SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR

SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-02
Oleh:  Adriella ElleoraTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
21 Peringkat. 21 Ulasan-ulasan
54Bab
2.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sandra yang berusia 18 tahun merasa bingung dengan kebiasaan aneh di rumah mereka. setiap hari kamis hingga hari Minggu ayahnya pasti selalu menginap di pondok. Dan Sandra pun di pintahnya untuk menginap di rumah sang bibi. Awalnya Sandra selalu menuruti perintah ke-dua orang tuanya. Tapi semakin lama, Sandra tersadar ada yang aneh dengan keluarganya. Karena rasa penasaran Sandra pun berencana untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi di rumahnya jika dia tak ada. Hingga suatu kebenaran terungkap, dan membuat ia tak percaya. Tapi bukti sudah ada di depan mata. Sandra tak bisa mengelak lagi. ____ Penasaran sama ceritanya? yuk, kepoin🤗

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1. Lagi, dan lagi menginap di rumah bibi.

RAHASIA AYAH, IBU, DAN PAMANKU.

"Nak, malam ini kamu nginap tempat bibi Wati, ya. Ayah mau tidur di kebun. Padi, dan sayur-sayuran sudah dekat waktu panennya. Takut di makan sama monyet kalau nggak di awasi," ucap ayah yang tengah sibuk mempersiapkan perlengkapan untuk menginap di pondok nanti.

Aku merasa bingung dengan ayah. Tiap hari kamis hingga Minggu. Dia selalu tinggal di pondok.

Dia baru akan pulang setelah hari Minggu hampir usai, atau hari Minggu sore.

Dan selama itu juga dia menyuruhku untuk tidur di rumah bibi Wati.

Ada ibu di rumah ini. Untuk apa aku harus menginap di rumah bibi?

Aku pun sama sekali tidak merasa takut jika hanya sendirian saja di sini.

"Sandra tidur disini aja, Yah. Malu sama bibi Wati. Tiap hari kamis pasti Sandra selalu nginap di sana." Aku menolak perintah ayah.

"Lagian di rumah ini juga ada ibu. Sandra nggak sendirian," lanjutku lagi.

Ayah menghentikan tangannya yang hendak mengisi botol air minumnya.

Dia meletakkan kembali teko stainless itu di atas meja, dan berjalan mendekatiku.

"Bibimu nggak akan marah. Dia pasti menge—"

"Bibi memang nggak marah, Yah. Tapi Sandra yang malu. Semua orang disini tau, setiap hari kamis sore Sandra pasti akan menenteng kantong plastik yang berisi selimut untuk menginap di rumah bibi Wati. Sebenarnya ada apa sama ayah? Ayah menyuruh Sandra mengungsi ke rumah bibi, tapi ibu disini sendirian." Aku sampai tak sadar menyela ucapan ayah dengan nada sarkas..

Aku terlalu bingung dengan keadaan ini.

Sedari dulu ayah selalu menginap di kebun setiap hari kamis hingga hari Minggu. Dan aku pun di pintahnya mengungsi ke rumah bibi.

Hal itu terus berlanjut sampai sekarang aku berusia 18 tahun.

Jika aku menolak, maka ibu yang akan turun tangan.

Ibu tak segan-segan memukulku jika aku menolak perintah ayah.

"Kali ini saja, nak. Ikuti perintah ayah, demi kebaikan kita." Ayah mengusap pundakku lembut di sertai dengan senyum teduhnya.

Wajahnya yang sudah mulai terlihat keriput itu nampak sayu. Bagai menyimpan kesedihan yang mendalam.

"Tapi ibu?"

"Ibumu akan baik-baik saja." Kepala ayah terangkat melihat jam dinding. "Sudah mau jam 5. Kamu siap-siap sana, ayah juga mau siapin perlengkapan ayah nanti malam." Ayah bangkit berdiri, dan melangkah menuju meja tempat dia meletakkan teko tadi.

"Kamu belum siap-siap?" Tiba-tiba saja ibu keluar dari dalam kamar dengan mata melotot ke arahku.

Aku merapatkan posisi dudukku pada sofa usang itu.

Biarpun sekarang aku sudah 18 tahun, tapi nyaliku tetap ciut bila berhadapan dengan ibu.

"Bu, bo-bo-boleh nggak Sandra tidur disini aja? Sandra malu sama orang-orang sini." Ku beranikan diri meminta pada ibu untuk tetap disini.

Namun siapa sangka ibu langsung mendekatiku, dan menyeret ku ke dalam kamar tidurku.

"Sini kamu!" Dia menghempaskan tubuhku pada bibir ranjang dengan kasar.

Dan setelahnya, wanita yang sudah berdandan cantik dengan dasternya yang baru ku lihat itu beralih membuka pintu lemari milikku.

Dia mengambil pakaianku secara acak sehingga membuat pakaianku yang lain berjatuhan di lantai kamar.

"Cepat isi pakainmu kedalam tas, dan pergi ke rumah bibimu." Dia melemparkan pakaian itu ke wajahku tanpa menoleh. "Sekalian bawa sama selimut mu," imbuhnya lagi.

"Cepat! Kenapa hanya liat ibu?"

"Sandra mau tidur disini aja, Bu."

"Nggak boleh! Kamu harus menginap di tempat Wati," tolaknya tegas.

Perkataannya bagaikan sebuah perintah yang harus dilakukan tanpa boleh menolak.

Watak ibu yang keras membuatku takut untuk membantah.

Ku turuti perintahnya. Ku raih tas sekolah yang tergantung di balik pintu kamar, dan memasukan satu persatu pakaian yang tadi ia lempar, dan tak lupa juga selimut.

Mau sampai kapan aku terus begini?

Apa sampai aku dewasa nanti?

Aku sama sekali tak tau apa alasan ayah, dan ibu yang memaksaku mengungsi di rumah bibi Wati setiap hari kamis.

Aku hanya boleh pulang saat pagi mendatang untuk mengambil perlengkapan sekolahku.

Setelahnya aku akan berada di rumah bibi hingga hari Minggu sore juga.

Makin kesini aku semakin penasaran. Aku merasa ada yang di sembunyikan dariku.

Tapi apa?

Apa aku perlu mencari taunya?

"Dek, jangan marah-marah sama Sandra. Kasihan dia." Ayah tiba-tiba datang, dan berdiri di pintu kamar.

"Halah! Kamu itu terlalu manjain anak, makanya sekarang dia berani bantah." Bibir bergincu merah itu berucap ketus.

"Kalau mau berangkat ke kebun, jangan lupa ajak Sandra sekalian keluar dari rumah. Pastikan dia juga pergi dari rumah saat kamu berangkat," titahnya sembari melangkah keluar.

"Ayah, ini sebenarnya ada apa? Apa yang kalian sembunyikan dari Sandra?"

"Nggak ada apa-apa. Lebih baik sekarang kamu bersiap-siap. Ayah mau berangkat sekarang. Kamu dengarkan ucapan ibumu tadi?"

Dalam kekecewaan aku mengangguk patuh, dan berjalan gontai mengikuti langkah ayah.

___

"Mau nginep di rumahnya Wati lagi, ya, San?" sapa Bu Mira, tetangga depan rumah.

Aku tak menjawab karena mereka sudah tau pasti jawabannya.

Terdengar suara ibu-ibu yang berbisik-bisik membicarakan kebiasaan keluarga kami yang aneh.

"Setiap hari kamis pasti si Sandra, dan ayahnya nggak nginap di rumah. Terus ibunya sendirian di rumah?" Suara seseibu yang tak ku kenal.

Aku tak berani menoleh kebelakang karena hanya tatapan sinis yang ku dapatkan.

"Eh, ibunya nggak sendirian di rumah. Aku sering liat pamannya Sandra datang kalau hari sudah gelap. Aku juga pernah liat pamannya itu cuman pake handuk aja di dalam sana. Padahal' kan nggak ada abangnya. Kok dia berani bertandang kesana," sahut Bu Mira.

Ucapannya membuatku bingung.

Paman yang mana?

Apa paman Tejo, adik ayah itu yang bertandang ke rumah?

Tapi kenapa dia datang saat hanya ibu sendiri di rumah?

Apa jangan-jangan?

Aku langsung menepis pikiran buruk yang tiba-tiba saja muncul tanpa permisi.

Apa lagi mendengar ucapan Bu Mira yang mengatakan paman hanya mengenakan handuk saja di dalam sana.

Aku bukan anak kecil yang bodoh lagi.

Walaupun pergaulan ku masih di bilang wajar, tapi zaman yang modern membuatku bisa menebak apa yang Paman, dan ibu lakukan.

Semoga saja ini hanya dugaanku.

Aku akan kembali nanti malam untuk membuktikan ucapan Bu Mira tadi.

Apa benar paman datang atau tidak. Akan ku buktikan malam ini.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

10
100%(21)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
21 Peringkat · 21 Ulasan-ulasan
Tulis Ulasan
user avatar
Diki Rusdian
Mennghibur
2024-09-05 00:00:06
1
user avatar
Irana
Semangat kak ceritanya bagus
2024-01-25 14:11:38
0
user avatar
Disi77
semangat update, thor ...
2024-01-22 12:44:36
0
user avatar
Rosa Rasyidin
ayo update lagi thooor
2024-01-19 14:41:47
0
user avatar
Varava
bikin penasaran, semangat kakak
2024-01-19 11:07:30
0
user avatar
Komalasari
Wah! Keren, Kak
2024-01-19 06:30:58
0
user avatar
Ayaya Malila
suka banget, dr awal sudah penuh dgn teka teki. semangat up nya, thoor. ditunggu selalu
2024-01-18 20:39:49
1
user avatar
Rianoir
gregetan bacanya. semangat kak
2024-01-18 19:53:22
1
user avatar
Amea81
emak gada akhlak, duh gemes
2024-01-18 17:29:47
1
user avatar
WealthyPetty
bikin penasaran banget sih. semangat thor nulisnyaaa
2024-01-18 16:55:48
1
user avatar
two princess
bikin gregetan penasaran bagus ceritanya
2024-01-18 16:40:43
1
user avatar
Rika Jhon
Kasihan sekali Sandra, so sad.
2024-01-18 16:32:36
1
user avatar
Maia82
Kasihan Sandra ya ampun
2024-01-18 16:18:31
1
user avatar
Rosemala
keren kak ceritanya, semangat lanjut
2024-01-18 16:17:41
1
user avatar
Saraswati_5
penasaran apa yang terjadi sama sandra selanjutnya
2024-01-18 14:32:46
1
  • 1
  • 2
54 Bab
Bab 1. Lagi, dan lagi menginap di rumah bibi.
RAHASIA AYAH, IBU, DAN PAMANKU."Nak, malam ini kamu nginap tempat bibi Wati, ya. Ayah mau tidur di kebun. Padi, dan sayur-sayuran sudah dekat waktu panennya. Takut di makan sama monyet kalau nggak di awasi," ucap ayah yang tengah sibuk mempersiapkan perlengkapan untuk menginap di pondok nanti. Aku merasa bingung dengan ayah. Tiap hari kamis hingga Minggu. Dia selalu tinggal di pondok. Dia baru akan pulang setelah hari Minggu hampir usai, atau hari Minggu sore.Dan selama itu juga dia menyuruhku untuk tidur di rumah bibi Wati. Ada ibu di rumah ini. Untuk apa aku harus menginap di rumah bibi? Aku pun sama sekali tidak merasa takut jika hanya sendirian saja di sini."Sandra tidur disini aja, Yah. Malu sama bibi Wati. Tiap hari kamis pasti Sandra selalu nginap di sana." Aku menolak perintah ayah. "Lagian di rumah ini juga ada ibu. Sandra nggak sendirian," lanjutku lagi. Ayah menghentikan tangannya yang hendak mengisi botol air minumnya. Dia meletakkan kembali teko stainless itu di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-17
Baca selengkapnya
Bab 2. Kedekatan Ibu, dan paman yang tak lazim.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Aku duduk dengan gelisah di ruang tamu.Aku ingin segera pergi ke rumah untuk mencari tau apa benar paman akan datang atau tidak malam ini.Tapi aku tak berani meminta izin pada bibi Wati."Sand, ayo makan dulu. Tolong panggilin Wiwin sekalian, ya." Suara bibi terdengar dari arah dapur. "Iya, Bi," sahutku segera bergegas memanggil Wiwin."Win, di panggil bibi, suruh makan." Gadis berjilbab coklat itu mengangkat kepalanya melihatku.Dia mengangguk lalu merapikan kembali peralatan belajar nya yang berserakan di atas tempat tidur, dan melangkah cepat ke arahku."Ayo. Aku udah lapar banget." Dia menarik tanganku agar tak tertinggal di belakang."Nanti selesai makan, kalian tolong antar makanan buat paman di pos ronda, ya. Sandra tolong temani Wiwin," pintah bibi seraya menuangkan air minum ke dalam gelas kaca. "Ya, ibu. Wiwin lagi banyak tugas. Sandra aja yang antar, ya," ucap Wiwin memelas.Dia melempar tatapannya padaku, seakan meminta persetujuan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-17
Baca selengkapnya
3. Fakta yang mengejutkan.
Setelah ayah masuk, dan pintu kembali tertutup. Aku pun segera melangkah perlahan menuju samping rumah. Hanya di samping ini saja yang tak ada lampu sama sekali. Aku jadi bebas menguping pembicaraan mereka di dalam sana. "Kenapa datang? Ganggu aja." Itu suara ibu. Suaranya terdengar ketus tanpa merasa takut sedikitpun pada ayah. "Abang lupa, kalau hari kamis sampai hari Minggu adalah waktuku bersama Sari?" Suara paman pun terdengar kurang enak. Dia mungkin merasa terganggu. Karena kedatangan ayah membuatnya harus menghentikan kegiatannya bersama ibu. "Mas minta maaf karena mengganggu kalian. Tapi ada hal penting yang harus kita bicarakan malam ini juga." "Hal penting apa, sih? Emang nggak bisa besok aja?" tukas paman.Aku tak tau bagaimana ekspresi wajahnya sekarang. Tapi dari nada bicaranya, paman seperti tak menyukai ayah."Ini soal Sandra," jawab ayah tanpa mengindahkan protes dari paman."Kenapa dengan anakmu itu?" tanya paman dengan nada suara yang sama. "Dia anakmu, Ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-18
Baca selengkapnya
4. rumah yang berantakan.
Ku buka pintu rumah bibi perlahan agar tak berderit.Ruang tamu tampak lengang. Bibi pasti sudah tidur.Biasanya dia akan duduk menonton tv disini. Ku hembuskan nafas sesaat, dan melangkah menuju kamar. Berusaha menetralkan perasaan yang masih kacau karena fakta mengejutkan tadi. "Kenapa baru pulang, nak? Kamu mampir kemana dulu?" Tanpa ku duga, bibi keluar dari kamar Wiwin, dan langsung bertanya padaku. Aku bingung harus menjawab apa. Tapi, tiba-tiba saja ada ide yang terlintas di pikiranku."Ada yang mau Sandra tanyakan pada bibi. Dan Sandra mohon bibi jawab dengan jujur," ujarku dengan serius.Bibi sampai menatapku dengan kening mengerut."Mau tanya apa? Sini, duduk dekat bibi." Dia melangkah menuju sofa, dan duduk di atasnya.Aku pun melangkah, dan duduk di sampingnya.1 menit.2 menit.3 menit."Mau tanya apa? Kok, malah diam?" Bibi bertanya saat aku tak kunjung melempar pertanyaan padanya.Hati, dan pikiranku sibuk bergelut di dalam sana. Aku masih bimbang untuk lanjut be
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-19
Baca selengkapnya
5. Berbicara pada ayah.
Plak!Satu tamparan keras menghantam pipi ini.Membuat telinga ini langsung berdenging. Rasa kebas bercampur dengan panas menjalar di pipiku."Lembur apa maksud mu, hah?! Masih kecil sudah berani ku*ang aj4r kamu, ya? Belajar dari mana? Dari Wati, perempuan sok baik itu? Iya?!" bentak ibu.Merasa belum puas dengan satu tamparan. Ibu kembali mencengkeram kuat mulutku hingga kuku-kuku lentiknya terasa menusuk permukaan kulitku.Aku meringis menahan sakit, dan rasa takut.Nyaliku seketika ciut melihat api amarah di wajahnya."Nggak usah banyak omong. Cepat masak, dan bereskan rumah ini!" Dia melepas cengkraman tangannya dengan kasar, dan berlalu masuk kedalam kamarnya lagi.Aku menatap sampai tubuhnya hilang di balik pintu kamar. Aku menghembuskan nafas perlahan, dan mengerjakan perintahnya tadi dengan lesu.___Ku kerjakan perintah ibu dengan terburu-buru karena takut terlambat masuk sekolah.Setelah semuanya selesai aku pun melangkah menuju kamar, hendak mengambil tas sekolahku.Namun,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-22
Baca selengkapnya
6. Pengakuan Ayah
Aku tak percaya dengan ucapan yang keluar dari bibir ayah. Dia tak mau menceraikan ibu karena tak bisa melihat ibu, dan paman hidup bahagia.Apa bedanya dengan sekarang? Sekarang pun ibu, dan paman sudah sangat bahagia. Mereka sampai-sampai tak tau waktu, dan tempat bila ingin melakukan hubungan intim."Alasan itu terlalu klasik, Yah. Sandra nggak percaya. Pasti ada alasan yang lain kan? Boleh Sandra tau?" Ayah terlihat menghela nafas cukup dalam, dan menghembuskan nya perlahan.Tatapannya mengarah padaku. "Ayah malu, nak. Semua ini terjadi karena kesalahan ayah di masa lalu," ucapnya lirih.Aku tak menyahut ucapannya. Aku tau dia sudah siap untuk menjelaskan semuanya padaku.Tatapannya kembali menerawang jauh, "dulu ayah sangat mencintai Sari,ibumu. Tapi, sayangnya Sari nggak cinta sama ayah. Dia malah mencintai Tejo, adik kandung ayah sendiri. Karena kesal, dan merasa kalah saing dari Tejo. Ayah pun nekat berbuat hal hina, dan menjijikan itu padanya. Berharap dengan begitu Sari m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-15
Baca selengkapnya
7. Di grebek
"Diarak keliling desa saja, pak RT!" "Iya, betul itu! Diarak saja!" "Iya!""Iya!" Terdengar suara riuh dari depan rumah. Aku, dan ayah yang baru sampai di kebun belakang rumah pun saling pandang dengan wajah terkejut."Ayo, cepat, nak!" Ayah menarik tanganku, dan melangkah cepat menuju ke halaman depan rumah. Aku terkejut melihat ibu, dan paman Tejo berada di tengah-tengah kerumunan warga dengan penampilan yang tragis. Ibu hanya memakai kain jariknya tadi pagi untuk menutupi tubuhnya. Sedangkan paman hanya memakai celana kolor saja.Sungguh pemandangan yang sangat memalukan.Rasanya aku ingin pergi dari sini, dan menyangkal bahwa dia bukan ibuku."Ada apa ini bapak-bapak, ibu-ibu? Ini istri, dan adik saya—" Ayah seakan tak sanggup berkata-kata lagi saat melihat wajah paman Tejo yang sudah babak-belur. Kondisi ibu pun sangat miris. Rambut yang berantakan dengan lelehan kuning telur di sekujur tubuhnya membuat tubuhnya menjadi berbau amis. "Istrimu itu sudah selingkuh sama adikmu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-16
Baca selengkapnya
8. Talak
"Silahkan masuk, pak." Ayah berdiri menyambut mantan kades dengan senyum merekah. Dia mempersilahkan pak Salim, dan pak RT duduk di sofa. Pak Salim, dan ayah saling berjabat tangan. Usia mereka terlihat tak jauh berbeda. Hanya warna kulit ayah terlihat lebih gelap karena sering berjemur di bawah sinar matahari untuk mengurus kebun.Tak lama ibu, dan paman Tejo pun datang dari kamar mandi. Tapi sayang, penampilan ibu yang hanya mengenakan handuk membuat pak Salim, dan pak RT langsung membuang pandangannya. Aku, dan ayah hanya bisa menunduk diam. Karena seperti tadi, ibu sama sekali tak menghiraukan kami."Kamu masuk pake pakaian dulu, ya." Paman mendorong pelan tubuh ibu kearah kamar, dan tanpa menyapa kami. Paman langsung melangkah menuju sofa tunggal yang terletak di dekat tv. Paman terlihat cuek memangku kakinya dengan santai. "Bagaimana kabarnya mas Tejo?" Entah karena merasa tak enak hati. Pak RT pun berinisiatif mengajak paman berbincang."Seperti yang anda lihat," sahutny
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-16
Baca selengkapnya
9. Perdebatan
"Kamu kenapa sih, mas? Kok, kaya nggak senang gitu tau aku hamil." Wajah ibu memberengut."Bukan begitu, sayang. Tapi, selama ini kan kamu selalu suntik KB. Masa bisa kebobolan, sih?" "Sebenarnya aku sudah lama nggak suntik, mas. Aku mau cepat hamil anak kamu. Biar bisa lepas dari dia," ungkap ibu seraya menunjuk ayah dengan dagunya."Astaga, matilah aku!" seru paman menepuk keningnya. " Kamu kenapa nekat Banget, sih?! Kan aku sudah bilang pake KB dulu kalau belum pisah sama Bang Dayat!" Nada bicara paman terdengar mulai meninggi. Membuat ibu langsung menunduk. "Aa-aku lakuin ini biar cepat lepas dari dia, dan kita bisa hidup berdua seperti impian kita, mas." "Tapi aku nggak tau anak itu murni anakku atau anak bang Dayat!" bentak paman. "Ini murni anak kamu, mas. Aku nggak pernah campur lagi sama dia." Ibu meraih tangan paman, namun segera di tepis dengan kasar oleh sang empunya. "Halah, omong kosong! Dulu sebelum menikah saja kamu mau dijamah sama dia. Apa lagi sekarang? Aku ngga
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-16
Baca selengkapnya
10. Ayah yang murung
Sudah dua bulan sejak kepergian ibu, dan paman dari rumah ini. Sikap ayah jadi berubah murung. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya di kebun belakang dengan melamun. Ibu, dan paman Tejo pun tak pernah kelihatan lagi. Mereka seolah hilang bak ditelan bumi. Padahal mereka tinggal di desa sebelah. Aku kasihan melihat ayah yang terus-terusan murung. Dirinya seolah-olah kehilangan semangat hidupnya setelah kepergian ibu.Bahkan, dirinya sudah tak pernah lagi berkunjung ke kebun. Entah bagaimana nasib padi, dan sayur-sayuran di sana. Mungkin sudah habis di makan monyet. Begitu besar pengaruh ibu dalam hidup ayah. Dulu, biarpun ibu tak memperlakukannya dengan baik. Ayah selalu semangat, dan tak pernah terlihat murung seperti ini.Ayah, dan ibu pun sudah resmi bercerai secara hukum. Sepertinya ibu, dan paman yang mengurus surat perceraian itu. Sebab, ayah tak pernah terlihat keluar dari rumah ini. "Sandra!" Terdengar suara ayah yang berteriak memanggilku dari kebun belakang. Aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-16
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status