih dahulu dengan orang lain kan?”

Zayyan mengacak rambutnya kasar, disituasi yang sulit ini dia dilema luar biasa, satu sisi ia mencintai istri nya namun disatu sisi dia juga begitu menyayangi ibu nya. Zayyan menarik nafas panjang dan akhirnya ia sudah menetapkan pilihan nya .

“Kalau begitu mari kita bercerai, sepertinya Mas akan mempertimbangkan menikahi wanita pilihan ibu dan semoga restu ibu bisa memberikan kebahagiaan di pernikahanku nantinya,” tegas Zayyan  .

“Baik kalau mau Mas seperti itu antarkan aku kembali ke rumah orangtuaku dan mari kita bercerai,” ucap Zahira begitu sendu .

“Baik, Saya Zayyan mentalak tiga kamu dan saya tidak akan kembali rujuk dengan kamu Zahira. Mas harap kamu juga bisa menemukan kebahagiaan lain bersama pria lain.”

Sambil menangis Zahira langsung mengemasi semua pakaian dan barang-barangnya, dadanya terasa begitu sesak ntah mengapa perceraiannya kali ini dengan Zayyan amat melukai perasaannya , padahal sebelumnya ia bisa merelakan Zayyan tapi kali ini begitu berat Zahira rasakan .

Namun Zahira berusaha tetap kuat bagaimanapun ini adalah keputusan yang telah mereka ambil , Zahira tidak boleh menyesali hal itu. Zahira harus terus berusaha untuk kuat dan menjalani hari-hari nya nanti walau tak ada lagi Zayyan disamping nya .

*** 

BERSAMBUNG

Related chapters

  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 3. Persiapan Pernikahan

    Hari itu, langit mendung menyelimuti kota, seolah turut merasakan beban di hati Zahira. Langkahnya terasa berat saat ia meninggalkan ruang sidang, pandangannya kosong menatap jalanan yang basah oleh hujan. Tiada satu pun suara yang terdengar selain deru angin yang berbisik lembut, seakan mengingatkan akan kesedihan yang membayangi langkahnya.Setibanya di rumah, Zahira membuka pintu dengan tangan gemetar. Udara dalam rumah terasa dingin, seakan menyambut kepulangannya dengan kesunyian. Ia melangkah perlahan menuju kamarnya, langkahnya tak sekuat sebelumnya. Setiap langkah seolah mengingatkan pada kenangan yang kini berakhir. Dengan pelan, ia menutup pintu kamar dan membiarkan air mata mengalir di pipinya.“Zahira, sayang …” suara lembut ibunya terdengar dari luar pintu. Zahira bisa merasakan kekhawatiran dalam nada ibunya.Ketika pintu dibuka, ibu berdiri di sana, wajahnya penuh kasih, berusaha menahan kesedihan yang juga menghampiri. “Sudah Nduk, biar ibu nanti carikan pria yang lebi

    Last Updated : 2024-10-06
  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 4. Menjelang Pernikahan

    Di kamar hotel yang terang benderang itu, Zahira duduk termenung di tepi jendela. Kamar yang mewah itu tiba-tiba terasa sempit baginya. Kilasan cahaya lampu kota dari luar menyinari wajahnya yang murung. Besok, ia akan menikah dengan Adnan, pria yang diperkenalkan oleh orangtuanya sebagai calon suami yang ideal. Namun, di balik keputusannya yang berani, hatinya masih terbelah. Ia masih mencintai Zayyan, mantan suaminya, cinta pertamanya yang telah meninggalkan luka mendalam di hatinya.Di sudut kamar, gaun pengantin putih tergantung dengan indah, seolah menantikan momen bahagia. Namun, bagi Zahira, gaun itu lebih mirip dengan kafan yang menyelimuti jiwa raganya. Adnan adalah pria baik, tetapi hati Zahira tahu bahwa ia bukan Zayyan. Zayyan, dengan segala kekurangannya, masih memegang ruang terdalam di hati Zahira.Dia menghela napas panjang, mencoba mengusir bayang-bayang Zayyan yang terus menghantui pikirannya. Setiap kali dia menutup mata, kenangan tentang Zayyan kembali mengalir sep

    Last Updated : 2024-10-06
  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 5. Pernikahan

