Share

3. Terenggut Paksa

“A-apa maksud Kakek?” Radha dan Krisna spontan saling pandang. Mereka berusaha mencoba mencerna kembali ucapan yang baru saja keluar dari mulut Kakek Felix.

Kata-kata —pengganti— itu, membuat udara di sekitar mereka semakin tegang.

Kakek Felix masih dengan ekspresi datar, dan sorot mata yang tak pernah lepas dari Krisna. "Radha harus melahirkan seorang putra, calon pewaris keluarga Harlingga," lanjutnya, dan kali ini terdengar lebih tajam. "Jika tidak, jangan harap kalian bisa menjalani hidup dengan nyaman."

Emosi Krisna yang semula sudah tertahan, kini kembali meluap. “Aku tidak mencintai Radha, Kakek. Bagaimana bisa aku melakukannya!”

"Keputusanku sudah bulat," ucapnya dengan nada yang dingin namun penuh wibawa. “Kau boleh tidak mencintai Radha, tapi kau tetap seorang Harlingga. Tanggung jawabmu adalah memastikan garis keturunan ini terus berlanjut. Jika kau tidak bisa, maka persiapkan dirimu untuk kehilangan semuanya.”

Radha kembali termenung. Lagi, untuk kedua kalinya ia dibuat terkejut oleh perkataan Kakek Felix.

"Aku beri waktu kalian sebulan. Kuharap kalian berdua bisa memberikanku kabar bahagia. Jika tidak, kalian tahu apa yang akan terjadi," ucap Kakek Felix, mempertegas ultimatum yang baru saja disampaikan.

Krisna menggertakkan giginya, matanya memancarkan kemarahan. Tangannya mengepal erat, seakan ingin menghancurkan apa saja di dekatnya. "Sebulan?" suaranya bergetar, setengah tak percaya. "Kakek, ini gila! Kau tidak bisa memaksakan sesuatu yang mustahil terjadi dalam waktu sesingkat itu!"

Tatapan dingin Kakek Felix tetap tak berubah. "Sebulan, Krisna," ulangnya dengan nada tanpa kompromi. "Tak peduli apa pun alasanmu, tugasmu tetap harus dijalankan. Jika kau gagal, semua yang kau miliki—semua yang pernah kuberikan padamu—akan lenyap."

Ancaman itu menggantung di udara, menusuk Krisna dan Radha dengan rasa ketakutan yang tak terucapkan. Kakek Felix tak memberi ruang untuk negosiasi. Kalimatnya seperti vonis yang tak dapat dihindari.

Kakek Felix melangkah pergi, meninggalkan Krisna dan Radha dalam keadaan kacau dan syok.

Ancaman kakek tua itu terus terngiang-ngiang meski pria itu telah meninggalkan Krisna dan Radha.

Mereka hanya punya waktu sebulan—dan Kakek Felix tak peduli bagaimana caranya… Radha harus hamil.

Radha terduduk lemas di lantai, tubuhnya gemetar hebat. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, namun ia berusaha menahannya. Pikirannya berkecamuk, dipenuhi oleh ketakutan dan keputusasaan yang tak terbendung.

"Bagaimana mungkin?" bisiknya lirih, lebih kepada dirinya sendiri. Radha menatap kosong ke arah lantai, tangannya mencengkeram erat ujung bajunya. "Sebulan... hamil dalam sebulan..." Kata-kata itu terasa pahit di lidahnya.

Kenyataan pahit menghantam Radha seperti ombak yang menerjang karang. Hubungannya dengan Krisna selama ini hanyalah sebuah pernikahan tanpa cinta.

Bagaimana mungkin ia bisa mengandung anak dari pria yang bahkan tak sudi menyentuhnya?

Di sisi lain, Krisna tampak bergetar, bukan karena ketakutan, tetapi kemarahan yang semakin memuncak. Ia menatap tajam ke arah pintu yang baru saja ditutup oleh kakeknya, "Sial!" umpatnya pelan.

Lalu tanpa peringatan, Krisna berbalik dan menatap Radha dengan penuh kebencian. "Ini semua pasti rencanamu!"

Radha tersentak, menatap suaminya dengan kaget. "Apa maksudmu, Krisna?" tanyanya, suaranya bergetar penuh kebingungan.

Krisna berjalan mendekat dengan langkah tergesa-gesa. Dia menarik Radha bangkit dari lantai dengan kasar, membuat wanita itu terdorong paksa berdiri. "Jangan berpura-pura bodoh. Pasti kau yang mengadu pada Kakek Felix soal Nindy. Kau menjebakku, agar aku tidur denganmu dan memberimu anak, kan? Itu rencanamu!"

Radha menggeleng cepat, air matanya mulai jatuh. "Aku tak pernah melakukan itu," jawabnya dengan nada pelan, namun penuh rasa sakit.

Krisna mencengkeram bahu Radha semakin keras. Wajahnya mendekat, suaranya penuh dengan ejekan. "Jangan bohong, Radha. Kau pikir aku tak tahu? Kau sangat licik."

“Argh, lepaskan aku, Krisna. Kau menyakitiku.” Radha berteriak dan berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari cengkeraman Krisna yang semakin menyakitkan. "Aku bahkan tidak tahu kalau Kakek Felix tahu soal wanita itu!”

Namun, Krisna tak mendengarkan. Senyumannya semakin sinis. "Kau merasa sakit?" cibirnya. "Bagus. Kau pantas merasakannya.”

Bagi Krisna, hidupnya telah berubah menjadi neraka sejak hari pernikahannya dengan Radha. Setiap pagi ia terbangun dengan perasaan tercekik, seolah-olah rantai tak kasat mata mengikat lehernya, memaksanya untuk menjalani kehidupan yang tak pernah ia inginkan.

Dinding-dinding rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung kini terasa seperti sel penjara yang mengurungnya.

Kini, saat ia menatap Radha dengan kebencian yang tak disembunyikan, Krisna merasakan kepuasan. Setidaknya, pikirnya, ia bisa membuat wanita itu merasakan secuil penderitaan yang ia alami setiap hari.

Dengan satu tarikan kuat, Krisna menarik tubuh Radha semakin dekat, hingga nyaris tak ada jarak di antara mereka.

Radha menggigil, merasakan hawa dingin dari sikap Krisna yang begitu kasar. Ia tahu ada bahaya yang mengancam. Amarah suaminya sudah terlalu jauh untuk ditenangkan.

Radha kembali mencoba mendorong tubuh Krisna, tetapi sia-sia. Tubuhnya yang kecil tak mampu melawan kekuatan Krisna yang jauh lebih besar.

"Krisna, aku mohon... lepaskan aku," ucap Radha terisak, namun permohonannya diabaikan.

Krisna malah semakin kasar. Ia mendorong Radha hingga punggung wanita itu menghantam dinding dingin dan keras.

“Ah….” Jeritan kecil lolos dari bibir Radha saat rasa sakit menjalar di punggungnya. Tapi Krisna tak berhenti. Tindakan gilanya semakin tak terkendali.

Tanpa peringatan, Krisna mencengkeram wajah Radha dan mencium bibirnya dengan kasar. Air mata Radha berderai tanpa henti, rasa takut dan ketidakberdayaan menyelimuti tubuhnya.

Krisna adalah suaminya, lelaki yang begitu ia cintai. Tapi tindakan ini, ciuman paksa yang kasar adalah bentuk penghinaan. Ia terus menggelengkan kepalanya dan berpikir, apa yang sedang terjadi pada pria yang dulu ia kenal?

"Ada apa, Radha?" tanya Krisna, dengan suara serak dan penuh cemoohan. "Kau begitu mendambakan diriku, kan? Jadi kenapa sekarang kau menangis?"

Radha menangis semakin keras. Terlebih ketika dengan satu gerakan keras, Krisna menyentak tubuh Radha dan melemparkannya ke atas sofa.

Pria itu kembali menghimpit tubuh mungil Radha dengan sikap yang brutal.

“L-lepas….” Radha berusaha menjerit, tetapi suaranya tertahan di tenggorokan.

Tidak ada lagi yang bisa dilakukan Radha untuk melawan Krisna. Semua tenaganya terkuras habis, tubuhnya terasa hancur baik fisik maupun batin.

Amarah Krisna akhirnya mereda setelah ia mencapai puncak kepuasan. Sementara itu, Radha duduk dengan perasaan yang hancur berkeping-keping. Tangannya gemetar saat mencoba merapikan pakaian yang sudah berantakan, usai harga dirinya direnggut secara kejam.

Ketika Radha bangkit dari sofa. Sebuah noda merah di sana menjadi pusat sorotan, baik itu oleh Radha ataupun Krisna.

Sebuah senyum sinis dilayangkan pria itu. "Selamat, akhirnya kau telah berhasil menjadi Nyonya Harlingga seutuhnya."

PLAK!

Tamparan keras mendarat di pipi Krisna, membuat kepala lelaki itu terpaksa berbalik. Radha yang gemetar tak lagi menahan emosinya.

"Sudah cukup, Krisna!" teriaknya, suaranya serak dan dipenuhi amarah bercampur kesedihan. "Jika kau begitu membenciku dan ingin aku pergi dari hidupmu, maka ceraikan aku sekarang juga!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status