Share

Bab 7. Naura Egois?

Penulis: nanadvelyns
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Jika seperti itu masalahnya, maka lebih baik menggunakan langkah yang kamu usulkan. Namun, sejujurnya aku sedikit terkejut karena pihak Renjana akan menyerahkan masalah ini pada kita." kata Zafir sambil duduk di kursi kerjanya. Raut wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang berpikir serius. 

Naura mengangguk setuju. "Benar, aku juga berpikir demikian. Aku berpikir mereka akan serakah dan mengisi posisi kosong itu dengan orang-orang dari pihak mereka."

Zafir tersenyum tipis. "Itu bagus, berarti kita tidak salah dalam memilih partner bisnis."

Naura mengangguk lagi. Di tengah perbincangan mereka, tiba-tiba Zafir terdiam beberapa saat dan memperhatikan wajah Naura. Saat pandangan mereka bertemu, suasana tiba-tiba menjadi canggung. 

Zafir terbatuk pelan, kemudian tangan kanannya bergerak menarik laci kerjanya dan mengeluarkan kotak perhiasan kecil berwarna merah. Pria itu kemudian berdiri dan berjalan ke arah Naura.

"Soal kemarin... Aku minta maaf, itu... Sepertinya aku memang terlalu berlebihan."

Zafir berdiri tepat di hadapan Naura, pria itu pun perlahan menarik Naura ke dalam pelukannya. 

Naura tidak bisa menolak, wanita itu hanya diam dan mengikuti pergerakan Zafir. Kedua matanya masih memancarkan siluet dingin, seolah perilaku manis Zafir kali ini tidak bisa menembus hatinya lagi sepertinya sebelumnya.

Zafir membuka kotak perhiasan itu dan mengeluarkan kalung perak yang memiliki liontin berlian mahal, tidak mudah mendapatkan perhiasan seperti ini di Indonesia. 

Naura hanya diam dan menatap kalung tersebut, wanita itu masih tidak menunjukkan ekspresi apa pun saat Zafir melingkarkan kalung tersebut di leher jenjang putihnya. 

"Aku khawatir kamu akan menolak kalung ini," ucap Zafir sambil menghela napas lega.

Naura masih tidak menjawab, hal ini memancing Zafir untuk kembali berbicara lebih hangat.

"Naura, aku sangat menyesal, aku mengakui bahwa kemarin adalah kesalahanku. Jadi, mohon jangan mengacuhkanku seperti ini."

Naura mengerutkan keningnya, tatapan beku wanita itu menatap Zafir dalam.

"Aku mengacuhkanmu?"

Zafir yang menyadari bahwa sepertinya dia salah memilih kata segera menggeleng cepat dan meraih tangan Naura untuk digenggam lembut. 

"Tidak, semuanya salahku. Kamu memang pantas memperlakukanku seperti ini. Jadi, aku mohon maafkan aku, ya?" 

Kening terlipat Naura perlahan kembali normal dan tatapannya sedikit melunak. Diam-diam Naura mulai merasakan kehangatan yang kembali menjalar di seluruh tubuhnya. Dia tidak lagi merasakan jarak yang sangat jauh dengan Zafir seperti sebelumnya. 

Zafir perlahan menyingkirkan beberapa helai rambut yang sedikit menyentuh wajah Naura, jari-jari lembut pria itu terasa sangat halus. 

Perlahan tapi pasti, tubuh pria itu menjadi sedikit condong ke arah Naura karena hendak mengendus kepala dan kemudian leher jenjang Naura. 

Ketika sampai di leher jenjang Naura dan puas mengendusnya, Zafir diam-diam menyeringai tipis dan menggigit lembut leher Naura. 

Naura sedikit terkejut, kedua sudut alis wanita itu menyatu dan bibirnya tersenyum. 

"Hei?"

Zafir menatap wajah Naura lembut, seolah tidak ada masalah apa pun sebelumnya. Saat ini Naura merasa seperti sedang kembali ke masa lalu, di mana ia dan Zafir baru saja menikah dan belum mengetahui masalah apa yang menunggu mereka. 

