Tepat hari ini, sudah lebih dari dua minggu semenjak Evelyn benar-benar tinggal di kediaman mereka. Itu berarti, sudah dua minggu pula dia pergi meninggalkan mansion untuk mengurus bisnis di negara tetangga. Itu dia lakukan dengan sengaja karena sedatar apapun wajah Naura, tapi hatinya tetap terbuat dari daging yang juga bisa merasa sakit. Oleh karena itu, dia memilih untuk pergi daripada melihat kedua sejoli itu memadu kasih demi mendapatkan penerus bagi keluarga. Naura lantas melihat ke arah Kate yang tengah meminta para pelayan untuk menurunkan koper sebelum kemudian memalingkan kepala ke arah sekeliling. Mansion terasa sepi dan hanya ada lalu lalang pelayan yang sedang bekerja. Di tengah perjalanannya menuju ruang kerja miliknya, Naura menangkap sosok Evelyn yang berjalan tergesa masuk ke ruang kerja Zafir dengan ekspresi yang tampak sangat bahagia. Tak lama kemudian, suara tawa terdengar begitu kencang. "Siapa yang mengizinkan dia berkeliaran dengan bebas di mansion?" ta
Sejak Evelyn hamil, suasana mansion memang menjadi sedikit lebih cerah, tapi tidak untuk Naura. Sebab, bagi seorang istri yang sebelumnya sudah berusaha keras untuk hamil tapi suaminya menyerah untuk menunggu, tentu saja ini salah satu tamparan keras untuknya. Meski begitu, Naura berusaha untuk tetap profesional. Wanita itu sekeras mungkin selalu menanamkan kepercayaan pada suaminya, dan fokus pada tujuan akhir mereka yang ingin memiliki anak meskipun itu dari rahim wanita lain. Oleh karena itu, Naura pun rutin mengirim vitamin serta asupan penting lainnya untuk ibu hamil kepada Evelyn, bahkan sesekali dia juga memberikan barang seperti perhiasan atau tas. Hari ini, dirinya dan Zafir memiliki jadwal makan malam bisnis dengan tokoh bisnis terbesar di seluruh daratan Asia, Arjuna Renjana. Naura tidak banyak mendengar kehidupan pribadi pria itu. Sebab, yang diketahui hanya jajaran jenis bisnis raksasanya yang menguasai ekonomi Asia dan kenyataan bahwa pria itu adalah berdarah c
Meja makan melingkar yang memiliki hidangan berbagai macam makanan mahal khas barat dan timur benar-benar menggugah selera. Zafir duduk tepat di samping Arjuna, sementara Evelyn berada di tengah-tengah Naura dan Zafir. Saat suasana kembali normal, Naura dan Zafir fokus berdiskusi dengan Arjuna, Evelyn adalah satu-satunya pihak yang tidak mengerti mengenai topik pembicaraan mereka. Wanita itu hanya mendengarkan sambil menyantap makan malamnya. Di tengah situasi itu, Evelyn hendak memotong daging steak pilihannya. Wanita itu mengerutkan keningnya bingung saat pelayan memberikannya garpu dan pisau, adegan ini disadari oleh Arjuna. Naura yang juga peka dengan ke mana Arjuna menatap, dengan cepat ikut memperhatikan Evelyn. Naura menghela napas tipis, sepertinya Evelyn kesulitan menggunakan pisau dan garpunya untuk memakan steak. Sederhana, namun bisa menjadi kejanggalan besar. Bagaimana mungkin sepupu dari seorang Nyonya Wajendra tidak bisa menggunakan garpu dan pisau untuk me
Brak!! Naura menutup kasar pintu kamarnya, kali ini ia tidak bisa membendung emosinya. Dia melepas seluruh perhiasannya dengan kasar, membantingnya ke meja rias, tidak peduli apakah akan hancur atau tidak. "Naura!" Zafir mengikutinya ke kamar, pria itu tidak mengerti mengapa istrinya menjadi sangat marah setelah kepergian Arjuna. Ia membuka pintu cepat dan menutupnya kembali, lalu menatap heran Naura dari ambang pintu. "Apa yang membuatmu menjadi semarah ini?" tanya Zafir, wajahnya menunjukkan perasaan frustasi. Pria itu merasa lelah sekarang. Naura menatap tajam suaminya, kemudian menunjuk Zafir dengan jari telunjuknya. "Wanita itu, apa yang--!" "Jangan salahkan Evelyn! Wanita itu tidak bersalah, aku lah yang mengajaknya untuk ikut!" Zafir memotong kalimat penuh amarah Naura, membuat Naura mengerutkan keningnya semakin kesal. "Aku juga tidak bermaksud untuk menyalahkan wanita itu, hanya--!" Saat Naura mencoba kembali bicara, Zafir sekali lagi memotong kalimatnya. "Ben
Keesokan harinya, seperti biasa Naura sudah berkutat sibuk di meja kerjanya. Meskipun pikirannya berulang kali kehilangan fokus, Naura selalu mencoba lebih keras untuk tidak memikirkan kejadian kemarin agar tidak mengganggu aktivitas bekerjanya. Setelah semua laporan telah ia baca, serta surat atau dokumen penting lainnya telah dia tandatangani, wanita itu segera menyandarkan punggungnya ke kursi kerja. Perlahan... dia mulai mengingat Arjuna. Naura menghela napas tipis, ada perasaan tidak enak tiap kali dia mengingat Arjuna. Pria itu pasti sama sekali tidak menikmati makan malamnya. Belum lagi saat melihat Evelyn tiba-tiba menangis, astaga... Apakah Zafir masih tidak mengerti juga betapa memalukannya kejadian ini? Naura melirik Kate, lalu berkata, "Kirim nomor Tuan Renjana padaku. ada yang ingin aku bicarakan dengan pria itu." Kate yang sedang duduk di sofa sambil memilah-milah dokumen segera mengangguk dan mencari ponselnya. "Baik, Nyonya." Tak butuh waktu lama untuk me
"Jika seperti itu masalahnya, maka lebih baik menggunakan langkah yang kamu usulkan. Namun, sejujurnya aku sedikit terkejut karena pihak Renjana akan menyerahkan masalah ini pada kita." kata Zafir sambil duduk di kursi kerjanya. Raut wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang berpikir serius. Naura mengangguk setuju. "Benar, aku juga berpikir demikian. Aku berpikir mereka akan serakah dan mengisi posisi kosong itu dengan orang-orang dari pihak mereka." Zafir tersenyum tipis. "Itu bagus, berarti kita tidak salah dalam memilih partner bisnis." Naura mengangguk lagi. Di tengah perbincangan mereka, tiba-tiba Zafir terdiam beberapa saat dan memperhatikan wajah Naura. Saat pandangan mereka bertemu, suasana tiba-tiba menjadi canggung. Zafir terbatuk pelan, kemudian tangan kanannya bergerak menarik laci kerjanya dan mengeluarkan kotak perhiasan kecil berwarna merah. Pria itu kemudian berdiri dan berjalan ke arah Naura. "Soal kemarin... Aku minta maaf, itu... Sepertinya aku memang terlalu be
"Evelyn, hati-hati!!" Zafir membantu Evelyn berjalan, wanita itu terlihat sangat lemah dan rapuh. Naura melihat mereka sekilas dari dalam mobil, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah iPad yang saat ini ia pegang. Dia mencoba untuk tidak peduli. Tak lama setelahnya, Zafir menyusul ke dalam mobil mereka dan duduk tepat di samping Naura, sementara Evelyn berada di mobil yang berbeda. "Jika kesehatannya benar-benar buruk lebih baik biarkan Evelyn beristirahat di mansion," ucap Naura, kedua matanya masih terpaku pada iPad-nya. Zafir menggeleng pelan. "Wanita itu menolak untuk ditinggal, dan lagi... terlalu mengkhawatirkan jika dia kita tinggal begitu saja." Naura tersenyum tipis dengan dingin. "Kamu mengkhawatirkannya terlalu berlebihan. Wajendra tidak pernah kekurangan pekerja." Zafir menghela napas, "Anggap saja ini menjadi bagian dari menyenangkan perasaannya agar janin-nya ikut sehat." Naura mengangguk-angguk kecil sambil bergumam rendah, "Entah janin atau wanita itu yang
Selama perjalanan menuju tempat peresmian, Naura bersikap normal untuk menanggapi perbincangan para kolega bisnis. Itu dilakukan untuk menjaga profesionalitas, meskipun sejujurnya dia tidak memiliki lebih banyak tenaga lagi setelah bertengkar dengan Zafir. Dari lirikan yang tidak disengaja, Naura menatap Evelyn dan fokus dengan kalung yang dikenakan wanita itu. Keningnya sedikit terlipat, perasaan marah kembali bergejolak di dalam diri Naura. Bagaimana tidak? Wanita itu mengenakan kalung yang sama persis seperti yang ia kenakan? Apa Zafir sungguh membiarkan hal ini terjadi? Naura tidak mempermasalahkan kenyataan bahwa Zafir membelikan kalung Evelyn yang serupa dengannya, tetapi... Bagaimana bisa Evelyn menggunakannya juga di acara ini? Kalung yang mereka kenakan bukanlah kalung berlian dengan harga ratusan juta, tetapi menyentuh miliaran dan tidak banyak orang Indonesia yang memilikinya. Jika Evelyn mengenakannya di depan media itu pasti akan sangat menarik perhatian, akan ada