Home / CEO / Tergoda Suami Sewaan / Bab 05 - Kita Duel Aja, Yok!

Share

Bab 05 - Kita Duel Aja, Yok!

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Suasana di ruang tamu tempat perawatan Ahmad Yafiq terlihat ramai. Para bos PG berkumpul dan berbincang dengan suara pelan. Mereka sedang menunggu Hadrian yang tengah dijemput Alvaro dari bandara. 

Kondisi Ahmad Yafiq yang belum kondusif menyebabkan keluarga Latief cemas. Ivan terpaksa meminta Hadrian langsung datang ke rumah sakit agar bisa didengar kesaksiannya. 

Ahmad Yafiq tidak memercayai penjelasan Zaara, Maia dan Desya. Pria tua ingin mendengar langsung penuturan dari Hadrian yang dianggap sebagai saksi kunci peristiwa tersebut. 

Zaara dan kedua sahabatnya duduk berderet di sofa panjang, berdampingan dengan Shurafa. Emilia masih merajuk hingga mengabaikan putri bungsunya yang sejak kemarin sudah merengek memohon ampunan. 

Perempuan tua berjilbab krem menunggu kedatangan Hadrian dengan tidak sabar. Dia merasa kesal pada sahabat putranya yang dianggap menutupi rahasia Zaara. Walaupun Emilia tidak memercayai ucapan penelepon misterius tentang perilaku putrinya, tetap saja dia ingin mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. 

Puluhan menit terlewati, Hadrian telah tiba bersama Alvaro, Kirman dan Chairil. Mereka berdiskusi dengan para bos, kemudian Ivan mengajak Hadrian dan Kirman memasuki ruang perawatan. 

Shurafa menarik tangan Zaara untuk ikut masuk. Sementara Virendra mengajak Tio dan Alvaro serta Heru untuk turut mendengarkan penjelasan Hadrian, sekaligus menenangkan keluarga Latief. 

Kendatipun tubuh masih lelah akibat perjalanan jauh, Hadrian berusaha tetap tenang. Dia mendengarkan percakapan Ivan dan Emilia, kemudian menegakkan badan saat dipanggil keduanya untuk mendekati Ahmad Yafiq. 

"Jelaskan sesuai versimu, Ian," pinta Ivan. 

Hadrian menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya sekali waktu, kemudian dia memulai runutan peristiwa dari kejadian di restoran, hingga Zaara terpaksa menginap di unitnya. 

Ahmad Yafiq memandangi pria muda berhidung mancung yang masih mengoceh. Kemudian dia mengalihkan pandangan pada putri bungsunya yang berdiri di ujung ranjang. 

"Penelepon misterius, bisa dipastikan adalah Leroy atau orang suruhannya. Karena ponsel Zaara tertinggal di mobilnya dan sampai sekarang belum dikembalikan ke Zaara," ungkap Hadrian. 

"Ayah dan Ibu, dimohon untuk tidak memercayai penelepon itu. Banyak saksi yang menjelaskan situasi di restoran dan juga di gedung apartemen, jika saya dan Zaara tidak hanya berdua," jelas Hadrian. 

"Terus terang, Yah, Bu, saya kecewa kalau ternyata usaha saya buat menyelamatkan Zaara, justru diputarbalikkan sebagai perbuatan buruk oleh pelaku kejahatan sebenarnya, yaitu Leroy." 

"Kalau memang saya dan Zaara ingin berbuat hal yang melanggar norma agama, buat apa jauh-jauh ke Singapura? Di sini juga bisa. Kapan pun kami mau bersama, langsung dilaksanakan." 

"Saya hanya ingin menyelamatkan kehormatan Zaara. Kalau nggak, saya pasti nggak akan peduli dan pura-pura nggak lihat dia di restoran itu. Saya juga nggak mau tahu apa yang akan terjadi padanya, setelah berhasil dikasih obat atau apalah itu oleh Leroy." 

Selama beberapa saat suasana hening. Ahmad Yafiq memanggil Ivan yang segera merunduk untuk mendengarkan ucapan ayahnya. Pria yang lebih muda manggut-manggut, kemudian Ivan menegakkan tubuhnya sambil memandangi Hadrian. 