Zafir menarik pinggang ramping Naura hingga menempel ke tubuhnya, kedua napas pasangan itu memburu.  Zafir mendekatkan wajahnya ke arah Naura, kedua mata mereka perlahan tertutup, ciuman panas pun terjadi di salah satu bilik megah mansion Wajendra. 

Zafir dengan cepat mengangkat tubuh Naura ke gendongannya, kemudian membawanya untuk duduk di atas sofa. Namun, Naura berada di atas pangkuan pria itu. 

Cahaya matahari berwarna oren yang siap terbenam itu menembus melalui kaca besar ruangan Zafir dan menyelimuti sosok mereka berdua. Ciuman panas mereka terus berlanjut, Zafir pun dengan tidak sabaran membuka kancing baju Naura. 

Namun, di tengah kepanasan yang saat ini sedang mereka lakukan, tanpa diduga dari arah pintu terdengar ketukan. 

Tok! Tok!

"Tuan, Nona Evelyn jatuh pingsan di kamar!"

Begitu kalimat tersebut terdengar, aktivitas mereka terhenti. Zafir menoleh cepat ke arah pintu, begitu juga dengan Naura. Keningnya terlipat kesal. Bukankah mereka bisa langsung memanggil dokter tanpa harus mengganggu Zafir?

"Perintahkan mereka untuk memanggil dokter, maka semua akan selesai," ucap Naura, kedua matanya menatap Zafir dengan penuh harap. 

Zafir menatap kembali istrinya, saat ini mereka masih berada di dalam posisi yang berantakan. Naura masih berada di pangkuan Zafir dengan baju terbuka, begitu juga dengan pria itu. 

Zafir menghela napas, kemudian menarik Naura ke dalam pelukannya.

"Kita akan lanjutkan nanti, aku harus menemui Evelyn."

Naura mengerutkan keningnya lebih dalam. "Tetapi mansion ini tidak kekurangan pelayan sehingga harus merepotkanmu ataupun aku."

Zafir mengangguk, kemudian perlahan menurunkan Naura dari pangkuannya dan mengecup lama kening istrinya.

"Benar, tetapi saat ini Evelyn sedang sangat rapuh, dia memerlukan teman. Sebab, satu-satunya--"

"Satu-satunya orang yang ia kenal di sini adalah dirimu, bukan begitu?"

Naura memotong kalimat Zafir, dia sudah cukup muak mendengar hal itu. Pandangan Naura kembali mendingin karena hal ini.

Zafir merasakan perasaan yang tidak enak dari istrinya, tapi sekarang dia tidak bisa menghiraukan Evelyn begitu saja. Oleh karena itu, sekali lagi ia mengecup kening Naura.

"Besok adalah peresmian tambang, Evelyn akan menjadi bagian dari kita. Jika besok tubuhnya tidak memungkinkan untuk keluar atau malah merusak momen pertemuan, bukankah itu akan merugikan kita?" tanya Zafir, berusaha membujuk istrinya. 

Naura mengangguk singkat. "Ya, untuk poin kedua. Tetapi tidak untuk yang pertama."

Zafir balas mengangguk juga. "Aku mengerti, tetapi bukankah perasaan wanita itu saat ini sangat mempengaruhi kesehatan tubuhnya dan juga bayinya? Ada anak kita yang perlu diprioritaskan, sayang."

Naura tidak bisa membalas lebih banyak lagi jika alasan yang digunakan adalah calon anak mereka, alasan itu juga selalu membuatnya merasa bersalah dan diam-diam setuju bahwa dirinya saat ini sedang sangat egois. 

Tetapi... Astaga... Mengapa perasaan ini sangat sulit? Naura tidak pernah merasakan perang batin seperti ini.

Tanpa menunggu jawaban Naura, Zafir sudah terburu-buru berjalan keluar setelah pakaiannya kembali rapih. Naura tidak mengatakan apa pun lagi, ia hanya menatap punggung suaminya yang perlahan menghilang dengan dingin. 

Naura menoleh ke arah jendela besar yang ada di ruangan kerja Zafir, bentuk denah ruangan mereka tidak jauh berbeda. 

"Apa benar aku terlalu egois?" gumam Naura, sorot matanya sangat tajam dan dingin. Namun, kali ini perasaannya cukup sedih.

Jauh dari mansion Wajendra, seorang pria dengan tubuh tegap dan proporsional tengah membaca koran harian dengan santai di balkon hotel.

Pria itu mengenakan kaos polo berwarna putih dan celana chinos berwarna krem. Ia sesekali menyeruput kopi hitam dan tersenyum setiap menemukan berita yang menarik. 

"Media Indonesia selalu muat berita bodoh," ucapnya, kemudian melempar koran tersebut ke arah Damian yang sedang menyeruput kopi serupa. 

"Arjuna! Hampir saja kopi ini tumpah!" tegur Damian.

Pria yang merupakan teman sekaligus asisten pribadi Arjuna itu terlihat sangat kesal, tapi sepertinya dia sudah terbiasa dengan kelakuan semena-mena pria itu. 

"Jam berapa kita besok berangkat menuju Kalimantan?" tanya Arjuna yang tadi melempar koran. 

"Astaga, apa gunanya setiap hari aku mengirim jadwal padamu, Arjuna?" balas temannya frustasi. 

"Jawab saja," balas Arjuna acuh. 

Damian menghela napas tipis kemudian bibirnya menyeringai, "Ada apa? Kamu tidak sabar bertemu dengan Nyonya Wajendra?" Pria itu merasa heran karena tidak biasanya Arjuna terlihat sangat bersemangat dalam project bisnis mereka.

Arjuna mengerutkan keningnya, kemudian melempar tatapan tajam pada Damian. "Apa aku harus mengulang pertanyaan?"

Damian terkekeh, diam-diam dia sedikit ngeri dengan tatapan tajam Arjuna.

"Jam tujuh pagi kita harus sudah tiba di bandara. Hei! Jangan menatapku tajam seperti itu!"

Arjuna mengangguk singkat. Pria itu segera berdiri dan berjalan masuk tanpa mengatakan apa pun, sedangkan Damian hanya bisa menghela napas tipis.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mahrus Dzaky
Pepet terus jun Jangan kazih kendor
goodnovel comment avatar
Elios EliosBengkulu
Apakah benar jika Arjuna tertarik sama Naura...seru ini...lanjut Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 8. Sapu Tangan Arjuna

    "Hati-hati, Evelyn!!" Suara itu membuat Naura memandang ke luar jendela mobil.Di sana, Zafir terlihat sedang membantu Evelyn untuk berjalan masuk ke mobilnya karena wanita itu terlihat lemah dan rapuh. Naura lalu mengalihkan pandangannya ke arah iPad dan berusaha untuk fokus ke laporan keuangan yang sedang ia analisis.Tak lama setelahnya, Zafir menyusul ke dalam mobil dan duduk tepat di samping Naura. "Sebaiknya Evelyn tetap beristirahat di mansion kalau kesehatannya memburuk" ucap Naura dengan mata yang masih terpaku pada iPad.Zafir menggeleng pelan, "Wanita itu menolak untuk ditinggal. Aku juga khawatir kalau dia ditinggal begitu saja bersama para pelayan."“Begitu? Aku tidak tahu kalau sekarang kamu merangkap tugas sebagai pengasuh ibu hamil”.Zafir menghela napas tanpa mau memperpanjang masalah, "Anggap saja ini menjadi bagian dari menyenangkan perasaannya agar janin impian kita ikut sehat."Naura mengangguk-angguk kecil sambil bergumam rendah, "Entah janin atau wanita itu y

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 9. Kita Bercerai Saja

    “Bawa Evelyn ke belakang dan lepas kalung yang dikenakan wanita itu”.Kening Naura sedikit terlipat dan perasaan marah kembali bergejolak di dalam dirinya. Bagaimana bisa Evelyn mengenakan kalung yang sama persis dengan yang ia kenakan? Tidak hanya bentuknya yang sama, tapi momen yang dipilih juga sama.Kemunculan Evelyn yang sudah anomali bisa berkembang menjadi skandal besar. Terlebih, kalung yang mereka kenakan juga merupakan kalung seharga miliaran rupiah yang dipesan secara khusus oleh Zafir.Kate lalu bergerak dengan cepat dan membawa Evelyn untuk keluar dari kerumunan. Sosoknya yang tak dikenal oleh wartawan membuat pergerakan mereka menjadi lebih mudah. Kepergian Evelyn dengan Kate membuat segalanya menjadi lebih mudah. Naura tak lagi perlu mengawasi Evelyn dan dapat fokus menjawab pertanyaan para kolega bersama Zafir.Sesampainya di ruang utama, Naura dan Zafir berjalan menyusul Arjuna yang sudah lebih dulu sampai dan menyerahkan gunting pada Naura.Mereka hendak memotong

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 10. Jangan Samakan Aku dengan Suamimu

    Naura membuka pintu balkon hotel dah melihat matahari yang sebentar lagi akan terbenam. Saat angin berhembus, bibir Naura tersenyum dengan getir karena dulu Zafir merupakan sosok pria yang sangat manis dan hangat. Dia tidak pernah sedikitpun membiarkan Naura merasa kesepian.Perlahan, air mata mulai keluar tak terkendali sehingga berkali-kali juga Naura menghapus air matanya dengan kasar. "Kamu menangis?”Naura mendongak cepat ke atas, kedua matanya terbuka lebar ketika melihat sosok Arjuna yang berdiri di balkon tepat di lantai atasnya. "Akhirnya tangisanmu berhenti," Ucapan Arjuna membuat Naura mengerutkan kening, memangnya sudah berapa lama pria itu memperhatikannya menangis?!"Sejak kapan Anda berada di situ?" Nada bicara Naura terkesan sedikit galak.Kening Arjuna sedikit terlipat. "Dari tadi. Aku mendengar kamu menangis seperti orang bodoh." Bukannya menjawab, pria itu justru melemparkan kalimat pedas."Siapa yang Anda bilang bodoh?" tanya Naura lagi, dia mulai kesal. Lagi

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 11. Hanya Kebetulan Bertemu

    "Aku bercanda," Arjuna berkata santai setelah sebelumnya berhasil membuat Naura terpaku seperti orang bodoh. Naura yang mendengar ini hanya menghela napas tipis, ternyata pria itu hanya asal menebak sedangkan ia sudah berpikir terlalu jauh."Oh, itu berarti kau sungguh memiliki masalah dengannya?" kini Arjuna menaikkan alis kirinya dan bibirnya menunjukkan seringai tipis. Tampaknya ia senang menggoda wanita itu.Naura mendengus sebelum kemudian berkata lagi dengan nada datar. "Panggil saya Nyonya Wajendra, Tuan Renjana," balas Naura acuh. “Karena kita tidak seakrab itu”.Arjuna mengangkat kedua bahunya acuh. "Mengapa tidak kamu saja yang memanggilku Arjuna? Kita bisa menjadi akrab".Naura mengerutkan keningnya kesal untuk menatap Arjuna. "Mengapa Anda terus mengganggu saya? Saya tidak ingat pernah memiliki interaksi kasual apapun dengan Anda sebelumnya."Arjuna menyatukan kedua alisnya lagi, “Kamu lah yang menggangguku, Nyonya Wajendra. Mata bengkak dan riasan berantakan milikmu itu

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 12. Syarat Perceraian

    Di hari terakhir mereka di Kalimantan, Arjuna dan Zafir berjabat tangan sebagai tanda kerja sama.Setelah itu, mereka kembali ke posisi semula dengan Naura berdiri di tengah.Arjuna lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Naura dan berbisik, "Ganti sepuluh kali lipat kalau sapu tanganku hilang."Naura mengerutkan alis sekilas sebelum mengangguk tanpa mengubah ekspresi wajahnya sama sekali–masih tersenyum.Baru kemudian, setelah tiba gilirannya untuk berjabat tangan dengan Arjuna, Naura menggenggam erat tangan pria itu hingga membuat si empunya tangan mengerutkan dahi.Namun, tanpa diduga, Arjuna membalas perlakuan Naura dengan menggenggam tangan Naura sama eratnya!Zafir yang sadar langsung menampilkan raut wajah yang tak senang. Oleh karena itu, dengan segera dia mengulurkan tangannya ke arah Naura hingga membuat wanita itu menoleh."Sayang?"Naura lantas melepaskan tangan Arjuna dan membalas uluran tangan Zafir yang langsung merangkul pinggang Naura sambil menatap dingin ke arah Arjuna

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 13. Zafir Gila Karena Evelyn

    “Apa?”“Kamu tidak salah dengar, Naura. Aku akan menyetujui permintaan perceraianmu itu, tapi kamu harus pergi bersama kami ke Amsterdam lusa.” kata Zafir.“Kamu gila!” Naura mundur beberapa langkah sebelum kemudian memegangi kepalanya yang kini berdenyut dengan satu tangan.“Ya. Akun memang gila setelah mendengar keputusanmu yang hendak bercerai dariku, Naura. Selain menjadi sarana pemulihan yang baik untuk Evelyn, kepergian kita ke sana juga akan membuatku membuktikan kalau posisimu tak tergantikan untukku”.Setelah percakapannya dengan Zafir, Naura kembali ke ruangannya untuk kembali bekerja. Namun, pikirannya sama sekali tidak fokus. Naura malah kembali memikirkan syarat perceraiannya dengan Zafir yang membuatnya sakit kepala.Pria itu sepertinya memang sudah gila karena Evelyn.Sambil menghela napas, Naura teringat dengan kalung kembar yang diberikan oleh Zafir untuk dirinya dan Evelyn yang saat ini masih ia kenakan. Dengan kesal Naura melepas kalung itu dari lehernya dan menyi

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 14. Amsterdam

    "Nyonya, perlengkapan anda menuju Amsterdam sudah siap. Apakah Anda ingin membatalkan janji rapat dengan--""Batalkan." Naura memotong kalimat Kate.Sepeninggal Zafir dan perdebatan mereka yang kesekian kali, Naura benar-benar tidak memiliki semangat apa pun untuk bekerja atau melakukan rapat, karena mood-nya menurun drastis dan tenaganya terkuras habis."Tolong susun saja jadwalku selama di Amsterdam. Aku tidak mau hanya berdiam diri di villa," jawab Naura sambil sibuk memilih gaun yang akan ia kenakan. "Namun, tidak ada pekerjaan penting yang harus dikerjakan di sana, Nyonya. Anda bisa menikmati waktu Anda di–""Apapun, Kate. Aku akan bersiap sendiri selama kamu sibuk menyusunnya." Naura memotong lagi sambil berjalan ke depan cermin."Baik, Nyonya." ujar Kate dengan pasrah.Wanita itu mengalah karena ia tak akan pernah bisa membantah Naura yang sudah masuk ke dalam mode ngeyel.Satu jam kemudian, Naura sudah selesai bersiap dan telah dijemput oleh Kate untuk bergegas masuk ke dalam

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 15. Tolong Selamatkan Nyonya Saya!

    Museum yang terletak di dekat Istana Kerajaan Belanda terlihat sangat megah saat Naura tiba di sana. Cuaca yang cerah membuat senyum wanita itu mengembang. Rasanya sudah lama ia tidak berjalan-jalan tanpa perlu menjaga identitasnya seperti ini.Kali ini, ia merasa ‘bebas’.Naura lalu melangkahkan kaki untuk masuk ke museum melalui jalur VIP yang sudah disiapkan oleh Kate. Namun, tiba-tiba sebuah suara mengejutkan Naura dan membuat wanita itu berbalik.“Naura.”Di sana, Arjuna Renjana berdiri tegap dengan mantel hitam yang menyelimuti tubuhnya hingga ke lutut. Kemeja dan celana yang dikenakan pria itu juga berwarna hitam sehingga membuat aura pria itu semakin terasa dominan."Aku tidak menyangka kalau kamu tertarik dengan sejarah negara lain." ujar Arjuna sembari mendekati Naura.Naura tersenyum tipis sembari mengulurkan tangannya pada pria itu. "Suatu kehormatan karena bisa bertemu dengan Anda di sini, Tuan Renjana. Ya, saya senang menambah wawasan terkait sejarah negara lain." Arj