    Ruang itu penuh dengan aroma bunga yang segar, setiap sudut dipenuhi dengan karangan bunga yang indah, membuat suasana menjadi semarak namun juga sakral. Adnan, dengan setelan jas tradisional yang gagah, duduk dengan tegap di hadapan calon ayah mertuanya yang memegang buku nikah. Wajah Adnan tampak tenang namun cahaya lampu yang amat terang memperlihatkan sedikit keringat yang mengalir di pelipisnya.Calon ayah mertua itu memandang Adnan dengan pandangan yang menggambarkan campuran antara kebanggaan dan tanggung jawab. "Adnan, kamu sudah siap?" tanyanya dengan suara yang berat namun lembut. Adnan mengangguk, menelan ludah, mencoba menyembunyikan gugup yang mulai memuncak.Zahira sendiri juga sudah diapit oleh dua orang wanita yang merupakan saudara nya berjalan menuju meja akad, memang akad nikah itu sendiri akan disaksikan langsung oleh Zahira yang duduk disamping calon suami nya , mata Adnan terbelalak saat melihat begitu cantik dan anggun nya Zahira dengan balutan kebaya berwarna p

    Last Updated : 2024-10-06
  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 6. Penjelasan Talak Tiga

    Saat memasuki kamar Zahira langsung meminta Adnan menurunkan dirinya dari gendongannya sebenarnya sudah dari tadi Zahira merasa risih di gendong Adnan, setelah turun lantas Zahira langsung melihat sekeliling rupanya koper yang kemarin ia bawa sudah berada di kamar tersebut, Zahira membawa koper tersebut dan memilih satu stel pakaian, ia akan mandi dan mengganti pakaiannya.Adnan menunggu sang istri selesai mandi, dan setelah Zahira selesai mandi kini gilirannya yang membersihkan diri. Setelah keduanya selesai mereka duduk di tepi tempat tidur dengan saling berjauhan .“Mas inget ya perjanjian kita,” ucap Zahira .“Perjanjian apa Sayang?” tanya Adnan .Mendengar Adnan menanggil nya sayang, Zahira mendelik tidak suka.“Yang mana lagi kalau bukan masalah kontrak pernikahan kita,” jawab Zahira ketus.“Mas udah tanya ke salah satu Ustadz yang Mas kenal, kamu mau denger gak penjelasan dia?” tanya Adnan .“Emang apa katanya?” tanya Zahira yang sebenarnya penasaran.“Kata Ustadz tersebut begi

    Last Updated : 2024-10-06
  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 7. Kamar hotel

    Zahira duduk di ujung tempat tidur, tangannya meremas ujung pakaiannya dengan gemetar. Adnan berdiri di hadapannya, wajahnya serius namun lembut, berusaha memilih kata-kata dengan hati-hati. Zahira tak bisa lagi mendengar suara Adnan setelah satu kalimat menyentuh telinganya, kalimat yang menggetarkan hatinya seperti gemuruh yang tiba-tiba menyerbu dada.“Kita harus menjalani pernikahan ini sepenuhnya, sebagai suami istri,” kata Adnan, suaranya tegas namun seolah bergaung di telinga Zahira. Talak tiga. Kata itu terasa seperti palu yang menghantam dadanya. Napasnya mendadak terasa berat, seperti ada beban besar yang menghimpitnya. Jantungnya berdebar kencang, dan hawa di sekitarnya mendadak terasa sesak.Pikiran Zahira melayang pada nasihat Pak Penghulu tadi, kata-kata yang ia abaikan namun kini kembali terngiang dengan tajam. Matanya menatap lantai, tetapi pikirannya berputar liar. Bagaimana mungkin? Baru beberapa jam lalu, ia merasa ini hanya sekadar formalitas, langkah sementara seb

    Last Updated : 2024-10-06
  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 8. Tak Sesuai Harapan

    Adnan duduk di tepi tempat tidur, menatap langit-langit kamar yang diterangi lampu lembut di sudut ruangan. Udara terasa dingin, namun bukan itu yang membuat dadanya terasa sesak. Di sisi lain kamar, Zahira berdiri memunggungi Adnan, sibuk membereskan sesuatu yang tidak jelas apa, seperti menghindari tatapannya. Hening menyelimuti mereka berdua, seolah ada sekat tak terlihat yang terbentang di antara mereka.Adnan tahu, malam ini seharusnya menjadi malam yang penuh kenangan, malam yang akan mereka simpan dalam ingatan. Tapi kenyataan berbeda. Dia bisa merasakan jarak yang terasa begitu nyata dari cara Zahira menjauh, bahkan tanpa sepatah kata pun.“Zahira ...” Suaranya pelan, hampir berbisik. Ia mencoba memecah keheningan yang begitu pekat.Zahira hanya terdiam, jemarinya terus bergerak seakan sibuk, tapi tidak ada satu pun barang yang benar-benar dipegangnya. Setelah beberapa saat, dia berbalik, menatap Adnan dengan mata yang penuh keraguan.“Aku ... aku tidur di sofa saja malam ini,