"Ayah mau bicara berdua denganmu. Kami tunggu di luar," ucap Ivan. 

Hadrian mengangguk mengiakan. Dia menunggu semua orang keluar, kemudian dia bangkit dan duduk di tepi ranjang. Hadrian membungkuk untuk mendengar perkataan Ahmad Yafiq yang berupa bisikan, kemudian dia mengangguk paham. 

"Ya, Yah. Aku siap," jawab Hadrian. "Kita tunggu sampai kasus ini selesai," lanjutnya yang dibalas anggukan lelaki tua. 

"Makasih, sudah menjaga Zaara," bisik Ahmad Yafiq. 

"Sama-sama." Hadrian memaksakan senyuman, kemudian dia memgangi tangan sang pasien. "Ayah harus segera sembuh. Sebentar lagi Kak Shurafa akan melahirkan. Pasti seru, cucu Ayah bertambah," ungkapnya. 

Ahmad Yafiq mengangguk lemah. Dia balas menepuk tangan Hadrian, kemudian meminta keluarganya dipanggil. Pria bermata besar berdiri dan jalan keluar. Hadrian memanggil Ivan untuk menjelaskan permintaan ayahnya. 

Kala keluarga Latief memasuki ruang perawatan, Hadrian berpindah ke kursi dan memaksa duduk di antara Alvaro serta Yanuar. Kemudian dia menunduk sambil meremas-remas rambutnya. 

"Aku sudah bicarakan tentang Leroy pada Mas Elkaar. Dia sedang menghubungi temannya di sana," cakap Alvaro. 

"Pengacara PG juga sudah menghubungi Pak Margus dan menyatakan akan membantu mengawal kasus ini sampai tuntas," terang Tio yang berada di kursi seberang bersama Heru dan David.

"Kalian tahu? Aku nyesal nggak matiin aja itu si lemot!" geram Hadrian yang menyebabkan rekan-rekannya tersenyum. 

"Santai, Ian. Nanti kita balas kerjain dia," cakap Baskara, yang berada di kursi sebelah kiri bersama Tristan dan Dante. 

"Kamu sudah dapat gambar botolnya?" tanya Heru.

"Belum, Mas. Gara-gara diperiksa berjam-jam di kantor polisi, aku sampai lupa nyarinya," terang Hadrian. 

"Kalau sudah hilang capeknya, cari dan kirim gambarnya ke Mas Ben," cetus Dante. "Setelah itu, kita jalankan rencana B," lanjutnya yang mengejutkan Hadrian. 

"Rencana B, apaan?" 

"Yang tadi itu, ngerjain si lemot. Kita balas dengan cara yang sama." 

"Aku nggak paham." 

"Biar Varo yang jelasin." 

Hadrian menoleh ke kanan untuk mengamati pria berparas separuh luar negeri yang tengah mengutak-atik ponselnya. "Var, kumaha?" desaknya. 

"Ringkasnya, kita bikin settingan yang hampir sama, tetapi di tempat berbeda. Zaara sudah setuju untuk memancing si lemot itu. Selanjutnya, bagian aktris kita yang turun buat menjebak Leroy lemot," ungkap Alvaro. 

"Aktris? Siapa?" 

"Besok siang kita ketemu sama orangnya."

***

Hari berganti hari. Hadrian kembali disibukkan dengan pekerjaan. Niatnya untuk pulang ke Bandung harus ditunda sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Meskipun ibunya merajuk karena Hadrian tidak kunjung datang, pria berbibir tipis tetap kukuh berada di Jakarta. 

Setiap siang Hadrian akan menelepon Margus untuk mencari tahu informasi terkini. Selain itu dia juga menyabarkan diri buat menunggu hasil penyelidikan Elkaar. 

Sore itu, Alvaro menghubungi Hadrian dan mengajaknya bertemu. Pria bermata besar segera mengemasi meja kerja, kemudian dia berdiri dan jalan keluar. 

Sekian menit berikutnya, mobil MPV hitam meluncur di jalan raya yang dipenuhi kendaraan berbagai jenis. Hadrian mengemudi sambil bersenandung mengikuti lagu dari radio. 

Sekali-sekali dia akan mengetuk-ngetukkan jemari pada setir, atau memerhatikan sekeliling. Kala melintasi perempatan, Hadrian nyaris menabrak motor yang memotong jalur. Dia menekan klakson sambil mengumpat dalam bahasa Sunda, sebelum melanjutkan perjalanan sembari menggerutu. 

Sesampainya di tempat tujuan, Hadrian memarkirkan kendaraan berdampingan dengan dua mobil Jeep hitam. Kemudian dia keluar dan menutup pintu, lalu menekan remote untuk mengunci kendaraan. 

Sekian menit berlalu, Hadrian telah berada di ruang kerja komisaris PBK, bersama Alvaro, Wirya, dan Yanuar. Mereka mendengarkan penjelasan perwira polisi bernama Elkaar, sambil memperhatikan foto-foto Leroy dan keluarga Cheng, yang telah diambil rekan Elkaar di Singapura. 

"Berarti rencana kita bisa dilanjutkan. Tentu saja dengan bantuan kepolisian," ungkap Alvaro, sesaat setelah Elkaar menuntaskan ucapan. 

"Tetap harus berhati-hati, Var. Karena lawan kita orang berpengaruh," jelas Elkaar. 

"Rencana kita sepertinya harus disempurnakan lagi," usul Wirya. 

"Kalian aja yang mikir, ya. Kepalaku penuh," tukas Yanuar. 

"Kamu kapan kosongnya itu otak?" tanya Hadrian. 

"Si bule, noh. Nambah kerjaanku terus," cakap Yanuar. 

"Gue harus begitu, supaya beban Wirya dan Zulfi berkurang," balas Alvaro. "Dari semua petinggi BPAGK, elu yang paling nyantai. Jadi elu yang tanggung kerjaan kedua Bapak itu, karena mereka lagi sibuk ngurus proyek di Eropa," selorohnya. 

"Bang, mending tambah satu direktur dan satu manajer lagi," rengek Yanuar. 

"Direktur kagak nambah. Justru gue berencana narik semua pengawal. Buat BPAGK serahkan pada pegawai non ajudan." Alvaro mengalihkan pandangan pada Wirya, kemudian dia berkata, "Wirya bentar lagi juga stop jadi dirut BPAGK. Tugasnya digantikan Zulfi, sambil nunggu Hisyam pulang." 

"Oh, sudah pasti Hisyam yang jadi dirut tahun depan?" 

"Yoih." 

"Sekarang, gue berarti pegang kerjaan dobel?" 

"Triple. PB, PBK dan BPAGK." 

"Gaji gue naikin, Bang." 

"Entar gue rembukin sama Ayah, Babah dan Mas Tio." 

"Plus bonus." 

"Hmm." 

"Akhir tahun gue mau liburan ke Kanada. Kangen sama Mas Ben. Dan elu yang ngongkosin." 

"Yan, kita duel aja, yok!" 

"Elu mau peluk dan gendong gue ala bridal, kan?" 

"Iye. Habis itu gue lempar elu ke jurang. Gelindingin sampai nabrak bebatuan cadas yang mencabik-cabik badan elu!" 

"Uww. Co cuit!" 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Syahreza
kira kira permintaan ayah Amad apa yah,mungkin nggak tuh suruh nikahin si zaara
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 06- Masalah Baru

    Jalinan waktu terus bergulir. Kondisi kesehatan Ahmad Yafiq mulai membaik. Beberapa alat bantu telah dilepas dan hanya tersisa dua. Serangan jantung yang dialami pria tua membuatnya mengalami stroke ringan, dan masih kesulitan menggerakkan tangan kiri. Siang itu, Emilia meninggalkan suaminya bersama asisten, karena Shurafa tengah bersiap-siap untuk melahirkan. Virendra mengangkut istrinya ke rumah sakit yang sama dengan sang ayah, agar Emilia tidak perlu berpindah tempat terlalu jauh. Ivan bergegas datang untuk mendampingi ayahnya. Sementara Zaara bertahan di kantor karena harus menyelesaikan rapat dengan klien. Sepanjang acara pertemuan, Zaara kesulitan berkonsentrasi karena dia memikirkan Shurafa dan ayahnya sekaligus. Gadis berambut panjang baru bisa bernapas lega saat rapat usai. Dia menyalami para tamu, kemudian berdiri dan menunggu mereka menjauh. Niat Zaara untuk segera ke rumah sakit terpaksa ditunda, karena ponselnya nyaris tidak berhenti bergetar. Perempuan berbibir penu

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 7 - Musuh Yang Sama

    Kekhawatiran Ivan ternyata benar-benar terjadi. Beberapa hari kemudian, Paman dan beberapa sepupu Beryl yang menetap di Jakarta, mendatangi Ivan di kantornya. Zaara yang juga diminta hadir, hanya bisa menangis sambil memeluk Maia, ketika Paman Beryl menyampaikan maksud kedatangannya sebagai wakil keluarga, untuk membatalkan rencana pertunangan Zaara dan Beryl yang semestinya berlangsung bulan depan.Tubuh Zaara melemas. Dia menguatkan diri untuk tidak jatuh pingsan. Sementara Ivan berusaha untuk tetap sabar dan tidak terpancing emosi, meskipun sebenarnya dia ingin mengamuk. "Baik, kami terima pembatalan ini," ujar Ivan. "Tolong sampaikan ke Beryl, untuk tidak menghubungi Zaara kembali. Karena dengan batalnya rencana pertunangan, maka kami berhak menjauhkan Zaara darinya," lanjutnya. "Ya, Nak Ivan. Keluarga kami juga berniat seperti itu. Jangan khawatir, Beryl tidak akan mengganggu Zaara lagi," sahut pria tua berkumis lebat. Sekian menit berlalu, para tamu telah pergi. Ivan berpind

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 08 - Ke Aku, Nggak Malu?

    Hadrian membulatkan matanya yang besar hingga terkesan sedang memelototi. Sementara Zaara meringis sambil menggigit bibir bawahnya, karena malu dengan apa yang baru saja dimintanya dari pria di seberang meja. "Kamu serius, Ra?" tanya Hadrian setelah bisa menguasai diri. "Ya, tapi kalau Akang nggak mau, nggak apa-apa. Aku cari orang lain yang mau," jawab Zaara. "Siapa yang mau kamu tawari?" "Ehm, aku belum tahu. Mas Ivan sempat menyarankan agar aku menemui Mas Daru." Hadrian menyunggingkan senyuman. "Dia pasti mau, karena dia sempat naksir kamu, dulu. Sebelum kamu pacaran dengan Beryl." "Mas Ivan juga bilang gitu. Walaupun aku sebenarnya malu buat ngomong ke Mas Daru." "Ke aku, nggak malu?" Zaara mengamati pria yang balas menatapnya lekat-lekat. "Malu, sih, tapi kupikir aku lebih dekat dengan Akang daripada ke Mas Daru. Jadi kalau Akang nolak pun, aku nggak akan sakit hati." "Selain itu, kupikir kita sudah telanjur difitnah Leroy. Jadi kita bisa bekerjasama untuk membalas dend

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 09 - Apa Kita Juga Akan Begitu?

    "Ra, kita cuma pergi empat hari. Ngapain bawa pakaian sebanyak itu?" tanya Hadrian. "Isinya bukan hanya baju, Kang. Ada tas, sepatu dan lainnya. Aku berusaha memadu-padankan pakaian dan yang lainnya," terang Zaara sembari merapikan rambutnya dengan jemari. "Kalian, ikut juga?" Hadrian mengarahkan pandangan pada kedua pengawal yang berada di belakang Zaara sambil memegangi tas masing-masing. "Ya, Kang," jawab Indriani "Kami nggak mau kecolongan lagi dan nyaris kena SP dari kantor," jelas Fajrin. Hadrian mendengkus pelan. "Berarti kamu yang nyetir." "Siap," balas Fajrin. Hadrian memberikan kunci mobilnya pada pria berkulit kecokelatan. Fajrin keluar sambil menjinjing tanya dan menyeret koper Zaara. Indriani menyusul. Sementara Hadrian menghabiskan minumannya terlebih dahulu, kemudian berdiri dan mengajak Zaara berangkat. Mereka memasuki kursi bagian tengah mobil MPV putih. Fajrin menyalakan mesin kendaraan, lalu dia membunyikan klakson agar penjaga rumah segera membukakan gerb

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 10 - Semoga Setan-setannya Juga Menghilang

    Zaara terkesiap. Dia tidak menyangka jika Hadrian akan menanyakan hal itu. "Ehm, aku belum tahu, Kang. Kita lihat aja ke depannya gimana." "Aku penasaran, gimana kalau orang tuamu tahu, jika tawaranmu padaku hanya bersifat sementara. Sedangkan mereka maunya kita kayak mereka, sama-sama memperjuangkan pernikahan dengan sungguh-sungguh.""Aku belum ada mikir ke situ. Mau fokus balas dendam ke Leroy, plus membuktikan pada Beryl, jika aku bisa menikah dengan orang yang lebih semuanya dari dia." "Aku tersanjung kamu muji aku setinggi itu." Zaara melirik pria yang balas menatapnya lekat-lekat. "Aku benar-benar sakit hati ke dia. Bisa-bisanya dia lebih percaya sama foto dan fitnah, daripada omonganku." "Mungkin itu tanda jika dia pribadi yang sulit untuk bisa menerima kekurangan orang lain, terutama pasangan." "Ya, itu betul. Ditambah lagi dia selalu diagung-agungkan keluarganya." "Kenapa begitu?" "Dia anak cowok pertama, sekaligus cucu pertama laki-laki dari kedua belah pihak orang t

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 11 ' Berubah Pikiran

    Matahari belum naik sepenggalah ketika Hadrian mengajak Zaara menuju rumah pribadinya, yang berbeda blok dengan kediaman sang ibu. Keduanya jalan kaki sambil mengobrol dengan Indriani dan Fajrin yang mengekor di belakang. Tatapan penuh tanya para tetangga, diabaikan Zaara. Dia tahu bila tengah jadi pusat perhatian, karena sebelumnya dia hanya pernah sekali datang ke tempat itu. Yakni saat menghadiri akad nikah Hilda dan Raid setahun silam. Setibanya di tempat tujuan, Zaara langsung jatuh hati dengan desain rumah dua lantai bercat biru muda. Dia mengamati detail area depan, sebelum mengikuti langkah Hadrian memasuki bangunan yang dalam kondisi bersih. Setiap hari asisten rumah tangga Ana akan datang bersama anaknya untuk membersihkan rumah Hadrian. Mereka juga akan menyiapkan kamar, bila para pengawal PBK yang bertugas mengontrol unit Kota Bandung, akan menginap di sana. Hadrian sengaja membiarkan rumahnya menjadi tempat singgah Yusuf, Jauhari, Aditya dan teman-temannya menginap se

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 12 - Menghapus Kenangan

    Sore harinya, Hadrian mengajak Zaara jalan-jalan keliling Kota Bandung. Mereka sempat berhenti di satu tempat wisata belanja, agar Zaara bisa melihat-lihat isi toko itu. Seusai menunaikan salat Magrib di salah satu masjid, kelompok tersebut bergerak menuju restoran yang menyajikan menu khas Korea di kawasan Dago. Tidak berselang lama Satria, Reinar dan Adelard menyusul dengan mengajak saudara perempuan masing-masing. Hadrian dan Zaara telah memutuskan untuk mengungkapkan rencana pernikahan mereka pada keenam orang tersebut. Selanjutnya, Hadrian meminta mereka untuk menjadi panitia pengantar rombongan keluarganya minggu depan. "Aku, bagian apa?" tanya Adelard sambil memandangi pria bermata besar di seberang meja. "Kamu bisa bantu nyiapin bus buat berangkat ke sana," terang Hadrian. "Enggak pakai mobil aja?" "Kurang safety kalau konvoi tanpa pengawalan ketat. Ajudanku cuma satu, kan." "Aku bisa minta pengawal keluargaku buat ikut ke sana." "Mau ditambah para pengawal kami, juga

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 13 - Jangan Sentuh Aku!

    Sekian menit terlewati, Zaara telah berada di sajadah. Dia salat Zuhur dengan khusyuk, kemudian bersimpuh lama sambil berdoa agar hidupnya bisa damai. Seusai salat, Zaara masih melamun. Dia memandangi awan berarak melintasi langit cerah. Perempuan berpipi tembam tanpa sadar membayangkan Hadrian, yang nanti malam akan berkunjung ke rumahnya. Seperti halnya Hadrian, Zaara juga membayangkan reaksi teman-temannya saat mengumumkan tentang rencana pernikahan mereka. Zaara mengulum senyuman karena yakin bila Utari dan Malanaya, akan berteriak heboh. Kedua perempuan tersebut telah menjadi sahabat Zaara yang berasal dari keluarga pengusaha. Mereka kian akrab semenjak sering bertemu dalam rapat berbagai proyek, yang digagas Kakak laki-laki masing-masing. Ivan, Heru dan Tio memang kerap berbisnis bersama. Bersama David, Hadrian dan Dante, mereka akan membuat berbagai proyek, lalu diserahkan pengelolaannya pada Adik masing-masing. Selain keenam laki-laki tersebut, Tristan dan Baskara juga tu

Latest chapter

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 60 - Stay With Me, Honey

    60Jalinan masa terus bergulir. Kehidupan rumah tangga Hadrian dan Zaara kian harmonis. Setiap minggu pertama dan kedua, mereka akan menetap di Bandung.Bila Hadrian bekerja di restorannya ataupun melakukan rapat dengan teman-teman PG dan PC yang bermukim di Kota Bandung, maka Zaara juga menyibukkan diri dengan belajar memasak pada Ana.Seperti pagi itu, seusai sarapan, Zaara berpamitan pada asisten rumah tangga. Dia mengajak Indriani untuk bergegas ke kediaman sang mertua.Setibanya di tempat tujuan, ternyata di sana sedang ramai ibu-ibu sekitar yang dikaryakan Ana, bila kebetulan tengah mendapatkan orderan katering besar."Bu, siapa yang mesan katering?" tanya Zaara, seusai menyalami mertuanya dengan takzim."Mamanya Reinar. Nanti sore, ada pengajian di rumahnya," jelas Ana sembari melanjutkan memotong bolu ketan hitam.Zaara tertegun sesaat, kemudian dia menggeleng pelan. "Aku lupa acara itu. Padahal Karen sudah ngundang di grup.""Kita berangkat sama-sama. Ibu sekalian mau ketemu m

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 59 ' Sunnah dan Wajib

    59Mobil-mobil lainnya muncul dari belakang. Wirya meneriaki Kirman agar menambah kecepatan mobil. Hal serupa juga dilakukan keempat sopir lainnya. Gibson dan Cedric yang berada di mobil paling belakang, menarik senapan laras panjang dari bawah. Mereka mengintip dari pintu kanan dan kiri, yang kacanya telah terbuka sepenuhnya. Rentetan tembakan diarahkan Gibson dan Cedric ke deretan mobil-mobil di belakang. Fabian yang menjadi sopir, melakukan manuver zig-zag yang sering dilstihnya bersama teman-teman pengawal lainnya. Banim yang berada di samping kiri sopir, mendengarkan penjelasan Wirya melalui sambungan telepon jarak jauh. Banim manggut-manggut, sebelum memutuskan panggilan. "Bang, dirut minta kita maju," tukas Banim. "Ke mana?" tanya Fabian. "Paling depan. Bang Kirman mundur, karena Pak Tio mau jadi koboi." Fabian mengulum senyuman. Sebagai salah satu pengawal lama, dia mengetahui jika Tio sangat ingin bisa mempraktikkan ilmu menembaknya secara maksimal. Fabian menambah ke

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 58 - Lari!

    58Pagi menjelang siang, kelompok pimpinan Kirman tiba di rumah sakit swasta terkenal di Singapura. Syuja, Gibson dan Dimas tetap berada di mobil. Sementara Loko, Michael dan Cedric menunggu di lobi, bersama lima anak buah Jeremy Cheng. Di ruang perawatan VVIP, Hadrian berbincang dengan Stefan dan Gerald Cheng. Sebab Leroy masih kesulitan untuk berbicara panjang, dia meminta kedua saudaranya untuk menyampaikan maksudnya pada sang tamu. Hadrian membaca surat permohonan izin yang telah dibuat tim kuasa hukum keluarga Cheng. Hadrian mendiskusikan hal itu dengan Tio, Dante dan Baskara, sebelum menandatangi surat itu. "Terima kasih atas bantuannya," tutur Stefan, sesaat setelah Hadrian memberikan lembaran asli surat itu padanya. Sementara salinannya dititipkan pada Tio. "Kembali kasih," jawab Hadrian. Dia memandangi pria bermata sipit yang sedang duduk menyandar di ranjang. "Cepat pulih, Leroy. Tuntaskan hukumanmu. Baru lanjutkan bisnis dengan cara yang lebih baik," ungkapnya. Leroy m

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 57 - Dia ditembak?

    57*Grup Pasukan Penjaga Wirya*Zulfi : Astagfirullah. Grup naon deui, iyeuh?Haryono : Aku ada di mana?Yoga : Kaget aku. Logonya foto Wirya.Andri : Kayak masih muda di foto itu.Yanuar : Memang masih culun dia. Baru lulus diklat satpam.Alvaro : @Kang Ian, nemu di mana itu foto?Hadrian : Aku nyomot dari IG-nya Wirya, @Varo.Wirya : Loh, kok, ada fotoku di situ?Hadrian : Sesuai nama grup, @Wirya.Tio : Aku sampai bolak-balik ngecek. Kirain salah grup.Dante : Aku ngakak baca nama grupnya.Baskara : Tapi, memang benar, sih. Wirya harus punya pasukan bodyguard khusus.Linggha : Saya sampai bingung. Tiba-tiba ada di grup ini.Bryan : Orang Indonesia. Bisa nggak, grup chatnya off dulu? Di sini sudah jam 1 malam.Hadrian : Belum tidur, @Mas Bryan?Bryan : Aku baru nyampe rumah. Capek banget.Benigno : Habis dari mana, @Mas Bryan?Bryan : Chairns. Bareng Jourell.Alvaro : Jourell dan Mas Keven invited juga ke sini. Mereka bodyguardnya Wirya kalau lagi dinas di Australia sama New Zealan

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 56 - Diusir

    56Alunan musik instrumental terdengar di dalam kamar bernuansa putih dan abu-abu. Dari keremangan cahaya lampu sudut, terlihat sepasang insan yang sedang dimabuk kepayang. Lenguhan terdengar bergantian dari mulut mereka, mengiringi gerakan konstan yang dilakukan bersama. Tanpa memedulikan keringat yang keluar dari pori-pori kulit, keduanya melanjutkan percintaan dengan semangat. Berbagai gaya mereka lakukan untuk mendapatkan sensasi berbeda. Sekali-sekali bibir mereka menyatu dan saling mengisap. Pagutan kian dalam saat sudah hampir tiba di ujung pendakian. Pekikan perempuan berambut panjang menjadikan lelakinya menambah kecepatan. Kemudian mereka saling mendekap dan mengeluarkan seluruh cinta, sembari menjerit tertahan. Selama beberapa saat keduanya masih berada dalam posisi yang sama. Kala Hadrian menarik diri, Zaara mengusap dahi suaminya yang berpeluh tanpa rasa jijik sedikit pun. Hadrian menunduk untuk mengecup bibir sang istri. Namun, Zaara justru menarik leher lelakinya

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 55 - Sekarang Jadi Kawan, Besok Jadi Lawan

    55Langit biru Kota Jakarta, siang itu terlihat cerah. Udara kian menghangat seiring dengan bertambahnya waktu. Menjadikan banyak orang memutuskan untuk tetap berada di dalam ruangan, daripada beraktivitas di luar. Hadrian masih terdiam di kursinya. Tatapan lurus diarahkan lelaki berkemeja biru muda, pada pigura besar di dinding yang menampilkan foto pernikahannya dengan Zaara. Pria berhidung bangir baru saja usai dihubungi Margus melalui sambungan telepon jarak jauh. Sang pengacara menerangkan keinginan keluarga Cheng, agar Hadrian dan Zaara bersedia datang mengunjungi Leroy. Kondisi musuhnya itu menimbulkan keprihatinan Hadrian. Namun dia masih meragukan niat baik Leroy untuk berdamai. Bisa saja itu hanya akal-akalan pihak lawan, demi memuluskan jalan Leroy berangkat ke Amerika untuk berobat. Hadrian akhirnya menelepon sahabatnya dan menerangkan semua cerita Margus. Hadrian meminta pendapat pria tersebut, yang langsung mengajaknya bertemu. Puluhan menit terlewati, Hadrian yang

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 54 - Kamu Yang Menjodohkan Mereka

    54Jalinan waktu terus bergulir. Liburan telah usai. Awal malam itu rombongan Hadrian sudah berada di pesawat yang akan membawa mereka pulang ke Jakarta. Jourell, Harry, Hideyoshi dan Raid beserta pasangan, tetap bertahan di Maldives, karena masih ingin berlibur. Mereka baru akan pulang tiga hari mendatang bersama ajudan masing-masing. Sepanjang perjalanan, Zaara terlelap. Sementara Hadrian sibuk berbincang dengan Endaru yang berada di samping kirinya. Sekali-sekali Hadrian akan berdiri dan jalan ke kelas eksekutif untuk mengecek kondisi Ana, Emilia dan Ahmad Yafiq. Sementara Ivan, sibuk membantu mengasuh Ardibani yang mulai bosan harus duduk lama. Sedangkan Shurafa, Fiona dan Virendra sudah terlelap."Sini, Dek. Sama Om," ajak Hadrian sembari mengambil alih sang bayi dari gendongan Ivan. "Mas istirahat aja. Ardi mau kubawa ke belakang," lanjutnya sembari mengayun bayi berjaket jin biru. "Aku tidur dulu bentar, Ian. Nanti kalau kamu mau istirahat, Ardi kasih ke mbaknya," cakap Iva

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 53 - Membalas Dengan Cara Yang Lebih Sadis

    53Matahari bergerak cepat. Sinarnya yang menyengat tepat di atas kepala, menjadikan semua orang memutuskan untuk menghentikan pertandingan, yang akan dilanjutkan sore nanti. Kendatipun badan berkeringat dan kelelahan, tetapi semua orang tampak senang telah menghabiskan waktu bersama. Mereka berduyun-duyun mendatangi restoran, lalu menempati beberapa meja besar sesuai dengan kelompok masing-masing. "Gaes, perang di San Sebastian sudah selesai," ujar Heru, sesaat setelah membaca pesan dari Tio. "Tim kita, ada yang terluka parah, Mas?" tanya Endaru. "Banyak. Bahkan Carlos dan beberapa ajudan keluarga Baltissen terpaksa menginap di rumah sakit," jelas Heru. "Pengawal PBK, gimana?" desak Adelard. "Enggak ada yang luka berat. Tapi banyak yang menderita luka yang harus dijahit," beber Prabu yang sedang berbalas pesan dengan Alvaro. "Wirya nyaris bunuh orang lagi," sela Heru. "Untungnya sempat dicegah Koko Dante, Mas Tio dan Mas Ben," tambah Prabu yang menyebabkan semua orang di meja

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 52 - Penerus Kekocakan

    52Malam itu, semua pengawal keluarga Latief dan Kirman, pindah ke vila dekat pantai. Sementara Ana, Hilda dan Raid tinggal di vila besar. Ahmad Yafiq yang meminta hal itu, supaya bisa lebih akrab dengan keluarga Hadrian. Pria tua tersebut memerhatikan interaksi Emilia dan Ana, yang langsung sibuk membicarakan tentang resep-resep favorit keluarga. Tatapan Ahmad Yafiq beralih pada kelompok lelaki muda. Dia turut mendengarkan percakapan antara Ivan, Virendra, Hadrian, Endaru, Raid dan yang lainnya. Pria tua berbaju biru merasa kagum dengan cara berpikir kelompok muda, yang jauh lebih maju dibandingkan dirinya. Lamunan Ahmad Yafiq terputus kala ponselnya berdering. Dia meraih benda itu dari meja, lalu segera menjawab panggilan dari sahabatnya. "Mereka lagi ngumpul di sini, Sul," cakap Ahmad Yafiq. "Tolong speakernya dinyalakan, Mas. Saya mau ngomong langsung dengan mereka," pinta Sultan Pramudya. "Sebentar." Ahmad Yafiq menekan tombol speaker, lalu meletakkan ponsel ke meja. "Silak

DMCA.com Protection Status