Pangeran Pendekar Terasing

Pangeran Pendekar Terasing

last updateLast Updated : 2024-11-21
By:  Afzah Nujati  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
141Chapters
2.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Beberapa hari setelah Kaisar Song Renzong mengumumkan Pangeran Zhao Kong menjadi Putra Mahkota, guncangan besar terjadi di Ibukota. Pangeran Zhao Kong terbunuh. Sebelum kejadian tersebut terjadi, Pangeran Zhao Kong meminta bantuan Empat Pendekar Wangi untuk membawa tiga anaknya yang masih kecil, Zhao Shing (14 tahun), dan si kembar berbeda jenis, Zhao Ming dan Zhao Rong (5 tahun) pergi meninggalkan Bianjing. Tokoh utama dalam cerita ini adalah Zhao Shing, putra pertama Pangeran Mahkota Zhao Kong. Saat berusia empat tahun Zhao Shing atau Chiu Kang (nama samaran) terjatuh dari kereta kuda yang mematahkan tulang leher dan punggungnya sangat parah, sehingga dia hampir mati. Karena harus bertindah cepat demi menyelamatkan anaknya, Pangeran Zhao Kong terpaksa menyalurkan tenaga dalamnya agar Zhao Shing bisa bertahan hidup. Untuk menyambung tulang-tulang yang terpisah, Pangeran Zhao Kong setiap bulan menyalurkan tenaga dalamnya. Namun, beberapa tahun kemudian tubuh Zhao Shing tidak lagi dapat menahan besarnya tenaga dalam di tubuhnya, sehingga usianya diperkirakan tidak akan bertahan lama lagi. Bagaimana Zhao Shing akan mengatasi masalah yang menganggu tubuhnya itu? Apakah dia akan mati, atau malah menjadi seorang pendekar besar di dunia persilatan? Dan, mampukan dia mendapatkan haknya kembali sebagai pewaris takhta Kekaisaran Song yang sah?

View More

Latest chapter

Free Preview

Penyerangan Kediaman Putra Mahkota

“Kau harus jaga adik-adikmu,” ucap Pangeran Zhao Kong. “Sepertinya Ayah tak bisa menemanimu lagi.”“Kenapa, Ayah?” tanya Zhao Shing.“Ingat! Kau harus kuat dan tetap hidup. Apapun yang terjadi,” Pangeran Zhao Kong sengaja tidak menjawab pertanyaan anaknya. “Turuti perintah paman Empat Pendekar Wangi dan jaga adik-adikmu.” Mata Pangeran Zhao Kong mulai berbinar.“Kenapa, Ayah? Apa karena Paman Pangeran Zhao You akan mencelakai Ayah?” kejarnya.“Kau hanya perlu tetap hidup! Itu saja,” kata Pangeran Zhao Kong sembari memeluk anaknya. “Dan jaga adik-adikmu,” ucapnya dengan suara berat. Air mata mulai mengalir dari matanya.Zhao Shing pun menangis kecil. “Aku mengerti, Ayah,” ujarnya di sela-sela tangisannya.“Pengawal! Bawa pangeran ke kamarnya!” seru Pangeran Zhao Kong. Dia berbalik badan melepaskan pelukannya dan berjalan menjauh tanpa melihat Zhao Shing. Air matanya mengalir deras di pipinya. Hatinya tersayat sedih, tapi apalah daya, inilah yang terbaik bagi mereka.Zhao Shing melihat

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
nu izz
updet yg rajin thor
2024-10-26 11:56:08
0
user avatar
Suryadi
terus thor, jangan males update, seru ceritanya
2024-10-24 05:30:34
0
user avatar
Suryadi
Lanjut update thor. seru
2024-10-24 05:25:33
0
141 Chapters

Penyerangan Kediaman Putra Mahkota

“Kau harus jaga adik-adikmu,” ucap Pangeran Zhao Kong. “Sepertinya Ayah tak bisa menemanimu lagi.”“Kenapa, Ayah?” tanya Zhao Shing.“Ingat! Kau harus kuat dan tetap hidup. Apapun yang terjadi,” Pangeran Zhao Kong sengaja tidak menjawab pertanyaan anaknya. “Turuti perintah paman Empat Pendekar Wangi dan jaga adik-adikmu.” Mata Pangeran Zhao Kong mulai berbinar.“Kenapa, Ayah? Apa karena Paman Pangeran Zhao You akan mencelakai Ayah?” kejarnya.“Kau hanya perlu tetap hidup! Itu saja,” kata Pangeran Zhao Kong sembari memeluk anaknya. “Dan jaga adik-adikmu,” ucapnya dengan suara berat. Air mata mulai mengalir dari matanya.Zhao Shing pun menangis kecil. “Aku mengerti, Ayah,” ujarnya di sela-sela tangisannya.“Pengawal! Bawa pangeran ke kamarnya!” seru Pangeran Zhao Kong. Dia berbalik badan melepaskan pelukannya dan berjalan menjauh tanpa melihat Zhao Shing. Air matanya mengalir deras di pipinya. Hatinya tersayat sedih, tapi apalah daya, inilah yang terbaik bagi mereka.Zhao Shing melihat
Read more

Pertarungan Mematikan

Setelah mendengar laporan pelayan, Bu Peng memicingkan matanya. Tiba-tiba dia menghela nafas dan menggeleng-geleng. Ujarnya: “Akhirnya kecemasan Pangeran Zhao Kong terbukti.”“Lalu apa yang hendak kita lakukan?” Bu Hung Chen tidak sabar terus berdiam diri.Bu Peng masih diam. Dia mengerutkan dahinya berpikir jauh. Lalu kembali menggelengkan kepalanya. “Kita hadapi meski mempertaruhkan nyawa,” katanya.Dari dalam rumah seorang penuh wibawa keluar dengan tenang. Dia melayangkan senyum hangat. Empat Pendekar Wangi heran melihat gelagat Pangeran Zhao Kong. Kenapa dia bisa setenang itu dalam kegentingan seperti ini?“Saudaraku, sebaiknya kau pergi, biar kami yang menghadapi mereka,” Bu Sengku memegang pundak Zhao Kong.“Tidak, kalian lah yang pergi, biar aku tetap di sini.”“Tidak, tidak boleh! Sehebat apapun ilmu silatmu, kau tidak akan mampu mengalahkan dua puluh lebih pendekar tangguh dalam satu waktu,” Bu Liak tidak bisa menerima ini.“Aku tahu. Pergi atau tidak, aku akan lebih berguna
Read more

Dalam Pelarian

Setelah sedikit bersajak, Pangeran Zhao Kong tersenyum dan bersiap untuk menyerang lagi.“Omong kosong. Rupanya begini cara seorang terpelajar menghadapi kematian,” kata Gu Buchou dengan mengertak giginya.Hahahahaha.....Hahahaha......Pangeran Zhao Kong tertawa keras tiada henti. Dia terus-menerus tertawa seperti orang gila.“Aku pergi,” tiba-tiba Duan Fang You berkata demikian. Tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya dia melangkah keluar. Melihat kejadian itu, tawa Pangeran Zhao Kong bertambah keras.“Diam kau pangeran sial!” kutuk Chiu Sek, lalu dengan sedikit berlari dia mendekati Duan Fang You dan memegang bahu kanannya. Katanya: “Kenapa? Kita hampir menyelesaikan tugas kita?”Duan Fang You menghelas nafas, “Aku tak tertarik. Lagipula aku di sini tidak untuk menjalankan tugas. Aku datang untuk menguji kemampuannya dan membalaskan kematian sepupuku. Setelah tahu dia tidak bisa menggunakan tenaga dalam, kenapa harus kulanjutkan. Lagipula, aku juga bukan orang suruhan seperti k
Read more

Zhao Shing Tidak Sadarkan Diri

“Pangeran! Pangeran!”Zhao Shing yang tiba-tiba tidak sadarkan diri membuat para Pendekar Wangi panik. Di sela-sela kepanikan mereka, terdengar suara angin kencang berlari ke arah mereka.Lalu dengan nafas terengah-engah Bu Liak keluar dari semak-semak hutan. Katanya: “Kakak Pertama, kita harus cepat pergi dari sini. Orang-orang Pangeran Zhao You sedang menuju ke mari.”“Kita tidak punya pilihan lain. Kita harus meninggalkan tempat ini.” Bu Peng tampak cemas, tapi memang beginilah adanya, tiada pilihan lain selain lari. "Berikan obat ini kepada Pangeran Zhao Ming dan Putri Zhao Rong. Jangan sampai tangisan mereka terdengar."Meski berat, Bu Peng harus melakukannya demi keselamatan mereka bertiga.“Bagaimana dengan Pangeran Zhao Shing? Dia tidak sadarkan diri,” tukas Bu Huang.Bu Liak terkaget mendengar keadaan Pangeran Zhao Shing. Baru saja sebentar dia pergi, keadaan telah berubah demikian terbalik.“Kita tidak punya pilihan. Biar aku yang menggendongnya. Kalian bawa Putri Zhao Rong
Read more

Penyamaran Empat Pendekar Wangi

“Tenanglah, jangan sampai kau membangunkan Pangeran Zhao Ming dan Putri Zhao Rong,” Bu Sengku mengingatkan.“Aku tak tahu lagi harus bagaimana? Keadaan Pangeran Zhao Shing dan adik keempat membuatku sangat cemas.”“Ya, ya, aku mengerti. Satu-satunya tugas kita sekarang adalah mengantarkan mereka ke Taiyuan secepat mungkin. Di sana Pangeran Zhao Shing akan mendapat pengobatan lebih baik. Itulah satu-satunya harapan kita,” kata Bu Peng.“Semoga Pangeran Zhao Shing dapat bertahan,” ucap Bu Huang sambil menggelengkan kepala.“Aku akan mencari kereta kuda untuk mengangkut mereka,” tanpa menunggu persetujuan dari saudara-saudaranya, Bu Sengku langsung berdiri dan bergegas pergi.Bu Peng berdiri dan berkata setengah berteriak, “Tunggu!”Tepat di pintu kamar penginapan, seketika Bu Sengku berhenti. Dia membalikkan badannya dan bertanya, “Ada apa?”“Kau harus berhati-hati dan cepat kembali. Kita akan berangkat tengah malam nanti,” Bu Peng mendekati Bu Sengku dan menepuk-nepuk bahunya.“Jangan
Read more

Berjumpa Jenderal Tai Kun Lun

Kegelisah tampak di wajah Bu Peng. Dia kebingungan bagaimana caranya bisa melewati gerbang itu. Jarak antara kereta kuda yang dihentikannya dan gerbang terakhir kota masih cukup jauh. Dia melihat pintu gerbang besar dengan benteng hitam disesaki para prajurit kerajaan.Perlahan-lahan gelap telah menjadi lebih gelap. Kemilau hitamnya perlahan mulai habis diterkam malam. Meski dibantu gelap, mereka tidak berani melangkahkan keretanya melewati gerbang itu. Karena cahaya lampion masih nyaman menyala.Menanggapi tindakan kakaknya yang tiba-tiba ini, Bu Sengku menyibak tirai yang menutupi pintu kereta. “Ada apa, Kakak pertama?” tanyanya.“Aku merasa cemas, Adik kedua. Aku khawatir kita gagal melindungi para pangeran. Penjagaan begitu ketat,” ujarnya dengan mata dipenuhi kecemasan.Bu Sengku menghela nafas panjang-panjang. Dia keluar dari kereta dan duduk tepat di samping kakaknya. “Lalu apa lagi yang bisa kita lakukan? Tidak ada jalan lain,” katanya dengan kepala tertunduk lemas.Mereka pun
Read more

Bertemu Sosok Misterius

Degup jantung Bu Peng berdetak lebih cepat mendengar kata ‘tunggu’. Dia takut para pengawal gerbang kota itu menggeledah bagian dalam keretanya. Belum sempat dia menjawab, terdengar suara lantang menghardik.“Kurang ajar!” hardik Jenderal Tai Kun Lun kepada pengawal itu. “Dia bersamaku. Dia mempunyai tugas penting yang diperintahkan langsung oleh Yang Mulia Kaisar. Kau berani menanyainya, berarti kau berani bertanya kepada kaisar?” teriaknya sangat keras.Pengawal itu ketakukan. Bibirnya bergetar hebat. Wajahnya mendadak pucat pasi. Sementara pengawal yang lain hanya tertunduk. Mereka mungkin takut menjadi sasaran kemarahan Jenderal Tai Kun Lun berikutnya.“Maafkan aku, Jenderal,” pengawal itu langsung berlutut dan bersujud di depan jenderal.“Baiklah, kali ini kau tidak aku hukum. Bukan karena aku memaafkanmu, tapi aku tidak punya waktu. Enyah kalian!” getak Jenderal Tai Kun Lun. Mendengar hal tersebut, beratus-ratus pengawal itu menyingkir. Mereka tidak berani menyinggung Jenderal T
Read more