    Last Updated : 2024-10-07
  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 9. Sampai Di Bandung

    Setelah delapan jam perjalanan yang melelahkan, Adnan dan Zahira akhirnya tiba di Bandung. Adnan memilih untuk tidak banyak beristirahat selama perjalanan, mengarahkan mobil mereka menuju sebuah kompleks perumahan yang tampak aesthetic dan modern. Ketika mobil membelok ke dalam, Zahira mengamati sekeliling dengan rasa kagum.Mobil mereka perlahan masuk ke dalam pekarangan sebuah rumah yang desainnya elegan namun minimalis. Pagar besi yang tinggi dengan garis-garis bersih dan taman kecil di depan rumah menambah kesan rapi dan tertata. Adnan mematikan mesin mobil dan keduanya turun, meregangkan badan yang kaku.Zahira melangkah mendekati pintu depan, menatap pada rumah yang dipenuhi dengan panel kaca besar dan batu alam. Cahaya sore yang hangat menyorot lembut, menciptakan bayangan yang menari di permukaan halus tersebut. Adnan mengikuti dari belakang, membawa tas-tas mereka dengan perasaan campur aduk antara kelelahan dan lega karena telah tiba.Dengan langkah yang masih sedikit goyah

    Last Updated : 2024-10-22
  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 10. Hari Baru

    Cahaya pagi baru saja merayap masuk melalui celah tirai ketika Zahira, dengan gerakan pelan, merebahkan tubuhnya kembali di atas ranjang. Udara segar selepas Subuh terasa nyaman, namun kepalanya masih dipenuhi oleh perasaan yang bergejolak. Selimut ditariknya hingga menutupi setengah wajah, mencoba meredam kegelisahan yang sempat membuatnya terjaga semalaman.Bagi Zahira, jarak antara mereka terasa begitu dekat, meskipun tak ada sentuhan. Hal itu justru membuat dadanya terasa sesak. Meskipun sudah beberapa hari berlalu sejak pernikahan mereka, Zahira masih merasakan ketidaknyamanan yang sulit diabaikan.Ia memejamkan mata, mencoba menenangkan pikirannya. Namun, bayangan semalam—saat Adnan berbaring hanya beberapa inci darinya—terus menghantui. Setiap gerakan kecil dari Adnan, bahkan hanya desah napasnya, membuat tubuh Zahira kaku. Ia belum terbiasa dengan kehadiran Adnan di sampingnya, rasa risih itu masih kuat, meski ia tak ingin mengakuinya.Zahira menghela napas panjang di bawah sel

    Last Updated : 2024-10-25

Latest chapter

  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 12. Kota Bandung

    Di balkon kecil yang diterangi cahaya temaram, Adnan mengisyaratkan Zahira untuk bergabung dengannya. Tak lama, ia muncul dengan segelas jus di tangan, langkahnya tenang saat menyerahkan minuman itu pada Adnan. Dengan gerakan sederhana namun penuh perhatian, ia menghirup jus segar yang dingin, tidak ada jejak asap rokok atau aroma kopi yang biasanya mengisi udara malam. Hanya kesegaran buah yang menyatu dengan kesejukan malam.Keheningan menyelimuti mereka, sesekali angin malam menyapu lembut wajah Zahira, membuat rambutnya sedikit bergetar. Di antara desah angin yang lembut, tak ada suara lain. Tapi keheningan itu tak terasa canggung, melainkan penuh arti, seakan mereka berdua terhubung dengan cara yang lebih dalam tanpa perlu kata-kata.Akhirnya, Adnan meletakkan gelasnya di meja kecil di sampingnya. Dengan tatapan penuh kasih, ia menoleh pada Zahira, suaranya memecah keheningan, membawa percakapan yang sudah lama ingin ia mulai.“Gimana betah gak di Ban

  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 11. Sore Hari

    Zahira masih bersandar di tempat tidur, matanya terpaku pada layar ponsel yang menampilkan adegan film yang sejak tadi ia tonton. Sesekali ia membenarkan posisi duduknya, mencoba mencari kenyamanan di antara tumpukan bantal. Angin sore yang sejuk menyelinap masuk melalui celah jendela, membuat suasana kamar semakin tenang.Namun, ketenangan itu tiba-tiba buyar ketika terdengar suara mesin mobil berhenti di halaman. Telinga Zahira menangkap bunyi yang familiar—mobil yang ia tahu benar adalah milik Adnan. Matanya langsung teralih dari layar, alisnya mengerut. "Jam tiga?" gumamnya, kebingungan. Pagi tadi, Adnan bilang akan pulang sekitar jam enam, tapi kini sudah ada di rumah lebih awal.Kaget bercampur dengan rasa gugup menyerbu dadanya. Sekilas, Zahira melirik ke arah dapur yang kosong, belum ada tanda-tanda kegiatan masak-memasak di sana. Ia teringat bahwa sejak tadi ia hanya sibuk menonton, membiarkan waktu berlalu tanpa memikirkan apa yang harus disiapkan untuk Adnan. Buru-buru ia m

  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 10. Hari Baru

    Cahaya pagi baru saja merayap masuk melalui celah tirai ketika Zahira, dengan gerakan pelan, merebahkan tubuhnya kembali di atas ranjang. Udara segar selepas Subuh terasa nyaman, namun kepalanya masih dipenuhi oleh perasaan yang bergejolak. Selimut ditariknya hingga menutupi setengah wajah, mencoba meredam kegelisahan yang sempat membuatnya terjaga semalaman.Bagi Zahira, jarak antara mereka terasa begitu dekat, meskipun tak ada sentuhan. Hal itu justru membuat dadanya terasa sesak. Meskipun sudah beberapa hari berlalu sejak pernikahan mereka, Zahira masih merasakan ketidaknyamanan yang sulit diabaikan.Ia memejamkan mata, mencoba menenangkan pikirannya. Namun, bayangan semalam—saat Adnan berbaring hanya beberapa inci darinya—terus menghantui. Setiap gerakan kecil dari Adnan, bahkan hanya desah napasnya, membuat tubuh Zahira kaku. Ia belum terbiasa dengan kehadiran Adnan di sampingnya, rasa risih itu masih kuat, meski ia tak ingin mengakuinya.Zahira menghela napas panjang di bawah sel

  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 9. Sampai Di Bandung

    Setelah delapan jam perjalanan yang melelahkan, Adnan dan Zahira akhirnya tiba di Bandung. Adnan memilih untuk tidak banyak beristirahat selama perjalanan, mengarahkan mobil mereka menuju sebuah kompleks perumahan yang tampak aesthetic dan modern. Ketika mobil membelok ke dalam, Zahira mengamati sekeliling dengan rasa kagum.Mobil mereka perlahan masuk ke dalam pekarangan sebuah rumah yang desainnya elegan namun minimalis. Pagar besi yang tinggi dengan garis-garis bersih dan taman kecil di depan rumah menambah kesan rapi dan tertata. Adnan mematikan mesin mobil dan keduanya turun, meregangkan badan yang kaku.Zahira melangkah mendekati pintu depan, menatap pada rumah yang dipenuhi dengan panel kaca besar dan batu alam. Cahaya sore yang hangat menyorot lembut, menciptakan bayangan yang menari di permukaan halus tersebut. Adnan mengikuti dari belakang, membawa tas-tas mereka dengan perasaan campur aduk antara kelelahan dan lega karena telah tiba.Dengan langkah yang masih sedikit goyah

  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 8. Tak Sesuai Harapan

    Adnan duduk di tepi tempat tidur, menatap langit-langit kamar yang diterangi lampu lembut di sudut ruangan. Udara terasa dingin, namun bukan itu yang membuat dadanya terasa sesak. Di sisi lain kamar, Zahira berdiri memunggungi Adnan, sibuk membereskan sesuatu yang tidak jelas apa, seperti menghindari tatapannya. Hening menyelimuti mereka berdua, seolah ada sekat tak terlihat yang terbentang di antara mereka.Adnan tahu, malam ini seharusnya menjadi malam yang penuh kenangan, malam yang akan mereka simpan dalam ingatan. Tapi kenyataan berbeda. Dia bisa merasakan jarak yang terasa begitu nyata dari cara Zahira menjauh, bahkan tanpa sepatah kata pun.“Zahira ...” Suaranya pelan, hampir berbisik. Ia mencoba memecah keheningan yang begitu pekat.Zahira hanya terdiam, jemarinya terus bergerak seakan sibuk, tapi tidak ada satu pun barang yang benar-benar dipegangnya. Setelah beberapa saat, dia berbalik, menatap Adnan dengan mata yang penuh keraguan.“Aku ... aku tidur di sofa saja malam ini,

  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 7. Kamar hotel

    Zahira duduk di ujung tempat tidur, tangannya meremas ujung pakaiannya dengan gemetar. Adnan berdiri di hadapannya, wajahnya serius namun lembut, berusaha memilih kata-kata dengan hati-hati. Zahira tak bisa lagi mendengar suara Adnan setelah satu kalimat menyentuh telinganya, kalimat yang menggetarkan hatinya seperti gemuruh yang tiba-tiba menyerbu dada.“Kita harus menjalani pernikahan ini sepenuhnya, sebagai suami istri,” kata Adnan, suaranya tegas namun seolah bergaung di telinga Zahira. Talak tiga. Kata itu terasa seperti palu yang menghantam dadanya. Napasnya mendadak terasa berat, seperti ada beban besar yang menghimpitnya. Jantungnya berdebar kencang, dan hawa di sekitarnya mendadak terasa sesak.Pikiran Zahira melayang pada nasihat Pak Penghulu tadi, kata-kata yang ia abaikan namun kini kembali terngiang dengan tajam. Matanya menatap lantai, tetapi pikirannya berputar liar. Bagaimana mungkin? Baru beberapa jam lalu, ia merasa ini hanya sekadar formalitas, langkah sementara seb

  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 6. Penjelasan Talak Tiga

    Saat memasuki kamar Zahira langsung meminta Adnan menurunkan dirinya dari gendongannya sebenarnya sudah dari tadi Zahira merasa risih di gendong Adnan, setelah turun lantas Zahira langsung melihat sekeliling rupanya koper yang kemarin ia bawa sudah berada di kamar tersebut, Zahira membawa koper tersebut dan memilih satu stel pakaian, ia akan mandi dan mengganti pakaiannya.Adnan menunggu sang istri selesai mandi, dan setelah Zahira selesai mandi kini gilirannya yang membersihkan diri. Setelah keduanya selesai mereka duduk di tepi tempat tidur dengan saling berjauhan .“Mas inget ya perjanjian kita,” ucap Zahira .“Perjanjian apa Sayang?” tanya Adnan .Mendengar Adnan menanggil nya sayang, Zahira mendelik tidak suka.“Yang mana lagi kalau bukan masalah kontrak pernikahan kita,” jawab Zahira ketus.“Mas udah tanya ke salah satu Ustadz yang Mas kenal, kamu mau denger gak penjelasan dia?” tanya Adnan .“Emang apa katanya?” tanya Zahira yang sebenarnya penasaran.“Kata Ustadz tersebut begi

  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 5. Pernikahan

    Ruang itu penuh dengan aroma bunga yang segar, setiap sudut dipenuhi dengan karangan bunga yang indah, membuat suasana menjadi semarak namun juga sakral. Adnan, dengan setelan jas tradisional yang gagah, duduk dengan tegap di hadapan calon ayah mertuanya yang memegang buku nikah. Wajah Adnan tampak tenang namun cahaya lampu yang amat terang memperlihatkan sedikit keringat yang mengalir di pelipisnya.Calon ayah mertua itu memandang Adnan dengan pandangan yang menggambarkan campuran antara kebanggaan dan tanggung jawab. "Adnan, kamu sudah siap?" tanyanya dengan suara yang berat namun lembut. Adnan mengangguk, menelan ludah, mencoba menyembunyikan gugup yang mulai memuncak.Zahira sendiri juga sudah diapit oleh dua orang wanita yang merupakan saudara nya berjalan menuju meja akad, memang akad nikah itu sendiri akan disaksikan langsung oleh Zahira yang duduk disamping calon suami nya , mata Adnan terbelalak saat melihat begitu cantik dan anggun nya Zahira dengan balutan kebaya berwarna p

  • Penyesalan Talak Tiga   Bab 4. Menjelang Pernikahan

    Di kamar hotel yang terang benderang itu, Zahira duduk termenung di tepi jendela. Kamar yang mewah itu tiba-tiba terasa sempit baginya. Kilasan cahaya lampu kota dari luar menyinari wajahnya yang murung. Besok, ia akan menikah dengan Adnan, pria yang diperkenalkan oleh orangtuanya sebagai calon suami yang ideal. Namun, di balik keputusannya yang berani, hatinya masih terbelah. Ia masih mencintai Zayyan, mantan suaminya, cinta pertamanya yang telah meninggalkan luka mendalam di hatinya.Di sudut kamar, gaun pengantin putih tergantung dengan indah, seolah menantikan momen bahagia. Namun, bagi Zahira, gaun itu lebih mirip dengan kafan yang menyelimuti jiwa raganya. Adnan adalah pria baik, tetapi hati Zahira tahu bahwa ia bukan Zayyan. Zayyan, dengan segala kekurangannya, masih memegang ruang terdalam di hati Zahira.Dia menghela napas panjang, mencoba mengusir bayang-bayang Zayyan yang terus menghantui pikirannya. Setiap kali dia menutup mata, kenangan tentang Zayyan kembali mengalir sep

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status