Share

Bab 8. Sapu Tangan Arjuna

Author: nanadvelyns
last update Last Updated: 2024-09-13 16:10:21

"Hati-hati, Evelyn!!" 

Suara itu membuat Naura memandang ke luar jendela mobil.

Di sana, Zafir terlihat sedang membantu Evelyn untuk berjalan masuk ke mobilnya karena wanita itu terlihat lemah dan rapuh. 

Naura lalu mengalihkan pandangannya ke arah iPad dan berusaha untuk fokus ke laporan keuangan yang sedang ia analisis.

Tak lama setelahnya, Zafir menyusul ke dalam mobil dan duduk tepat di samping Naura. 

"Sebaiknya Evelyn tetap beristirahat di mansion kalau kesehatannya memburuk" ucap Naura dengan mata yang masih terpaku pada iPad.

Zafir menggeleng pelan, "Wanita itu menolak untuk ditinggal. Aku juga khawatir kalau dia ditinggal begitu saja bersama para pelayan."

“Begitu? Aku tidak tahu kalau sekarang kamu merangkap tugas sebagai pengasuh ibu hamil”.

Zafir menghela napas tanpa mau memperpanjang masalah, "Anggap saja ini menjadi bagian dari menyenangkan perasaannya agar janin impian kita ikut sehat."

Naura mengangguk-angguk kecil sambil bergumam rendah, "Entah janin atau wanita itu yang kau khawatirkan." 

Zafir melirik Naura, pria itu mendengar apa yang istrinya katakan. Namun, dia memilih untuk diam dan tidak memperlebar pembicaraan. 

Setelah satu setengah jam mengudara menggunakan private jet, mereka akhirnya tiba di Kalimantan dan disambut oleh segerombolan wartawan yang sudah menunggu di lapangan terbang.

Naura mengenakan setelan jas dan heels hitam. Rambut panjangnya yang digerai disempurnakan dengan kacamata hitamnya yang menambah kesan elegan. 

"Ayo," ujar Zafir sambil mengulurkan tangan ke arahnya. 

Begitu pintu dibuka, cahaya flash kamera membuat penglihatan Naura terganggu dan kesulitan untuk tersenyum. 

"Naura, senyum," bisik Zafir sembari meremas pinggulnya.

Naura dengan cepat mengangkat kedua sudut bibirnya untuk menampilkan senyum, meski matanya masih cukup terganggu.

Kemudian, dia dan Zafir berjalan sambil bergandengan tangan dengan sangat serasi di hadapan wartawan. 

Di momen ini, Naura diam-diam sedikit menoleh ke belakang untuk melihat Evelyn. Wanita itu masuk ke rombongan Kate dan Stave. 

Namun, tampaknya Evelyn tidak terlalu nyaman dengan kondisi saat ini, karena wanita itu diam-diam melirik ke arahnya dan Zafir dengan ekspresi kesal.

Kondisi yang ramai membuat salah satu wartawan tak sengaja terdorong ke depan dan hendak menabrak Naura. 

Namun, refleks Zafir bermain dengan sangat bagus. 

Pria itu menarik tubuh istrinya dan menariknya ke dalam pelukan. Kemudian dia memutar posisi mereka berdua dengan romantis.

"Tolong hati-hati." Kedua mata Zafir menatap tidak senang ke arah wartawan tersebut.

Apa yang terjadi terlihat sangat sempurna, sehingga tidak akan ada yang tahu kalau rumah tangga keduanya sudah mulai  retak.

Baru saja pintu mobil ditutup dan mobil mulai berjalan, ponsel Zafir sudah bergetar dan membuat pria itu mengangkatnya.

"Ada apa? Ya? Astaga, Evelyn! Kamu baik-baik saja? Tidak ada yang cedera kan?" 

Suara Zafir terdengar panik.

“Hentikan mobilnya, Pak!”

Naura menatap Zafir dengan serius. Kini ia benar-benar terganggu, karena tindakan Zafir yang sembrono benar-benar membuatnya jengkel.

"Kamu tidak sadar kalau kita sedang diawasi oleh media? Siapa saja bisa mengambil fotomu dan menyebarkannya ke media, Zafir!”

"Tetapi Evelyn membutuh--"

“Untuk apa ada Stave dan Kate di mobil itu? Lain kali, ajari wanita itu untuk menilai situasi saat ingin merepotkan orang lain”.

Zafir menghela napas gusar. "Ayolah, Naura. Evelyn sedang--"

"Sedang mengandung anak kita? Lalu apa? Dia sudah dibayar untuk mengandung anak, itu berarti tugasnya adalah fokus mengandung. Bukan malah mencari perhatianmu!" ujar Naura.

Kali ini dia tidak peduli dengan alasan yang dikatakan Zafir, karena alasan itu terus digunakan setiap kali mereka berdebat, seperti kaset rusak.

"Kamu sungguh hendak mengajakku berdebat sekarang?" Zafir menatap seolah Naura kehilangan akal sehat. 

Naura menatap Zafir lelah, "Kamu masih tidak mengerti maksudku?" 

"Cukup, Naura. Aku tidak punya waktu--"

"Kau tidak punya waktu, karena kau selalu memberikan waktumu untuk mengurusi hal yang tidak penting!”

Kali ini Naura sedikit menaikkan nada bicaranya. 

Mereka berdua benar-benar bertengkar di dalam mobil yang melaju, sedangkan supir yang menyetir mobil hanya diam dan berusaha untuk tidak ikut campur. 

Zafir mengepalkan kedua tangan, karena dia mulai muak dengan Naura. 

Saat Zafir hendak membalas, Naura sudah lebih dulu kembali berbicara. "Katakan. Kamu mencintai Evelyn?"

Zafir terdiam, tapi kemudian menatap Naura sengit, seolah sedang mencoba untuk memperingati istrinya. 

"Jangan buat aku semakin marah, Naura. Patuhi saja apa yang aku katakan dan fokus menjalani apa yang menjadi kewajibanmu."

Naura mengerutkan keningnya, kemudian dia tersenyum pahit dan perlahan tertawa. "Patuh? Kewajiban? Aku istrimu! Bukan karyawanmu! Aku--"

"Naura Wajendra!" Zafir membentak istrinya.

Naura terdiam dan menatap suaminya pahit. Tanpa membalas lagi, Naura menarik pandangannya dari Zafir dan memilih untuk melihat ke arah luar jendela. 

"Hentikan mobilnya," ucap Zafir kepada supir mereka, tak lama kemudian mobil berhenti dan Zafir keluar dengan menutup pintu kasar. 

Naura yang masih melihat ke arah jendela pintu mobil yang berada di sisinya tidak menoleh sama sekali. 

Diam-diam, kedua matanya sibuk membendung air mata agar tidak jatuh, sedangkan tangan kirinya mencengkeram erat jas hitam yang ia gunakan. 

Dia berusaha keras untuk menahan tangisnya dan melepaskan sisi rapuhnya di hadapan supir.

Tak lama kemudian, mobil mereka tiba di tempat tujuan. Gedung pencakar langit pertama dan termegah di Kalimantan menjadi lokasi pertemuan Wajendra dan Renjana hari ini. 

Naura berusaha untuk memperbaiki suasana hati dan penampilannya dengan cepat, kemudian dia bergegas keluar ketika supir membukakan pintu untuknya. 

"Sayang." Suara Zafir yang lembut terdengar.

Naura menatap ke arah Zafir lalu ke arah Evelyn yang berdiri tak jauh dari sana.

Ternyata pria itu sampai lebih dulu daripadanya.

Zafir lalu tersenyum hangat ke arahnya sambil mengulurkan tangan, seolah pertengkaran mereka sebelumnya hanya ilusi.

Demi citranya di depan orang lain, Naura dengan berat hati membalas uluran tangan Zafir dan tersenyum. 

Mereka lalu berjalan masuk ke dalam gedung dengan bertransformasi menjadi pasangan konglomerat idaman. 

"Selamat datang, Tuan dan Nyonya Wajendra”.

“Selamat siang dan terima kasih, Tuan Renjana”.

Zafir berjabat tangan dengan Arjuna yang menyambut mereka dengan asistennya. 

Setelah berbasa-basi dan Zafir sibuk berbincang dengan para karyawan lain, Arjuna mendekat ke arah Naura dan menyodorkan sapu tangan berwarna putih. 

"Sepertinya mata kanan Anda membutuhkan ini." 

Naura terkejut dan langsung mencari kaca atau cermin terdekat.

Saat melihat wajahnya, dia hampir meledak malu, karena terdapat noda eyeliner dan maskara di sudut mata kanannya yang luntur.

Naura mengambil cepat sapu tangan Arjuna dengan wajah yang sedikit memerah karena malu. 

"Terima kasih banyak."

Arjuna hanya mengangguk, mata hijau emerald pria itu menatap sosok Naura sambil tersenyum tipis. 

Saat Arjuna tersenyum padanya, Naura terpaku dengan kedua mata pria itu yang ternyata sangat indah. Mata hijau itu tampak bisa membuat siapa saja jatuh cinta, tapi yang Naura rasakan berbeda. 

Wanita itu justru merasakan aura penekanan dan dominan yang luar biasa dari Arjuna. 

Pria itu... benar-benar memiliki aura yang tidak biasa.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Harma Putri
mudahan naura jd pasangan suami istri dgn arjuna,kasian dia betapa terlukanya naura,biar dia bahagia dgn arjuna biar tau rasa safir tu
goodnovel comment avatar
Mahrus Dzaky
ada mata2 di kediaman Rajendra
goodnovel comment avatar
Elios EliosBengkulu
Koq Arjuna tau ya...jika hubungan Naura dgn suami nya lg tidak baik-baik saja
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 9. Kita Bercerai Saja

    “Bawa Evelyn ke belakang dan lepas kalung yang dikenakan wanita itu”.Kening Naura sedikit terlipat dan perasaan marah kembali bergejolak di dalam dirinya. Bagaimana bisa Evelyn mengenakan kalung yang sama persis dengan yang ia kenakan? Tidak hanya bentuknya yang sama, tapi momen yang dipilih juga sama.Kemunculan Evelyn yang sudah anomali bisa berkembang menjadi skandal besar. Terlebih, kalung yang mereka kenakan juga merupakan kalung seharga miliaran rupiah yang dipesan secara khusus oleh Zafir.Kate lalu bergerak dengan cepat dan membawa Evelyn untuk keluar dari kerumunan. Sosoknya yang tak dikenal oleh wartawan membuat pergerakan mereka menjadi lebih mudah. Kepergian Evelyn dengan Kate membuat segalanya menjadi lebih mudah. Naura tak lagi perlu mengawasi Evelyn dan dapat fokus menjawab pertanyaan para kolega bersama Zafir.Sesampainya di ruang utama, Naura dan Zafir berjalan menyusul Arjuna yang sudah lebih dulu sampai dan menyerahkan gunting pada Naura.Mereka hendak memotong

    Last Updated : 2024-09-13
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 10. Jangan Samakan Aku dengan Suamimu

    Naura membuka pintu balkon hotel dah melihat matahari yang sebentar lagi akan terbenam. Saat angin berhembus, bibir Naura tersenyum dengan getir karena dulu Zafir merupakan sosok pria yang sangat manis dan hangat. Dia tidak pernah sedikitpun membiarkan Naura merasa kesepian.Perlahan, air mata mulai keluar tak terkendali sehingga berkali-kali juga Naura menghapus air matanya dengan kasar. "Kamu menangis?”Naura mendongak cepat ke atas, kedua matanya terbuka lebar ketika melihat sosok Arjuna yang berdiri di balkon tepat di lantai atasnya. "Akhirnya tangisanmu berhenti," Ucapan Arjuna membuat Naura mengerutkan kening, memangnya sudah berapa lama pria itu memperhatikannya menangis?!"Sejak kapan Anda berada di situ?" Nada bicara Naura terkesan sedikit galak.Kening Arjuna sedikit terlipat. "Dari tadi. Aku mendengar kamu menangis seperti orang bodoh." Bukannya menjawab, pria itu justru melemparkan kalimat pedas."Siapa yang Anda bilang bodoh?" tanya Naura lagi, dia mulai kesal. Lagi

    Last Updated : 2024-09-14
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 11. Hanya Kebetulan Bertemu

    "Aku bercanda," Arjuna berkata santai setelah sebelumnya berhasil membuat Naura terpaku seperti orang bodoh. Naura yang mendengar ini hanya menghela napas tipis, ternyata pria itu hanya asal menebak sedangkan ia sudah berpikir terlalu jauh."Oh, itu berarti kau sungguh memiliki masalah dengannya?" kini Arjuna menaikkan alis kirinya dan bibirnya menunjukkan seringai tipis. Tampaknya ia senang menggoda wanita itu.Naura mendengus sebelum kemudian berkata lagi dengan nada datar. "Panggil saya Nyonya Wajendra, Tuan Renjana," balas Naura acuh. “Karena kita tidak seakrab itu”.Arjuna mengangkat kedua bahunya acuh. "Mengapa tidak kamu saja yang memanggilku Arjuna? Kita bisa menjadi akrab".Naura mengerutkan keningnya kesal untuk menatap Arjuna. "Mengapa Anda terus mengganggu saya? Saya tidak ingat pernah memiliki interaksi kasual apapun dengan Anda sebelumnya."Arjuna menyatukan kedua alisnya lagi, “Kamu lah yang menggangguku, Nyonya Wajendra. Mata bengkak dan riasan berantakan milikmu itu

    Last Updated : 2024-09-14
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 12. Syarat Perceraian

    Di hari terakhir mereka di Kalimantan, Arjuna dan Zafir berjabat tangan sebagai tanda kerja sama.Setelah itu, mereka kembali ke posisi semula dengan Naura berdiri di tengah.Arjuna lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Naura dan berbisik, "Ganti sepuluh kali lipat kalau sapu tanganku hilang."Naura mengerutkan alis sekilas sebelum mengangguk tanpa mengubah ekspresi wajahnya sama sekali–masih tersenyum.Baru kemudian, setelah tiba gilirannya untuk berjabat tangan dengan Arjuna, Naura menggenggam erat tangan pria itu hingga membuat si empunya tangan mengerutkan dahi.Namun, tanpa diduga, Arjuna membalas perlakuan Naura dengan menggenggam tangan Naura sama eratnya!Zafir yang sadar langsung menampilkan raut wajah yang tak senang. Oleh karena itu, dengan segera dia mengulurkan tangannya ke arah Naura hingga membuat wanita itu menoleh."Sayang?"Naura lantas melepaskan tangan Arjuna dan membalas uluran tangan Zafir yang langsung merangkul pinggang Naura sambil menatap dingin ke arah Arjuna

    Last Updated : 2024-09-15
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 13. Zafir Gila Karena Evelyn

    “Apa?”“Kamu tidak salah dengar, Naura. Aku akan menyetujui permintaan perceraianmu itu, tapi kamu harus pergi bersama kami ke Amsterdam lusa.” kata Zafir.“Kamu gila!” Naura mundur beberapa langkah sebelum kemudian memegangi kepalanya yang kini berdenyut dengan satu tangan.“Ya. Akun memang gila setelah mendengar keputusanmu yang hendak bercerai dariku, Naura. Selain menjadi sarana pemulihan yang baik untuk Evelyn, kepergian kita ke sana juga akan membuatku membuktikan kalau posisimu tak tergantikan untukku”.Setelah percakapannya dengan Zafir, Naura kembali ke ruangannya untuk kembali bekerja. Namun, pikirannya sama sekali tidak fokus. Naura malah kembali memikirkan syarat perceraiannya dengan Zafir yang membuatnya sakit kepala.Pria itu sepertinya memang sudah gila karena Evelyn.Sambil menghela napas, Naura teringat dengan kalung kembar yang diberikan oleh Zafir untuk dirinya dan Evelyn yang saat ini masih ia kenakan. Dengan kesal Naura melepas kalung itu dari lehernya dan menyi

    Last Updated : 2024-09-15
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 14. Amsterdam

    "Nyonya, perlengkapan anda menuju Amsterdam sudah siap. Apakah Anda ingin membatalkan janji rapat dengan--""Batalkan." Naura memotong kalimat Kate.Sepeninggal Zafir dan perdebatan mereka yang kesekian kali, Naura benar-benar tidak memiliki semangat apa pun untuk bekerja atau melakukan rapat, karena mood-nya menurun drastis dan tenaganya terkuras habis."Tolong susun saja jadwalku selama di Amsterdam. Aku tidak mau hanya berdiam diri di villa," jawab Naura sambil sibuk memilih gaun yang akan ia kenakan. "Namun, tidak ada pekerjaan penting yang harus dikerjakan di sana, Nyonya. Anda bisa menikmati waktu Anda di–""Apapun, Kate. Aku akan bersiap sendiri selama kamu sibuk menyusunnya." Naura memotong lagi sambil berjalan ke depan cermin."Baik, Nyonya." ujar Kate dengan pasrah.Wanita itu mengalah karena ia tak akan pernah bisa membantah Naura yang sudah masuk ke dalam mode ngeyel.Satu jam kemudian, Naura sudah selesai bersiap dan telah dijemput oleh Kate untuk bergegas masuk ke dalam

    Last Updated : 2024-09-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 15. Tolong Selamatkan Nyonya Saya!

    Museum yang terletak di dekat Istana Kerajaan Belanda terlihat sangat megah saat Naura tiba di sana. Cuaca yang cerah membuat senyum wanita itu mengembang. Rasanya sudah lama ia tidak berjalan-jalan tanpa perlu menjaga identitasnya seperti ini.Kali ini, ia merasa ‘bebas’.Naura lalu melangkahkan kaki untuk masuk ke museum melalui jalur VIP yang sudah disiapkan oleh Kate. Namun, tiba-tiba sebuah suara mengejutkan Naura dan membuat wanita itu berbalik.“Naura.”Di sana, Arjuna Renjana berdiri tegap dengan mantel hitam yang menyelimuti tubuhnya hingga ke lutut. Kemeja dan celana yang dikenakan pria itu juga berwarna hitam sehingga membuat aura pria itu semakin terasa dominan."Aku tidak menyangka kalau kamu tertarik dengan sejarah negara lain." ujar Arjuna sembari mendekati Naura.Naura tersenyum tipis sembari mengulurkan tangannya pada pria itu. "Suatu kehormatan karena bisa bertemu dengan Anda di sini, Tuan Renjana. Ya, saya senang menambah wawasan terkait sejarah negara lain." Arj

    Last Updated : 2024-09-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 16. Kebakaran

    "Arjuna!" Damian berteriak kencang dan menatap ke sekeliling, tapi Arjuna tetap tidak ditemukan.Di sisi lain, Arjuna tidak mengindahkan teriakan Damian dan terus berjalan ke mobil pemadam kebakaran untuk meminta mereka membasahi mantelnya. Arjuna lalu berjalan cepat menuju pintu museum dan Damian sempat menghentikannya, tapi pria itu menepis kasar. Para petugas yang hendak menghentikan Arjuna juga tidak bisa bertindak apa pun, karena Arjuna tidak ragu untuk menyingkirkan siapapun yang menghalanginya dengan kekerasan fisik. Sedangkan Naura, wanita itu masih tidak mengetahui apa yang terjadi di luar. Keningnya sedikit terlipat bingung kala hidungnya mulai mencium aroma terbakar. "Ada apa ini?" ucap Naura sendiri, dia mulai merasakan ada sesuatu yang aneh, sebab suhu ruangan menjadi lebih panas. Namun, saat hendak menuruni tangga, langkahnya terhenti dan kedua matanya terbuka lebar karena pintu di bawahnya sudah termakan api!Kenapa tiba-tiba terbakar? Asap tebal mulai memenuhi r

    Last Updated : 2024-09-17

Latest chapter

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 164. Tak Terduga

    Pagi hari Naura tidak bersiap ke kantor atau butik seperti biasanya, wanita itu kini tengah sibuk mengaduk adonan cheesecake di dapur. Mengingat janjinya pada Ana kemarin, dia dengan senang hati mengabulkan permintaan anak manis yang selalu bergelayut manja padanya. Menunggu kue benar-benar matang sempurna di dalam oven, Naura mencuci tangannya dan meraih ponsel di atas meja. Naura membuatkan kue untuk beberapa orang, tidak hanya Ana. Tetapi untuk itu ia ingin memberi Arjuna sebagai orang pertama yang menerima masakannya. Dua hingga empat panggilan, tak ada satupun yang terjawab. Naura mengerutkan keningnya tipis, tidak biasanya Arjuna mengabaikan panggilannya. "Nyonya, apa... Sisa kue ini bisa saya bagikan ke tuan Damian?" tanya Kate yang juga ikut membantu Naura di dapur. Naura menoleh dan tersenyum. "Tentu saja." Lalu ia teringat kejadian di pantai saat dirinya tengah prewedding. "Kate.""Ya, nyonya?" balas Kate cepat sambil merapikan barang-barang dapur. "Apa hubunganmu de

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 163. Sesuatu Milik Damian

    Naura dan Helena kembali masuk ke dalam, Arjuna masih sibuk menutup mulut Ana yang terus protes. Naura terkekeh, lalu membuka kedua tangannya ke arah Ana. Arjuna yang melihat itu segera melepas Ana, anak itu langsung berlarian ke arah Naura. Naura menggendong Ana kecil yang sangat menggemaskan, lalu kembali duduk di sofa ruang tengah dengan Helena. Tetapi karena dasarnya Ana adalah anak kecil yang sangat aktif, gerakan sembrono anak itu tidak sengaja menjatuhkan tas kerja Naura. Buku resep baking pun terlihat jelas, membuat Helena dan Arjuna merasa tertarik. "Kamu sedang belajar memasak?" tanya Arjuna. Naura menyimpan cepat buku itu ke dalam tas-nya kembali, lalu mengangguk. "Iya, tepatnya baking."Helena tersenyum senang. "Ah... Aku semakin tenang menitipkan putra sulung ku padamu, sayang. Benar-benar calon istri yang sangat perhatian." Wajah Naura sedikit memerah mendengar pujian Helena, lalu dia menjawab,"Ini juga ada keperluan bisnis, bu. Aku tertarik membangun bisnis di b

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 162. Orang Lama dan Orang Baru

    "Kamu sudah pulang?" tanya Naura, tersenyum ke arah Arjuna. Arjuna balas tersenyum kaku, tidak ada yang menyadari 'suasana aneh' Arjuna kecuali Damian dan Kate. Mereka berdua menahan tawa di dekat pintu, kemudian melangkah keluar untuk melarikan diri dari situasi 'berbahaya'.Arjuna mendekat ke arah Naura dan Rangga, membelah jarak mereka. "Iya, bagaimana pekerjaanmu?" balas Arjuna setelah terbebas dari senyum kakunya. Rangga jadi sedikit menepi, pria itu pun memutuskan untuk kembali duduk. Naura mengangguk tipis. "Baik, bagaimana denganmu?"Arjuna menyentuh pundak Naura lembut, lalu membawanya untuk duduk kembali di sofa ruang tengah. "Aku juga baik," jawab Arjuna. "Bagaimana kondisi Anda, tuan Rangga?" tanya Arjuna, beralih menatap Rangga. Rangga balas tersenyum. "Berkat bantuan Renjana saya baik-baik saja, namun memang tulang kering kaki saya belum begitu sembuh sempurna. Jalan saya masih sangat perlu berhati-hati.""Ke mana tujuanmu saat itu? Kecelakaan seperti kemarin san

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 161. Pemandangan Keluarga Bahagia

    Suasana di mobil Naura dan Arjuna hening, wanita itu sibuk menggeser layar iPad-nya untuk memeriksa laporan kantor. Hingga tak lama keheningan itu pecah karena pertanyaan Arjuna. "Jadi pria bernama Rangga itu teman masa SMA milikmu?" Naura menoleh, mengangguk. "Iya, ada apa?""Oh, apa kalian berteman sangat baik?" tanya Arjuna lagi. Naura mengangguk lagi. "Iya, kami berteman sangat baik." Arjuna sekali lagi mengangguk. "Sangat baik sekali, ya?"Naura mulai merasa aneh, bibirnya tersenyum heran. "Iya... Ada apa?"Arjuna menggeleng pelan, lalu kembali fokus menyetir. Naura yang memperhatikan raut wajah Arjuna yang mulai keras pun hanya bisa terkekeh tipis. Ada apa? Apa Arjuna cemburu? Tetapi bukankah pria itu tidak tahu apapun soal Rangga?Naura menyentuh lembut lengan Arjuna. "Kamu baik-baik saja?"Arjuna melirik Naura, mengangguk. "Tentu saja."Naura mengerutkan keningnya, tidak, pria itu berbohong. Jika iya Arjuna terbiasa akan menatap matanya lama. Apa pria itu telah mengeta

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 160. Bayangan Masa Depan

    Keesokan harinya, Naura bersiap untuk bekerja seperti biasa. Rama bersedia dibantu pelayan lain untuk mandi dan lainnya setelah Naura membujuk lembut anak itu. Sebelum pergi ke kantor atau butik seperti biasa, Naura mengantar Rama terlebih dahulu ke rumah sakit untuk menemui Ayahnya. Naura tidak mungkin membawa Rama ke kantor atau meninggalkan anak yang takut orang baru itu di Mansion. Keputusan paling tepat adalah mengantarkan Rama kembali ke Rangga. Sampai di rumah sakit, Naura menggandeng tangan imut Rama. Anak kecil itu menggenggam erat tangan Naura, bagi orang yang tidak mengetahui kondisinya mungkin akan mengira bahwa mereka adalah ibu dan anak. Saat hendak masuk ke loby utama rumah sakit, dari arah yang berlawanan muncul Arjuna dan Damian. Tetapi ada satu hal yang membuat Naura melipat dalam keningnya, Arjuna menggendong Ana? "Ana?" "Bibi!" Pekik Ana, lalu tak sabaran melepaskan diri dari Arjuna. Ana berlarian ke pelukan Naura, membuat Naura melepas genggamannya pada R

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 159. Cinta Segitiga

    Saat waktu semakin sore, Naura dan yang lain pun memutuskan untuk pulang. Karena Rama kecil tidak mungkin menetap di rumah sakit bersama ayahnya, Naura pun dengan senang hati menawarkan bantuan. Wanita itu akhirnya membawa Rama ke rumahnya. "Mau aku antar?" tawar Arjuna saat mereka melangkah keluar gedung rumah sakit bersama. Naura menggeleng pelan. "Tidak perlu, tidak masalah. Aku bisa bersama Kate, ibu juga pasti lelah dan butuh teman."Arjuna mengangguk mengerti, kemudian mengelus kepala Naura lembut sebelum akhirnya mereka berpisah untuk masuk ke mobil masing-masing. Di dalam mobil Arjuna seperti biasa tak banyak bicara, Helena pun langsung memejamkan matanya untuk beristirahat dan Damian fokus menyetir. Berbeda dengan Naura yang sibuk mengajak Rama bermain dan mengobrol, wanita itu terlihat sangat bahagia saat berinteraksi dengan Rama. Kate berulang kali melirik ke kaca spion untuk melihat ekspresi nyonya-nya yang bahagia, dia harap setelah pernikahan mereka atasannya ini l

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 158. Cinta Pertama

    "Kalian saling mengenal?" tanya Helena yang langsung menyadari tatapan keduanya. Naura dengan cepat mengangguk dan menarik tatapannya dari pria itu. "Iya, dia teman SMA ku, Rangga. Kami pernah satu kelas dan satu tempat les," jawab Naura. Helena mengangguk mengerti, kemudian duduk di sofa yang menghadap ke ranjang pasien. Naura menyusul dan duduk dengan tenang di samping Helena. "Apa kamu yang menyelamatkan ku?" tanya Rangga, menatap Naura. Naura menggeleng. "Bukan, tapi ibuku. Aku kemari hanya untuk menemaninya."Rangga dengan cepat menatap Helena dan tersenyum canggung. "Maafkan saya, nyonya. Terima kasih banyak telah menolong saya dan putra saya." Helan tersenyum tipis. "Bukan masalah besar, nak Rangga. Jadi benar kalian teman SMA? Ini sebuah kejutan, bukan?"Rangga mengangguk. "Benar, nyonya. Saya teman Naura semasa SMA, kami cukup akrab."Tatapan Rangga berubah sedikit berbeda saat mengatakan ini, kemudian dia melihat Naura lagi yang memangku putranya. "Rama pasti merepot

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 157. Orang Dari Masa Lalu

    Naura melangkah masuk ke butiknya, saat pintu dibuka wanita itu telah menyadari satu hal yang berbeda. Tidak ada Hans. "Apa Hans mengambil cuti hari ini?" Naura melirik Kate. Kate menggeleng pelan. "Tidak, nyonya."Naura mengangguk singkat, lalu mempercepat langkahnya menuju ruangannya. Sampai di sana, matanya langsung tertuju pada amplop putih yang tergeletak di atas meja kerjanya. Naura duduk dengan tenang seperti biasa di kursinya, lalu membuka amplop tersebut. Saat melihat pengirimnya adalah Hans, Naura semakin tertarik dan tidak sabaran membacanya. Naura menatap dingin selama membaca isi surat Hans, begitu selesai ia melipat kembali surat tersebut sambil tersenyum tipis. Pria itu mengundurkan diri dan mengakui statusnya yang ternyata adik laki-laki Evelyn. Ternyata kecurigaan Felizia dan prasangkanya kemarin benar. Pria itu meminta maaf atas perbuatan Evelyn padanya di masa lalu, serta dirinya yang tidak segera jujur pada Naura.Hans bersyukur dapat diterima kerja dengan

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 156. Penyesalan Tak Berujung 2

    Setelah tangis Evelyn mereda, Zafir mengajaknya duduk di sofa. Mereka mulai berbincang-bincang ringan. Evelyn menceritakan kondisinya, dia bekerja untuk mendapatkan uang. Tetapi dia tidak menceritakan keluarganya, wanita itu menyebut dirinya sebatang kara. Zafir mendengarkan cerita Evelyn sampai habis, simpati mulai menumpuk di hatinya. "Itu pasti berat untukmu," ucap Zafir. Evelyn mengangguk ringan, bibirnya tersenyum hambar seolah memiliki jutaan luka. "Tetapi... Inilah hidup saya, tuan. Saya--""Panggil saja Zafir jika sedang seperti ini, anggap aku teman ceritamu." Potong Zafir ramah, membuat Evelyn tersenyum dalam. "Kalau begitu Anda juga bisa menyebut saya, Evelyn," balas Evelyn. Zafir mengangguk. "Baiklah, Evelyn."Evelyn terkekeh mendengarkan Zafir menyebut namanya. "Iya, Zafir."Setelah beberapa detik hening, Evelyn pun kembali berbicara. "Sekarang giliran Zafir yang menceritakan hidupnya! Tidak adil jika hanya aku!"Zafir tertawa ringan. "Baiklah... Baiklah...."Evelyn

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status