Share

Bab 3. Evelyn Sepupu Naura?

Sejak Evelyn hamil, suasana mansion memang menjadi sedikit lebih cerah, tapi tidak untuk Naura.

Sebab, bagi seorang istri yang sebelumnya sudah berusaha keras untuk hamil tapi suaminya menyerah untuk menunggu, tentu saja ini salah satu tamparan keras untuknya.

Meski begitu, Naura berusaha untuk tetap profesional. Wanita itu sekeras mungkin selalu menanamkan kepercayaan pada suaminya, dan fokus pada tujuan akhir mereka yang ingin memiliki anak meskipun itu dari rahim wanita lain.

Oleh karena itu, Naura pun rutin mengirim vitamin serta asupan penting lainnya untuk ibu hamil kepada Evelyn, bahkan sesekali dia juga memberikan barang seperti perhiasan atau tas.

Hari ini, dirinya dan Zafir memiliki jadwal makan malam bisnis dengan tokoh bisnis terbesar di seluruh daratan Asia, Arjuna Renjana.

Naura tidak banyak mendengar kehidupan pribadi pria itu. Sebab, yang diketahui hanya jajaran jenis bisnis raksasanya yang menguasai ekonomi Asia dan kenyataan bahwa pria itu adalah berdarah campuran Belanda-Indonesia.

Tujuan makan malam perdana mereka ini adalah untuk memantapkan kerjasama bisnis tambang baru yang bertitik di Kalimantan.

Naura menatap ke arah cermin untuk mencoba beberapa dress cantik baru yang sebelumnya dipesan secara khusus oleh Kate untuk malam nanti.

"Zafir masih belum datang juga?" tanya Naura.

Matanya melirik Kate yang sedang sibuk mengatur tumpukkan dress baru untuk Naura.

Kate yang ditanya segera berhenti dari aktivitasnya dan mengangguk.

"Saya sudah memperingatkan Tuan Zafir tadi pagi, Nyonya. Seharusnya dia sudah sampai sejak 30 menit lalu untuk bersiap. Seperti biasa."

Naura yang mengerti segera menatap kembali sosoknya di cermin dengan pandangan mata yang mendingin. Apa yang dilakukan pria itu sekarang?

Sebelumnya Naura dan Zafir memiliki kebiasaan untuk mencocokkan busana mereka tiap kali memiliki acara atau bahkan hanya janji temu dengan beberapa klien.

Namun, sekarang kemana pria itu pergi?

Naura kembali menatap Kate. "Kalau begitu pisahkan dua warna, ungu dan putih. Aku akan memutuskannya setelah mendengar pendapat Zafir."

Kate mengangguk mengerti dan segera melakukan apa yang Naura perintahkan, sedangkan Naura bergegas keluar dari kamar mereka untuk menemui Zafir. Sebenarnya, apa yang membuat pria itu sulit untuk dipanggil ke kamar mereka?

Sesampainya di ruang kerja Zafir, seperti biasa Naura masuk tanpa mengetuk. Namun, wanita itu mengerutkan kening saat melihat sosok yang duduk di meja kerja pria itu bukan Zafir, melainkan tangan kanan Zafir, Stave.

"Apa yang kau lakukan di sini, Stave?" tanya Naura.

Stave yang melihat sosok Naura segera berhenti dari aktivitas kerjanya dan beranjak berdiri.

"Ah... Nyonya. Saya diperintahkan Tuan Zafir untuk melanjutkan beberapa pekerjaan yang tertunda."

Naura mengangkat alis kirinya sekilas. Beberapa? Padahal jelas sekali terlihat ada tumpukkan dokumen tinggi di atas meja kerja pria itu.

Lagi pula... Apa yang membuat suaminya menunda pekerjaan besar seperti ini?

"Lalu, dimana Zafir?" tanya Naura lagi.

Kali ini tatapannya yang tenang justru membuat Stave gugup.

"Tuan Zafir sedang pergi, Nyonya. Jika Anda butuh sesuatu saya bisa---"

"Tidak perlu. Terima kasih, Stave." ujar Naura sembari memotong kalimat Stave.

Naura menghela napas tipis kemudian melirik ke arah jam yang menggantung di dinding. Hanya tersisa satu jam lagi sebelum acara makan malam dimulai.

Kalau begini, dia tidak bisa menunda persiapan lagi hanya untuk menunggu suaminya.

Dengan tergesa ia kembali ke kamar dan duduk di kursi di depan cermin.

"Kita lanjutkan saja, Kate. Gunakan yang berwarna ungu," ucap Naura. Kalimat ini pun sukses membuat Kate bergerak gesit untuk membantu majikannya bersiap.

Begitu selesai, Naura berdiri menatap sosoknya yang menjadi sangat cantik. Rambut coklatnya yang panjang digulung anggun sehingga menyisakan beberapa anak rambut di sekitar pelipisnya.

Dengan polesan make-up tipis, wajah Naura bersinar cerah dan menawan.

Tak lama kemudian, Kate menerima panggilan dan wanita itu segera menatap Naura. "Nyonya, Tuan Renjana sudah tiba."

Naura mengangguk singkat dan hendak melangkah keluar, tapi Kate mengikutinya dengan gelisah. "Nyonya, Tuan Zafir belum--"

"Coba lihat apa Zafir berada di mansion. Jika iya, segera minta dia untuk bersiap menggunakan kemeja yang sama denganku. Aku akan mengulur waktu dengan Tuan Renjana." Naura memotong kalimat Kate, membuat wanita itu menganggukkan kepalanya.

Dia dan Kate akhirnya berpisah di lorong yang bercabang. Kate menuju ke arah paviliun samping dan Naura berjalan dengan aura kuat sebagai seorang 'Nyonya' ke arah Arjuna yang berada di ruang tamu.

Sesampainya di ruangan itu, kedua mata Naura akhirnya melihat sosok Arjuna Renjana untuk pertama kali. Sebab, sebelumnya Naura hanya mendengar nama pria itu melalui pemberitaan yang dilakukan oleh media berita di seluruh Asia.

"Selamat datang, Tuan Renjana." Naura mengulurkan tangannya.

Arjuna Renjana. Pria itu membalas uluran tangan Naura dan menggenggamnya dengan erat sembari tersenyum tipis.

Sekilas Naura bisa melihat kalau Arjuna memiliki postur tubuh yang tegap proporsional. Tatapan mata pria itu pun selalu terlihat tenang melalui bola mata hijau emerald-nya yang sangat mencolok.

Setelah beberapa kalimat basa-basi pertemuan pertama, Naura segera membawa pria itu ke ruang jamuan utama keluarga Wajendra.

"Di mana Tuan Wajendra?" tanya Arjuna setelah mereka duduk di kursi makan masing-masing.

Senyum Naura mendadak kaku, tapi wanita itu masih berusaha untuk tetap terlihat tenang.

"Suami saya masih memiliki beberapa urusan genting. Seharusnya, sebentar lagi dia segera menyusul kemari."

Arjuna menganggukkan kepalanya sekilas, kemudian melanjutkan percakapan mereka. Namun, di tengah percakapan itu, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan membuat keduanya menatap bersamaan ke arah pintu.

Kedua mata Naura terbelalak sempurna ketika melihat suaminya masuk sambil membawa Evelyn.

Terlebih lagi... busana yang mereka gunakan memiliki warna yang senada. Pria itu mengenakan jas hitam dengan kemeja biru muda, sedangkan Evelyn mengenakan dress selutut dengan warna senada.

Apa yang mereka lakukan seolah sedang menunjukkan bahwa mereka adalah 'pasangan'.

Arjuna lantas menarik pandangannya dari Zafir dan Evelyn, kemudian kembali menatap Naura. Pria itu menangkap raut wajah syok Naura samar, tapi dia memilih untuk tidak peduli dan beranjak berdiri untuk mengucapkan salam.

"Maafkan keterlambatan saya, Tuan Renjana. Senang bertemu dengan anda." Zafir mengulurkan tangan ke arah Arjuna sambil menyapa pria itu.

Arjuna mengangguk singkat dan membalas uluran tangan Zafir, "Tentu saja, bukan masalah."

Naura tidak menunjukkan ekspresi apapun, tapi tatapan mata wanita itu terlihat seolah menggelap.

"Perkenalkan, ini Evelyn. Dia adalah sepupu istriku," ucap Zafir, membuat Naura menatapnya dingin.

Namun, Zafir justru membalasnya dengan tatapan yang seolah menuntutnya untuk mengiyakan apa pun yang dia katakan.

Dengan keahlian mutlak yang telah ia asah sejak dulu, Naura kembali tersenyum dan mengangguk sambil menatap Evelyn.

"Izinkan sepupu saya untuk bergabung, Tuan Renjana. Anda tidak akan bosan karena dia adalah anak yang sangat manis!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status