Share

Bab 8. Sapu Tangan Arjuna

Author: nanadvelyns
last update Last Updated: 2024-09-13 16:10:21

"Hati-hati, Evelyn!!" 

Suara itu membuat Naura memandang ke luar jendela mobil.

Di sana, Zafir terlihat sedang membantu Evelyn untuk berjalan masuk ke mobilnya karena wanita itu terlihat lemah dan rapuh. 

Naura lalu mengalihkan pandangannya ke arah iPad dan berusaha untuk fokus ke laporan keuangan yang sedang ia analisis.

Tak lama setelahnya, Zafir menyusul ke dalam mobil dan duduk tepat di samping Naura. 

"Sebaiknya Evelyn tetap beristirahat di mansion kalau kesehatannya memburuk" ucap Naura dengan mata yang masih terpaku pada iPad.

Zafir menggeleng pelan, "Wanita itu menolak untuk ditinggal. Aku juga khawatir kalau dia ditinggal begitu saja bersama para pelayan."

“Begitu? Aku tidak tahu kalau sekarang kamu merangkap tugas sebagai pengasuh ibu hamil”.

Zafir menghela napas tanpa mau memperpanjang masalah, "Anggap saja ini menjadi bagian dari menyenangkan perasaannya agar janin impian kita ikut sehat."

Naura mengangguk-angguk kecil sambil bergumam rendah, "Entah janin atau wanita itu yang kau khawatirkan." 

Zafir melirik Naura, pria itu mendengar apa yang istrinya katakan. Namun, dia memilih untuk diam dan tidak memperlebar pembicaraan. 

Setelah satu setengah jam mengudara menggunakan private jet, mereka akhirnya tiba di Kalimantan dan disambut oleh segerombolan wartawan yang sudah menunggu di lapangan terbang.

Naura mengenakan setelan jas dan heels hitam. Rambut panjangnya yang digerai disempurnakan dengan kacamata hitamnya yang menambah kesan elegan. 

"Ayo," ujar Zafir sambil mengulurkan tangan ke arahnya. 

Begitu pintu dibuka, cahaya flash kamera membuat penglihatan Naura terganggu dan kesulitan untuk tersenyum. 

"Naura, senyum," bisik Zafir sembari meremas pinggulnya.

Naura dengan cepat mengangkat kedua sudut bibirnya untuk menampilkan senyum, meski matanya masih cukup terganggu.

Kemudian, dia dan Zafir berjalan sambil bergandengan tangan dengan sangat serasi di hadapan wartawan. 

Di momen ini, Naura diam-diam sedikit menoleh ke belakang untuk melihat Evelyn. Wanita itu masuk ke rombongan Kate dan Stave. 

Namun, tampaknya Evelyn tidak terlalu nyaman dengan kondisi saat ini, karena wanita itu diam-diam melirik ke arahnya dan Zafir dengan ekspresi kesal.

Kondisi yang ramai membuat salah satu wartawan tak sengaja terdorong ke depan dan hendak menabrak Naura. 

Namun, refleks Zafir bermain dengan sangat bagus. 

Pria itu menarik tubuh istrinya dan menariknya ke dalam pelukan. Kemudian dia memutar posisi mereka berdua dengan romantis.

"Tolong hati-hati." Kedua mata Zafir menatap tidak senang ke arah wartawan tersebut.

Apa yang terjadi terlihat sangat sempurna, sehingga tidak akan ada yang tahu kalau rumah tangga keduanya sudah mulai  retak.

Baru saja pintu mobil ditutup dan mobil mulai berjalan, ponsel Zafir sudah bergetar dan membuat pria itu mengangkatnya.

"Ada apa? Ya? Astaga, Evelyn! Kamu baik-baik saja? Tidak ada yang cedera kan?" 

Suara Zafir terdengar panik.

“Hentikan mobilnya, Pak!”

Naura menatap Zafir dengan serius. Kini ia benar-benar terganggu, karena tindakan Zafir yang sembrono benar-benar membuatnya jengkel.

"Kamu tidak sadar kalau kita sedang diawasi oleh media? Siapa saja bisa mengambil fotomu dan menyebarkannya ke media, Zafir!”

"Tetapi Evelyn membutuh--"

“Untuk apa ada Stave dan Kate di mobil itu? Lain kali, ajari wanita itu untuk menilai situasi saat ingin merepotkan orang lain”.

Zafir menghela napas gusar. "Ayolah, Naura. Evelyn sedang--"

"Sedang mengandung anak kita? Lalu apa? Dia sudah dibayar untuk mengandung anak, itu berarti tugasnya adalah fokus mengandung. Bukan malah mencari perhatianmu!" ujar Naura.

Kali ini dia tidak peduli dengan alasan yang dikatakan Zafir, karena alasan itu terus digunakan setiap kali mereka berdebat, seperti kaset rusak.

"Kamu sungguh hendak mengajakku berdebat sekarang?" Zafir menatap seolah Naura kehilangan akal sehat. 

Naura menatap Zafir lelah, "Kamu masih tidak mengerti maksudku?" 

"Cukup, Naura. Aku tidak punya waktu--"

"Kau tidak punya waktu, karena kau selalu memberikan waktumu untuk mengurusi hal yang tidak penting!”

Kali ini Naura sedikit menaikkan nada bicaranya. 

Mereka berdua benar-benar bertengkar di dalam mobil yang melaju, sedangkan supir yang menyetir mobil hanya diam dan berusaha untuk tidak ikut campur. 

Zafir mengepalkan kedua tangan, karena dia mulai muak dengan Naura. 

Saat Zafir hendak membalas, Naura sudah lebih dulu kembali berbicara. "Katakan. Kamu mencintai Evelyn?"

Zafir terdiam, tapi kemudian menatap Naura sengit, seolah sedang mencoba untuk memperingati istrinya. 

"Jangan buat aku semakin marah, Naura. Patuhi saja apa yang aku katakan dan fokus menjalani apa yang menjadi kewajibanmu."

Naura mengerutkan keningnya, kemudian dia tersenyum pahit dan perlahan tertawa. "Patuh? Kewajiban? Aku istrimu! Bukan karyawanmu! Aku--"

"Naura Wajendra!" Zafir membentak istrinya.

Naura terdiam dan menatap suaminya pahit. Tanpa membalas lagi, Naura menarik pandangannya dari Zafir dan memilih untuk melihat ke arah luar jendela. 

"Hentikan mobilnya," ucap Zafir kepada supir mereka, tak lama kemudian mobil berhenti dan Zafir keluar dengan menutup pintu kasar. 

Naura yang masih melihat ke arah jendela pintu mobil yang berada di sisinya tidak menoleh sama sekali. 

Diam-diam, kedua matanya sibuk membendung air mata agar tidak jatuh, sedangkan tangan kirinya mencengkeram erat jas hitam yang ia gunakan. 

Dia berusaha keras untuk menahan tangisnya dan melepaskan sisi rapuhnya di hadapan supir.

Tak lama kemudian, mobil mereka tiba di tempat tujuan. Gedung pencakar langit pertama dan termegah di Kalimantan menjadi lokasi pertemuan Wajendra dan Renjana hari ini. 

Naura berusaha untuk memperbaiki suasana hati dan penampilannya dengan cepat, kemudian dia bergegas keluar ketika supir membukakan pintu untuknya. 

"Sayang." Suara Zafir yang lembut terdengar.

Naura menatap ke arah Zafir lalu ke arah Evelyn yang berdiri tak jauh dari sana.

Ternyata pria itu sampai lebih dulu daripadanya.

Zafir lalu tersenyum hangat ke arahnya sambil mengulurkan tangan, seolah pertengkaran mereka sebelumnya hanya ilusi.

Demi citranya di depan orang lain, Naura dengan berat hati membalas uluran tangan Zafir dan tersenyum. 

Mereka lalu berjalan masuk ke dalam gedung dengan bertransformasi menjadi pasangan konglomerat idaman. 

"Selamat datang, Tuan dan Nyonya Wajendra”.

“Selamat siang dan terima kasih, Tuan Renjana”.

Zafir berjabat tangan dengan Arjuna yang menyambut mereka dengan asistennya. 

Setelah berbasa-basi dan Zafir sibuk berbincang dengan para karyawan lain, Arjuna mendekat ke arah Naura dan menyodorkan sapu tangan berwarna putih. 

"Sepertinya mata kanan Anda membutuhkan ini." 

Naura terkejut dan langsung mencari kaca atau cermin terdekat.

Saat melihat wajahnya, dia hampir meledak malu, karena terdapat noda eyeliner dan maskara di sudut mata kanannya yang luntur.

Naura mengambil cepat sapu tangan Arjuna dengan wajah yang sedikit memerah karena malu. 

"Terima kasih banyak."

Arjuna hanya mengangguk, mata hijau emerald pria itu menatap sosok Naura sambil tersenyum tipis. 

Saat Arjuna tersenyum padanya, Naura terpaku dengan kedua mata pria itu yang ternyata sangat indah. Mata hijau itu tampak bisa membuat siapa saja jatuh cinta, tapi yang Naura rasakan berbeda. 

Wanita itu justru merasakan aura penekanan dan dominan yang luar biasa dari Arjuna. 

Pria itu... benar-benar memiliki aura yang tidak biasa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Harma Putri
mudahan naura jd pasangan suami istri dgn arjuna,kasian dia betapa terlukanya naura,biar dia bahagia dgn arjuna biar tau rasa safir tu
goodnovel comment avatar
Mahrus Dzaky
ada mata2 di kediaman Rajendra
goodnovel comment avatar
Elios EliosBengkulu
Koq Arjuna tau ya...jika hubungan Naura dgn suami nya lg tidak baik-baik saja
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 9. Kita Bercerai Saja

    “Bawa Evelyn ke belakang dan lepas kalung yang dikenakan wanita itu”.Kening Naura sedikit terlipat dan perasaan marah kembali bergejolak di dalam dirinya. Bagaimana bisa Evelyn mengenakan kalung yang sama persis dengan yang ia kenakan? Tidak hanya bentuknya yang sama, tapi momen yang dipilih juga sama.Kemunculan Evelyn yang sudah anomali bisa berkembang menjadi skandal besar. Terlebih, kalung yang mereka kenakan juga merupakan kalung seharga miliaran rupiah yang dipesan secara khusus oleh Zafir.Kate lalu bergerak dengan cepat dan membawa Evelyn untuk keluar dari kerumunan. Sosoknya yang tak dikenal oleh wartawan membuat pergerakan mereka menjadi lebih mudah. Kepergian Evelyn dengan Kate membuat segalanya menjadi lebih mudah. Naura tak lagi perlu mengawasi Evelyn dan dapat fokus menjawab pertanyaan para kolega bersama Zafir.Sesampainya di ruang utama, Naura dan Zafir berjalan menyusul Arjuna yang sudah lebih dulu sampai dan menyerahkan gunting pada Naura.Mereka hendak memotong

    Last Updated : 2024-09-13
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 10. Jangan Samakan Aku dengan Suamimu

    Naura membuka pintu balkon hotel dah melihat matahari yang sebentar lagi akan terbenam. Saat angin berhembus, bibir Naura tersenyum dengan getir karena dulu Zafir merupakan sosok pria yang sangat manis dan hangat. Dia tidak pernah sedikitpun membiarkan Naura merasa kesepian.Perlahan, air mata mulai keluar tak terkendali sehingga berkali-kali juga Naura menghapus air matanya dengan kasar. "Kamu menangis?”Naura mendongak cepat ke atas, kedua matanya terbuka lebar ketika melihat sosok Arjuna yang berdiri di balkon tepat di lantai atasnya. "Akhirnya tangisanmu berhenti," Ucapan Arjuna membuat Naura mengerutkan kening, memangnya sudah berapa lama pria itu memperhatikannya menangis?!"Sejak kapan Anda berada di situ?" Nada bicara Naura terkesan sedikit galak.Kening Arjuna sedikit terlipat. "Dari tadi. Aku mendengar kamu menangis seperti orang bodoh." Bukannya menjawab, pria itu justru melemparkan kalimat pedas."Siapa yang Anda bilang bodoh?" tanya Naura lagi, dia mulai kesal. Lagi

    Last Updated : 2024-09-14
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 11. Hanya Kebetulan Bertemu

    "Aku bercanda," Arjuna berkata santai setelah sebelumnya berhasil membuat Naura terpaku seperti orang bodoh. Naura yang mendengar ini hanya menghela napas tipis, ternyata pria itu hanya asal menebak sedangkan ia sudah berpikir terlalu jauh."Oh, itu berarti kau sungguh memiliki masalah dengannya?" kini Arjuna menaikkan alis kirinya dan bibirnya menunjukkan seringai tipis. Tampaknya ia senang menggoda wanita itu.Naura mendengus sebelum kemudian berkata lagi dengan nada datar. "Panggil saya Nyonya Wajendra, Tuan Renjana," balas Naura acuh. “Karena kita tidak seakrab itu”.Arjuna mengangkat kedua bahunya acuh. "Mengapa tidak kamu saja yang memanggilku Arjuna? Kita bisa menjadi akrab".Naura mengerutkan keningnya kesal untuk menatap Arjuna. "Mengapa Anda terus mengganggu saya? Saya tidak ingat pernah memiliki interaksi kasual apapun dengan Anda sebelumnya."Arjuna menyatukan kedua alisnya lagi, “Kamu lah yang menggangguku, Nyonya Wajendra. Mata bengkak dan riasan berantakan milikmu itu

    Last Updated : 2024-09-14
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 12. Syarat Perceraian

    Di hari terakhir mereka di Kalimantan, Arjuna dan Zafir berjabat tangan sebagai tanda kerja sama.Setelah itu, mereka kembali ke posisi semula dengan Naura berdiri di tengah.Arjuna lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Naura dan berbisik, "Ganti sepuluh kali lipat kalau sapu tanganku hilang."Naura mengerutkan alis sekilas sebelum mengangguk tanpa mengubah ekspresi wajahnya sama sekali–masih tersenyum.Baru kemudian, setelah tiba gilirannya untuk berjabat tangan dengan Arjuna, Naura menggenggam erat tangan pria itu hingga membuat si empunya tangan mengerutkan dahi.Namun, tanpa diduga, Arjuna membalas perlakuan Naura dengan menggenggam tangan Naura sama eratnya!Zafir yang sadar langsung menampilkan raut wajah yang tak senang. Oleh karena itu, dengan segera dia mengulurkan tangannya ke arah Naura hingga membuat wanita itu menoleh."Sayang?"Naura lantas melepaskan tangan Arjuna dan membalas uluran tangan Zafir yang langsung merangkul pinggang Naura sambil menatap dingin ke arah Arjuna

    Last Updated : 2024-09-15
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 13. Zafir Gila Karena Evelyn

    “Apa?”“Kamu tidak salah dengar, Naura. Aku akan menyetujui permintaan perceraianmu itu, tapi kamu harus pergi bersama kami ke Amsterdam lusa.” kata Zafir.“Kamu gila!” Naura mundur beberapa langkah sebelum kemudian memegangi kepalanya yang kini berdenyut dengan satu tangan.“Ya. Akun memang gila setelah mendengar keputusanmu yang hendak bercerai dariku, Naura. Selain menjadi sarana pemulihan yang baik untuk Evelyn, kepergian kita ke sana juga akan membuatku membuktikan kalau posisimu tak tergantikan untukku”.Setelah percakapannya dengan Zafir, Naura kembali ke ruangannya untuk kembali bekerja. Namun, pikirannya sama sekali tidak fokus. Naura malah kembali memikirkan syarat perceraiannya dengan Zafir yang membuatnya sakit kepala.Pria itu sepertinya memang sudah gila karena Evelyn.Sambil menghela napas, Naura teringat dengan kalung kembar yang diberikan oleh Zafir untuk dirinya dan Evelyn yang saat ini masih ia kenakan. Dengan kesal Naura melepas kalung itu dari lehernya dan menyi

    Last Updated : 2024-09-15
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 14. Amsterdam

    "Nyonya, perlengkapan anda menuju Amsterdam sudah siap. Apakah Anda ingin membatalkan janji rapat dengan--""Batalkan." Naura memotong kalimat Kate.Sepeninggal Zafir dan perdebatan mereka yang kesekian kali, Naura benar-benar tidak memiliki semangat apa pun untuk bekerja atau melakukan rapat, karena mood-nya menurun drastis dan tenaganya terkuras habis."Tolong susun saja jadwalku selama di Amsterdam. Aku tidak mau hanya berdiam diri di villa," jawab Naura sambil sibuk memilih gaun yang akan ia kenakan. "Namun, tidak ada pekerjaan penting yang harus dikerjakan di sana, Nyonya. Anda bisa menikmati waktu Anda di–""Apapun, Kate. Aku akan bersiap sendiri selama kamu sibuk menyusunnya." Naura memotong lagi sambil berjalan ke depan cermin."Baik, Nyonya." ujar Kate dengan pasrah.Wanita itu mengalah karena ia tak akan pernah bisa membantah Naura yang sudah masuk ke dalam mode ngeyel.Satu jam kemudian, Naura sudah selesai bersiap dan telah dijemput oleh Kate untuk bergegas masuk ke dalam

    Last Updated : 2024-09-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 15. Tolong Selamatkan Nyonya Saya!

    Museum yang terletak di dekat Istana Kerajaan Belanda terlihat sangat megah saat Naura tiba di sana. Cuaca yang cerah membuat senyum wanita itu mengembang. Rasanya sudah lama ia tidak berjalan-jalan tanpa perlu menjaga identitasnya seperti ini.Kali ini, ia merasa ‘bebas’.Naura lalu melangkahkan kaki untuk masuk ke museum melalui jalur VIP yang sudah disiapkan oleh Kate. Namun, tiba-tiba sebuah suara mengejutkan Naura dan membuat wanita itu berbalik.“Naura.”Di sana, Arjuna Renjana berdiri tegap dengan mantel hitam yang menyelimuti tubuhnya hingga ke lutut. Kemeja dan celana yang dikenakan pria itu juga berwarna hitam sehingga membuat aura pria itu semakin terasa dominan."Aku tidak menyangka kalau kamu tertarik dengan sejarah negara lain." ujar Arjuna sembari mendekati Naura.Naura tersenyum tipis sembari mengulurkan tangannya pada pria itu. "Suatu kehormatan karena bisa bertemu dengan Anda di sini, Tuan Renjana. Ya, saya senang menambah wawasan terkait sejarah negara lain." Arj

    Last Updated : 2024-09-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 16. Kebakaran

    "Arjuna!" Damian berteriak kencang dan menatap ke sekeliling, tapi Arjuna tetap tidak ditemukan.Di sisi lain, Arjuna tidak mengindahkan teriakan Damian dan terus berjalan ke mobil pemadam kebakaran untuk meminta mereka membasahi mantelnya. Arjuna lalu berjalan cepat menuju pintu museum dan Damian sempat menghentikannya, tapi pria itu menepis kasar. Para petugas yang hendak menghentikan Arjuna juga tidak bisa bertindak apa pun, karena Arjuna tidak ragu untuk menyingkirkan siapapun yang menghalanginya dengan kekerasan fisik. Sedangkan Naura, wanita itu masih tidak mengetahui apa yang terjadi di luar. Keningnya sedikit terlipat bingung kala hidungnya mulai mencium aroma terbakar. "Ada apa ini?" ucap Naura sendiri, dia mulai merasakan ada sesuatu yang aneh, sebab suhu ruangan menjadi lebih panas. Namun, saat hendak menuruni tangga, langkahnya terhenti dan kedua matanya terbuka lebar karena pintu di bawahnya sudah termakan api!Kenapa tiba-tiba terbakar? Asap tebal mulai memenuhi r

    Last Updated : 2024-09-17

Latest chapter

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 222. Kini Aman Bersamamu

    "Kamu baik-baik saja?" tanya Arjuna khawatir setelah melihat Naura terlihat lebih lemas dari biasanya. Naura mengangguk singkat. "Iya, kepalaku hanya agak pusing. Kemana kita akan pergi, Arjuna?"Arjuna terdiam sejenak, namun tak lama ia mengangguk. "Baiklah, kalau dirasa memang benar-benar tidak enak badan tolong segera katakan padaku." Melihat Arjuna tidak menjawab pertanyaannya, Naura pun sedikit melipat keningnya. "Kemana kita akan pergi?" tanya Naura lagi. Arjuna kembali terdiam, lalu tak lama pria itu tersenyum tipis. "Kamu tidur saja, masih ada waktu sekitar dua jam lagi hingga sampai tujuan."Naura menaikkan alis kirinya. "Dua jam?" Itu bukan waktu yang sebentar. Kemana sebenarnya Arjuna hendak membawanya pergi?Arjuna sekali lagi mengangguk. "Istirahat saja, aku akan membangunkanmu setelah kita sampai, sayang."Melihat Arjuna enggan memberitahunya, Naura hanya bisa menghela napas dan menuruti permintaan pria itu. Ia menyandarkan punggungnya dengan nyaman, kemudian matany

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 221. Takut Salah Cinta

    Naura melangkah keluar dari penjara, pikirannya diam-diam penuh dengan pertemuannya bersama Althaf sebelumnya. Jadi... Pria itu memilih untuk berhenti begitu saja tanpa perlawanan apa pun?Meskipun hal tersebut terdengar baik, tetapi tetap patut diwaspadai. Serangan yang sebelumnya dilayangkan Althaf sangat besar, rasanya tanda tanya besar jika pria itu mengaku mengalah. Lamunan Naura pecah begitu melihat sosok Arjuna yang menunggu di parkiran mobil. Pria itu tersenyum tipis, mata hijau emerald-nya terlihat sangat cerah saat bertabrakan dengan cahaya hangat matahari sore. "Sudah?" tanya pria itu. Naura tersenyum tipis, kedua sudut alisnya menyatu bingung. "Kamu di sini?"Arjuna mengangguk. "Apa salah?"Naura tertawa ringan, lalu mulai mendekati Arjuna. Pria itu dengan lembut langsung meraih tangan kanannya dan mengecup singkat. "Bisa ikut aku pergi ke suatu tempat sebentar?" tanya Arjuna. Naura mengangguk. "Tentu, kemana kita akan--""Kamu akan mengetahuinya nanti." Potong Arju

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 220. Cinta Yang Terlalu Besar

    Dua hari setelah kejadian Naura berhasil kembali, Arjuna mulai sibuk 'membersihkan' kekacauan yang Althaf buat di Renjana. Di ruang kerja Arjuna seperti biasa, Damian, Aimee, dan Tiara Bara berkumpul. "Bagaimana hasil kemarin?" tanya Arjuna, pria itu duduk sambil menatap satu persatu wajah di hadapannya. Aimee menggeleng singkat. "Phantom masih belum melakukan pergerakan apa pun, tidak ada laporan terbaru."Arjuna menaikkan alis kirinya, aneh sekali rasanya Phantom tidak bergegas bergerak menyelamatkan Althaf dari penjara. Phantom adalah organisasi yang terkenal besar dan gelap, selain menjual informasi, mereka juga terkenal dengan gerakannya yang agresif. Jika dicocokkan dengan sifat tersebut, seharusnya belum ada satu hari, penjara tempat Althaf dikurung telah hancur. "Phantom tidak mungkin diam saja, sebaiknya kita juga mulai mencari jalan lain untuk banyak kemungkinan." Damian menatap serius ke arah Arjuna. Tiara Bara mengangguk setuju. "Itu benar, seperti mungkin mendobrak

