Status Suamiku di Grup Facebook

Status Suamiku di Grup Facebook

last updateLast Updated : 2022-08-23
By:  Siti_Rohmah21Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
26Chapters
18.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Elena, 35 tahun, seorang penulis yang mendapatkan kabar bahwa suaminya menulis status di sebuah grup Facebook. Sulit dipercaya karena sikap Haris selama ini masih baik. Ada wanita ketiga, antara Gea atau Tiara. Mereka adik kakak tapi beda ibu, kedua wanita itu mencintai seorang laki-laki yang sama, yaitu Haris. Jadi, salah satu di antaranya bekerja sama dengan Elena, siapa dia?

View More

Chapter 1

Bab 1

[Kakak-kakak sekalian, saya mau tanya dan curhat boleh, kan, ya? Istri saya itu sudah berusia 35 tahun. Baru punya satu anak, tapi wajahnya udah keriput. Salahkah saya jika mencintai wanita lain? Uang belanja sudah saya berikan tiap minggu 200.000 rupiah, tapi kok nggak bisa nyisihin uang untuk beli skincare? Aneh nggak sih, Kak? Sampai akhirnya saya tergoda dengan janda belum memiliki anak, dia pandai berhias diri, baru mandang aja udah bikin jantung saya berdebar, apalagi kalau sampai jadi istri ya. Ah ingin rasanya saya menikah lagi, tapi restu dari istri pertama tak kunjung datang. Maklum istri saya ini seorang novelis, dia menghasilkan uang sendiri, jadi berat hati saya melepaskannya juga Sudah dulu ya, saya curhat jangan di screenshot ke istri saya ya, Kak.]

Status panjang itu kudapatkan dari salah seorang teman yang kebetulan satu grup di sebuah komunitas paguyuban Desa. Hati ini mencelos ketika tahu bahwa suamiku berkeluh kesah di satu grup paguyuban di desanya. 

Statusnya dihujani komentar, like yang bukan lagi hitungan jari, ribuan jempol ada di status suamiku itu. Cibiran dan makian terlontar dari beberapa penduduk F******k yang menertawakan cerita rumah tangga yang ditulis melalui akun suamiku itu.

"Halo, Len, itu benar suami kamu kan yang tadi kukirim screenshotnya?" tanya Gea, orang yang mengirimkan pesan sebua screenshot status Mas Haris, suamiku. 

"Ya, itu akun suamiku, Gea, entahlah kenapa ia tulis status seperti itu, padahal hubungan kami di rumah baik-baik aja," timpalku pada Gea. 

"Tadi aku mau tag kamu, tapi ternyata postingan sudah ditutup komentar oleh admin," sambung Gea lagi. 

"Makasih, Gea, udah perhatian dan sempat screenshot statusnya." 

"Sama-sama, aku cuma kasihan aja dengan kamu, Len, udah bantuin cari uang tapi suami malah seperti itu tingkahnya," ungkap Gea. 

"Iya, makasih ya. Aku mau mandiin Sisil dulu, assalamualaikum," ucapku mengakhiri telepon. Kemudian, sambungan pun terputus. 

Setelah menutup telepon, aku memandikan Sisil seperti biasa, anak dari pernikahanku dengan Mas Haris. Kali ini aku tidak konsentrasi dengan apa yang kulakukan, bahkan di pikiran ini selalu terbayang dengan status yang tertulis tadi. 

'Kenapa Mas Haris nulis status seperti itu? Apa benar itu tulisannya?' Aku bergumam dalam hati, masih tidak percaya dengan screenshot tadi. Mungkin karena hari-hari kami masih terbilang bahagia, jadi tidak menyangka dengan tulisan barusan. 

Usai merapikan Sisil, ia kembali main. Aku pun duduk di teras rumah sembari mengawasi pergerakan Sisil yang baru berusia lima tahun. 

Aku memang telat memiliki anak, sedangkan usia pernikahan kami sudah 12 tahun lamanya. Namun, aku tidak pernah berpikir sejauh ini, sebab Mas Haris pernah bilang bahwa aku ini bukan barang yang sewaktu-waktu terlihat membosankan. 

Tepat pukul 17.00 WIB, seperti biasa ia pulang kerja. Aku langsung masuk ke dalam, tidak menyambutnya seperti hari-hari sebelumnya. Mas Haris langsung mengekor masuk, ia bertanya ada apa denganku. Perdebatan pun dimulai, sebab saat aku melontarkan pertanyaan dengan disertai bukti screenshot, Mas Haris mengelak. 

"Ini pasti ada yang hack, ada yang bajak F******k aku, Len," kata Mas Haris mengelak dituduh dengan bukti yang ada.

"Nggak mungkin kalau bajak tahu tentang keluarga kita, sampai pekerjaanku yang jadi penulis pun tahu, kan kamu tahu sendiri aku nulis novel pun memakai nama pena, bukan nama asli!" sentakku kali ini berpikir logis, tidak mau terbuai dengan rayuannya. 

"Intinya bukan aku yang tulis! Di paguyuban desa pula, aku takkan lakukan itu, Sayang," lirih Mas Haris sekali lagi. 

Akhirnya aku memilih diam, karena tiba-tiba Sisil pulang, aku tidak mau anak satu-satunya menyaksikan orang tuanya bertengkar. 

***

Bulan tampak bersinar terang, tapi tidak seperti hatiku yang sedang dilanda kegalauan. Mas Haris mengajakku bicara di atas ranjang, setelah Sisil tertidur pulas karena kelelahan bermain seharian. 

"Aku berani bersumpah, itu bukan aku yang tulis," lirih Mas Haris. 

Aku terdiam, tidak mau beradu argumen lagi dengannya. 

"Aku tidur, Mas, kalau kamu tidak mau ngaku nggak apa-apa, bangkai akan terungkap secepatnya."

Aku menarik selimut lalu berbaring miring membelakangi Mas Haris. Geram rasanya mendapati suami menulis status di grup umum seperti itu. Meskipun ia tidak mengakuinya, tapi aku masih penasaran kenapa bisa status itu ditulis tanpa sepengetahuan suami? Jika ada hacker pun tentu Mas Haris tidak akan bisa buka akunnya di handphone miliknya. 

***

Tepat pukul satu malam, aku terbangun dari tidur pulas, aku lihat Mas Haris pun sudah tak lagi menggenggam ponsel. Namun, melihat benda pipihnya rasa penasaran pun jadi berapi-api. 

Aku duduk dengan hati-hati, lalu meraih ponselnya. Ia hapus aplikasi messenger, padahal ada pesan masuk di messenger yang tersambung dengan F******k. Akhirnya aku d******d ulang dan menautkan messenger dengan F******k milik Mas Haris.

Setelah berhasil meng-install aku membuka pesan yang belum dibuka olehnya. 'Dari Gea?' tanyaku dalam hati. Ngapain Gea inbox Mas Haris segala? Bukankah tadi dia yang mengirimkan screenshot status suamiku di grup? 

Aku penasaran isi chat yang dikirimkan oleh Gea. 

Bersambung

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
26 Chapters
Bab 1
[Kakak-kakak sekalian, saya mau tanya dan curhat boleh, kan, ya? Istri saya itu sudah berusia 35 tahun. Baru punya satu anak, tapi wajahnya udah keriput. Salahkah saya jika mencintai wanita lain? Uang belanja sudah saya berikan tiap minggu 200.000 rupiah, tapi kok nggak bisa nyisihin uang untuk beli skincare? Aneh nggak sih, Kak? Sampai akhirnya saya tergoda dengan janda belum memiliki anak, dia pandai berhias diri, baru mandang aja udah bikin jantung saya berdebar, apalagi kalau sampai jadi istri ya. Ah ingin rasanya saya menikah lagi, tapi restu dari istri pertama tak kunjung datang. Maklum istri saya ini seorang novelis, dia menghasilkan uang sendiri, jadi berat hati saya melepaskannya juga Sudah dulu ya, saya curhat jangan di screenshot ke istri saya ya, Kak.]Status panjang itu kudapatkan dari salah seorang teman yang kebetulan satu grup di sebuah komunitas paguyuban Desa. Hati ini mencelos ketika tahu bahwa suamiku berkeluh kesah di satu grup paguyuban di desanya. Statusnya dih
last updateLast Updated : 2022-08-01
Read more
Bab 2
Ketika hendak membuka pesan yang dikirim Gea. Mas Haris terbangun. Aku pun terkejut dan sontak melepaskan ponsel yang kugenggam. "Loh kok kamu belum tidur? Masih marah?" tanya Mas Haris. Aku pun melengos darinya. Ia yang tahu aku sedang merajuk pun mendengus. "Dek, aku sudah bilang status itu bukan aku yang buat," kata Mas Haris sambil berusaha merayu. "Mas, aku mau tidur, perlahan juga bangkai akan tercium," cetusku lagi. "Ya, buktikan saja," sahutnya. Kemudian, kami tidur saling membelakangi. Namun, mata ini masih belum mampu terpejam, masih menari-nari goresan luka itu di dalam dada ini.'Kalau bukan Mas Haris, lalu siapa yang buat status itu?' tanyaku di dalam hati. Tiba-tiba aku teringat kata-kata Gea, dia bilang bahwa aku sudah membantu suami tapi masih dikhianati. Itu artinya dia tahu aku berprofesi sebagai penulis, padahal tidak ada yang tahu selain suamiku. Jari ini mulai mengusap layar ponsel milikku sendiri. Mencari tahu tentang Gea di sosial media. Aku buka akun uta
last updateLast Updated : 2022-08-01
Read more
Bab 3
"Emm, kok bisa sampai ke sini?" tanyaku padanya. "Aku nggak dipersilakan duduk gitu?" tanya Gea sambil menunjuk kursi di teras. Aku menganggukkan kepala dan menggiringnya ke teras. Kami duduk berjejer, sedangkan Mas Haris mendadak masuk lagi ke dalam. Aku terdiam sejenak, mengingat ia yang sempat membuatku marah pada Mas Haris, tidak ada yang memulai pembicaraan, hingga akhirnya Gea bangkit. "Loh mau ke mana? Belum aku suguhkan minum," kataku spontan ketika melihat Gea berdiri. "Aku kayak patung, jadi mendingan pulang," sindir Gea. "Oh memang kalau pulang ke mana?" tanyaku basa-basi. "Rumahku lagi renovasi, baru beli seminggu yang lalu di perumahan ini juga, tapi blok depan, yang lebih komersil," terangnya sambil menunjuk ke arah depan. Aku menggigit bibir mendengar ucapannya, blok paling depan termasuk mahal, hebat juga dia bisa beli rumah di sini tanpa ambil yang subsidi pula. "Oh ya, Gea, aku mau tanya sedikit, beberapa hari lalu kamu yang berikan screenshot status suamiku,
last updateLast Updated : 2022-08-01
Read more
Bab 4
Langkah Gea semakin maju mendekati kami, terhenti tepat di hadapan Mas Haris. Mas Haris bergerak seperti salah tingkah, aku menyaksikannya sendiri dengan mata ini. Tangannya berada di tengkuk seraya melepaskan ketegangan, aku yakin ada sesuatu yang dirahasiakan. "Aku ini sales mobil, Elena, kamu belum tahu ya?" Aku dikejutkan dengan pertanyaan, padahal tadi aku yang bertanya padanya, ini malah balik bertanya. "Aku tidak tahu, bahkan kamu sudah menjanda pun aku baru mengetahuinya, Gea," ketusku dengan mata menyorotnya penuh. Kemudian, Sisil datang dari arah depan, ia pulang dari rumah temannya dengan mata berkaca-kaca. "Sisil kenapa?" tanyaku dengan segera. "Aku ditonjok, Mah, dada Sisil sakit," lirihnya.Mas Haris yang mendengar pengakuan anaknya itu sontak menggendong Sisil dan mengambil kunci mobil. "Kita bawa ke rumah sakit dengan segera," ucap Mas Haris. "Aku takut terjadi sesuatu dengan Sisil," ungkap Mas Haris sambil membuka pintu mobil. "Aku ikut," celetuk Gea membuat da
last updateLast Updated : 2022-08-01
Read more
Bab 5
Suara pintu kamar mandi terdengar dibuka oleh Mas Haris, aku segera meletakkan kembali ponselnya. Meskipun dada ini bergemuruh amarah, tapi aku harus tetap santai menyikapinya sambil mencari bukti lainnya yang lebih akurat lagi. Mas Haris menghampiriku lalu mengambil benda pipih yang barusan kuletakkan di atas meja. "Mas, maaf, Sisil mau masuk sekolah, aku harus mendaftarkan di sekolah bonafit, boleh minta uang dua puluh juta?" tanyaku sambil duduk dengan posisi kesepuluh jari ditautkan. "Dua puluh juta duit dari mana, Dek? Aku kan sudah pakai uang untuk DP mobil kemarin," timpal Mas Haris. Salahku juga tadi tidak melihat saldonya hanya mengecek mutasi saja. "Terus sekolah anakmu bagaimana, Mas?" tanyaku lagi. "Yang murah aja, yang masuknya lima juta ke bawah, ada kan?" tanya Mas Haris balik. Ia begitu perhitungan untuk anak istri, tapi tadi aku lihat transferan ke janda lebih banyak dari jatah bulananku.'Tenang, Elena, jangan gegabah, dia santai, aku harus lebih elegan,' gumamk
last updateLast Updated : 2022-08-01
Read more
Bab 6
Aku mengelus dada ketika tahu bahwa Mas Haris tengah berduaan menuju hotel yang baru diresmikan orang tua angkatku. Darah ini mendidih menyaksikan suami menggandeng wanita itu mesra. Aku coba balas lagi pesannya, siapa tahu ada video yang lebih jelas, sebab aku tidak bisa menebak-nebak siapa wanita itu sebenarnya, tubuhnya tertutup jaket Mas Haris.[Bu Dara, boleh minta video lebih jelasnya?" tanyaku padanya. [Hanya itu aja yang kebetulan kurekam lewat video. sekarang orangnya sudah masuk kamar.]Akhirnya aku tidur dengan rasa penasaran yang sudah di puncak. "Sialan kamu, Mas, berkhianat, padahal aku sudah berusaha setia." Aku bicara sendirian di kamar sambil selonjoran dan merebahkan tubuh ini. Ketika aku miring ke kanan, tiba-tiba terlintas untuk ke rumah Gea. Selama ini dialah wanita yang selalu tahu urusan suamiku, Jangan-jangan dia orang yang tadi di hotel. Kalau Gea tidak ada di rumah, artinya memang dia orangnya. Segera aku ambil kunci motor, tapi sebelum beranjak pergi, a
last updateLast Updated : 2022-08-01
Read more
Bab 7
"Meninggal? Kamu ikut dalam proses pemakamannya?" tanya papa. Aku pun menggelengkan kepala, waktu itu hanya tahu dari Mas Haris. Papa mengelus punggung ini, seraya tengah menenangkan putrinya. Meskipun hanya ayah angkat, ia tetap sedih ketika melihat putrinya sedih. "Haris nggak boleh tahu kamu sudah Papa wariskan hotel ini," pesan papa. "Kamu jangan nangis ya, Mama yakin kamu anak kuat seperti almarhumah mamamu," susul mama. Kuat atau rapuh kondisiku saat ini yang ada di pikiran hanya Sisil, dia seorang anak wanita, dan akan tumbuh dengan semestinya, tapi ternyata memiliki seorang ayah yang tidak memiliki perasaan. Mas Haris kelewat cerdik menutupi ini semua. "Tapi, Pah, yang kutahu Tiara ini sudah meninggal dunia tiga tahun lalu, adiknya juga membenarkan hal itu," pungkasku. Tiba-tiba melintas chat Gea melalui inbox yang kubaca beberapa bulan lalu. Papa terdiam menoleh ke arah istrinya. "Tiga tahun lalu? Apa kamu diajak pulang kampung tiga tahun belakangan?" tanya papa menyeli
last updateLast Updated : 2022-08-14
Read more
Bab 8
Aku menghentikan ucapan yang nyaris kubongkar semuanya. Kalau aku tanya tentang Tiara, itu sama saja memudahkan Mas Haris mencari alasan. Jadi lebih baik aku pura-pura saja. "Aku kesal kamu bilang mau jenguk yang kecelakaan di Depok, tapi ternyata ke hotel bersama ketiga manager di Bekasi, itu terniat banget, Mas bohongin istri," sanggahku lagi. Mas Haris terdiam sejenak, lalu ia menarik tubuh ini ke dekatnya. "Maaf ya, tadi terpaksa bohong, aku takut kamu curiga aku ada main dengan lelaki, soalnya di hotel tempatnya," kata Mas Haris. Ia berpura-pura mesra dan takut dikira jeruk makan jeruk, padahal aku tahu mereka tidak bertemu sama sekali di hotel. Yang ia tunjukkan tadi pasti foto editan. Sebaiknya aku pura-pura percaya saja, sambil menyelidiki dan membongkar di waktu yang tepat. "Lupakan, Mas, anggap aku yang salah, kamu memang selalu benar," celetukku sambil melepaskan pelukannya dan memalingkan wajah ini darinya. Mas Haris berdecak bahagia, aku mendengarnya, dan langsung me
last updateLast Updated : 2022-08-15
Read more
Bab 9
Padahal niat berikan obat pencuci perut hanya ingin buka-buka ponsel Mas Haris lagi, tapi ternyata malah kedapatan Gea menghubungi suamiku. Ya, itu foto Gea yang tertera dalam kontak aplikasi berwarna hijau gambar gagang telepon. Mataku berkeliling, lalu diam-diam mengusap layar ponsel, mulut ini jangan sampai terbuka dan menjawab sapaan darinya, supaya tahu mereka mau apa. "Halo, Mas," ucap kontak yang bernama Gea. Namun, kedengeran telinga ini kenapa suaranya berbeda? Aku diam tak menjawab sapaan darinya. Namun tetap meneliti dan mengenali suaranya yang memang bukan suara Gea yang kukenal. "Mas, ada istri kamu ya? Kirain udah berangkat kerja, maaf kalau gitu," cetusnya. Telepon pun terputus begitu saja. Aku terdiam sambil memegang benda pipih milik Mas Haris. 'Apa Gea lagi flu? Suaranya jauh berbeda yang biasa kudengar,' batinku. Akhirnya aku singkirkan pikiran itu, kemudian mengusap kembali ponselnya untuk membaca semua pesan yang ada di aplikasi warna hijau. Teratas kulihat
last updateLast Updated : 2022-08-17
Read more
Bab 10
Balasan dari wanita itu datang, aku gemetar saat membacanya. [Ya udah, kita ketemuan, kita bahas Gea.]Astaga, aku harus jawab apa? Jari ini langsung mengetik pesan dengan lancarnya. [Kita ketemuan di hotel FitLen, sekarang.]Aku membalasnya dengan ide yang muncul tiba-tiba. [Memang kamu nggak kerja, Mas?][Kita ketemuan sekarang, kamu dandan yang cantik, ya. Di Cafe hotel FitLen. ][Oke, Mas.]Pesan dari wanita itu kuhapus semua, tersisa pesan Mas Haris yang menanyakan pola Gea. Aku segera meletakkan ponsel milik Mas Haris dan segera berdandan untuk bertemu dengan wanita itu. Namun, sebelum berganti pakaian, aku mengusap wajah Mas Haris dari depan. Ia terlihat pulas, aku yakin ia takkan bangun hingga selesai bertemu dengan wanita itu. Setelah yakin, barulah aku segera berangkat. Namun, tiba-tiba ada seorang wanita setengah baya datang ketika aku membuka pintu. Astaga, aku lupa bahwa hari ini adalah pertemuan dengannya. "Maaf, Bu. Saya Mbok Wati, mau ketemu Bu Elena, kata Pak Ha
last updateLast Updated : 2022-08-18
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status