Share

2. Amarah Kakek Felix

“Krisna….” Suara Radha bergetar melihat Krisna ternyata menyusulnya keluar. “Krisna, aku mohon padamu, jangan marah pada Kak Saga. Dia hanya berniat menolongku.”

Dengan satu sentakan kuat, Krisna melepaskan mengempas tubuh Radha dari Saga hingga membuat tubuh wanita mungil itu menghantam dinding.

“Krisna, apa begitu caramu memperlakukan istri?!”

Krisna tidak menyahuti pertanyaan kakaknya dan berpaling menatap tajam ke arah Radha. “Jadi, tidak berhasil mendapatkanku, sekarang kau beralih mengejar Saga? Begitu?”

Hati Radha mencelos mendengar tuduhan Krisna. Tiap perkataan yang keluar dari bibir Krisna, terasa seperti ribuan pisau yang menusuk jantung Radha.

Serendah itukah dirinya di mata Krisna? Cairan bening kembali mengambang di pelupuk mata Radha yang menatap Krisna dengan tatapan terluka.

“Apa kau gila, Krisna?” Saga maju selangkah mendekati Krisna. “Bagaimana bisa kau berpikiran seperti itu pada istrimu sendiri?!”

“Diam kau, anak haram!” Krisna balas meneriaki Saga dengan emosi yang memuncak. Krisna meraih pergelangan tangan Radha dan menyeret paksa untuk ikut bersamanya. “Ayo pulang, Kakek Felix sedang menunggu kita.”

Iris coklat Radha yang masih tampak sembab, membulat sempurna. “Kakek Felix ada di rumah?” Krisna tersenyum sinis. “Memangnya kau pikir apa alasanku datang ke sini?”

Setelah itu, tanpa memedulikan Saga, Krisna menyeret serta Radha memasuki mobilnya.

Beberapa puluh menit kemudian, deru mesin Rolls Royce yang dikendarai Krisna akhirnya berhenti begitu mereka sampai di rumah. Namun tidak membuat keduanya, baik Radha ataupun Krisna, langsung turun dari mobil. Krisna menoleh ke arah Radha dengan wajah serius dan sorot mata yang tajam.

“Aku tidak ingin ada masalah lagi. Jadi, jangan bicara yang aneh-aneh di depan Kakek Felix. Apalagi menyinggung tentang Nindy.” Tegas Krisna.

“Haruskah kau bertindak sejauh itu demi dia, Kris?” tanya Radha, lirih.

Hatinya sudah cukup hancur, dan sekarang Krisna ingin menambahkan sayatan luka itu lagi dengan memperingatkannya seperti ini?

“Cukup ikuti saja apa yang kukatakan, jika tak ingin kehilangan semua kemewahan yang kau dapatkan selama lima tahun ini.” Jawab Krisna seketika, dengan ekspresi yang jauh lebih dingin dari biasanya. “Cepat turun!”

Manik coklat Radha kembali mengembun, menatap punggung Krisna yang semakin jauh.

Entah sudah berapa kali Radha menangisi pria itu. Berharap Krisna akan peduli. Tapi nyatanya, hal itu tidak pernah terjadi. Air matanya kembali lolos perlahan di pipi.

Lamunan Radha tersentak kala mendengar suara gaduh dari dalam rumah.

Praaang!

Baru saja Radha akan melangkahkan kaki menuju ruang keluarga untuk melihat apa yang sedang terjadi, suara berat Kakek Felix yang begitu mendominasi dan penuh amarah, menyurutkan niat Radha dalam seketika.

“Dasar anak kurang ajar!” bentak Kakek Felix, murka. Tangan kanannya yang tengah memegang stik golf, menunjuk tepat di depan wajah Krisna yang setengah tertunduk, dengan luka goresan di pelipis kirinya. “Berani sekali kau membawa wanita licik itu ke Keraton, Krisna!”

Krisna tak menjawab. Ia hanya terdiam, dengan wajah tak suka saat mendengar Kakek Felix menyebut Nindy sebagai wanita licik.

“Apa yang kau pikirkan? Apa kau sengaja ingin membunuh kakekmu ini lebih cepat?” Berang Kakek Felix.

Kepala Krisna terangkat dan menggeleng. “Tidak, Kakek.” Bantah Krisna. “Aku hanya ....”

“Tidak bisa meninggalkannya?” sergah Kakek Felix, membuat tenggorokan Krisna tercekat. “Jauhi dia, atau kupastikan wanita licik itu akan jauh lebih menderita dari apa yang telah orang tuanya dapatkan.”

“Kakek, tolong ...,” Krisna memohon dengan suara serak, “jangan hukum dia karena kesalahan orang tuanya. Dia ....”

“Cukup!” Potong Kakek Felix dengan suara bergetar karena marah. Wajahnya yang sudah keriput tampak merah padam, menunjukkan bahwa amarahnya telah mendidih hingga ke ubun-ubun.

Krisna tak mampu lagi berkata-kata. Ia hanya berdiri di sana, menahan emosi yang berkecamuk di dalam dadanya.

Radha yang berdiri tidak jauh dari mereka, merasa hatinya turut hancur melihat kondisi Krisna yang tampak tidak berdaya di hadapan Kakek Felix.

Tak bisa dipungkiri, bahwa penyebab semua hal menyedihkan dan menyakitkan yang terjadi dalam kehidupan Krisna adalah karena Nindy. Dan Krisna, yang begitu gigih mempertahankan wanita itu, membuat Radha merasa semakin tidak berarti di dalam hidup suaminya sendiri.

“Radha?” Suara Kakek Felix mengejutkan Radha yang tengah tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Buru-buru Radha meraih tangan Kakek Felix dan mencium punggung tangannya dengan takzim. “Kakek ...,” salam Radha.

Kakek Felix dengan suara yang dingin, berkata, “aku datang ke sini bukan untuk menerima keramahtamahan kalian berdua. Tapi untuk memberi peringatan. Termasuk kau, Radha.”

Radha kembali tertunduk. Menahan sebisa mungkin ketegangan yang melanda dirinya.

“Radha, kau pasti ingat bahwa aku pernah memintamu untuk menjaga Krisna dengan menjauhkannya dari wanita bernama Nindy itu, sebelum aku menerimamu. Tapi ...,” suara sumbang tawa Kakek Felix, semakin menciutkan nyali Radha, “Krisna masih tetap bersama wanita sialan itu.”

Perasaan bersalah sontak menggerogoti hati Radha. Dia telah berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi permintaan Kakek Felix, dengan mencoba segala cara untuk menjauhkan Krisna dari Nindy.

Namun, semakin Radha berjuang, hanya membuat jarak di antara mereka berdua semakin lebar. Dan hal itu membuat Radha merasa frustasi sekaligus putus asa. Rasanya seperti berlari tanpa arah, meski kakinya sudah kehabisan tenaga.

Tidak ada satu pun istri di dunia ini yang sanggup melihat suaminya lebih bahagia bersama wanita lain. Terutama jika wanita itu pernah menjadi bagian terpenting dari masa lalu suaminya. Namun apa lagi yang bisa Radha lakukan setelah semua usahanya untuk mendapatkan hati Krisna berakhir sia-sia?

Tatapan menghunus Kakek Felix semakin intens ke arah Radha. “Kau benar-benar telah mengecewakanku. Membuatku berpikir ulang untuk tetap mempertahankanmu sebagai cucu menantuku, atau menggantikanmu dengan wanita lain yang lebih berkompeten darimu.”

“Kakek, ini sudah keterlaluan!” Krisna akhirnya bersuara kembali, menarik perhatian Radha yang tadi tersentak dan juga Kakek Felix ke arahnya. “Harus berapa banyak wanita lagi yang akan jadi menjadi korban dari keegoisan Kakek?”

Cengkeraman tangan Kakek Felix yang keriput pada stik golf yang dipegangnya semakin erat, usai mendengar perkataan Krisna yang begitu lantang padanya.

Matanya menatap tajam ke arah Krisna, "Baiklah, Krisna. Akan kubiarkan kau bersama Nindy ...,” kalimat Kakek Felix menggantung di udara, membuat Krisna sejenak tertegun. Matanya melebar, terkejut mendengar kata-kata yang tak pernah ia duga akan keluar dari mulut kakeknya.

Namun bagi Radha, pernyataan itu terasa seperti palu godam yang menghantam keras ke dalam dadanya, membuat segala harapan dan upayanya selama ini runtuh dalam sekejap.

Radha menatap Kakek Felix dengan mata yang mulai memanas, sementara bibirnya bergetar, menahan emosi yang siap meledak. Ia tahu bahwa mungkin saat ini tidak ada kata-kata yang bisa ia sampaikan untuk membela dirinya. Karena pada akhirnya, Kakek Felix memang harus menyerahkan Krisna kepada Nindy, seolah menegaskan bahwa Radha tidak pernah pantas untuk berdiri di samping Krisna.

"… tapi dengan satu syarat," lanjut Kakek Felix, membuat Krisna yang semula merasa lega, kini kembali menegang. Sorot matanya yang semula penuh harap berubah menjadi waspada. Kakek Felix dikenal jarang sekali memberikan kelonggaran tanpa imbalan. “Kau harus memberikanku pengganti dirimu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status