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 219. Kotak Rindu

    Naura duduk tenang di atas ranjang rumah sakit setelah dokter dan perawat selesai memeriksa kondisinya. Arjuna duduk di sofa tak jauh dari ranjang, pria itu masih terlihat sangat sibuk mengutak-atik iPad besar miliknya. Selepas kepergian Althaf, Arjuna tanpa banyak bicara langsung menariknya masuk ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit. Damian masih sibuk mengurus kepala keluarga sembilan pilar negara bersama Tiara Bara, bagaimanapun kejadian tadi cukup menggemparkan. Media yang disiapkan oleh Tiara Bara di luar gedung pertemuan telah sukses mengunci berita dan meledakkannya ke seluruh sosial media. Sedangkan Kate mengurus kebutuhan dan urusan rumah sakit Naura. Naura hanya duduk tenang di posisinya, matanya menatap lembut ke arah Arjuna. Sosok pria yang sangat ia rindukan kini telah kembali, tidak ada rasa tenang lain yang dapat mengalahkan rasa tenangnya saat ini. Tak lama Arjuna mengangkat pandangannya, sepertinya pria itu baru tersadar bahwa dokter telah pergi. Deng

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 218. Mengembalikan Apa Yang Diberi

    "Selamat datang, tuan Renjana." Tiara Bara mengulurkan tangan ke arah Althaf untuk berjabat tangan, bibirnya tersenyum formal. Sejak kematian ayahnya, Tiara Bara mulai menggantikan posisi ayahnya. Saat ini seluruh Indonesia bukan lagi memanggilnya 'nona Bara', tetapi 'nyonya Bara'. Althaf membalas uluran tangan Tiara, matanya menangkap sorot kemisteriusan di tatapan wanita itu. Mengesampingkan semua itu, Althaf pun mulai berbaur dengan para kepala keluarga sembilan pilar negara lainnya. Sejak awal dia menggantikan posisi Arjuna, hanya ada satu keluarga yang tak pernah muncul, yaitu Wajendra. Tidak ada yang tahu bagaimana kabar Zafir Wajendra, pria itu seolah hilang ditelan bumi. Pria itu menutup akses media rapat-rapat, dari kabar yang beredar Zafir Wajendra masih sangat terpukul atas perceraiannya yang kedua kalinya. Sejujurnya Althaf sangat ingin bertatap wajah dengan Zafir secara langsung, pria itu diam-diam ingin meninju wajah pria yang pernah menginjak putri mahkotanya.

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 217. Selamat tinggal, Dragon Castle

    Naura turun dari mobil dengan hati-hati dibantu Althaf, mereka baru saja kembali dari acara besar kementerian keuangan. Semuanya berjalan lancar, Althaf sama sekali tidak menaruh curiga padanya. Naura pun berusaha semaksimal mungkin untuk terlihat seperti biasa. Kembali masuk ke dalam Dragon Castle, pandangan mata para anggota Phantom pun kembali jatuh lekat ke arahnya. Seluruhnya membungkuk karena sosok Althaf yang mengikutinya, Naura mulai terbiasa dengan suasana dan tatapan buas mereka. Saat awal kedatangannya kemari, Naura masih memiliki kecemasan dan takut untuk saling tatap dengan mereka. Tetapi sekarang berbeda, kecemasan itu hilang dan digantikan kepercayaan diri. Meskipun sebagian besar mereka menganggapnya 'hutang' atau 'alat pencetak monster', namun tak satupun dari mereka yang berani menyentuhnya karena Althaf. Naura dapat memanfaatkan hal itu. Semuanya pun semakin terasa berbeda setelah kejadian Daisy, hal itu sepertinya cukup menjelaskan dengan tegas seperti apa po

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 216. Api Baru

    Naura memperhatikan pemandangan ramai di luar. Begitu tiba di gedung acara utama, kerumunan media wartawan terlihat memenuhi tepi karpet merah. Naura mengepalkan kedua tangannya tanpa sadar sambil terus menatap ke luar. Apa dia akan bertemu dengan Arjuna di sini? Bagaimana reaksi pria itu setelah mengetahui keberadaannya? Apa yang Arjuna lakukan selama dirinya dikurung di Dragon Castle? Apa pria itu mencarinya? Apa pria itu memikirkannya?Tak lama tangan besar menyambar tangan kirinya yang terkepal, membuat lamunan Naura bubar dan segera menoleh ke samping. "Kamu mengkhawatirkan sesuatu?" tanya Althaf, mata hijau emerald-nya melirik datar seolah sedang membedah isi kepala Naura untuk melihat apa yang ia pikirkan. Naura menggeleng pelan dan menarik tatapannya dari Althaf. "Tidak." Lalu melirik tangan besar Althaf yang mengelus lembut tangannya. Begitu mobil berhenti, Althaf turun lebih dulu begitu sang sopir membukakan pintu mobil untuknya. Naura tetap diam sampai akhirnya Altha

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 215. Tatapan Mati

    Begitu selesai mengeksekusi kedua lengan Daisy, beberapa pelayan pun masuk dan membersihkan bekas darah yang masih terus mengalir. Dua penjaga di depan yang tadi memotong tangan Daisy pun telah menyeret wanita itu keluar. Daisy pingsan di tempat, sementara Naura sama sekali tidak diberi kesempatan oleh Althaf untuk melihat. "Pemandangan itu terlalu kotor untukmu," ucap Althaf sambil mengelus ujung mata Naura. Naura menatap Althaf, semakin lama berada di sini, maka semakin hilang pula gairah serta emosi di tatapan Naura. Naura itu kini memiliki tatapan yang datar dan dingin, seolah tidak lagi merasakan emosi. "Sepertinya aku perlu memanggil dokter," ucap Althaf yang kini beralih memperhatikan lengan Naura yang masih memerah. Naura menggeleng pelan. "Tidak perlu, aku baik-baik saja.""Tapi--""Putra mahkota, saya Hell." Suara ketukan pintu dan bawahan pribadi Althaf pun terdengar. Tak lama pintu kamar Naura terbuka, Hell masuk dan tak terkejut sedikitpun meskipun lantai kamar Na

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 214. Putri Mahkota

    Naura melangkah turun dari kasurnya dengan kedua kaki yang dirantai. Rantai panjang menjuntai mengikuti arah pergerakannya. Di sampingnya Daisy, anggota Phantom yang dipilih secara khusus untuk melayani Naura mendampingi seperti biasa. Naura duduk dengan tenang di meja makannya, raut wajahnya tanpa ekspresi seperti biasa. Daisy membuka penutup makanan, lalu mempersilahkan Naura untuk menyantap makanannya. Naura menatap datar makanan tersebut, lalu tangan kanannya bergerak menyendok kuah kaldu ayam yang disuguhkan. Keningnya sedikit terlipat kalau merasakan rasa yang dominan manis daripada gurih, Naura tidak begitu menyukai makanan manis jika itu bukan dessert. Melihat raut wajah Naura, Daisy pun ikut mengerutkan keningnya. "Apa ada yang salah?" tanya Daisy, nada bicaranya memang tidak begitu bersahabat sejak awal pertemuan mereka. Naura meletakkan sendoknya dengan tenang. "Terlalu manis." Lalu mendorong mangkuknya sedikit menjauh. Daisy menaikkan alis kirinya. "Kita tidak mun

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status