Bab terbaru

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 48. Akan Mengejarmu Hingga ke Neraka!!

    Suasana menjadi chaos, Arjuna berusaha menutupi tubuh Naura menggunakan selimut. Pria itu berdiri dengan telanjang dada melindungi Naura, sementara Naura masih berbaring di belakang Arjuna dengan tubuh yang bergerak gelisah.Mereka tidak mengerti mengapa 'kegiatan' mereka diketahui oleh pihak luar, tapi Arjuna berusaha tenang dan melindungi Naura."Oh Tuhan! Tuan Renjana yang terhormat, bisa-bisanya Anda melakukan hal seperti ini?!" Seru salah satu bangsawan senior."Siapa yang mengizinkan kalian masuk?" tanya Arjuna datar, menatap tajam semuanya.Tak lama, kerumunan bangsawan itu terbelah, muncul William, Catharina, dan Helena."Yang Mulia! Lihat perilaku menyimpang sepupu Anda ini! Sangat memalukan!""Benar, Yang Mulia! Istana harus mengambil tindakan tegas karena mereka bisa menjatuhkan martabat kerajaan!"William menghiraukan seruan para bangsawan, matanya menatap penuh tanya ke arah Arjuna.Arjuna mengangguk tipis, tatapannya seolah mengatakan dia akan menjelaskan semuanya nanti.

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 47. Apa Kalian Sadar Apa yang Kalian Lakukan?!

    "Naura Tirta, hati-hati karena dia bukan orang yang mudah lengah. Di sekitarnya juga banyak orang besar, salah langkah maka semuanya gugur.""Baik, dimengerti."Panggilan penuh perintah itu terputus seketika setelah dijawab. Pria dengan rambut coklat dan memiliki brewok tipis menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku.Dia berjalan di tengah ramainya lalu lalang penduduk sekitar dengan jaket dan wajah tertutup menuju Istana. Melewati pintu belakang, beberapa pasang mata yang melihatnya menyapa seperti biasa."Hei, kemana saja? Cepat, acara sebentar lagi dimulai!""Hai, Jhon! Kau baru datang?"Dia hanya menjawabnya dengan senyum tipis singkat dan melanjutkan langkahnya dengan cepat menuju bagian dalam belakang Istana, tempat para pelayan menyibukkan diri mereka.Setelah mengganti pakaian, dengan cepat Jhon menemui kepala pelayan yang sibuk memberikan perintah."Tuan Karl, setelah menyiapkan kamar tamu apa saya boleh diizinkan membantu pekerjaan pelayan lain di aula pesta?"Kepala pelaya

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 46. Gairah Memanggil 21+

    Dua hari setelah Naura mendapatkan tawaran lamaran dari Arjuna, pria itu kembali menghubunginya mengenai pernikahan sepupunya yang berada di Belanda. Sebab, Arjuna meminta Naura untuk menjadi pendampingnya dan tidak ada alasan untuk Naura menolak.Setibanya di Royal Palace Amsterdam, kedatangan mereka segera menjadi pusat perhatian. Dengan dress elegan yang melekat di tubuhnya, Naura melangkah di samping Arjuna dengan raut wajah tenang."Selamat atas pernikahan kalian." Arjuna menjabat tangan sepupu laki-lakinya, William. “Selamat juga untukmu, Tuan Putri.” kali ini Naura yang bersuara sambil memeluk singkat Catharina, Putri Mahkota Kerajaan Belanda yang menjadi istri dari William.Mendengar itu, William tersenyum dan menggenggam erat tangan Arjuna. Dia adalah putra dari paman Arjuna, sang Perdana Menteri Belanda. "Jadi ini wanita yang membuatmu gila saat itu?" tanya William dengan suara rendah, sedangkan yang ditanyai mendelik tajam."Aku hanya bercanda! Tidak perlu serius seperti

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 45. Naura Cemburu. Jadi istriku?

    "Nona, apa Anda baik-baik saja?" Kate menyentuh bahu Naura, keningnya sedikit terlipat karena sudah tiga kali ia memanggil wanita itu namun tidak mendapatkan jawaban. "Iya?" jawab Naura cepat, wajahnya sedikit terkejut. "Bahan khusus yang Anda pesan dari China baru saja tiba, Anda ingin melihatnya sekarang?" tanya Kate. Naura menggeleng singkat. "Tidak perlu, aku percayakan padamu." Kate tersenyum, mengangguk mengerti. Naura menghela napas tipis dan kembali menatap tumpukkan kertas di hadapannya, sejak kejadian kemarin tanpa sadar dia jadi sering melamun. Diandra, Naura belum sempat menanyakan alasan wanita itu tiba-tiba muncul di kediaman Renjana. Ekspresi Arjuna langsung berubah buruk tiap kali nama wanita itu disebut, membuat Naura selalu segera mengurungkan niatnya. Bagaimana hubungan mereka sekarang? Apakah masih ada sesuatu yang belum selesai dan tidak Naura ketahui? Naura memijit keningnya, dia tidak pernah menduga kejadian kemarin benar-benar menghantui pikiran

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 44. Mau Bergabung Denganku?

    "Aku Diandra." wanita itu tersenyum pongah sambil mengulurkan tangannya ke arah Naura. Melihat itu, ekspresi Naura terlihat tenang. Bahkan hampir tidak menampilkan ekspresi apa pun. Namun, saat dia hendak membalas uluran Diandra, Arjuna tiba-tiba menahan tangannya dan menyeretnya pergi."Ayo masuk," ucap Arjuna tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Diandra.Sebelum benar-benar berpisah, Naura dan Diandra sempat saling tatap. Bibir Diandra terus tersenyum sinis, sementara Naura hanya diam dan mengikuti langkah Arjuna.Dari belakang, Naura bisa mendengar suara Damian yang berusaha untuk membawa Diandra menjauh dari Mansion."Nona, mohon jangan buat saya bersikap kasar. Tuan Renjana–""Ternyata Aran sama sekali tidak berubah ya," potong Diandra.Naura yang mendengar nama itu mengernyitkan dahinya diam-diam. Aran? Apa itu panggilan Arjuna dari Diandra?Saat mata Naura kembali menatap Arjuna, raut wajah pria itu terlihat keras. Kondisi pria itu membuat Naura yang ingin meminta penjelasa

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 43. Apa yang Kalian Lakukan?

    Sebelum kembali ke apartemennya, Naura memutuskan untuk menemui Helena terlebih dahulu dan memperkenalkan diri dengan lebih baik.Sebab, menurut Naura, sangat tak sopan apabila ia kembali begitu saja tanpa memperdulikan sang Nyonya Rumah. Lagipula, Arjuna pun berencana untuk mengenalkan Naura sekaligus menjelaskan apa yang telah terjadi selama tiga tahun belakangan ini kepada Helena."Begitu. Aku pasti telah menyinggung perasaanmu." Helena bersuara setelah mendengar penjelasan dari putranya.Naura menggeleng. "Saya mengerti. Nonya Renjana tidak perlu khawatir."Raut wajah Helena berubah menjadi senyum kaku. "Tidak perlu memanggilku sekaku itu. Untuk ke depannya, panggil saja aku Ibu. Sama seperti Arjuna."Naura melirik Arjuna untuk meminta persetujuan.Setelah mendapat anggukan dari pria itu, Naura kembali menatap Helena dan ikut mengangguk. "Baiklah, Ibu." Senyuman tulusnya kembali muncul."Arjuna memang sulit untuk diajak berkomunikasi. Jika kamu mengalami kesulitan, tidak perlu r

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 42. Wanita dari Masa Lalu

    "Di mana calon menantuku?" Helena bertanya lagi di tengah kesadarannya yang belum terkumpul sempurna. Naura yang mendengar itu tersentak kaget di dalam hatinya. Apakah yang disebut Diandra itu adalah wanita yang diceritakan Damian? Mantan kekasih Arjuna?Naura melirik Arjuna, raut wajah pria itu mengeras dan terlihat enggan untuk menjawab ibunya.Namun, kemudian pria itu dengan lembut mengelus kepala ibunya, "Diandra sudah tidak bersamaku, Bu."Helena mengerutkan kening lalu memejamkan matanya lagi. Dia belum bisa mencerna keadaan terbaru dari Arjuna."Damian," Arjuna memecah keheningan."Ya?"Damian melangkah maju, bibirnya tersenyum tipis saat matanya bertemu dengan mata Helena."Apa dokter masih–"Belum selesai Arjuna bicara, suara derap langkah yang terburu-buru terdengar. Semua orang menoleh dan langsung memberikan akses masuk, termasuk Arjuna.Seoran dokter pria paruh baya masuk tanpa ragu. Sepertinya dia sudah lama berada di sekitar Renjana, karena tidak ada wajah khawatir at

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 41. Siapa itu Diandra?

    "Terima kasih banyak, dokter."Pagi ini Arjuna memanggil dokter secara khusus untuk memeriksa Naura dan hasilnya membuat pria itu menggeram.Lengan Naura memang tidak mengalami cedera serius, tapi terjadi pembengkakan di sendi Naura, sehingga memungkinkannya untuk merasa nyeri secara repetitif."Kamu tidak pergi keluar hari ini?" Naura bertanya pada Arjuna begitu dokter meninggalkan kamarnya.Arjuna menggeleng singkat dan mata emerald-nya menatap Naura dalam. "Bukankah kamu sendiri yang meminta waktuku?"Naura mengerutkan keningnya, kapan dia pernah meminta waktu Arjuna?"Di pesawat semalam," lanjut Arjuna setelah mendapati wajah bingung Naura.Mendengar hal itu, Naura segera teringat saat di mana Arjuna berniat memanggil tiga dokter sekaligus untuk memeriksanya.Naura tersenyum. "Ah... Itu? Aku tidak masalah kalau kamu memang memiliki urusan penting yang men–”"Jadwalku bersih." Arjuna memotong cepat, membuat Naura tidak punya pilihan lain selain membiarkan pria itu melakukan hal yan

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 40. Nyaman di Pelukan Arjuna

    Berbanding terbalik dengan suasana kacau Zafir dan Evelyn, pasangan Arjuna dan Naura merasa sangat damai.Mereka duduk berhadapan dengan Arjuna yang sibuk mengompres pipi kiri Naura yang terlihat memerah."Aku baik-baik saja, Arjuna," ucap Naura untuk menenangkan pria itu. Pasalnya, Arjuna terlihat sangat khawatir sekarang. Kemerahan di pipinya tidak begitu mengkhawatirkan, tetapi Arjuna harus membentak Damian tiga kali hanya karena pria itu terlambat menyiapkan kompres es batu untuknya."Jika dibiarkan akan membengkak," balas Arjuna bebal dan masih mengompres pipi Naura. Tampaknya, dia sedang dalam mode tidak mau mendengarkan kalimat siapapun saat ini.Naura tidak punya pilihan lain selain menurut. Tanpa sadar pandangan matanya mulai semakin lembut pada Arjuna dan menatap wajah pria itu dengan detail. Terutama jakunnya yang naik turun dan pandangan mata pria itu yang menajam.Arjuna tampak seksi sekaligus lembut dalam satu waktu."Apa dia menyentuhmu lagi selain ini?" Pertanyaan A

DMCA.com Protection Status