Share

Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu
Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu
Penulis: nanadvelyns

Bab 1. Wanita Asing

“Nyonya! Tuan Zafir membawa wanita asing masuk ke dalam Mansion!"

Naura sontak mengalihkan pandangannya dari tumpukkan dokumen di atas meja ke arah Kate, asisten pribadinya yang telah mengabdi pada Naura bahkan sejak sebelum dia menikah.

"Pekerja baru?" tanya Naura.

Kate menggeleng. "Bukan, Nyonya! Wanita itu adalah kekasih Tuan Zafir!!"

Naura mencengkeram pulpen dengan erat sebelum kemudian berdiri dari duduknya. Meski wajahnya terlihat tenang, tapi gerakan tubuhnya tidak bisa berbohong kalau dia sedang murka.

"Antar aku untuk menemui mereka."

Kate mengangguk cepat sebelum kemudian membawa Naura ke tempat kedua orang itu berada. Saat mereka tiba di ruang tamu, Naura menangkap sosok wanita asing yang duduk di sofa mereka.

Wanita itu memiliki rambut hitam panjang bergelombang dan senyumannya sangat manis, seolah dia hidup hanya untuk tersenyum.

Zafir berbicara, tersenyum, bahkan tertawa dengan wanita itu, tetapi saat mereka menyadari kehadiran Naura, tawa itu lantas berhenti.

Naura memandang sosok wanita itu dengan ekspresi tajam sebelum kemudian menggeser tatapannya ke arah Zafir. Seperti tidak ada yang salah, pria itu memasang tersenyum lebar berdiri menghampirinya.

"Naura, perkenalkan... Ini Evelyn."

Tangan kanan Zafir menunjuk wanita berambut hitam tadi, Evelyn pun segera berdiri dan memberikan senyum manis kepada Naura.

Saat Evelyn hendak mengatakan sesuatu, Naura sudah lebih dulu bicara kepada Zafir. "Apa yang menurutmu kau lakukan?"

Zafir tahu kalau Naura sedang marah. Jadi, ia memandang ke arah Evelyn dan mengangguk pelan, "Aku tidak akan lama. Tunggu di sini sebentar, ya? Kami akan bicara terlebih dahulu."

Evelyn mengangguk patuh, sementara Naura masih belum mengeluarkan ekspresi apa pun. Kedua matanya yang tajam melirik Evelyn sekilas, kemudian melangkah lebih dulu meninggalkan Zafir.

Saat ini mereka berada di salah satu bilik kosong dekat dengan ruang tamu utama mansion. Begitu pintu ditutup rapat, Naura segera berkata, "Apa maksudnya ini?"

Zafir menghela napas tipis, pria itu segera meletakkan kedua tangannya di bahu Naura lembut sambil sesekali mengelusnya.

"Sayang, kita sudah menikah selama enam tahun lebih. Kamu tahu..."

"Apa hubungannya wanita itu dengan pernikahan kita?" tanya Naura berterus terang.

Zafir lalu melepas tangannya dari pundak Naura dan beralih menyimpannya ke dalam saku celana. Pria itu lantas menghirup napas cukup dalam.

"Dia adalah wanita yang akan mengandung anak kita."

Tubuh Naura membeku dan tatapannya seketika meredup. Perkataan Zafir benar-benar menghantam hatinya dengan jutaan batu besar.

Wanita itu tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya erat, lalu bertanya, "Jadi, dia adalah istri barumu?"

Zafir menggeleng cepat, "Dia tidak akan menjadi istriku, tapi dia hanya akan mengandung anak kita."

Di akhir kalimat, pria itu menggenggam lembut tangan Naura tapi wanita itu menolak untuk disentuh.

"Kita hanya akan menyewa rahimnya, Naura. Setelah anak itu nanti lahir, dia akan sepenuhnya menjadi milik kita." lanjut Zafir lagi.

Naura menggeleng sebelum dia menatap Zafir dengan pandangan kecewa. "Aku masih bisa mengandung, Zafir! Lagipula, bukankah kita sudah berjanji akan terus mencobanya?”

"Kamu tahu kondisi keluarga besar kita akhir-akhir ini kan? Mereka menuntut penerus Wajendra, Naura. Terutama ibuku! Lagipula, aku pikir waktu yang kuberikan sudah sangat cukup dan kita tidak bisa menundanya lagi."

"Tetap saja seharusnya kamu tidak perlu menggunakan opsi ini. Kita masih bisa mencoba opsi bayi tabung!"

"Sudah tidak ada waktu lagi, Naura. Kesehatan ibu semakin memburuk, dia juga semakin mendesak kita berdua. Kamu pasti lelah mendengar ocehan dan pertanyaannya, bukan?” jawab Zafir.

Kali ini, dia berkata sembari menatap Naura dengan tajam.

“Kita hanya perlu menyewa rahim Evelyn dan menahan semua rahasia ini selama sembilan bulan, setelah itu Evelyn tidak akan muncul lagi di hadapan kita dan anak itu mutlak milik kita." sambung Zafir.

Naura terdiam karena dia masih berpikir keras. Hatinya sangat menolak hal tersebut, karena dia tidak pernah membayangkan bahwa mereka benar-benar akan mengambil langkah seperti ini.

Melihat Naura yang hanya diam, Zafir segera menarik wanita itu ke dalam pelukannya dengan lembut.

"Aku berjanji, rencana ini akan berjalan lancar dan berlalu begitu saja. Evelyn tidak akan mengusikmu dan kami akan melakukannya jauh darimu. Bagaimana?"

Naura menghela napas dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca dengan air mata. Hatinya sangat berat untuk menerima ini, tapi yang dikatakan Zafir memang benar.

Seluruh bagian keluarga Wajendra sudah berkali-kali meneror mereka berdua mengenai anak.

Dengan tarikan napas yang terasa sesak, Naura akhirnya mengangkat kepalanya untuk menatap wajah suaminya.

"Baiklah, aku setuju.” Zafir tersenyum sangat cerah seketika.

Namun, senyumnya hanya bertahan sejenak karena perkataan Naura selanjutnya membuat pria itu membeku.

“Wanita itu harus tinggal di paviliun samping dan tidak boleh menginjakkan kaki di mansion utama.”

Naura lalu tidak berkata apa-apa lagi dan berjalan keluar mendahului Zafir yang masih tertegun. Naura lalu menghampiri Kate yang menunggunya dengan sopan di samping pintu masuk ruangan.

Tatapan wanita itu terlihat khawatir, tapi Naura berusaha tersenyum menenangkan meski matanya yang berkaca-kaca masih bisa terbaca. Kate lalu memberi Naura sebuah sapu tangan yang disambut dengan tangan bergetar oleh Naura.

Keduanya lalu berjalan beriringan menuju ruang kerja Naura yang harus melewati ruang tamu.

Di sana, kedua mata Naura kembali menangkap sosok Evelyn yang segera berdiri dan tersenyum ke arah mereka berdua.

"Kak Naura, salam kenal ya! Semoga kedepannya kita dapat hidup dengan akur!"

Evelyn mengulurkan tangan kanannya ke arah Naura sambil tersenyum sangat manis dan percaya diri.

Naura tidak menghiraukan kalimat Evelyn dan menghiraukan kalimatnya yang terasa berduri. Alih-alih membalas uluran tangan Evelyn, Naura memilih untuk mengulurkan sapu tangannya ke arah Kate sebelum kemudian menunjuk bangunan paviliun di samping Mansion mereka.

"Meski kamu akan tinggal di sana, jangan pernah sekalipun membuat keributan. Dan... Satu lagi, jangan memanggilku dengan panggilan seperti itu karena aku bukan kakakmu."

Saat matanya kembali menatap Evelyn, dia menangkap raut wajah Evelyn yang berubah menjadi kaku dan sedikit takut.

Meski begitu, Naura tidak peduli karena dia memang tidak ada niatan untuk mengakrabkan diri dengan Evelyn. Namun, di luar dugaan wajah wanita itu sangat tebal, karena dia ternyata masih sanggup tersenyum kembali dan mengangguk cepat.

"Aku mengerti!" Evelyn menatap Naura sembari tersenyum.

Naura tidak menjawab, wanita itu dengan acuh segera berbalik dan kembali ke ruangan kerjanya.

Namun, sebelum Naura bisa melangkah lebih jauh, suara Evelyn telah lebih dulu menghentikan kakinya.

“Jangan khawatir. Aku tidak akan mengganggumu karena aku akan sangat sibuk menghabiskan waktu dengan Zafir”.

Apa yang diucapkan oleh Evelyn membuat Naura langsung membalikkan tubuhnya dan menatap wajah polos itu dengan tajam.

Namun, sebelum dia sempat membalas perkataan Evelyn, wanita itu telah lebih dulu berlari ke arah Zafir yang baru saja muncul.

“Zafir! Kak Naura bilang aku bisa menempati bangunan itu! Ayo antar aku ke sana!”

Evelyn berseru riang, sebelum kemudian melompat dan memeluk lengan Zafir dengan erat hingga membuat sang empunya lengan terkekeh geli.

Tanpa mengucap apapun lagi, Naura segera melangkah pergi dan memasuki ruang kerjanya dengan tatapan kosong. Entah mengapa, dia merasakan perasaan yang tidak enak.

Naura menghela napas berat, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi kerja. Tangan kanan wanita itu bergerak menarik laci meja, lalu mengambil satu lembar foto USG yang telah dilaminating.

"Kenapa kamu harus menyerah dan meninggalkan mama, Nak?" gumam Naura.

Matanya yang berkaca-kaca menatap sendu ke arah foto USG janin miliknya enam tahun lalu. Hatinya sangat meringis kesakitan, tapi dia menolak untuk menangis.

Meski begitu, perlahan cairan bening muncul di ujung matanya dengan sangat tenang dan detik berikutnya, isakan kecil terdengar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status