Zafir dan Naura Wajendra adalah bintang utama di dunia bisnis dan deretan keluarga konglomerat. Namun, pernikahan sempurna itu hancur saat Naura tak kunjung hamil, dan Zafir membawa wanita lain ke dalam kediaman mereka. "Aku lebih mampu mempersembahkan seluruh daratan benua untukmu, bahkan membuat para pemimpin dan Raja berlutut padamu. Karena itu, ceraikan suamimu." Kalimat penuh keangkuhan itu diucapkan oleh Arjuna Renjana sambil menatap dalam mata Naura.
View MoreDi hari yang berbeda, sebelumnya Naura sempat menerima panggilan dari Helena. Wanita itu menanyakan kabarnya sampai akhirnya mereka menjadwalkan pertemuan. Setelah selesai bersiap, wanita itu bergegas pergi mengunjungi Mansion Renjana setelah beberapa minggu tak menginjakkan kaki di sana. Sampai di Mansion Renjana, Naura turun dan langsung melihat sosok Helena yang menunggunya di pintu masuk utama. Seperti biasa, Naura akan tersenyum dan memeluk Helena. Kemudian menyerahkan bingkisan yang ia bawa. "Bagaimana kabar ibu?" tanya Naura hangat. Helena tersenyum lembut. "Tentu saja sangat baik." Mata mereka bertemu, Naura diam-diam mencari sesuatu di tatapan Helena. Helena memang menatap dan tersenyum padanya dengan lembut, namun Naura masih dapat dengan mudah siluet kesedihan. "Ayo, masuk sayang." Ajak Helena, kemudian mereka masuk beriringan. Tetapi sebelum itu, Naura sempat menoleh dan melihat mobil asing terparkir di halaman depan Mansion. "Apa ada tamu, bu?" tanya Naura. Se
Arjuna turun dari mobilnya begitu tiba di penjara yang dihuni Ronald, Damian dan Aimee mengikutinya dari belakang. Seorang petugas segera mengarahkannya ke dalam sel Ronald, sesuai permintaan Ronald sendiri. Begitu pintu sel dibuka, sosok Ronald yang tengah duduk santai di atas kursi lipat sambil menonton televisi pun menoleh. "Kau, ya?" ucap Ronald, lalu berdiri dan memutar kursi lipatnya menghadap mereka."Duduklah di mana saja karena tidak ada kursi lain di sini," ujar Ronald, membuat tiga orang dewasa itu akhirnya duduk di lantai seperti anak kecil yang akan memulai pelajaran bersama sang guru. "Bagaimana kabar Anda?" tanya Arjuna, mengulurkan tangan kanannya. Saat matanya bertemu dengan mata cokelat Ronald, pria itu tidak bisa menahan ingatannya tentang Naura. Meskipun berbeda ibu, mata mereka benar-benar memiliki bentuk dan keindahan yang sama. "Seperti yang kau lihat," jawab Ronald acuh, lalu membalas uluran tangan Arjuna. Arjuna mengangguk singkat, lalu matanya tidak s
Suasana serius menyelimuti ruang kerja Arjuna. Pria itu duduk di kursinya, menatap datar Damian dan Aimee bergantian. "Waktu kita tidak banyak, mereka pasti menunggumu keputusanmu," ucap Aimee sambil bersandar di meja kerja Damian. Damian mengangguk setuju. "Jika dalam kurun waktu yang telah mereka tentukan kita masih belum membuat keputusan, aku yakin sang putra mahkota itu benar-benar akan turun tangan langsung."Tidak langsung menjawab, Arjuna hanya menatap rekan serta sepupunya dengan tatapan yang sama seperti sebelumnya."Bagaimana kabar dari putri tuan Bara?" tanya Arjuna, memilih untuk fokus pada jalan keluar dibanding kekhawatiran. "Tidak ada jawaban apa pun, sepertinya beberapa petinggi di sana yang telah mengetahui masalah ini mulai merasa waspada," jawab Damian. Aimee mengangguk setuju. "Mereka berusaha menghindari masalah besar yang jelas sangat berbahaya seperti Phantom.""Lalu apa ada kemungkinan lain dari hasil penyelidikan?" tanya Arjuna lagi, kali ini melirik Aime
