Share

10. Permintaan Radha

Penulis: Aww Dee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Radha duduk terdiam di atas ranjang rumah sakit. Tubuhnya masih terasa sakit akibat kekerasan yang baru saja ia alami. Wajahnya sedikit memucat, dan luka-luka yang terlihat di beberapa bagian tubuhnya menjadi saksi bisu atas tindakan kasar yang baru saja dialaminya.

Gayatri memang tidak pernah menyukainya, tapi tetap saja Radha tak pernah membayangkan bahwa kebencian itu bisa berubah menjadi tindakan fisik yang begitu brutal. Entah apa yang akan terjadi jika seandainya ayah mertuanya tidak datang di waktu yang tepat, Radha mungkin tidak akan selamat dari serangan Gayatri. Tubuhnya pasti sudah hancur lebih parah dari ini.

Kini, Radha hanya bisa menatap ke luar jendela dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Sakit fisik yang dirasakannya seakan menyatu dengan luka batinnya yang semakin dalam. Bagaimana bisa hidupnya berubah begitu dramatis?

Di tengah lamunannya, tiba-tiba suara ketukan pintu memecah keheningan. Radha segera menghapus air matanya begitu melihat Nakula, adik tirinya, mas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   11. Radha Minggat

    Radha duduk di kursi penumpang. Tubuhnya terasa lelah, tapi hatinya jauh lebih berat. Pandangannya mengarah ke luar jendela mobil, menatap kosong jalanan yang sepi. Di sebelahnya, Saga, yang bersedia mengantarnya pulang dari rumah sakit, tetap fokus mengemudi. Sepanjang perjalanan, mereka hampir tidak berbicara. Hanya ada keheningan yang mencekam. Namun Radha menghargai karena Saga tidak memaksanya bicara. Dia pasti memaklumi, bahwa saat ini Radha hanya butuh waktu untuk memproses semua yang terjadi.Ketika mereka tiba di rumah, Saga mematikan mesin mobil dan membuka pintu untuk Radha. Radha turun dengan pelan, dengan gerakan cukup yang hati-hati karena luka di tubuhnya masih terasa nyeri.“Terima kasih, Kak Saga,” ucap Radha dengan suara lirih.Saga menatap Radha dengan penuh perhatian. “Jangan katakan itu, Radha. Kau sudah seperti adikku sendiri. Jadi, cepatlah masuk dan istirahat. Kalau ada apa-apa, kau bisa hubungi aku

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   12. Krisna Balik Mengancam

    “Jangan bersikap kekanak-kanakan, Radha,” ucap Krisna dengan nada dingin, seolah peristiwa ini tidak berarti apa-apa baginya. “Aku sudah mengingatkanmu untuk tidak membuat drama baru lagi.” Radha tetap diam, namun cengkeramannya pada gagang koper mengencang, menunjukkan bahwa dia takkan mundur dari keputusannya. “Apa ini karena perlakuan mamaku?” Krisna melanjutkan, suaranya terdengar kesal. “Kalau itu masalahnya, besok aku akan datangi mama dan memintanya untuk berhenti ikut campur. Kalau perlu, aku akan memaksa mama untuk minta maaf padamu.” Radha tersenyum kecil, penuh kepahitan. "Tidak perlu, Krisna," katanya tenang. “Sebelum dia minta maaf, aku sudah memaafkannya. Tapi keputusanku tetaplah sama. Aku ingin segera pergi dari sini dan bercerai darimu." Namun, Krisna tidak mendengarkan. Wajahnya mengeras, amarah yang ditahannya kembali menggelembung di dalam dadanya. “Aku sudah pernah bilang, Radha,” suaranya sekarang lebih rendah, namun penuh dengan ancaman, “Aku tidak akan perna

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   13. Tetap Saja Sakit

    “Kenapa kau membawanya ke sini, Krisna?” tanya Gayatri langsung, tanpa basa-basi. Wanita paruh baya itu, dengan rambutnya yang selalu tersisir rapi dan pakaiannya yang selalu anggun, menatap Radha seolah-olah dia adalah gangguan tak diinginkan. Krisna hanya tersenyum tipis, menahan diri untuk tidak bereaksi terhadap sikap dingin ibunya. Sebelum Krisna bisa menjawab, Baskara yang mendengar suara Gayatri dari ruang kerjanya segera muncul. Dengan wajah yang lebih tenang dan bijaksana, dia langsung menegur istrinya, “Gayatri, apa kau lupa apa yang sudah kita bicarakan sebelumnya?” Gayatri terdiam seketika, menahan diri agar tidak meledak lagi. Dia memalingkan wajah dengan kesal, jelas tidak senang, tetapi memilih untuk tidak berdebat lebih lanjut. Baskara mendekati Radha, memberi senyum lembut yang berbeda dari sikap istrinya. “Ayah pikir, kau tidak akan mau datang lagi ke sini, setelah apa yang terjadi kemarin. Ayah benar-benar minta maaf atas sikap kasar Gayatri padamu, Radha,” kata

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   14. Kedatangan Freya

    Sejak mereka meninggalkan rumah orang tua Krisna, Radha tampak berbeda. Selama perjalanan pulang, Krisna memperhatikan perubahan itu meski ia berusaha tak terlalu memedulikannya. Radha biasanya keras kepala dan sering memancing debat, tapi hari ini dia jauh lebih pendiam. Matanya tampak kosong, seolah-olah pikirannya terbang ke tempat lain, entah memikirkan apa. Yang jelas, ini bukan sifat Radha yang biasa. Krisna mengakui, biasanya dia lebih suka suasana tenang seperti ini. Radha yang pendiam berarti tidak ada cekcok atau suara-suara sumbang yang mengganggu pikirannya. Seharusnya ini membuatnya merasa lega, bukan? Tapi anehnya, kali ini Krisna merasa terganggu dengan keheningan itu. Sesuatu tentang cara Radha bertingkah membuatnya resah, meskipun ia tidak tahu pasti apa. Krisna mencoba menyingkirkan perasaan itu. Apa yang ia pedulikan? Radha hanya istri ‘bonekanya’—tidak ada alasan baginya untuk memikirkan tentang perubahan sikapnya. Setibanya di rumah, Krisna segera melepaskan

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   15. Aku Juga Manusia, Bu!

    “Apa yang sebenarnya kau inginkan, Bu?” tanya Radha, usai menutup pintu kamarnya dengan perlahan. Radha tahu ibunya tidak akan datang sejauh ini hanya karena kekhawatiran. Selalu ada sesuatu di balik tindakan ibunya yang terlihat peduli. Freya mendekat dengan ekspresi yang sulit diterka. Tanpa peringatan, dia meraih wajah Radha dan memeriksanya dengan kasar. Tangannya menekan pipi Radha, membuat Radha sedikit tersentak. "Jadi, benar Gayatri sudah menyerangmu?" desis Freya, matanya memperhatikan setiap tanda memar atau luka di wajah Radha. Radha mengerutkan kening, merasa bingung sekaligus curiga. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya bagaimana Freya bisa mengetahui hal itu? Radha bahkan tidak memberitahu Nakula, sebagai satu-satunya anggota keluarga yang bisa ia percayai. “Dari mana Ibu tahu?” tanya Radha sambil menyentak lepas tangan Freya dari wajahnya. Freya hanya mendengus, tampak tak terpengaruh oleh reaksi Radha. "Tidak perlu banyak bertanya. Yang jelas, aku punya informan terp

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   16. Situasi Yang Aneh

    “Jadi, apa lagi yang diinginkan ibumu kali ini?” Krisna tiba-tiba muncul dan berdiri di ambang pintu kamar, semenit setelah kepergian Freya dari rumahnya, dengan nada bicara yang dingin dan tatapan menyelidik. Radha, yang masih berusaha menguasai perasaannya, menahan napas. Dia tahu, jika Krisna mulai berbicara tentang ibunya, maka percakapan ini tidak akan berujung baik. "Tidak ada hal seperti itu," jawab Radha, mencoba bersikap tenang. "Ibu hanya khawatir, itu saja." Krisna mendengus pelan, langkah kakinya membawa dirinya lebih dekat ke arah Radha. Senyum sinis muncul di bibirnya, membuat sorot matanya terlihat semakin tajam. "Khawatir, ya?" tanyanya, seolah mengejek. "Radha, kau bukan tipe orang yang pandai berbohong. Aku tahu betul siapa ibumu itu. Jangan harap aku akan percaya jika kau bilang dia datang karena benar-benar khawatir." Radha berusaha menahan kegelisahan yang mengintip dari sorot matanya. "Kalau kau tidak percaya, ya sudah. Tidak ada yang perlu dijelaskan." Ia be

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   17. Kembali Dipatahkan

    "Hey, apa yang kau lakukan?!" Radha justru semakin mengeratkan pelukannya, tubuhnya gemetar ketakutan. Tanpa mengindahkan protes Krisna, ia menutup telinga dan memejamkan mata dengan kuat. Suara petir yang bergemuruh kembali membuat Radha semakin mendekap Krisna, seolah-olah dia adalah satu-satunya tempat aman di dunia. “Radha, lepaskan!” Krisna mendesis sambil berusaha menahan rasa jengah yang membuncah. Namun, usahanya sia-sia. Radha tidak bergerak sedikit pun, dan tubuhnya justru makin erat melingkupi Krisna. Krisna menghela napas panjang. “Ya ampun, kau ini ....” gumamnya dengan lelah. Bagaimanapun, rasa kantuk dan lelah akhirnya membuatnya menyerah. Mata Krisna yang sudah berat akhirnya tertutup. Sambil mengomel pelan, dia berkata, "hanya kali ini saja. Lebih dari ini, kau benar-benar akan dapat masalah dariku." Radha tidak menjawab. Tubuhnya perlahan mulai tenang. Krisna pun akhirnya membiarkan dirinya terlelap dalam posisi yang tidak biasa. Saat pagi menjelang, Radha terba

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   18. Keributan Freya dan Nirmala

    “Apa maksud kalian melarang kami masuk?!” Freya membentak, tangannya mengepal di pinggang. "Kalian ini cuma pegawai di rumah ini. Beraninya menghalangi saya dan anak saya untuk masuk ke dalam!" “Maaf, Nyonya. Kami tidak bisa mengizinkan itu,” salah satu penjaga menjawab dengan tegas, wajahnya tampak serius. “Tanpa izin dari Tuan Felix, tidak ada yang boleh masuk.” “Dasar penjaga bodoh!” Nirmala melangkah maju, mendekatkan wajahnya ke wajah penjaga. “Memangnya kalian tidak tahu siapa kami? Kalian tidak tahu apa akibatnya jika berani bersikap lancang pada kami yang jelas-jelas anggota keluarga Harlingga?” Freya mengangguk setuju, menambahkan, “Jadi cepatlah minggir, dan biarkan kami masuk. Atau aku akan melaporkan kalian pada Krisna karena perlakuan tidak sopan kalian!” Dia melotot, memandang tajam penjaga yang berdiri di hadapannya. Penjaga itu hanya menggelengkan kepala, berusaha tetap tenang meski emosi Freya semakin memuncak. “Saya hanya menjalankan tugas, Nyonya. Jika Anda teru

Bab terbaru

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   29. Berusaha Mencari Radha

    Krisna berjalan mondar-mandir di ruang tamu rumahnya yang luas dengan ekspresi wajah penuh kemarahan. Suara sepatu kulitnya yang beradu dengan lantai marmer menggema di seluruh ruangan, menciptakan ketegangan yang semakin mencekam. Di tangannya, ponsel yang sudah berkali-kali ia gunakan untuk mencoba menghubungi Radha. Namun, sama seperti sebelumnya, tidak ada jawaban.“Kenapa tidak diangkat juga?! Apa dia sengaja menghindar?!” Krisna menggerutu keras, nada suaranya mencerminkan amarah yang semakin mendidih.Ia mencoba menelepon sekali lagi, menunggu dengan tidak sabar hingga nada sambung berhenti. Hasilnya tetap sama, dan Krisna kehilangan kendali. Dengan kemarahan yang tak tertahan, ia membanting ponselnya ke lantai. Ponsel itu pecah berkeping-keping, membuat para pelayan yang berada di ruangan itu tersentak dan mundur beberapa langkah karena ketakutan."APA KALIAN SEMUA AKAN DIAM SAJA SEPERTI INI?!" Krisna berteriak, menatap tajam ke arah para pelayan dan pegawai yang berdiri membe

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   28. Bagaimana Mungkin? Hamil?

    Malam telah larut, namun Nakula tak beranjak dari sisi tempat tidur. Di kursi dekat kepala ranjang, ia duduk dengan punggung tegap, matanya terus mengawasi kakaknya yang terbaring lemah. Kamar vila itu dihiasi lampu remang yang memancarkan suasana damai, tetapi Nakula justru merasa gelisah.Sesekali, ia mengusap wajahnya, mencoba menghalau rasa kantuk yang menghadang. Radha belum juga sadar. Dokter memang mengatakan bahwa kondisinya cukup stabil, tetapi tubuhnya yang pucat dan napasnya yang terengah membuat Nakula tak bisa berhenti khawatir.Waktu terus bergulir. Suara langkah pelayan yang melintas di luar kamar sesekali terdengar. Hingga akhirnya, Radha bergerak sedikit, kelopak matanya perlahan terbuka.“Kak Radha?” panggil Nakula dengan nada cemas, langsung berdiri dan mendekat. “Kakak sudah sadar?”Radha memutar kepalanya perlahan, ekspresi bingung tergurat jelas di wajahnya. “Nakula? Apa yang terjadi?”Nakula tersenyum lega, meskipun hatinya masih terasa berat. “Kak Radha pingsa

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   27. Kabar Mengejutkan

    "Mereka kabur lewat belakang! Cepat kejar mereka!"Nakula merasa dadanya seolah hendak meledak karena panik. Ia memandang Saga dengan tatapan penuh kecemasan.Saga hanya tersenyum samar. "Jangan lihat ke belakang. Lari sekarang!"“Kak Saga mau ke mana?” Tanya Nakula dengan nada gemetar. “Jangan bilang kalau—”Nakula ragu sejenak, tetapi akhirnya menurut. Ia kembali melangkah dengan cepat, membawa Radha menyusuri jalan setapak yang gelap. Sementara itu Saga berbalik, menghadapi para pengejar yang kini semakin dekat.Saat Nakula berhasil mencapai mobil dan menurunkan tubuh Radha ke kursi belakang, ia mendengar suara bentrokan dari arah belakang. Sepertinya saat ini Saga tengah berhadapan langsung dengan para pengejar itu sendirian.Namun, sebelum Nakula sempat memutuskan apa yang harus dilakukan, pintu mobil di sebelahnya tiba-tiba terbuka. Nakula tersentak, tetapi merasa lega saat melihat Saga masuk dengan napas terengah-engah.“Pasang sabuk pengamanmu. Kita pergi sekarang,” kata Saga

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   26. Malam Yang Chaos

    "Kak Radha, bangun, Kak! Jangan bikin aku takut begini!" suara Nakula pecah, dipenuhi rasa cemas. Ia menepuk-nepuk pipi Radha dengan lembut, berharap ada reaksi.Namun Radha tetap diam, hanya napasnya yang terdengar berat dan terputus-putus. Nakula memegangi tangan Radha, merasakan dinginnya kulit kakaknya yang seolah kehilangan tenaga."Astaga … aku harus bagaimana?" Nakula berdiri, mondar-mandir di sekitar kasur. Ia ingin membawa Radha ke rumah sakit, tetapi itu terlalu berisiko. Jika ada yang mengenali Radha, apalagi dari keluarga Harlingga, semua rencana mereka akan hancur.Matanya terpaku pada tas kecil milik Radha yang tergeletak di lantai. Dengan cepat ia meraihnya dan membuka isinya, berharap menemukan sesuatu yang bisa menjelaskan kondisi Radha.Matanya terpaku pada tas kecil milik Radha yang tergeletak di lantai. Dengan cepat ia meraihnya dan membuka isinya, berharap menemukan sesuatu yang bisa menjelaskan kondisi Radha.Ia menemukan beberapa barang biasa—dompet, ponsel, kun

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   25. Radha Pingsan

    “Selamat tinggal, Krisna ....”Saat kembali ke ruang tamu, Radha terlihat lebih nyaman dalam pakaian barunya. Nakula tersenyum kecil. “Nah, sekarang lebih masuk akal. Kalau begitu, kita bisa langsung pergi?”Radha mengangguk. Ia mengambil tas kecilnya dan memeriksa sekali lagi untuk memastikan semua barang penting sudah terbawa. “Aku sudah siap.”“Tunggu,” ujar Nakula tiba-tiba. “Kakak yakin tidak ada yang perlu diberi tahu? Bibi Maryam, mungkin?”Radha menggeleng. “Aku sudah memberitahu Maryam bahwa aku akan pergi ke pesta Kakek Felix dan pulangnya bersama Krisna. Aku juga meminta dia dan para pelayan lain untuk istirahat lebih awal malam ini. Jadi mereka tidak akan curiga.”Nakula mengangguk, meski raut wajahnya masih dipenuhi kekhawatiran. “Baiklah. Ayo pergi sekarang, Kak. Sebelum ada siapa pun yang menyadarinya.”Radha mengangguk. Keduanya pun berjalan menuju tempat masuk Nakula tadi. Namun baru saja Radha membuka sedikit pintu dapur yang terhubung dengan gerbang samping, ada Pak

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   24. Selamat Tinggal, Krisna

    Radha duduk termenung di depan meja riasnya. Tatapan matanya kosong menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya sudah dipoles sempurna, gaun anggun berwarna biru tua membalut tubuhnya, rambutnya ditata dengan elegan. Namun, di balik keindahan penampilannya, ada luka yang tak terlihat. Luka yang terus menggerogoti hatinya.Pesta penting yang diadakan Kakek Felix seharusnya menjadi ajang untuk menunjukkan bahwa ia masih istri yang layak di mata keluarga Harlingga. Namun semua kejadian hari ini membuat Radha nyaris kehilangan energi untuk sekadar berdiri.Pikiran Radha berkelana ke peristiwa yang baru saja ia alami. "Apa lagi yang harus aku hadapi di pesta nanti?" ia bergumam, suaranya hampir tak terdengar.Dadanya terasa sesak saat mengingat bagaimana dirinya memergoki Krisna bersama Nindy, sahabat yang katanya paling Krisna cintai. Melihat mereka berdua saling berpelukan dengan sangat intim di dalam kamar pagi tadi masih terbayang jelas di p

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   23. Balasan Telak Untuk Pelakor

    "Selama ini aku sudah cukup diam dan mendengarkan semua kata-kata kalian," ucapnya, menatap tajam ke arah Freya. "Tapi kali ini, giliran kalian yang harus mendengarkanku." Freya menatap Radha dengan mata menyipit, jelas tidak suka dengan nada tegas yang digunakan Radha. Nirmala, yang tampak tidak terima melihat ibunya ditegur, langsung menyela, "Kak Radha, kau tidak bisa memperlakukan Ibuku seperti ini! Apa hakmu—" Radha menoleh tajam pada Nirmala, suaranya dingin namun tegas, "Tolong, Nirmala. Jangan menyela pembicaraan orang dewasa saat kami bicara." Nirmala terdiam seketika, wajahnya memerah karena malu dan marah, namun tak ada lagi kata-kata yang keluar dari bibirnya. "Ini adalah hidupku, pernikahanku, dan itu juga berlaku untuk Krisna. Biarkan kami berdua yang memutuskan apa yang terbaik untuk kami, bukan kalian," ujar Radha, suaranya tegas namun tidak terburu-buru. Dan setiap kata yang keluar seolah menghantam langsung ke hati pendengarnya. Freya tampak ingin membuka mulut

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   22. Debat Panas

    Radha menatap Nindy yang berdiri di ambang pintu dengan senyuman kecil di wajahnya. Kejutan tadi berubah menjadi ekspresi senang yang tak bisa ditutupi. “Benarkah kau ingin bercerai, Radha?” tanyanya dengan nada hampir penuh kegembiraan. “Itu berarti Krisna akan lepas darimu, dan aku—kami—bisa hidup bahagia bersama tanpa gangguan.” “Jangan asal bicara kau, ya?!” ujar Freya dengan nada tajam. “Tidak ada yang akan bercerai di sini. Kau pikir kami akan membiarkan Krisna dan Radha berpisah begitu saja? Tidak semudah itu.” Nindy mendengus pelan, menatap Freya dengan tatapan meremehkan. “Tante Freya, bukankah lebih baik jika mereka berpisah saja? Radha sendiri yang ingin berpisah, dan Krisna jelas tidak lagi menyukainya. Jadi, apa gunanya mempertahankan pernikahan yang sudah tidak diinginkan oleh kedua belah pihak?” Freya melipat tangan di dada, menatap Nindy tajam. “Siapa bilang? Kalau Krisna memang tidak menyukai Radha, terus kenapa sampai sekarang Krisna tidak juga menceraikan Radha?

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   21. Tamu Tak Diundang

    Radha baru saja tiba di rumah setelah hari yang panjang dan melelahkan. Ia berharap bisa menemukan ketenangan di dalam rumah, tetapi pemandangan yang menyambutnya jauh dari apa yang ia bayangkan. Di ruang keluarga, Freya dan Nirmala, ibu tiri dan adik tirinya, tengah asyik menonton televisi sambil makan camilan dengan santai. Remah-remah berserakan di atas meja, lantai penuh dengan bungkus makanan yang dibiarkan berserakan, dan sofa pun terlihat berantakan karena mereka meletakkan kaki tanpa ragu. Seketika seorang pelayan datang menghampiri Radha dengan wajah cemas. "Maaf, Nyonya Radha, kami tak sengaja membiarkan mereka masuk. Tadi mereka langsung masuk tanpa permisi," kata pelayan itu dengan nada menyesal. Radha hanya tersenyum kecil dan menggelengkan kepala. “Tidak apa-apa. Terima kasih sudah memberitahu. Kau bisa lanjutkan pekerjaanmu saja,” jawab Radha dengan nada lembut. Setelah pelayan itu pergi, Radha melangkah mendekati Freya dan Nirmala. Baru saja ia sampai di depan s

DMCA.com Protection Status