Demi membayar hutang dan menyelamatkan perusahaan almarhum ayahnya, Radha Nareswari Zanneta terpaksa menikahi Krishna Adiyaksa Harlingga, pewaris tunggal Harlingga Group Corporation. Meski mulai mencintai Krishna sebagai suaminya, nyatanya Radha tetap harus menghadapi sikap dingin dan acuh Krishna yang hanya peduli pada Nindy—teman masa kecilnya. Tak tahan dengan semua rasa sakit, makian, dan perlakuan kasar atas setiap tuduhan tak berasas yang dilontarkan Krishna padanya, Radha akhirnya memberanikan diri untuk menuntut perceraian. Namun anehnya, Krishna justru menolaknya mentah-mentah dengan alasan yang tak pernah Radha mengerti. Krishna tak pernah mencintai Radha, tapi juga tak berniat untuk melepaskannya.
View MoreSetelah memantapkan hatinya, Radha melangkah keluar dari kantor polisi dengan perasaan yang masih penuh keraguan. Radha memikirkan bagaimana reaksi Krisna saat melihatnya nanti. Apakah Krisna akan kembali marah padanya? Atau mungkin lebih buruk lagi, dengan tetap bersikap dingin seperti biasanya? Hingga akhirnya, taksi yang Radha pesan pun datang.Saat tiba di rumah Krisna, Radha menemukan suasana di sekelilingnya tampak begitu sunyi. Biasanya, ketika Radha masih tinggal di rumah itu, beberapa penjaga dan juga pelayan akan menyambut kedatangannya. Tapi kenapa sekarang malah tidak terlihat satu orang pun? “Apa Krisna menyuruh mereka semua pergi, ya?” Radha bertanya-tanya dalam hati. Ia meneruskan langkahnya mendekati bangunan super mewah yang ada di hadapannya. Sebuah rumah megah yang terlihat seperti istana, kini tampak kosong seakan-akan tak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Dengan hati-hati, Radha membuka pintu depan dan melangkah masuk. Suara langkah sepatunya menggema
Sidang perceraian pertama Radha baru saja berakhir. Sang hakim mengetuk palu, menandai keputusan untuk melanjutkan proses ke pertemuan berikutnya seminggu lagi untuk proses mediasi. Ruang sidang yang semula terasa tegang kini perlahan-lahan mulai kosong. Radha menghela napas panjang, mencoba menenangkan debar jantungnya yang masih terasa begitu cepat. Langkah pertama untuk berpisah dari Krisna telah berhasil dilewati Radha. Meski tadi saat persidangan berlangsung, ia sempat gugup. Tangannya gemetar saat diminta untuk memberikan jawaban kepada hakim, namun karena telah mendapatkan arahan langsung dari Pak Arman, Radha bisa mengatasinya dengan tenang. Kini, yang menjadi pertanyaannya adalah, apa yang akan terjadi di pertemuan selanjutnya? Pak Arman, yang baru saja selesai merapikan berkas-berkas di mejanya, mendekat ke arah Radha. Dengan senyum tipis, ia berkata, "Bagus sekali, Nyonya Radha. Apa yang Anda lakukan tadi sudah sangat baik. Anda berhasil menyampaikan pendapat Anda denga
“Ini tentang pernikahanmu... dan Nindy.” Perlahan, Krisna berbalik, sorot matanya tajam menusuk ke arah ibunya. “Mama tidak serius, kan?” suaranya terdengar rendah, nyaris berbisik namun penuh tekanan. Gayatri mengangguk mantap. “Mama sudah membicarakan ini dengan papamu. Setelah kau menceraikan Radha, Mama ingin kau menikah dengan Nindy.” Ruangan terasa hening seketika. “Pernikahan ini sudah terlalu lama tertunda, Krisna,” lanjut Gayatri. “Kau dan Nindy, harusnya sudah menikah sejak dulu. Tapi kakekmu, entah kenapa tiba-tiba saja memutuskan untuk membawa wanita miskin itu ke dalam keluarga kita.” Namun sebelum Gayatri bisa melanjutkan, Krisna menatap lurus ke arahnya, dingin dan penuh peringatan. “Aku tidak akan menikah dengan siapa pun, Ma,” tegas Krisna. Kedua alis Gayatri saling bertaut, keheranan. “Kenapa? Bukankah kalian saling mencintai? Lalu apa yang salah? Atau jangan-jangan kau sudah mulai menaruh hati pada wanita itu?” Krisna tak menjawab. Dia hanya berdiri mematu
"Ini tidak mungkin. Kak Saga tidak pernah melakukan itu...," suara Radha bergetar, berusaha keras menjaga ketenangannya. Saga yang berdiri di samping Radha tampak lebih tenang, meskipun sorot matanya tajam penuh emosi yang tertahan. "Pak, saya yakin ini hanyalah sebuah kesalahpahaman. Memang benar ada perkelahian antara saya dan Krisna, tapi mengenai laporan yang diajukan oleh Krisna tentang saya melakukan pelecehan terhadap Radha, itu sama sekali tidak benar." “Benar, Pak,” Radha turut membela Saga, dengan membenarkan ucapannya. “Laporan itu sama sekali tidak benar. Ini sebenarnya hanya masalah internal keluarga kami.” Petugas polisi yang memimpin tampak menghela napas panjang. "Kami hanya menjalankan tugas, Nyonya. Jika ada hal yang ingin disampaikan, silakan sampaikan di kantor. Tapi kami harus tetap membawa Tuan Saga sekarang." “Tapi, Pak ....” Radha mencoba menahan para petugas polisi itu selama mungkin untuk membiarkan dirinya menjelaskan lebih detail mengenai apa yang terj
BUGH! Saga tak tahan lagi. Tinju kerasnya melayang tepat ke wajah Krisna, membuatnya terhuyung mundur beberapa langkah. Mata Saga berkilat penuh amarah, dadanya naik turun dengan napas memburu. “Jaga mulutmu, Krisna! Kau sudah melewati batas!” Krisna mengusap sudut bibirnya yang mulai mengeluarkan darah, lalu menyeringai. “Sudah aku duga, kau memang menyimpan perasaan untuk Radha sejak dulu. Iya ‘kan? Berlagak menjadi dewa penolongnya, tapi sebenarnya kau punya hasrat lain untuknya! Cuih! Apa aku harus berterima kasih padamu karena sudah menjadi pria yang selalu berada di sisinya?” “Diam kau, Krisna!” Saga melangkah maju dengan kepalan tangan siap menghantam. “Aku sudah cukup sabar dengan semua omong kosongmu. Kau pikir aku akan diam saja kali ini setelah mendengar kau menghina Radha dan juga ibuku?!” Krisna mendengus. “Ah, benar. Ibumu. Wanita yang tidak tahu malu itu? Berusaha menjebak ayahku dengan tidur dengannya agar bisa menjadi nyonya besar di keluarga Harlingga. Lalu karen
Radha berdiri mematung, matanya bergantian menatap Krisna dan Saga yang kini saling berhadapan dengan ketegangan yang hampir bisa disentuh. Krisna menyeringai tipis, tangannya melipat di dada, matanya tajam menusuk ke arah Saga. “Kebetulan sekali kau ada di sini, Saga. Rasanya jadi lebih mudah untuk menyelesaikan semuanya,” ujar Krisna dengan nada sarkas. “Aku bahkan tidak perlu repot-repot mencarimu ke tempat lain.” Saga tetap berdiri tenang, menatap Krisna tanpa ekspresi berlebihan. “Aku tidak tahu apa yang kau maksud, Krisna. Tapi kalau ini soal Radha, sebaiknya kau jangan membuat keributan di sini.” Krisna tertawa pendek, sarkastis. “Apa kau pikir aku butuh nasihat darimu?” Saga tidak terpancing. Ia hanya berdiri tegap, menatap Krisna tanpa ekspresi. Tapi ketenangan itu justru membuat Krisna semakin gelisah. “Sudahlah,” Krisna mendesis, melangkah lebih dekat dengan nada mengejek. “Kau di sini karena ingin memastikan semuanya berjalan sesuai rencana, bukan? Tapi biarkan aku me
Begitu mereka berjalan menjauh, Krisna berhenti di tempat yang cukup sepi, lalu berbisik, “Kenapa kau tidak pernah bilang kalau kau hamil?” Radha berdiri terpaku di tempatnya, berhadapan dengan Krisna yang wajahnya penuh emosi. Suasana lorong pengadilan yang sepi membuat setiap kata yang mereka ucapkan terasa menggema. Mata Krisna menyipit, menatap Radha dengan intens. “Apa kau sengaja ingin mempercepat proses perceraian kita, agar kehamilanmu ini tidak diketahui?” tanyanya lagi, nadanya lebih menekan kali ini. “Kenapa kau menyembunyikannya? Apa karena itu bukan anakku, melainkan anak dari pria lain?” Radha mencoba mempertahankan ketenangannya meskipun hatinya berdegup kencang. Ia tidak menyangka Krisna akan mengetahuinya. “Apa maksudmu? Aku tidak tahu dari mana kau mendapatkan ide gila itu,” jawabnya, suaranya datar namun tegas. Krisna mendengus, lalu menarik selembar kertas dari sakunya dan menyerahkannya kepada Radha. “Ini. Mungkin ini bisa menjelaskan maksudku.” Radha meraih
Radha duduk di sebuah bangku kayu yang terletak di ruang tunggu kantor pengadilan. Dinding ruangan itu dicat putih pucat, dengan papan pengumuman yang dipenuhi jadwal persidangan dan aturan pengadilan. Ruangan tersebut hening, hanya diiringi suara langkah orang yang sesekali melintas. Pak Arman, pengacara pribadi Saga, duduk di sebelahnya, terlihat memegang map tebal berisi dokumen-dokumen perceraian. Ia menatap Radha sejenak sebelum memulai pembicaraan. “Nyonya Radha, sebelum kita masuk ke ruang sidang satu jam lagi, ada beberapa hal yang perlu kita bahas ulang,” kata Pak Arman dengan nada tegas tapi lembut. Ia membuka map itu, lalu menarik selembar dokumen. “Apakah Anda sudah memikirkan perihal pembagian aset atau tuntutan nafkah pasca perceraian?” Radha mendongak perlahan. Wajahnya tampak lelah, tapi tatapannya tetap tegas. “Pak Arman, saya tidak menginginkan apa pun dari Krisna,” katanya. "Saya hanya ingin bebas dan perceraian ini bisa selesai secepatnya tanpa ada urusan apa p
Pagi itu, suasana di ruang kerja Krisna terasa begitu sunyi. Sinar matahari menerobos masuk melalui tirai jendela yang setengah terbuka, memantulkan bayangan samar di atas lantai kayu yang dingin. Krisna duduk termenung di balik meja kerjanya. Matanya tertuju pada amplop coklat yang tergeletak diam, seolah-olah menantangnya untuk membuka kembali isinya. Amplop itu adalah sumber kegelisahannya sejak tadi malam, sebuah paket misterius yang berisi dokumen kehamilan Radha dan foto-foto yang tidak seharusnya ada. Krisna menghela napas panjang, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi. Pikiran-pikirannya berkelindan, bercampur aduk antara rasa curiga dan ketidakpastian. Siapa Joshua? Apa motifnya memberikan informasi ini padanya? Apakah ini nyata atau hanya jebakan? Tiba-tiba, suara ketukan pelan terdengar dari balik pintu. "Masuk," ucap Krisna datar, tanpa mengalihkan pandangannya dari amplop itu. Pintu berderit pelan, dan dari baliknya muncullah sosok ketua pengawal, pria bertubuh tegap
“Kau yakin dengan apa yang kau lihat?"“Iya, Nyonya Radha,” katanya dengan suara rendah. “Tuan Krisna ... bersama wanita yang bernama Nindy itu ... kini tengah berada di Keraton.”Tubuh wanita berambut panjang hitam bergelombang itu nyaris tumbang ke lantai, andai saja tidak segera berpegangan pada sandaran kursi yang ada di sampingnya.'Sudah sejauh itukah hubungan mereka berdua sekarang?' batin Radha bergejolak. Dadanya kian terasa sesak.Pernikahan mereka memang terjadi karena ikatan bisnis. Kakek Krisna meminta Radha menjadi istri cucunya sebagai ganti dana investasi untuk perusahaan mendiang ayah Radha. Meski begitu, Radha tetap bersikap sebagai istri sempurna dengan harapan suatu saat nanti, sikap dingin dan tak acuh Krisna padanya secara perlahan bisa mencair.Namun faktanya, selama lima tahun pernikahan, Krisna tak kunjung membuka hati pada Radha. Bahkan setelah Nindy, mantan kekasihnya hadir kembali di kehidupan sang suami, keberadaannya sudah tak dianggap sama sekali.Bagi ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments