Share

Bab 8. Sapu Tangan Arjuna

Penulis: nanadvelyns
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-13 16:10:21

"Hati-hati, Evelyn!!" 

Suara itu membuat Naura memandang ke luar jendela mobil.

Di sana, Zafir terlihat sedang membantu Evelyn untuk berjalan masuk ke mobilnya karena wanita itu terlihat lemah dan rapuh. 

Naura lalu mengalihkan pandangannya ke arah iPad dan berusaha untuk fokus ke laporan keuangan yang sedang ia analisis.

Tak lama setelahnya, Zafir menyusul ke dalam mobil dan duduk tepat di samping Naura. 

"Sebaiknya Evelyn tetap beristirahat di mansion kalau kesehatannya memburuk" ucap Naura dengan mata yang masih terpaku pada iPad.

Zafir menggeleng pelan, "Wanita itu menolak untuk ditinggal. Aku juga khawatir kalau dia ditinggal begitu saja bersama para pelayan."

“Begitu? Aku tidak tahu kalau sekarang kamu merangkap tugas sebagai pengasuh ibu hamil”.

Zafir menghela napas tanpa mau memperpanjang masalah, "Anggap saja ini menjadi bagian dari menyenangkan perasaannya agar janin impian kita ikut sehat."

Naura mengangguk-angguk kecil sambil bergumam rendah, "Entah janin atau wanita itu yang kau khawatirkan." 

Zafir melirik Naura, pria itu mendengar apa yang istrinya katakan. Namun, dia memilih untuk diam dan tidak memperlebar pembicaraan. 

Setelah satu setengah jam mengudara menggunakan private jet, mereka akhirnya tiba di Kalimantan dan disambut oleh segerombolan wartawan yang sudah menunggu di lapangan terbang.

Naura mengenakan setelan jas dan heels hitam. Rambut panjangnya yang digerai disempurnakan dengan kacamata hitamnya yang menambah kesan elegan. 

"Ayo," ujar Zafir sambil mengulurkan tangan ke arahnya. 

Begitu pintu dibuka, cahaya flash kamera membuat penglihatan Naura terganggu dan kesulitan untuk tersenyum. 

"Naura, senyum," bisik Zafir sembari meremas pinggulnya.

Naura dengan cepat mengangkat kedua sudut bibirnya untuk menampilkan senyum, meski matanya masih cukup terganggu.

Kemudian, dia dan Zafir berjalan sambil bergandengan tangan dengan sangat serasi di hadapan wartawan. 

Di momen ini, Naura diam-diam sedikit menoleh ke belakang untuk melihat Evelyn. Wanita itu masuk ke rombongan Kate dan Stave. 

Namun, tampaknya Evelyn tidak terlalu nyaman dengan kondisi saat ini, karena wanita itu diam-diam melirik ke arahnya dan Zafir dengan ekspresi kesal.

Kondisi yang ramai membuat salah satu wartawan tak sengaja terdorong ke depan dan hendak menabrak Naura. 

Namun, refleks Zafir bermain dengan sangat bagus. 

Pria itu menarik tubuh istrinya dan menariknya ke dalam pelukan. Kemudian dia memutar posisi mereka berdua dengan romantis.

"Tolong hati-hati." Kedua mata Zafir menatap tidak senang ke arah wartawan tersebut.

Apa yang terjadi terlihat sangat sempurna, sehingga tidak akan ada yang tahu kalau rumah tangga keduanya sudah mulai  retak.

Baru saja pintu mobil ditutup dan mobil mulai berjalan, ponsel Zafir sudah bergetar dan membuat pria itu mengangkatnya.

"Ada apa? Ya? Astaga, Evelyn! Kamu baik-baik saja? Tidak ada yang cedera kan?" 

Suara Zafir terdengar panik.

“Hentikan mobilnya, Pak!”

Naura menatap Zafir dengan serius. Kini ia benar-benar terganggu, karena tindakan Zafir yang sembrono benar-benar membuatnya jengkel.

"Kamu tidak sadar kalau kita sedang diawasi oleh media? Siapa saja bisa mengambil fotomu dan menyebarkannya ke media, Zafir!”

"Tetapi Evelyn membutuh--"

“Untuk apa ada Stave dan Kate di mobil itu? Lain kali, ajari wanita itu untuk menilai situasi saat ingin merepotkan orang lain”.

Zafir menghela napas gusar. "Ayolah, Naura. Evelyn sedang--"

"Sedang mengandung anak kita? Lalu apa? Dia sudah dibayar untuk mengandung anak, itu berarti tugasnya adalah fokus mengandung. Bukan malah mencari perhatianmu!" ujar Naura.

Kali ini dia tidak peduli dengan alasan yang dikatakan Zafir, karena alasan itu terus digunakan setiap kali mereka berdebat, seperti kaset rusak.

"Kamu sungguh hendak mengajakku berdebat sekarang?" Zafir menatap seolah Naura kehilangan akal sehat. 

Naura menatap Zafir lelah, "Kamu masih tidak mengerti maksudku?" 

"Cukup, Naura. Aku tidak punya waktu--"

"Kau tidak punya waktu, karena kau selalu memberikan waktumu untuk mengurusi hal yang tidak penting!”

Kali ini Naura sedikit menaikkan nada bicaranya. 

Mereka berdua benar-benar bertengkar di dalam mobil yang melaju, sedangkan supir yang menyetir mobil hanya diam dan berusaha untuk tidak ikut campur. 

Zafir mengepalkan kedua tangan, karena dia mulai muak dengan Naura. 

Saat Zafir hendak membalas, Naura sudah lebih dulu kembali berbicara. "Katakan. Kamu mencintai Evelyn?"

Zafir terdiam, tapi kemudian menatap Naura sengit, seolah sedang mencoba untuk memperingati istrinya. 

"Jangan buat aku semakin marah, Naura. Patuhi saja apa yang aku katakan dan fokus menjalani apa yang menjadi kewajibanmu."

Naura mengerutkan keningnya, kemudian dia tersenyum pahit dan perlahan tertawa. "Patuh? Kewajiban? Aku istrimu! Bukan karyawanmu! Aku--"

"Naura Wajendra!" Zafir membentak istrinya.

Naura terdiam dan menatap suaminya pahit. Tanpa membalas lagi, Naura menarik pandangannya dari Zafir dan memilih untuk melihat ke arah luar jendela. 

"Hentikan mobilnya," ucap Zafir kepada supir mereka, tak lama kemudian mobil berhenti dan Zafir keluar dengan menutup pintu kasar. 

Naura yang masih melihat ke arah jendela pintu mobil yang berada di sisinya tidak menoleh sama sekali. 

Diam-diam, kedua matanya sibuk membendung air mata agar tidak jatuh, sedangkan tangan kirinya mencengkeram erat jas hitam yang ia gunakan. 

Dia berusaha keras untuk menahan tangisnya dan melepaskan sisi rapuhnya di hadapan supir.

Tak lama kemudian, mobil mereka tiba di tempat tujuan. Gedung pencakar langit pertama dan termegah di Kalimantan menjadi lokasi pertemuan Wajendra dan Renjana hari ini. 

Naura berusaha untuk memperbaiki suasana hati dan penampilannya dengan cepat, kemudian dia bergegas keluar ketika supir membukakan pintu untuknya. 

"Sayang." Suara Zafir yang lembut terdengar.

Naura menatap ke arah Zafir lalu ke arah Evelyn yang berdiri tak jauh dari sana.

Ternyata pria itu sampai lebih dulu daripadanya.

Zafir lalu tersenyum hangat ke arahnya sambil mengulurkan tangan, seolah pertengkaran mereka sebelumnya hanya ilusi.

Demi citranya di depan orang lain, Naura dengan berat hati membalas uluran tangan Zafir dan tersenyum. 

Mereka lalu berjalan masuk ke dalam gedung dengan bertransformasi menjadi pasangan konglomerat idaman. 

"Selamat datang, Tuan dan Nyonya Wajendra”.

“Selamat siang dan terima kasih, Tuan Renjana”.

Zafir berjabat tangan dengan Arjuna yang menyambut mereka dengan asistennya. 

Setelah berbasa-basi dan Zafir sibuk berbincang dengan para karyawan lain, Arjuna mendekat ke arah Naura dan menyodorkan sapu tangan berwarna putih. 

"Sepertinya mata kanan Anda membutuhkan ini." 

Naura terkejut dan langsung mencari kaca atau cermin terdekat.

Saat melihat wajahnya, dia hampir meledak malu, karena terdapat noda eyeliner dan maskara di sudut mata kanannya yang luntur.

Naura mengambil cepat sapu tangan Arjuna dengan wajah yang sedikit memerah karena malu. 

"Terima kasih banyak."

Arjuna hanya mengangguk, mata hijau emerald pria itu menatap sosok Naura sambil tersenyum tipis. 

Saat Arjuna tersenyum padanya, Naura terpaku dengan kedua mata pria itu yang ternyata sangat indah. Mata hijau itu tampak bisa membuat siapa saja jatuh cinta, tapi yang Naura rasakan berbeda. 

Wanita itu justru merasakan aura penekanan dan dominan yang luar biasa dari Arjuna. 

Pria itu... benar-benar memiliki aura yang tidak biasa.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mahrus Dzaky
ada mata2 di kediaman Rajendra
goodnovel comment avatar
Elios EliosBengkulu
Koq Arjuna tau ya...jika hubungan Naura dgn suami nya lg tidak baik-baik saja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 9. Kita Bercerai Saja

    “Bawa Evelyn ke belakang dan lepas kalung yang dikenakan wanita itu”.Kening Naura sedikit terlipat dan perasaan marah kembali bergejolak di dalam dirinya. Bagaimana bisa Evelyn mengenakan kalung yang sama persis dengan yang ia kenakan? Tidak hanya bentuknya yang sama, tapi momen yang dipilih juga sama.Kemunculan Evelyn yang sudah anomali bisa berkembang menjadi skandal besar. Terlebih, kalung yang mereka kenakan juga merupakan kalung seharga miliaran rupiah yang dipesan secara khusus oleh Zafir.Kate lalu bergerak dengan cepat dan membawa Evelyn untuk keluar dari kerumunan. Sosoknya yang tak dikenal oleh wartawan membuat pergerakan mereka menjadi lebih mudah. Kepergian Evelyn dengan Kate membuat segalanya menjadi lebih mudah. Naura tak lagi perlu mengawasi Evelyn dan dapat fokus menjawab pertanyaan para kolega bersama Zafir.Sesampainya di ruang utama, Naura dan Zafir berjalan menyusul Arjuna yang sudah lebih dulu sampai dan menyerahkan gunting pada Naura.Mereka hendak memotong

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 10. Jangan Samakan Aku dengan Suamimu

    Naura membuka pintu balkon hotel dah melihat matahari yang sebentar lagi akan terbenam. Saat angin berhembus, bibir Naura tersenyum dengan getir karena dulu Zafir merupakan sosok pria yang sangat manis dan hangat. Dia tidak pernah sedikitpun membiarkan Naura merasa kesepian.Perlahan, air mata mulai keluar tak terkendali sehingga berkali-kali juga Naura menghapus air matanya dengan kasar. "Kamu menangis?”Naura mendongak cepat ke atas, kedua matanya terbuka lebar ketika melihat sosok Arjuna yang berdiri di balkon tepat di lantai atasnya. "Akhirnya tangisanmu berhenti," Ucapan Arjuna membuat Naura mengerutkan kening, memangnya sudah berapa lama pria itu memperhatikannya menangis?!"Sejak kapan Anda berada di situ?" Nada bicara Naura terkesan sedikit galak.Kening Arjuna sedikit terlipat. "Dari tadi. Aku mendengar kamu menangis seperti orang bodoh." Bukannya menjawab, pria itu justru melemparkan kalimat pedas."Siapa yang Anda bilang bodoh?" tanya Naura lagi, dia mulai kesal. Lagi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 11. Hanya Kebetulan Bertemu

    "Aku bercanda," Arjuna berkata santai setelah sebelumnya berhasil membuat Naura terpaku seperti orang bodoh. Naura yang mendengar ini hanya menghela napas tipis, ternyata pria itu hanya asal menebak sedangkan ia sudah berpikir terlalu jauh."Oh, itu berarti kau sungguh memiliki masalah dengannya?" kini Arjuna menaikkan alis kirinya dan bibirnya menunjukkan seringai tipis. Tampaknya ia senang menggoda wanita itu.Naura mendengus sebelum kemudian berkata lagi dengan nada datar. "Panggil saya Nyonya Wajendra, Tuan Renjana," balas Naura acuh. “Karena kita tidak seakrab itu”.Arjuna mengangkat kedua bahunya acuh. "Mengapa tidak kamu saja yang memanggilku Arjuna? Kita bisa menjadi akrab".Naura mengerutkan keningnya kesal untuk menatap Arjuna. "Mengapa Anda terus mengganggu saya? Saya tidak ingat pernah memiliki interaksi kasual apapun dengan Anda sebelumnya."Arjuna menyatukan kedua alisnya lagi, “Kamu lah yang menggangguku, Nyonya Wajendra. Mata bengkak dan riasan berantakan milikmu itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 12. Syarat Perceraian

    Di hari terakhir mereka di Kalimantan, Arjuna dan Zafir berjabat tangan sebagai tanda kerja sama.Setelah itu, mereka kembali ke posisi semula dengan Naura berdiri di tengah.Arjuna lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Naura dan berbisik, "Ganti sepuluh kali lipat kalau sapu tanganku hilang."Naura mengerutkan alis sekilas sebelum mengangguk tanpa mengubah ekspresi wajahnya sama sekali–masih tersenyum.Baru kemudian, setelah tiba gilirannya untuk berjabat tangan dengan Arjuna, Naura menggenggam erat tangan pria itu hingga membuat si empunya tangan mengerutkan dahi.Namun, tanpa diduga, Arjuna membalas perlakuan Naura dengan menggenggam tangan Naura sama eratnya!Zafir yang sadar langsung menampilkan raut wajah yang tak senang. Oleh karena itu, dengan segera dia mengulurkan tangannya ke arah Naura hingga membuat wanita itu menoleh."Sayang?"Naura lantas melepaskan tangan Arjuna dan membalas uluran tangan Zafir yang langsung merangkul pinggang Naura sambil menatap dingin ke arah Arjuna

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 13. Zafir Gila Karena Evelyn

    “Apa?”“Kamu tidak salah dengar, Naura. Aku akan menyetujui permintaan perceraianmu itu, tapi kamu harus pergi bersama kami ke Amsterdam lusa.” kata Zafir.“Kamu gila!” Naura mundur beberapa langkah sebelum kemudian memegangi kepalanya yang kini berdenyut dengan satu tangan.“Ya. Akun memang gila setelah mendengar keputusanmu yang hendak bercerai dariku, Naura. Selain menjadi sarana pemulihan yang baik untuk Evelyn, kepergian kita ke sana juga akan membuatku membuktikan kalau posisimu tak tergantikan untukku”.Setelah percakapannya dengan Zafir, Naura kembali ke ruangannya untuk kembali bekerja. Namun, pikirannya sama sekali tidak fokus. Naura malah kembali memikirkan syarat perceraiannya dengan Zafir yang membuatnya sakit kepala.Pria itu sepertinya memang sudah gila karena Evelyn.Sambil menghela napas, Naura teringat dengan kalung kembar yang diberikan oleh Zafir untuk dirinya dan Evelyn yang saat ini masih ia kenakan. Dengan kesal Naura melepas kalung itu dari lehernya dan menyi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 14. Amsterdam

    "Nyonya, perlengkapan anda menuju Amsterdam sudah siap. Apakah Anda ingin membatalkan janji rapat dengan--""Batalkan." Naura memotong kalimat Kate.Sepeninggal Zafir dan perdebatan mereka yang kesekian kali, Naura benar-benar tidak memiliki semangat apa pun untuk bekerja atau melakukan rapat, karena mood-nya menurun drastis dan tenaganya terkuras habis."Tolong susun saja jadwalku selama di Amsterdam. Aku tidak mau hanya berdiam diri di villa," jawab Naura sambil sibuk memilih gaun yang akan ia kenakan. "Namun, tidak ada pekerjaan penting yang harus dikerjakan di sana, Nyonya. Anda bisa menikmati waktu Anda di–""Apapun, Kate. Aku akan bersiap sendiri selama kamu sibuk menyusunnya." Naura memotong lagi sambil berjalan ke depan cermin."Baik, Nyonya." ujar Kate dengan pasrah.Wanita itu mengalah karena ia tak akan pernah bisa membantah Naura yang sudah masuk ke dalam mode ngeyel.Satu jam kemudian, Naura sudah selesai bersiap dan telah dijemput oleh Kate untuk bergegas masuk ke dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 15. Tolong Selamatkan Nyonya Saya!

    Museum yang terletak di dekat Istana Kerajaan Belanda terlihat sangat megah saat Naura tiba di sana. Cuaca yang cerah membuat senyum wanita itu mengembang. Rasanya sudah lama ia tidak berjalan-jalan tanpa perlu menjaga identitasnya seperti ini.Kali ini, ia merasa ‘bebas’.Naura lalu melangkahkan kaki untuk masuk ke museum melalui jalur VIP yang sudah disiapkan oleh Kate. Namun, tiba-tiba sebuah suara mengejutkan Naura dan membuat wanita itu berbalik.“Naura.”Di sana, Arjuna Renjana berdiri tegap dengan mantel hitam yang menyelimuti tubuhnya hingga ke lutut. Kemeja dan celana yang dikenakan pria itu juga berwarna hitam sehingga membuat aura pria itu semakin terasa dominan."Aku tidak menyangka kalau kamu tertarik dengan sejarah negara lain." ujar Arjuna sembari mendekati Naura.Naura tersenyum tipis sembari mengulurkan tangannya pada pria itu. "Suatu kehormatan karena bisa bertemu dengan Anda di sini, Tuan Renjana. Ya, saya senang menambah wawasan terkait sejarah negara lain." Arj

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 16. Kebakaran

    "Arjuna!" Damian berteriak kencang dan menatap ke sekeliling, tapi Arjuna tetap tidak ditemukan.Di sisi lain, Arjuna tidak mengindahkan teriakan Damian dan terus berjalan ke mobil pemadam kebakaran untuk meminta mereka membasahi mantelnya. Arjuna lalu berjalan cepat menuju pintu museum dan Damian sempat menghentikannya, tapi pria itu menepis kasar. Para petugas yang hendak menghentikan Arjuna juga tidak bisa bertindak apa pun, karena Arjuna tidak ragu untuk menyingkirkan siapapun yang menghalanginya dengan kekerasan fisik. Sedangkan Naura, wanita itu masih tidak mengetahui apa yang terjadi di luar. Keningnya sedikit terlipat bingung kala hidungnya mulai mencium aroma terbakar. "Ada apa ini?" ucap Naura sendiri, dia mulai merasakan ada sesuatu yang aneh, sebab suhu ruangan menjadi lebih panas. Namun, saat hendak menuruni tangga, langkahnya terhenti dan kedua matanya terbuka lebar karena pintu di bawahnya sudah termakan api!Kenapa tiba-tiba terbakar? Asap tebal mulai memenuhi r

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17

Bab terbaru

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 120. 21+ Arjuna Menagih Janji Gogo Land

    "Nyonya, bukankah itu tuan Renjana?" ucap Kate dari kursi depan, membuat Naura membuka matanya dan mencoba melihat ke depan. "Benar, itu beliau. Sepertinya tuan Renjana menunggu kepulangan Anda cukup lama, nyonya," balas tuan Benjamin yang menyetir mobil. Dari dalam mobil Naura melihat sosok Arjuna telah berdiri menunggunya di depan pintu masuk. "Sudah berapa lama ia di situ?" tanya Mela yang juga ikut terkejut. Setelah mobilnya berhenti, Naura dengan cepat turun dan melangkah mendekati Arjuna. "Kamu di sini?" tanyanya bingung. "Astaga, apa kamu sudah menunggu kami lama, nak?" tanya Mela khawatir. Arjuna tersenyum tipis, lalu menggeleng. "Tidak, aku juga baru saja tiba." Naura menaikkan alis kirinya, lalu menggeser tatapannya ke arah Damian yang seolah tertekuk rapat. Sepertinya Arjuna berbohong agar tidak membuat ibunya khawatir. "Kamu baru pulang bekerja?" tanya Mela lagi, menatap Arjuna penuh perhatian. Arjuna mengangguk. "Benar, aku kemari karena ada beberapa hal y

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 119. Jangan Ganggu 'Bisnis' Zafir, Evelyn!

    Zafir masuk ke dalam ruangan kerja Evelyn dengan raut wajah datar, pandangan matanya mendingin. Saat tatapan mereka bertemu, dengan cepat pria itu bertanya,"Itu ulahmu?"Evelyn dengan mata sembabnya berusaha tenang, meskipun air matanya tidak lagi mengalir deras seperti sebelumnya. "Kamu bicara soal apa, Zafir?" tanya Evelyn, pandangan matanya mulai sedikit kosong tiap kali menatap Zafir. Zafir mengepalkan tangannya. "Tidak perlu bertingkah polos! Itu ulahmu, bukan? Kamu yang sengaja mengatakannya pada Naura?!"Evelyn mengerutkan keningnya, lalu tak lama ia kembali membalas dengan tatapan datar. "Oh? Soal kamu ingin menikah lagi dengannya?" tanya Evelyn. Zafir menggertak kan giginya marah, lalu melangkah mendekati Evelyn dan menggebrak meja kerja wanita itu. BRAK!"Jadi benar? Kamu yang membuat Naura berpaling dariku?!" tanya Zafir, dia marah total karena Evelyn mengacaukan rencananya. Evelyn masih menatap Zafir dengan tenang meskipun kedua tangannya diam-diam gemetar di bawah

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 118. Pada Awalnya dan Pada Akhirnya

    Naura melangkah menuju lokasi pesta kembali, suasana hatinya terasa kosong sekarang. Pembicaraannya dengan Evelyn sangat menguras energi. Dia sengaja berhenti di bibir tangga, memperhatikan para tamu yang sibuk bercengkerama. Tak lama suara pria yang tak asing terdengar dari arah belakangnya, begitu menoleh Naura mendapati sosok Zafir sedang tersenyum ke arahnya. "Ada apa?" tanya Zafir begitu mendapati Naura berdiam diri di bibir tangga. Naura memperhatikan pria itu sejenak, ia kembali teringat dengan cerita Evelyn. Diam-diam hatinya bertanya, bagaimana bisa wajah setenang ini yang dulu sangat ia cintai berubah jadi sosok yang bahkan sulit untuk Naura kenali kembali?"Naura, kamu baik-baik saja?" tanya Zafir bingung setelah melihat Naura hanya diam menatapnya. Naura tersadar, dia dengan cepat menarik pandangannya dari Zafir dan tersenyum formal. "Iya, maafkan saya.""Kamu sedang tidak enak badan?" tanya Zafir khawatir, lalu mencoba untuk menyentuh kening Naura. Naura dengan ce

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 117. Risiko. Kamu Dulu Juga Merebutnya

    Evelyn terisak hebat saat menceritakan apa yang terjadi di rumah tangganya, sementara Naura hanya diam menyimak. Pandangan matanya mendingin setelah mendengar Zafir dan Malini ingin menjadikan dirinya nyonya Wajendra kembali setelah mereka menggantikannya dengan Evelyn. Bahkan mereka menekankan posisi 'nyonya' dan 'ibu'? Itu menjijikan. Melihat Evelyn yang lemas karena terlalu lama menangis membuat hati Naura sedikit terenyuh, dia dapat memahami rasa sakitnya. Tetapi haruskah ia peduli? Mereka lah yang menginginkan takdir seperti ini, semua rasa sakit mereka timbul karena pilihan sendiri. "Jadi, aku mohon... Bantu aku untuk menjadi sepertimu, aku hanya ingin mempertahankan posisiku," ucap Evelyn, wanita itu kembali memohon. Naura mengerutkan keningnya samar, kondisi terisak wanita itu sukses membuat Naura teringat dengan dirinya sendiri. Dulu dia juga menangis seperti itu, menyalahkan dirinya sendiri atas kekurangannya. Padahal mereka lah yang menginjak-injak dirinya. "Apa yan

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 116. Kekacauan Evelyn

    Pesta berlangsung meriah meskipun ada kedinginan yang diam-diam menyelimuti mereka. Naura menikmati suasana pesta meskipun Malini terus menerus 'mengusiknya'. Dia masih belum mengetahui alasan Malini melakukan hal itu. Naura mencoba untuk menyingkir dari pusat pesta, dia menepi sejenak untuk kemudian melangkah mencari kamar kecil. Mansion ini dulu adalah miliknya, dia tidak memerlukan bantuan siapapun untuk mencari sesuatu di sini. Sebelum benar-benar pergi ke kamar kecil, Naura sempat memperhatikan Zafir. Pria itu tersenyum seperti biasa, menyapa para tamu mendampingi Malini. Tetapi entah bagaimana Naura merasa ada yang aneh di sini, entah itu situasi ataupun perilaku mereka.Lagi-lagi, Naura mencoba mengabaikannya. Meskipun Evelyn telah mengatakan hal tidak masuk akal saat di Solo kemarin, Naura masih tetap tidak bisa mempercayainya. Untuk apa pria itu menginginkannya lagi? Mereka lah yang membuang Naura. Tidak ada alasan untuk menyesal. Naura meninggalkan area pesta untuk

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 115. Lalat Wajendra

    Hari ulang tahun nyonya besar Wajendra itu akhirnya tiba, acara dilaksanakan di Mansion utama Wajendra. Naura ikut hadir untuk mendampingi ibunya, kedatangan mereka pun segera menjadi pusat perhatian. Naura menatap sekitaran Mansion, tidak banyak yang berubah sejak terakhir kali ia kemari untuk mendatangi ulang tahun Zevan. Malini yang melihat kehadiran Naura dan Mela pun segera menghampirinya, tindakan ini pun langsung menjadi pusat perhatian lebih luas. Pasalnya, semua tamu undangan yang hadir tidak ada yang disambut secara langsung seperti Naura dan Mela. "Astaga, kalian sudah datang? Bagaimana kabarmu, nak?" tanya Malini, lalu memeluk Naura. Naura mengerutkan keningnya tidak nyaman, apa-apaan wanita itu?Tak lama Malini menatap Mela, bibirnya tersenyum lebih dalam. "Ini pertemuan pertama kita, benar?"Mela mengangguk. "Benar, selamat ulang tahun, nyonya besar Wajendra."Malini terkekeh tipis. "Aku sudah terlalu tua untuk mendapatkan ucapan seperti itu, terima kasih banyak, n

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 114. Ya, Aku Masih Mencintainya!

    Niat awal Evelyn mendatangi suami dan ibu mertuanya adalah untuk meminta maaf.Tetapi... Mendengar percakapan mereka membuat Evelyn mengurungkan niatnya. Dengan lemas wanita itu melangkah mundur, tangan kanannya menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara tangis sedikitpun. Air matanya mengalir deras, perlahan ia menjauh dari ruang kerja Zafir hingga akhirnya benar-benar berlari. Evelyn terus berlari, ia tidak memiliki tujuan pasti. Para pelayan yang melihat sosoknya pun bingung dan segera bertanya-tanya, apa yang sekiranya baru saja terjadi lagi?Evelyn berhenti secara tidak sengaja di pintu yang selalu dilarang Zafir untuk dimasuki siapapun. Evelyn menatap dingin pintu itu, air matanya masih terus mengalir. Sebenarnya apa yang ada di balik pintu ini hingga suaminya bahkan melarang dirinya untuk masuk?Tak lama Evelyn teringat dengan Naura. Apa yang sekiranya akan Naura lakukan di posisi ini? Apa dia akan mentolerir rahasia seperti ini?Setelah dipikirkan, jawabannya adalah

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 113. Hanya Naura Yang Pantas Menjadi Nyonya Wajendra

    Berbeda suasananya dengan Mansion Wajendra, Mansion Tirta justru terlihat sangat tenang dan ceria. Naura hari ini tidak pergi ke kantor, dia memutuskan ingin menghabiskan waktu di rumah bersama ibunya. Naura dan Mela mengenakan pakaian berkebun, mereka sibuk menanam tanaman bersama di halaman depan dan belakang Wajendra. Tak lama sosok Arjuna muncul, pria itu seperti biasa mengenakan setelan jas formal berwarna hitam."Kamu tidak ke kantor?" tanya Naura saat melihat pria itu tiba-tiba muncul. Arjuna mengangguk. "Tidak ada jadwal penting hari ini, jadi aku memutuskan untuk mampir kemari setelah mengetahui kamu juga tidak pergi ke kantor."Naura mengangguk mengerti, lalu tersenyum tipis. "Mau bergabung?"Arjuna mengangguk. "Tentu saja, kenapa tidak?""Kamu bisa berkebun?" tanya Mela, dia jarang melihat pria dengan status tinggi menyukai kegiatan seperti ini. Arjuna mengangguk ragu. "Kita bisa mencobanya bersama."Naura terkekeh. "Dari jawabannya itu berarti tidak bisa, bu."Arjuna

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 112. Zafir Menikah Lagi?

    Keesokan harinya semua kesibukan berjalan seperti biasa. Zafir kembali fokus pada pekerjaannya dan Evelyn pada jadwal belajar serta putranya. Wanita itu tengah duduk di halaman belakang Mansion sambil mengajak Zevan bermain. Tak lama, suara wanita paruh baya terdengar dari belakangnya. "Astaga, cucuku tersayang!" Evelyn dengan cepat menoleh, dia dengan cepat berdiri untuk menyambut Malini. "Ibu? Kapan ibu tiba di sini?" tanya Evelyn. Malini menjawabnya sambil menggendong Zevan. "Apa itu penting? Yang terpenting adalah bertemu cucuku sekarang."Evelyn hanya tersenyum, dia tidak lagi menjawab dan kembali duduk. "Ibu mau dibuatkan minuman? Aku akan meminta pelayan untuk--""Tidak perlu, aku bisa memintanya sendiri nanti." Potong Malini, lalu duduk tidak jauh dari posisi Evelyn sambil memangku Zevan. "Aku dengar akhir-akhir ini kamu sering bertengkar dengan Zafir, ada apa?" tanya Malini. Senyum Evelyn berubah menjadi sedikit kaku, di momen ini Malini juga menyadari ada sesuatu ya

DMCA.com Protection Status