Zhao Shing Bertemu Li Guzhou

Setelah berada di hadapan Empat Pendekar Wangi, orang tua berambut putih itu menyibakkan lengan bajunya yang panjang, seketika tiup angin yang sangat besar itu berhenti.Dilihat dari wajahnya, usia orang itu tidak kurang enam puluh dua tahun. Meski rambutnya telah memutih, anehnya jenggot orang tua itu masih hitam legam. Hampir tiada warna putih sedikit pun.“Kami memberi hormat pada tetua?” Bu Peng Cu melipatkan tangannya lalu membungkuk hormat.Orang tua itu masih tertawa keras. Dia perlahan menolehkan wajahnya ke arah Jenderal Tai Kun Lun dan tersenyum. Jenderal Tai terkejut. Matanya melotot tidak percaya. Sesaat dia kehilangan kesadarannya. Lalu orang tua itu berkata: “Tai Kun Lun!”“Hah, maafkan ketidaksopananku, Jenderal Besar Li. Aku tidak menyangka bisa bertemu Jenderal Besar di sini,” Jenderal Tai Kun Lun langsung berlutut dengan tangan menjura penuh hormat.“Tidak perlu sungkan. Aku bukan lagi seorang Jenderal Besar. Saat ini aku hanya rakyat biasa. Bangunlah,” perintah oran
Read more

Mencari Kambing Hitam

Suara derap kuda dari kejauhan semakin dekat. Dari suaranya memang tidak banyak, tapi kemungkinan terdiri dari para pendekar hebat dunia persilayan.“Cepat kalian pergi! Mereka datang,” ujar Jenderal Li Guzhou sambil menggendong Pangeran Zhao Shing di punggungnya. “Kalian harus berpisah jalan. Tai Kun Lun! Kau bawa Zhao Rong ke rumah keluarga Jin Su Yu di Dali. Tidak peduli apa, kau harus mengantarkannya dengan selamat.”“Baik, Tetua. Aku akan melindunginya dengan nyawaku.”“Aku percayakan cucuku padamu.”Kemudian Jenderal Besar Li Guzhou menoleh ke arah Empat Pendekar Wangi. Katanya: “Kalian mesti membawa Zhao Ming ke Chengdu. Berikan dia pada keluarga Miao Yin Feng. Kau harus mengantarkannya dengan selamat. Aku sendiri yang akan mengantarkan Pangeran Zhao Shing ke tujuannya.”“Kami akan melakukan apapun untuk mengantarkannya dengan selamat. Tapi, ke mana tetua akan membawa Pangeran Zhao Shing?” tanya Bu Peng.“Aku akan menyuratimu saat aku menemukan tempat yang layak untuknya. Tapi,
Read more

Kediaman Miao Yin Feng

Mendengar nama Tai Niu Xin dan Tai Kun Lun tidak membuat Permaesuri Yi Thing tenang. Karena jamak diketahui, keluarga Tai merupakan pengikut dan pendukung utama Pangeran Zhao Kong.“Aku tahu apa yang ada di pikiran Ibunda Ratu. Tapi tenang saja, aku telah menyiapkan semuanya. Aku mengancam akan membunuh Jenderal Tai Kun Lun dan semua keluarga Tai jika dia tidak melakukan apa yang aku minta. Dengan ini, kita bisa membunuh dua burung dengan satu batu. Hahaha..” Pangeran Zhao You tertawa keras membanggakan dirinya sendiri.“Aku harap semuanya berjalan lancar, anakku. Karena dengan menjadikan keluarga Tai sebagai terdakwa, maka Tai Kun Lun tidak akan bisa lagi kembali ke istana. Dan lebih menyenangkan lagi, semua jabatan yang dipegang oleh keluarga Tai akan dihapuskan. Mereka akan menjadi rakyat biasa.”“Benar, Ibunda Ratu. Selama ini Perdana Menteri Hu Lian Tang dan keluarga Tai menjadi tembok penghalang keberhasilan kita.”“Bagaimana pun juga, aku lebih suka Jenderal Tai Niu Xin dihukum
Read more
DMCA.com Protection Status