Menyerah

Menyerah

last updateLast Updated : 2023-01-26
By:  Muzdalifah Muthohar  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
60Chapters
5.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Mbak Dita dan Mas Elman, dulunya adalah sepasang kekasih. Hubungan mereka kandas, terhalang restu orang tua, dan Eyang adalah orang yang paling keras menentang hubungan keduannya. Alasan tepatnya aku tidak tahu, yang jelas demi memisahkan mereka, Mbak Dita dikirim ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya, sementara Mas Elman dijodohkan dengan almarhumah Mbak Diana. Padahal Mbak Diana dan Mbak Dita adalah sepupu. Entah mengapa Eyang begitu membenci Mbak Dita dan keluarganya. Mas Elman menikah dengan Mbak Diana dikaruniai seorang putri cantik Syafia Nazila namanya, biasa dipanggil Zila, yang melengkapi kebahagiaan mereka. Tapi sayang itu tidak lama, ditahun ketiga pernikahan mereka, Mbak Diana meninggal karena kecelakaan. Meninggalkan Mas Elman dengan putri kecil mereka. Enam bulan setelah Mbak Diana meninggal, Mas Elman menikahiku. Bukan karena cinta, tapi karena hanya aku yang bisa meredakan tangis Zila. Kini Mbak Dita datang lagi, berusaha mencuri perhatian Mas Elman lagi. Haruskah aku menyerah? Sementara aku merasa tak sebanding dengan Mbak Dita yang sempurna.

View More

Latest chapter

Free Preview

Kepergian Eyang

*Kepergian Eyang*"Eyang sudah pergi, sekarang sudah tidak ada lagi yang menghalangi cinta kita, El." Aku menoleh ke sumber suara, rupanya Mbak Dita sedang bicara dengan Mas Elman.Aku sedikit terkejut, kok mereka berani ambil resiko. Bicara berdua di taman belakang. Apa nggak takut ketahuan? Sedangkan di sini ada banyak orang. Aku yang berniat ke dapur mengambil minum pun mengurungkan niat, dan memilih berhenti mendengar percakapan mereka. Bukan bermaksud lancang, menguping pembicaraan orang lain, tapi aku berhak tahu, karena Mas Elman suamiku. Posisi mereka saling berhadapan, cukup dekat tapi tidak sampai bersentuhan. Bisa kulihat Mbak Mbak Dita menatap intens Mas Elman, tapi yang ditatap memilih menatap ke arah lain. "Tolong jangan buat keadaanku semakin sulit, Ta," jawab Mas Elman, nada suaranya berat seperti ada beban. "Kamu sendiri yang mempersulit keadaan! Setelah Diana pergi, kenapa tidak mencariku? Kenapa kamu justru menikahi Nira? Yang aku tahu kamu tidak kamu cintai sam

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
60 Chapters

Kepergian Eyang

*Kepergian Eyang*"Eyang sudah pergi, sekarang sudah tidak ada lagi yang menghalangi cinta kita, El." Aku menoleh ke sumber suara, rupanya Mbak Dita sedang bicara dengan Mas Elman.Aku sedikit terkejut, kok mereka berani ambil resiko. Bicara berdua di taman belakang. Apa nggak takut ketahuan? Sedangkan di sini ada banyak orang. Aku yang berniat ke dapur mengambil minum pun mengurungkan niat, dan memilih berhenti mendengar percakapan mereka. Bukan bermaksud lancang, menguping pembicaraan orang lain, tapi aku berhak tahu, karena Mas Elman suamiku. Posisi mereka saling berhadapan, cukup dekat tapi tidak sampai bersentuhan. Bisa kulihat Mbak Mbak Dita menatap intens Mas Elman, tapi yang ditatap memilih menatap ke arah lain. "Tolong jangan buat keadaanku semakin sulit, Ta," jawab Mas Elman, nada suaranya berat seperti ada beban. "Kamu sendiri yang mempersulit keadaan! Setelah Diana pergi, kenapa tidak mencariku? Kenapa kamu justru menikahi Nira? Yang aku tahu kamu tidak kamu cintai sam
Read more

Kita Sama-sama Berusaha

*Kita Sama-sama BerusahaMbak Dita membaur dengan kerabat, dan keluarga besar Eyang yang masih berkumpul di ruang tamu. Meski asik ngobrol dengan mereka, aku lihat beberapa kali dia mencuri pandang ke arah Mas Elman yang duduk di sampingku, menemui teman kantornya. Kulirik Mas Elman, dia sama sekali tidak menoleh ke arah Mbak Dita, padahal Mbak Dita ada di seberang kami. Mas Elman lebih memilih fokus pada obrolannya sendiri. Entah karena ada aku, atau memang Mas Elman tak lagi tertarik pada wanita cantik itu. Hingga menjelang malam, Mbak Dita masih betah di rumah ini, dia bahkan ikut acara tahlilan hingga selesai. Aku jadi mikir, sebesar itu cintanya Mbak Dita pada Mas Elman. Dia rela berlama-lama di sini, padahal dari tadi keluarga besar eyang bersikap kurang bersahabat padanya. "El, aku pulang dulu ya? Sudah malam, acaranya juga sudah selesai," pamit Mbak Dita pada Mas Elman, setelah semua tamu-tamu pulang. Sepertinya Mbak Dita sengaja pulang terakhir. Mencari kesempatan lagi mung
Read more

Agresif

Bab 3*AgresifTak terasa seminggu sudah eyang meninggalkan kami, acara tahlilan tujuh hari pun usai digelar. Tenda, kursi, karpet dan semua peralatan acara sudah dibereskan. Rumah jadi kembali bersih dan terlihat lega. Sekarang tinggal kami bertiga, aku jadi merasa kesepian. Di rumah ini hanya eyang temanku ngobrol, zila hanya anak kecil, tak bisa diajak berkeluh kesah. Sementara Mas Elman, aku masih canggung ngobrol dengannya. "Mas, pagi ini sarapan seadanya ya? Aku panasin lauk semalam, nggak pa-pa kan? " tanyaku pada Mas Elman yang tengah bersiap pergi bekerja. Mas Elman bukan tipe penuntut, apapun yang kumasak, pasti dimakannya. Suami idaman memang, tapi sayang aku bukan istri idamannya. "Iya," jawabnya singkat, sembari tangannya sibuk membetulkan dasi. Badannya tegap, tidak gemuk tidak juga kurus. Meski tidak atletis, tapi cukup proporsional menurutku. Kulitnya sawo matang, khas kulit pria Indonesia. Hidungnya mancung, tatap matanya teduh. Memang tidak setampan artis-artis
Read more

Maksudnya Apa?

Bab 4*Maksudnya Apa? "Ra, mana catatan belanjanya?" Tahu-tahu Mas Elman sudah berdiri di ambang pintu kamar Zila. "Catatan belanja?" tanyaku bingung. Otakku blank, karena dari tadi sibuk memikirkan nasib pernikahanku, yang sedang berada di ujung tanduk karena kedatangan Mbak Dita. "Katamu tadi, stock makanan kita habis?" Aku menepuk keningku sendiri, kenapa aku jadi pelupa begini? Padahal Mas Elman tadi minta catatan belanja. "Oh, itu? Nggak usah aja deh, Mas. Biar aku belanja sendiri, kalau belanjanya ke supermarket aku bisa ajak Zila, kok," tolakku halus. Bukannya aku menolak kebaikan suami yang ingin menolong istri, aku hanya ingin membiasakan diri, hidup tanpa bantuannya. Takut diri ini merasa nyaman, dan akan merasa terluka lebih dalam, bila suatu hari nanti Mas Elman memutuskan kembali pada Mbak Dita. "Ya sudah, kalau begitu nanti siang aku jemput. Sekalian kita makan di luar, sudah lama kita nggak keluar bertiga, kan," ucapnya sambil berjalan mendekat. Diciumnya Zila yang
Read more

Jujur Saja Mas

"Aduh El .... Kamu ngapain aja sih? Aku WA nggak dibalas, ditelfon nggak diangkat. Aku ke kantormu, katanya kamu ada perlu di luar. Untung lokasimu nyala, jadi aku bisa menemukan kamu di sini."Aku dan Mas Elman saling tatap, bisa ku lihat suamiku ini merasa tidak nyaman dengan kehadiran Mbak Dita di antara kami. Tapi aku masih menunggu, bagaimana reaksi Mas Elman, apa yang akan dia katakan pada Mbak Dita? Mas Elman meletakkan sendok di atas piring, aktivitas menyuapi Zila dia hentikan. "Hm!" Mas Elman berdehem, lalu dia menatapku beberapa saat, seperti minta persetujuan. " Telfon sengaja aku silence. Lagi pengen quality time sama anak istri," jawab Mas Elman datar. Mbak Dita menghempaskan pantatnya di kursi sebelah Mas Elman, lalu berkata, "tapi nggak harus matiin HP juga, kan? Bukan acara penting, ini." Wajah Mbak Dita merengut, bibirnya mengerucut. Lagaknya sok manja, harusnya dia tahu sikapnya itu tidak pantas dilakukan oleh perempuan seumuran dia, apalagi pada suami orang.Tak
Read more

Masa Lalu

"Kasihan?" Mas Elman mengangguk. "Kasihan Dita, dia menjadi korban --- " ucapan Mas Elman menggantung. Seperti ada sesuatu yang berat, yang membuatnya sulit berkata. "Korban? Korban apa? Nggak usah nyari alasan, untuk membenarkan kesalahan kalian," sahutku ketus. Menurutku Mas Elman hanya mengada-ada, masa wanita dewasa seperti Mbak Dita perlu dikasihani. Dia cantik, mandiri, karir cemerlang, segalanya dia punya, kurang apalagi? "Dengar dulu, jangan nyela! Aku tahu kamu nggak suka sama Dita, tapi setelah kamu mendengar ceritaku, pandanganmu berubah.""Iya, iya.""Aku kenal Dita di kampus, dia gadis yang enerjik dan menarik. Meski beda prodi, itu menyurutkan keinginanku untuk mendekatinya. Singkat kata, kami menjalin hubungan. Setelah beberapa bulan pacaran, aku membawanya ke rumah, untuk berkenalan dengan Eyang. Awalnya Eyang menyambutnya dengan baik, dan ramah. Tapi setelah Dita menceritakan siapa kedua orang tuanya, Eyang tiba-tiba berubah sikap. Keramahan yang tadi ditunjukkan h
Read more

Kecewa

Tut ... Tut ... tiba-tiba ponsel Mas Elman berdering. Wajahnya berubah panik saat mendengar suara dari seberang. "Siapa Mas?""Dita ... " Mas Elman bangkit dari duduknya, kemudian buru-buru berjalan ke kamar, tak lama kemudian keluar, sambil memakai jaketnya. Wajahnya paniknya nampak makin menjadi. "Mas, mau kemana?" tanyaku bingung. "Dita kecelakaan, aku ke rumah sakit sekarang!" Tanpa menunggu jawabanku, Mas Elman berlalu. Tak lama kemudian terdengar suara mobilnya meninggalkan rumah. Aku mengerang kecewa, katanya nggak punya perasaan apa-apa, tapi mendengar Mbak Dita kecelakaan, paniknya luar biasa. Akhirnya aku memutuskan kembali ke kamar Zila, setelah mengunci pintu dan pagar. Meski tidak mengantuk, tetap kupaksa mata ini agar terpejam. Azan subuh membangunkan tidurku, gegas aku bangkit, untuk menjalani kewajibanku. Saat kulihat kamar Mas Elman, maksudku kamar kami berdua, kosong. Mas Elman tidak ada. Pun di tempat lain, tak kutemukan keberadaan suamiku itu. Mencoba berfik
Read more

Aku Mau Kerja, Mas.

"Kalian dari mana saja? Aku sampai panik, bangun-bangun kalian udah nggak ada," ucap Mas Elman menyambut kedatanganku. Ada sorot khawatir dalam tatapannya, tulus, tidak dibuat-buat. "Aku dari daycare, Papa." Zila yang menjawab, bukan aku. Mas Elman berjongkok, menyamai tinggi putrinya. "Dari daycare?" Gadis berambut kepang itu mengangguk antusias. "Seneng dong? Tadi di sana ketemu siapa?" tanya Mas Elman kemudian. "Tante Lianti, sama temen-temen Zila," jawab Zila, dengan gaya bicara khas anak kecil. Mas Elman memeluk dan mencium pipi Zila. "Zila, ke kamar dulu ya? Papa mau bicara sama bunda sebentar." Gadis itu mengangguk lalu berlari. "Kenapa nggak pamit dulu?" ucap Mas Elman lembut. "Kan kamu tidur, Mas. Aku nggak berani ganggu, kayaknya kamu capek banget," jawabku datar. "Ya kalau hanya untuk pamitan, kan nggak pa-pa Ra. Daripada aku kebingungan, mana telfonnu nggak bisa dihubungi lagi. Aku sampai mikir yang enggak-enggak tadi, takut kalau terjadi sesuatu sama kalian.""Tel
Read more

Malam Pertama

#Merengkuh_Hati_Suamiku 9Alunan ayat suci yang biasa dilantunkan sebelum azan mengusik tidurku, perasaan baru tidur sebentar, tiba-tiba saja sudah mau subuh. Perlahan kubuka mata, aku sedikit terkejut mendapati diri ini tidur dalam pelukan Mas Elman. Apalagi saat melihat tubuh polos kami di bawah selimut yang sama. Aku jadi tersenyum sendiri, mengingat aktivitas kami sebelum terlelap. Nggak nyangka, aku sudah menjadi istri sepenuhnya. Perlahan ku singkirkan tangan Mas Elman yang melingkar di perutku, bermaksud turun dari tempat tidur. Aku butuh membersihkan diri."Mau kemana? Masih pagi ini, tidur aja lagi," ucap Mas Elman dengan suara serak, khas orang bangun tidur. Tanpa membuka mata. "Aku mau mandi, Mas. Sudah mau subuh." Bukannya melepaskan, Mas Elman justru semakin mempererat pelukannya. "Mas .... Lepas dong! Aku mau mandi, badanku rasanya lengket semua," rengekku manja. "Aku masih belum bisa move on, Sayang. Lagi yuk!" Duh, kenapa Mas Elman jadi mesum begini, padahal biasan
Read more

Apa Lagi?

Waktu menunjukkan pukul setengah sembilan, saat Zila terlelap. Berarti sudah lebih dari satu jam, Mas Elman ngobrol dengan tamunya. Perlahan aku beringsut dari tempat tidur, bermaksud menyusul suamiku. Penasaran, obrolan apa yang membuat mereka berlama-lama di ruang tamu. "Terimakasih ya, El, kamu memang berhati baik. Coba kalau nggak ada kamu, aku nggak tahu apa yang terjadi padaku malam itu." Tunggu, kok ada suara perempuan? Perasaan tadi Dito sendirian, mana suaranya familiar sekali di telingaku. Itu suara Mbak Dita. "Sama-sama, aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan," balas Mas Elman. "Aku harap kamu mempertimbangkan tawaran ku, kalau kamu takut istrimu melarang, kamu diam aja nggak usah cerita. Toh kamu bisa melakukannya setelah pulang kerja." Duh, bikin penasaran aja. Apa sih maksud Mbak Dita ngomong kayak gitu? Jangan-jangan dia minta dinikahi Mas Elman, bisa jadi kan? Itu tidak boleh terjadi, aku harus menggagalkan rencana mereka. "Eh, ada Mbak Dita. Apa kabar, Mbak
Read more
DMCA.com Protection Status