Share

Bab 4. Arjuna Renjana

Meja makan melingkar yang memiliki hidangan berbagai macam makanan mahal khas barat dan timur benar-benar menggugah selera. 

Zafir duduk tepat di samping Arjuna, sementara Evelyn berada di tengah-tengah Naura dan Zafir. 

Saat suasana kembali normal, Naura dan Zafir fokus berdiskusi dengan Arjuna, Evelyn adalah satu-satunya pihak yang tidak mengerti mengenai topik pembicaraan mereka.

 Wanita itu hanya mendengarkan sambil menyantap makan malamnya. 

Di tengah situasi itu, Evelyn hendak memotong daging steak pilihannya. Wanita itu mengerutkan keningnya bingung saat pelayan memberikannya garpu dan pisau, adegan ini disadari oleh Arjuna. 

Naura yang juga peka dengan ke mana Arjuna menatap, dengan cepat ikut memperhatikan Evelyn.

Naura menghela napas tipis, sepertinya Evelyn kesulitan menggunakan pisau dan garpunya untuk memakan steak. Sederhana, namun bisa menjadi kejanggalan besar. 

Bagaimana mungkin sepupu dari seorang Nyonya Wajendra tidak bisa menggunakan garpu dan pisau untuk menyantap steak mereka?

"Tuan Renjana, saya dengar perusahaan tambang yang sebelumnya anda pegang sukses besar dan berhasil membagikan dividen tinggi untuk para investor? Pertama kali mendengar kabar ini saya geleng kepala karena takjub!"

Naura berusaha mengalihkan perhatian Arjuna, kemudian tangan kirinya dari bawah meja diam-diam memberikan kode pada Kate. 

Kate yang mengerti dengan sigap meminta garpu dan pisau Evelyn sopan, lalu membantu wanita itu memotong daging steak. 

"Bukankah tangan anda baru saja cedera beberapa hari lalu? Izinkan saya membantu anda untuk memotong steak," ucap Kate, interaksi ini berjalan sukses dan normal.

Zafir yang baru menyadari hal ini tidak melakukan apa pun selain menahan tawa, pria itu menganggap Evelyn menggemaskan. 

Naura yang mengerti setiap raut wajah suaminya pun semakin kesal, karena malam ini Evelyn hampir menghancurkan makan malam bisnis mereka!

Setelah Kate memotong steak Evelyn menjadi beberapa bagian kecil, dengan polosnya wanita itu tersenyum dan berkata,"Terima kasih banyak, nona Kate!"

Nada yang tidak elegan dan sangat mengganggu. Meskipun tidak ada yang salah dengan kalimatnya, tetapi sekali lagi, peran Evelyn di sini sebagai sepupu Nyonya Wajendra. 

Sebagai keluarga elite negara, jangankan tertawa dan berbicara, bahkan cara mereka tersenyum juga memiliki ketenTuannya sendiri. Jadi, apa yang dilakukan Evelyn tadi adalah kesalahan yang cukup fatal.

"Evelyn, tolong perhatikan gaya bicaramu." Naura menegurnya langsung, kemudian menatap Arjuna kembali. "Maafkan sepupu saya, dia memang sedikit bebas dari yang lainnya, benar-benar ceria." 

Arjuna hanya mengangguk dan tersenyum, sepertinya pria itu mulai merasakan sesuatu yang janggal. Sementara Evelyn, wanita itu menunduk dalam. Dia sejujurnya tidak mengerti kesalahan apa yang telah ia lakukan sehingga Naura memarahinya. Evelyn mengepalkan kedua tangannya erat di bawah meja diam-diam.

Zafir memperhatikan raut lesu Evelyn, sepintas ada perasaan tidak setuju saat Naura bersikap terlalu frontal ke Evelyn di hadapan Arjuna. 

Zafir menyodorkan garpu steak milik wanita itu, membuat Evelyn mengangkat kepalanya dan menatap Zafir. 

Di momen ini, Naura tidak bisa berbuat apa pun selain menahan perasaannya sendiri dan tetap berusaha mengalihkan Arjuna agar tidak menyadari interaksi aneh mereka.

Di luar dugaan Naura, setelah Zafir memberikan garpu tersebut kepada Evelyn, pria itu segera menatap Naura.

"Malam ini tidak terlalu formal, bukan? Tidak perlu terlalu keras." Kedua mata pria itu memancarkan protes besar kepada Naura. 

Naura terkejut, sepertinya... suaminya sudah gila. Bagaimana bisa pria itu membela wanita lain di hadapan tamu penting? 

Situasi canggung itu bertambah panas saat Evelyn mulai ikut membalas kalimatnya. 

"Zafir, jangan salahkan kakak sepupuku seperti itu. Aku memang salah," ucap Evelyn, lalu menatap ke arah Arjuna. "Aku minta maaf kalau membuat suasana makan malam ini menjadi buruk untukmu." 

Kedua mata wanita itu sedikit berkaca-kaca sehingga membuat siapapun yang melihatnya sekarang pasti akan merasa iba.

Naura memejamkan matanya sambil menarik napas tipis. Wanita itu melakukan kesalahan lagi. Dia tidak bisa berbicara dengan sangat santai seperti itu dengan Arjuna. 

Namun, di luar dugaan siapapun, Arjuna dengan raut wajahnya yang dingin itu menatap Evelyn datar.

"Sejujurnya saya ingin bertanya, apa keluarga Tirta tidak pernah mengajari Nona Evelyn sopan santun?" 

Suasana menjadi hening seketika, Zafir dan Naura terdiam karena tidak menyangka Arjuna sama sekali tidak memasang basa-basi palsu dan berterus terang menyatakan apa yang ia rasakan. 

Wajah Evelyn pun memerah, kedua matanya sedikit terbelalak, dia... tidak tahu harus menjawab apa. 

Momen ini tentu membuat Zafir segera angkat bicara meskipun sebelumnya ia sempat terdiam. 

"Evelyn adalah anak yang jarang bergabung dengan perkumpulan resmi atau pun semi-resmi seperti ini. Dia terbiasa menerima pembelajaran privat dan jarang menampakkan wajahnya ke media, mohon pengertiannya Tuan Renjana."

Bibir Zafir tersenyum, sedangkan tatapan mata Arjuna belum berubah. 

Arjuna mengangguk singkat, lalu matanya melirik Naura.

"Bagaimana dengan anda, Nyonya Wajendra? Bukankah sikapnya yang seperti ini adalah tanggung jawab anda?" 

Naura yang tadinya fokus menatap makanan selama Zafir dan Arjuna berbincang, akhirnya mengangkat pandangannya untuk menatap Arjuna. 

Kedua tatapan penuh rasa acuh dan dingin itu kembali bertemu. 

Naura tersenyum tipis. "Setiap anggota keluarga Tirta akan memikul tanggung jawab hidupnya masing-masing setelah beranjak dewasa. Mohon maaf, Tuan Renjana. Sepertinya kalimat anda keliru." 

Arjuna menatap Naura sedikit lebih intens, jawaban menarik Naura membuat ekspresi keras Arjuna sedikit berubah menjadi ekspresi yang sulit untuk dijelaskan. 

Di tengah situasi ini, Evelyn tiba-tiba kembali berbicara, membuat seluruh mata jatuh padanya. 

"Tuan Renjana, tolong jangan menekan sepupu saya seperti itu. Kak Naura... Dia... Tidak bersalah."

Evelyn mengerutkan keningnya, kedua matanya sedikit berkaca-kaca, raut wajahnya sangat menggambarkan penyesalan. 

"Menekan?" tanya Arjuna, alis kirinya sedikit terangkat. 

Naura yang melihat ini menghela napas tipis diam-diam, sepertinya... Evelyn kembali menginjak langkah yang salah lagi dalam berbicara. Naura diam-diam sedikit merasa gelisah, bagaimana jika Arjuna tersinggung dan membatalkan kerjasama mereka? Oh... Tuhan....

"Evelyn, lanjutkan makanmu. Tidak baik berbicara terlalu banyak saat sedang menyantap hidangan." Naura segera mengambil langkah pencegahan agar wanita itu tidak terlalu banyak berbicara. 

Kemudian dia menatap Arjuna untuk kembali tersenyum dan berkata, "Maaf telah mengganggu anda makan, silahkan lanjutkan. Sepupu saya memang masih berjiwa muda, dia belum terlalu mengerti."

Zafir melirik ke arah Evelyn untuk memastikan raut wajah wanita itu, saat mengetahui bahwa Evelyn memasang raut wajah sedih, Zafir segera menatap Naura dan diam-diam melempar kode untuk berkomunikasi tanpa Arjuna sadari. 

Zafir terlihat tidak terima dengan apa yang Naura katakan, oleh karena itu dia melempar kode yang mengatakan bahwa sebaiknya Naura tidak terlalu berlebihan pada Evelyn. 

Naura hanya menatap datar suaminya, dia memilih untuk melanjutkan menyantap makanannya. Tetapi, belum sempat ia memasukkan suapan baru, suara Evelyn kembali terdengar. 

"Apa... Aku benar-benar melakukan kesalahan yang besar sebelumnya?" tanya wanita itu, membuat semuanya kembali menatap Evelyn. 

Naura mengerutkan keningnya sekilas, apa yang ingin wanita itu katakan dengan nada bicara serta raut wajah seperti itu?

"Evelyn, ada apa?" tanya Zafir, hati pria itu tidak bisa tidak merasa iba tiap kali wajah manis Evelyn menampilkan kerutan.

Evelyn yang sebelumnya menunduk dalam segera mengangkat pandangannya ke arah Naura, semua orang terkejut saat melihat air mata sudah mengalir deras dari mata Evelyn. 

"Kakak memang tidak pernah menyukaiku, tetapi... Tidak bisakah untuk berpura-pura di hadapan tamu penting? Kakak selalu memojokkan dan menyalahkanku, aku... Aku selalu salah di mata kak Naura. Aku hanya khawatir dan ingin menjadi saudari yang baik dengan mendukung kak Naura, tetapi... Kakak justru malah memarahiku dan bahkan memojokkan ku?"

Evelyn meremas pakaiannya sekeras mungkin, air matanya terus mengalir keluar.

Naura terkejut, apa-apaan situasi ini? Mengapa wanita itu tiba-tiba menangis dan menyalahkannya? 

Naura benar-benar terganggu, dia segera melirik Zafir, tetapi... Pria itu justru terlihat lebih mempercayai wanita itu daripada dirinya. 

Situasi canggung ini sangat berbahaya, baik untuk bisnis Wajendra atau reputasinya. Tetapi terlambat untuk menghindar, wanita itu sudah menariknya untuk tercebur bersama.

Naura menatap dingin Evelyn, dia muak melihat tingkah Evelyn.

"Siapa yang mengizinkanmu menangis?" 

Evelyn tertegun, dia segera menoleh ke arah Zafir untuk meminta pertolongan. Tetapi, mata wanita itu secara tidak sengaja lebih dulu menatap sosok Arjuna. 

Kegugupan wanita itu bertambah, tatapan Arjuna dan Naura sepertinya cukup untuk menekan perasaannya.

"Sudah cukup, Naura. Apa kalian benar-benar akan bertengkar di sini? Naura, kamu adalah Nyonya Wajendra."

Di akhir kalimat, Zafir menatap tajam Naura, tak lama kemudian dia beralih menatap Evelyn.

"Tidak apa-apa, maafkan Naura, ya..." Zafir mengerutkan keningnya prihatin dan dibalas anggukan kecil oleh Evelyn.

Naura menggertakkan giginya diam-diam, Zafir sama sekali tidak memihak padanya, pria itu hanya peduli dengan Evelyn. 

Naura menggenggam erat pisau dan garpu makannya, dia berusaha menahan emosinya setengah mati. Pandangan matanya menjadi lebih dingin dan jauh tiap kali menatap sosok Zafir yang berusaha menenangkan Evelyn. 

Tak lama kemudian Naura berusaha mengalihkan pandangannya dari mereka berdua, lalu tak sengaja jatuh di sosok Arjuna. 

Tanpa diduga, pria itu juga menatap ke arahnya. Kedua mata mereka untuk yang kesekian kalinya bertemu, Naura segera menarik pandangannya dan memilih melanjutkan makannya, suasana makan malam pun berlangsung canggung hingga akhir.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status