Seperti biasa, pagi ini Naura sudah sibuk di meja kerjanya. Namun berbeda dari biasanya yang sibuk menatap layar monitor dengan tangan yang mengetik kesana kemari, Naura kini hanya termenung di meja kerjanya. Matanya sesekali memperhatikan halaman yang sama sejak awal dirinya duduk di kursi kerja, email Phantom. Setelah merenung cukup lama, akhirnya Naura membetulkan kembali posisi duduknya dan membalas email tersebut. Dia setuju untuk bertemu. Tak perlu waktu lama, bahkan kurang dari satu menit, email-nya sudah dibalas. Naura spontan berdiri, lalu meneruskan link lokasi yang dikirim oleh email tersebut pada Kate. "Bersiap, kita pergi sekarang." Kemudian dia melirik ke arah Kate. "Lacak lokasi itu."Kate mengangguk cepat, tangannya pun dengan gesit melaksanakan perintah Naura. Tak butuh waktu lama, Kate pun membalas,"Sudah, nyonya."Mereka bertiga masuk ke dalam mobil, kali ini Althaf yang menyetir. "Anda menerima tawaran pertemuan itu?" tanya Kate dari kursi depan. Naura men
Naura beranjak bangun dari duduknya, bibirnya masih tersenyum tipis ke arah Ronald meski tatapannya sudah sangat lelah. "Kalau begitu aku kembali dulu, jaga kesehatanmu, kak," ucap Naura. Ronald hanya mengangguk singkat, namun saat Naura berjalan melewatinya, pria itu menoleh dan berbicara. "Pastikan tidak ada kursi penguasa yang bergeser, Naura."Naura berhenti dan ikut menoleh, kemudian dia mengangguk. "Aku mengerti."Saat dirinya hendak melanjutkan langkah, suara Ronald lagi-lagi menghentikan gerakannya. "Dan...."Naura hanya menatap Ronald yang kini telah memunggunginya, menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya. "Jaga kesehatanmu juga." Naura tersenyum tipis, lalu menatap lurus lagi ke depan. "Iya, terima kasih banyak." Setelahnya ia benar-benar melangkah keluar dari ruang pertemuan tertutup. "Sudah?" tanya Althaf yang sejak awal menunggu di luar. Naura mengangguk. "Ya, ayo kembali.""Bagaimana?" tanya Althaf sembari keduanya berjalan beriringan. "Ini tentang hutang Tirta
"Mereka mengirim pesan apa?" tanya Ronald, raut wajahnya berkali-kali lipat lebih serius. Melihat sosok Ronald yang memegang, Naura pun ikut terbawa suasana. "Mereka menawarkan kerjasama dan mengungkit hutang. Hutang apa, kak?" tanya Naura. Ronald menarik tatapannya dari Naura untuk mengingat-ingat, lalu kedua matanya menyipit seolah baru mengingat sesuatu. "Ayah." Naura mengerutkan keningnya tak mengerti. "Ayah?" "Kamu adalah hutang mereka, Naura," jawab Ronald, membuat Naura semakin menatapnya bingung. "Aku hutang mereka? Maksudmu aku adalah...?" Ronald mengangguk. "Iya, ayah menjadikanmu salah satu 'alat' transaksi pada Phantom."Naura terdiam. Ayahnya? Ayah yang sangat dia kagumi? "Sejak kapan?" tanya Naura, matanya menatap kosong penuh emosi ke arah meja. "Bahkan sebelum kamu lahir, pernikahan ayah dan ibumu memang diatur untuk hal ini," jawab Ronald, matanya menatap dalam wajah adiknya yang terlihat syok. "Kenapa tidak ada yang memberitahuku mengenai hal ini?" tanya
"Apa ada kotak P3K di sini?" tanya Damian, melirik ibu Kate. Ibu Kate mengerutkan keningnya. "Untuk ap--""Ada." Kate menyela, membuat Damian kembali menatapnya. "Bisa berdiri?" tanya Damian. Kate mengangguk kecil dan berdiri, lalu membawa Damian ke dalam kamarnya diikuti sang ibu. "Apa perlu diobati segitunya? Itu hanya luka kecil," ucap sang ibu, lalu melanjutkan,"Maafkan ya, nak Damian. Kate merepotkan."Kate hanya diam dan duduk selagi Damian sibuk memilih obat di kotak P3K-nya. Damian tersenyum. "Tidak masalah, tante. Sekecil apa pun lukanya jika dibiarkan maka akan berisiko menjadi parah." Ibu Kate tersenyum dalam mendengarnya. "Baiklah, kalau begitu aku memeriksa makan malam di dapur dulu, ya." Kemudian matanya melirik Kate. "Jika sudah selesai cepat turun."Kate mengangguk kecil. "Iya."Sepeninggalan ibu Kate, Damian perlahan tersenyum dan tertawa tipis. "Apa kamu mengalami ini setiap hari? Ah--maaf, maksudku--""Iya, jangan meledekku!" Potong Kate sambil melototinya ke
Satu hari setelah pertemuan canggung penuh perasaan yang tak pernah Kate kenali dengan Damian, wanita itu mulai terlihat lebih gelisah. Seperti sekarang, ini pertama kalinya dia meminta izin kembali lebih cepat dengan raut wajah gelisah. "Nyonya, seluruh berkas sudah saya letakkan di atas meja dan file yang Anda butuhkan telah saya kirim ke email Anda," ucap Kate, wanita itu berdiri seperti patung di depan Naura. Naura mengangguk tanpa menoleh sedikitpun dari layar monitor. "Baiklah, terima kasih banyak Kate."Kate mengangguk, kemudian kepalanya sedikit menunduk, jari-jarinya bermain gelisah. "Nyonya...."Naura hanya mengangkat kedua alisnya sebagai respon, kedua tangannya masih sibuk mengetik sesuatu di keyboard. Setelah menunggu beberapa detik, Naura masih belum juga mendengar apa yang ingin disampaikan Kate. Matanya melirik bingung ke arah Kate, saat mendapati wanita itu berdiri kaku seperti patung, Naura mulai menaruh perhatian penuh pada Kate. "Ada apa?" tanya Naura bingun
Suasana Mansion Tirta kembali lengang saat langit menggelap. Kate meninggalkan Mansion tersebut setelah Naura benar-benar beristirahat. Sepanjang perjalanan menuju tempat pertemuannya dengan Damian, wanita itu hanya diam dengan tatapan yang lelah. Kate khawatir masalah ini akan merepotkan Damian, dia tidak ingin menyeret orang lain ke dalam kesulitan hidupnya. Sampai di restoran bintang empat Jakarta, Kate bergegas turun dari mobilnya dan melangkah masuk. Matanya menyapu seluruh bagian restoran ke kanan dan kiri untuk mencari sosok Damian. Hingga tak lama dari arah depan ada satu tangan yang melambai untuknya, pria itu tersenyum ramah ke arahnya, menunggu dengan tenang. Kate mendekat ke meja tersebut dan tersenyum simpul. "Mohon maaf jika Anda menunggu lama."Damian mengangguk singkat. "Aku juga baru datang." Mendengar hal itu Kate tahu Damian berbohong, karena di atas meja mereka sekarang sudah ada dua gelas kosong. "Jadi... Ada apa, nona Kate?" tanya Damian, tatapan mereka b
“Nyonya! Tuan Zafir membawa seorang wanita asing masuk ke dalam Mansion!"Ucapan Kate, asisten pribadinya, membuat Naura langsung mengalihkan pandangan dari tumpukkan dokumen di atas meja."Pekerja baru?" tanya Naura.Kate menggeleng. "Bukan, Nyonya! Wanita itu adalah kekasih Tuan Zafir!!"Naura terkejut. Zafir adalah pria yang telah dia nikahi selama enam tahun, lalu apa maksudnya pria itu membawa seorang kekasih ke kediaman mereka?"Bawa aku menemui mereka," titah Naura, membuat Kate menganggukkan kepala dan mengantarnya ke tempat Zafir berada.Baru saja mereka sampai di ruang tamu, Naura bisa mendengar percakapan antara dua orang di dalam sana. “Rumahmu indah sekali, Zafir! Aku sangat menyukainya!” “Kamu akan tinggal di sini, jadi bagus kalau kamu suka.” Tampak seorang wanita dengan rambut hitam panjang bergelombang sedang tersenyum dan tertawa manis ke arah seorang pria. Wajah wanita itu begitu cantik, ditambah dengan ekspresi polosnya, siapa pun yang melihat pasti akan jatuh ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments