Kehidupan Zaara Yumna Latief seketika berubah kacau, setelah dirinya difitnah lawan bisnis. Tunangan Zaara memutuskan hubungan, ditambah ayahnya terkena serangan jantung, dan hebohnya keluarga besar serta teman-temannya, akibat fitnah keji. Selain Zaara, Hadrian Danadyakhsa, sahabat Kakak Zaara yang sempat menolong gadis itu, terkena imbasnya dan terpaksa berurusan dengan hukum. Zaara didesak ayahnya agar mau menikah dengan lelaki pilihan keluarga untuk meredam gosip buruk. Namun, Zaara menolak dan bersikeras agar dia bisa menentukan pria mana yang akan jadi calon suami. Pilihan Zaara jatuh pada Hadrian. Selain karena sudah cukup akrab, mereka juga menghadapi musuh yang sama, yakni Leroy Cheng, si penyebar fitnah. Zaara mengajukan surat perjanjian pada Hadrian yang berisikan klausul khusus, termasuk detail tarif jasa Hadrian sebagai suami sewaan. Mampukan Hadrian dan Zaara membalas dendam pada Leroy? Akankah rumah tangga mereka akan bertahan, atau harus berpisah setelah kontrak usai?
View MoreSabtu pagi, Zaara mengikuti langkah Hadrian untuk melakukan joging di seputar kompleks. Kirman dan Indriani menyusul di belakang sambil saling mencela. Keduanya bahkan tidak segan-segan beradu tinjuan, sembari tertawa-tawa. Zaara yang sempat menoleh ke belakang, menggeleng pelan menyaksikan tingkah kedua ajudan yang berlaku sama seperti semua pengawal lainnya. Ingatan Zaara melayang pada acara ulang tahun Pramudya Grup yang dihadirinya beberapa bulan silam. Di mana semua pengawal turut berjoget dengan berbagai gaya kocak yang menimbulkan gelakak penonton. Sesampainya di taman utama yang merupakan pusat berkumpulnya orang-orang perumahan tersebut, Zaara terkejut menyaksikan banyaknya lapak pedagang makanan dan berbagai dagangan lainnya. "Belanjanya nanti aja. Kita sarapan dulu," ajak Hadrian sambil menarik tangan Zaara menuju satu lapak di sisi kanan. "Ehm, aku nggak doyan kupat tahu," bisik Zaara seusai membaca menu sang pedagang. "Ada lontong sayur dan lontong kari juga." "Ena
Pagi menjelang siang. Zaara sudah berada di kantor polisi, untuk memberikan keterangan atas laporan pria bernama Rinto. Zaara yang didampingi kedua ajudannya, Hadrian, Ivan dan Broto, kuasa hukumnya, juga turut melaporkan balik Rinto atas tuduhan berlapis. Mereka keluar dari ruang pemeriksaan beberapa menit sebelum jam 12. Broto sempat berbincang dengan Ivan dan yang lainnya, kemudian pria tua tersebut memasuki mobil sedan mewahnya, yang segera melaju menjauh. Ivan dan yang lainnya menaiki mobil Hadrian yang dikemudikan Kirman. Sang sopir mengarahakan kendaraan itu menuju pusat kota. Setibanya di tempat tujuan, mereka disambut beberapa bos PG yang telah menunggu sejak tadi. Mereka segera menaiki tangga ke lantai dua, hingga tiba di ruang VIP. Menuruti permintaan Tio, Zaara dan kedua ajudannya bergantian menerangkan apa yang mereka sampaikan pada tim penyidik di kantor polisi tadi. "Om Broto tadi nelepon aku, kemungkinan besar orang itu akan menarik laporannya. Karena bukti-bukti
Seorang perempuan berjilbab ungu muda, menyambut kedatangan Hadrian dan Zaara dengan senyuman lebar. Ivana Alitza, merupakan sahabat sekaligus mantan kekasih Hadrian beberapa tahun silam. Hubungan Ivana dan Hadrian masih akrab, dan hal itu diizinkan Zayan Huntara Hatim, suami Ivana. Zayan yang merupakan komisaris Hatim Grup, tidak bisa memprotes kedekatan istrinya dan Hadrian yang terjalin sejak mereka masih SMU. Selain itu, Zayan juga merasa utang budi pada Hadrian, yang turut membantu agar dirinya bisa rujuk dengan Ivana. Ivana menyalami Hadrian sambil menepuk-nepuk lengan kiri sahabatnya. Ivana tidak berani memeluk Hadrian karena ada Zaara di sana. Ivana tidak mau membuat Zaara cemburu dan mungkin nantinya akan berselisih dengan Hadrian, akibat Ivana yang terlalu akrab dengan pria berkemeja biru pas badan itu. Suara teriakan dua bocah laki-laki mengiringi kedatangan Zayan dari dalam rumah. Kaivan dan Zio berebutan menyalami Hadrian, yang menciumi pipi mereka secara bergantian.
Siang itu, Hadrian mendatangi Zaara. Dia sengaja tidak memberitahukan kedatangannya, hingga Zaara benar-benar terkejut melihat Hadrian memasuki ruang kerjanya. Gadis bergaun putih lengan pendek, mengulaskan senyuman menyambut kehadiran pria yang telah mengikatnya dalam pertunangan. Zaara berpindah duduk di sofa tunggal. Dia memerhatikan Hadrian yang sedang membuka beberapa wadah makanan yang diletakkan di meja. "Yuk, makan," ajak Hadrian sambil mendorong satu wadah ke dekat Zaara. "Akang, kok, tahu, kalau aku lagi pengen bakmi?" tanya Zaara sembari mengambil sumpit dan mengaduk-aduk mi-nya. "Aku nelepon Indriani tadi. Terus dia bilang, kamu mau ini. Kusuruh dia mesan di restoran favoritmu. Aku nyampe, tinggal angkut ke sini." "Akang kapan nyampe dari Jambi?" "Sekitar 2 jam lalu." "Dari bandara, langsung ke sini?" "Hu um." Zaara tertegun sesaat, lalu dia berkata, "Aku jadi terharu." "Jangan mewek." Zaara mengerjap-ngerjapkan matanya yang mengabut. "Akang selalu bisa nebak s
Jalinan waktu terus bergulir. Sore itu, Zaara baru tiba di tempat parkir area gedung milik klien, ketika beberapa orang menyambanginya. Indriani yang mendampingi Zaara, spontan maju untuk menjadi perisai sang nona. Fajrin yang berada di dekat mobil, menelepon Listu untuk mengabarkan situasi. Kemudian Fajrin jalan secepat mungkin untuk membantu Indriani melindungi Zaara. "Siapa kalian?" tanya Zaara. "Nona, harap ikut kami," tukas pria terdepan yang mengenakan kemeja marun, tanpa menjawab pertanyaan perempuan tersebut. "Jawab dulu, kalian itu siapa?" "Nona tidak perlu tahu. Yang penting, turuti permintaan kami!" "Nada suaramu bukan meminta, tapi maksa!" "Jangan memancing kami untuk bertindak kasar, Nona!" "Coba saja. Aku tidak takut!" Pria bercambang tipis mendengkus. Dia memandangi Fajrin dan Indriani secara bergantian. Kemudian dia maju sambil mengacungkan tinjuan, yang disongsong Fajrin dengan hal serupa. Ketiga teman pria bercambang turut membantu rekannya hingga Fajrin te
Sekian menit terlewati, semua orang memenuhi ruang tengah yang telah diubah menjadi tempat penyajian. Ahmad dan Emilia mengajak Ana, Panji, Rahmi, Sultan dan Winarti menuju ruang kerja di sisi kanan bangunan. Mereka hendak berdiskusi menentukan waktu terbaik untuk melangsungkan pernikahan Hadrian dan Zaara. "Aku cemburu," keluh Endaru. "Sabar, Daru. Nanti kamu pasti menemukan pengganti Ian," canda Baskara. "Banyak yang masih jomlo, Daru. Pilih aja salah satu," imbuh Dante. "Aku mau sama Kyle aja," tutur Endaru. "Aku minta mahar 1 miliar," balas Harry. "Siap!" seru Endaru. "Itu mahar buatku, buat Kyle, beda lagi. Belum untuk seserahan, biaya akad nikah dan resepsi." "Harry, kamu mau bikin aku bangkrut?" "Masa nyiapin 5 miliar aja bangkrut?" "Aku mau pingsan dulu." "Alibimu lemah." "Tapi, itu banyak banget." "Wajar kalau Harry minta segitu, Daru. Kyle Adik satu-satunya, dari keluarga konglomerat pula. Nggak mungkin kamu ngelamar dia cuma ngasih 100 juta," cakap Heru. "100
Beryl jalan mondar-mandir sepanjang unit apartemen miliknya yang berada di kawasan Jakarta Pusat. Pria berparas manis baru saja melihat unggahan terbaru akun IG Zaara, yang menampilkan foto gadis tersebut bersama keluarga Latief dan banyak pria lainnya. Beryl gelisah karena membaca kalimat penyerta unggahan itu, yang menerangkan jika Zaara benar-benar akan segera menikah. Namun, tidak disebutkan siapa nama calon suami perempuan berambut panjang, hingga Beryl kesulitan menebaknya. Dari semua pria yang berada di sekitar Zaara, Beryl hanya mengenali beberapa orang. Yakni, Ivan, Virendra, Hadrian, Tio, Heru, Dante dan Baskara. Lainnya Beryl hanya mengenali wajah tanpa mengetahui namanya. Beryl berhenti dan duduk di sofa. Dia mengambil ponsel dari meja, lalu menelepon Maia, sahabat Zaara. Namun, setelah panggilannya masuk, langsung ditolak Maia. Pria berhidung bangir kembali menghubungi perempuan berdagu runcing, tetapi tidak tersambung. Beryl mengerutkan dahi. Dia merasa yakin jika Ma
Siaran langsung malam itu berubah menjadi rapat terbuka, karena belasan anggota PG yang berada di Jakarta tiba-tiba muncul di kediaman Ahmad Yafiq di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Ruang tamu luas seketika penuh orang. Hingga akhirnya Ivan menyarankan Hadrian dan Zaara berpindah ke ruang tengah, yang dinding penyekatnya dibuka, hingga orang-orang di ruang depan bisa menyaksikan pengumuman itu secara langsung. "Selamat malam semuanya," sapa Hadrian memulai rapat. "Sebelumnya, aku mau minta maaf pada Ayah dan Ibu, karena rencana awal berubah mendadak, akibat kehadiran netizen," lanjutnya sambil memandangi kedua orang tua Zaara. "Tidak apa-apa, Ian. Mereka berhak tahu, anggap saja jika mereka adalah perwakilan keluargamu," jawab Ahmad Yafiq. Hadrian mengangguk paham. Dia menoleh ke kiri dan beradu pandang dengan sepasang mata bermanik cokelat tua, yang balas menatapnya lekat-lekat. "Sudah siap?" tanyanya. "Ya," cicit Zaara. Hadrian mengalihkan pandangan ke depan di mana belasan
Sekian menit terlewati, Zaara telah berada di sajadah. Dia salat Zuhur dengan khusyuk, kemudian bersimpuh lama sambil berdoa agar hidupnya bisa damai. Seusai salat, Zaara masih melamun. Dia memandangi awan berarak melintasi langit cerah. Perempuan berpipi tembam tanpa sadar membayangkan Hadrian, yang nanti malam akan berkunjung ke rumahnya. Seperti halnya Hadrian, Zaara juga membayangkan reaksi teman-temannya saat mengumumkan tentang rencana pernikahan mereka. Zaara mengulum senyuman karena yakin bila Utari dan Malanaya, akan berteriak heboh. Kedua perempuan tersebut telah menjadi sahabat Zaara yang berasal dari keluarga pengusaha. Mereka kian akrab semenjak sering bertemu dalam rapat berbagai proyek, yang digagas Kakak laki-laki masing-masing. Ivan, Heru dan Tio memang kerap berbisnis bersama. Bersama David, Hadrian dan Dante, mereka akan membuat berbagai proyek, lalu diserahkan pengelolaannya pada Adik masing-masing. Selain keenam laki-laki tersebut, Tristan dan Baskara juga tu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments