Share

3. Fakta yang mengejutkan.

last update Last Updated: 2023-11-18 07:09:10

Setelah ayah masuk, dan pintu kembali tertutup.

Aku pun segera melangkah perlahan menuju samping rumah.

Hanya di samping ini saja yang tak ada lampu sama sekali.

Aku jadi bebas menguping pembicaraan mereka di dalam sana.

"Kenapa datang? Ganggu aja." Itu suara ibu.

Suaranya terdengar ketus tanpa merasa takut sedikitpun pada ayah.

"Abang lupa, kalau hari kamis sampai hari Minggu adalah waktuku bersama Sari?" Suara paman pun terdengar kurang enak.

Dia mungkin merasa terganggu. Karena kedatangan ayah membuatnya harus menghentikan kegiatannya bersama ibu.

"Mas minta maaf karena mengganggu kalian. Tapi ada hal penting yang harus kita bicarakan malam ini juga."

"Hal penting apa, sih? Emang nggak bisa besok aja?" tukas paman.

Aku tak tau bagaimana ekspresi wajahnya sekarang. Tapi dari nada bicaranya, paman seperti tak menyukai ayah.

"Ini soal Sandra," jawab ayah tanpa mengindahkan protes dari paman.

"Kenapa dengan anakmu itu?" tanya paman dengan nada suara yang sama.

"Dia anakmu, Mas. Bukan anaknya." Ibu menentang ucapan paman.

Sedangkan aku yang mendengar obrolan mereka hampir jatuh pingsan.

Detak jantungku berdegup kencang. Tak mengerti arah pembicaraan mereka.

Kenyataan apa lagi ini, ya Allah?

Aku anak siapa?

Isakan tangisku terdengar lirih.

Ku pukul dada ini agar bisa mengurangi sedikit rasa sesak di dalamnya.

Sungguh rasanya seperti ada benda berat yang menimpanya di dalam sana.

Rasanya aku tak kuat bila terus mendengar obrolan mereka.

Tapi aku juga tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk mengetahui rahasia mereka.

"Dia bukan anakku. Aku yakin itu!" bantah paman.

"Tapi, dul—"

"Itu bukan hal penting yang harus kita bicarakan sekarang. Aku datang kesini untuk memberitahu kalian bahwa Sandra sudah mulai curiga dengan kebiasaan kita." Ayah menyela ucapan ibu.

"Lalu kita harus apa? Nggak mungkin kalau satu Minggu penuh, Abang yang menguasai Sari. Dia juga istriku."

Deg!

Astaghfirullah. Apa lagi ini?

Apa ibu penganut poliandri?

Kalau iya. Kenapa aku baru mengetahuinya sekarang?

Pintar sekali mereka menyimpan rahasia.

Lalu aku anak siapa?

Sudah tak ada lagi air mata yang tumpah. Mata ini sudah terlalu perih untuk mengeluarkan cairan bening itu lagi.

Bertubi-tubi aku mendapatkan kejutan malam ini.

Rasa kecewa sudah bercampur dengan amarah.

Ya. Aku marah pada ayah, dan ibu yang menyimpan masalah ini sedemikian rupa.

Hingga kini aku baru mengetahuinya.

Aku tau mereka mungkin punya alasan tersendiri tentang berbagi istri.

Tapi aku juga turut andil di dalamnya.

Sekarang aku bingung siapa ayah kandungku yang sebenarnya.

"Abang tau itu. Makanya Abang datang kesini supaya kita rembukan ini bersama bagaimana baiknya."

"Kasih tau aja langsung sama Sandra. Gitu aja kok repot," ucap ibu dengan sewot.

"Mas takut melukai hatinya, dek."

"Hmm. Kalau gitu, Abang ceraikan Sari aja." Paman memberi usul.

"Itu nggak akan terjadi," sahut ayah tegas.

Aku merutuki jawaban ayah yang menolak untuk menceraikan ibu.

Apalagi yang mau dia pertahankan dari hubungan yang sudah lama tak sehat ini?

Setiap hari, ayah selalu diperlakukan tak baik oleh ibu.

Aku tak pernah melihat ibu menyiapkan kebutuhan ayah seperti yang biasa bibi Wati lakukan pada paman.

Ibu hanya memasak, itupun jika aku sedang sibuk dengan sekolahku. Karena dari bangku SMP, aku sudah mulai memasak.

Ibu hanya bersolek. Merias diri, dan wajahnya saja.

Setiap ayah pulang dari kebun, ibu tak pernah menyambutnya.

Dia seakan-akan sibuk dengan dunianya sendiri.

Betapa bodohnya aku yang baru bisa melihat dengan jelas perlakuan ibu pada ayah sangat berbeda, setelah tau kebenarannya.

Ibu juga tak pernah berkumpul bersama tetangga di sekitar rumah.

Dia hanya akan keluar jika pergi berbelanja saja.

Dan…

Ah. Aku baru ingat sekarang.

Ibu selalu membeli pakaian bermerek, dan alat make-up yang mahal.

Dari mana dia mendapatkan uang untuk membeli semua itu?

Sudah pasti dari paman, suaminya.

Entah suami pertama atau kedua, aku tak tau.

Sebab, ayah tidak mempunyai uang sebanyak itu.

Ayah hanya seorang petani yang bisa mendapatkan uang jika hasil panennya terjual. Itupun tidak seberapa.

"Kenapa? Kenapa Abang nggak mau menceraikan Sari? Karena wasiat dari almarhum orang tua kita?" tanya paman.

Ayah hanya diam, tak menjawab.

"Wasiat itu sudah lama, bang. Abang bisa segera menceraikan Sari. Atau Abang punya alasan lain untuk bertahan?"

Lagi-lagi suara ayah tak terdengar.

Lama-lama aku menjadi kasihan pada ayah.

Dia sepertinya enggan melepas ibu. Tapi jika dipertahankan pun untuk apa?

Aku masih ingat dengan jelas bahu ayah yang bergetar saat mendengar suara aneh tadi

Itu artinya dia terluka. Kenapa tak dia lepas saja?

"Dorr! Hayo, kamu ngapain disini?"

Aku hampir terjungkal karena sebuah suara yang mengejutkanku.

Bagai orang kesetanan aku segera menoleh ke asal suara.

Setelah menemukan siapa pelakunya. Aku dengan cepat menarik orang tersebut menjauh dari tempat itu.

Aku melangkah cepat menuju kebun belakang rumah dengan tangan terus menarik orang yang sudah mengagetkan ku tadi.

"Kamu kenapa ngagetin aku, sih?" Dengan kesal aku bertanya pada Andi, teman sekolahku.

Entah dari mana dia, sampai-sampai bisa muncul di samping rumahku.

"Lah, kamu juga ngapain disitu? Kaya maling aja," sahutnya tak mau kalah.

Dia mengarahkan senter yang dibawanya ke sembarang arah.

"Matiin senternya."

"Kenapa? Kamu mau gelap-gelapan sama aku di sini? Sorry ya, aku masih suci. Ngga mau di grepe-grepe sama kamu." Dia menyembunyikan senter di belakang tubuhnya.

Tanpa menyahut ucapan konyolnya aku segera merebut senter tersebut, dan mematikannya.

Tanganku langsung membekap mulutnya saat dia hendak protes.

"Nggak ada siapa-siapa disini. Abang mending pulang ke pondok aja." Suara paman terdengar dekat.

Sudah kuduga mereka pasti mendengar suara Andi tadi.

Beruntung ada kandang ayam di belakang rumah. Itulah yang menjadi tempat kami bersembunyi.

____

"Kamu kenapa diam aja, San? Kamu marah gara-gara aku ngagetin kamu tadi? Terus ini kamu mau ke mana? Udah malam, loh ini." Andi mengejar langkahku dari belakang.

Mulutnya sedari tadi tak bisa diam.

Andi adalah tetangga jauhku. Wajar jika dirinya tidak mengetahui kebiasaan aneh keluargaku.

Aku tertawa miris saat mengingat kembali kenyataan yang tadi baru ku tau.

Namun, tawa itu tak bertahan lama. Karena tak lama air mata pun jatuh menganak sungai.

Selama ini aku mencoba menerima sikap ibu yang kasar tanpa bertanya mengapa dia bersikap demikian.

Mungkin sebagai bentuk kasih sayangnya padaku.

Tapi kenyataannya bukanlah itu.

Tapi, apa aku masih bisa menerima perlakuannya setelah aku tau kenyataannya?

Kenyataan yang membuat hati ini sangat sakit.

Bagaimana tanggapan tetangga sekitar jika mengetahui fakta ini?

Related chapters

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   4. rumah yang berantakan.

    Ku buka pintu rumah bibi perlahan agar tak berderit.Ruang tamu tampak lengang. Bibi pasti sudah tidur.Biasanya dia akan duduk menonton tv disini. Ku hembuskan nafas sesaat, dan melangkah menuju kamar. Berusaha menetralkan perasaan yang masih kacau karena fakta mengejutkan tadi. "Kenapa baru pulang, nak? Kamu mampir kemana dulu?" Tanpa ku duga, bibi keluar dari kamar Wiwin, dan langsung bertanya padaku. Aku bingung harus menjawab apa. Tapi, tiba-tiba saja ada ide yang terlintas di pikiranku."Ada yang mau Sandra tanyakan pada bibi. Dan Sandra mohon bibi jawab dengan jujur," ujarku dengan serius.Bibi sampai menatapku dengan kening mengerut."Mau tanya apa? Sini, duduk dekat bibi." Dia melangkah menuju sofa, dan duduk di atasnya.Aku pun melangkah, dan duduk di sampingnya.1 menit.2 menit.3 menit."Mau tanya apa? Kok, malah diam?" Bibi bertanya saat aku tak kunjung melempar pertanyaan padanya.Hati, dan pikiranku sibuk bergelut di dalam sana. Aku masih bimbang untuk lanjut be

    Last Updated : 2023-11-19
  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   5. Berbicara pada ayah.

    Plak!Satu tamparan keras menghantam pipi ini.Membuat telinga ini langsung berdenging. Rasa kebas bercampur dengan panas menjalar di pipiku."Lembur apa maksud mu, hah?! Masih kecil sudah berani ku*ang aj4r kamu, ya? Belajar dari mana? Dari Wati, perempuan sok baik itu? Iya?!" bentak ibu.Merasa belum puas dengan satu tamparan. Ibu kembali mencengkeram kuat mulutku hingga kuku-kuku lentiknya terasa menusuk permukaan kulitku.Aku meringis menahan sakit, dan rasa takut.Nyaliku seketika ciut melihat api amarah di wajahnya."Nggak usah banyak omong. Cepat masak, dan bereskan rumah ini!" Dia melepas cengkraman tangannya dengan kasar, dan berlalu masuk kedalam kamarnya lagi.Aku menatap sampai tubuhnya hilang di balik pintu kamar. Aku menghembuskan nafas perlahan, dan mengerjakan perintahnya tadi dengan lesu.___Ku kerjakan perintah ibu dengan terburu-buru karena takut terlambat masuk sekolah.Setelah semuanya selesai aku pun melangkah menuju kamar, hendak mengambil tas sekolahku.Namun,

    Last Updated : 2023-11-22
  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   6. Pengakuan Ayah

    Aku tak percaya dengan ucapan yang keluar dari bibir ayah. Dia tak mau menceraikan ibu karena tak bisa melihat ibu, dan paman hidup bahagia.Apa bedanya dengan sekarang? Sekarang pun ibu, dan paman sudah sangat bahagia. Mereka sampai-sampai tak tau waktu, dan tempat bila ingin melakukan hubungan intim."Alasan itu terlalu klasik, Yah. Sandra nggak percaya. Pasti ada alasan yang lain kan? Boleh Sandra tau?" Ayah terlihat menghela nafas cukup dalam, dan menghembuskan nya perlahan.Tatapannya mengarah padaku. "Ayah malu, nak. Semua ini terjadi karena kesalahan ayah di masa lalu," ucapnya lirih.Aku tak menyahut ucapannya. Aku tau dia sudah siap untuk menjelaskan semuanya padaku.Tatapannya kembali menerawang jauh, "dulu ayah sangat mencintai Sari,ibumu. Tapi, sayangnya Sari nggak cinta sama ayah. Dia malah mencintai Tejo, adik kandung ayah sendiri. Karena kesal, dan merasa kalah saing dari Tejo. Ayah pun nekat berbuat hal hina, dan menjijikan itu padanya. Berharap dengan begitu Sari m

    Last Updated : 2023-12-15
  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   7. Di grebek

    "Diarak keliling desa saja, pak RT!" "Iya, betul itu! Diarak saja!" "Iya!""Iya!" Terdengar suara riuh dari depan rumah. Aku, dan ayah yang baru sampai di kebun belakang rumah pun saling pandang dengan wajah terkejut."Ayo, cepat, nak!" Ayah menarik tanganku, dan melangkah cepat menuju ke halaman depan rumah. Aku terkejut melihat ibu, dan paman Tejo berada di tengah-tengah kerumunan warga dengan penampilan yang tragis. Ibu hanya memakai kain jariknya tadi pagi untuk menutupi tubuhnya. Sedangkan paman hanya memakai celana kolor saja.Sungguh pemandangan yang sangat memalukan.Rasanya aku ingin pergi dari sini, dan menyangkal bahwa dia bukan ibuku."Ada apa ini bapak-bapak, ibu-ibu? Ini istri, dan adik saya—" Ayah seakan tak sanggup berkata-kata lagi saat melihat wajah paman Tejo yang sudah babak-belur. Kondisi ibu pun sangat miris. Rambut yang berantakan dengan lelehan kuning telur di sekujur tubuhnya membuat tubuhnya menjadi berbau amis. "Istrimu itu sudah selingkuh sama adikmu

    Last Updated : 2023-12-16
  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   8. Talak

    "Silahkan masuk, pak." Ayah berdiri menyambut mantan kades dengan senyum merekah. Dia mempersilahkan pak Salim, dan pak RT duduk di sofa. Pak Salim, dan ayah saling berjabat tangan. Usia mereka terlihat tak jauh berbeda. Hanya warna kulit ayah terlihat lebih gelap karena sering berjemur di bawah sinar matahari untuk mengurus kebun.Tak lama ibu, dan paman Tejo pun datang dari kamar mandi. Tapi sayang, penampilan ibu yang hanya mengenakan handuk membuat pak Salim, dan pak RT langsung membuang pandangannya. Aku, dan ayah hanya bisa menunduk diam. Karena seperti tadi, ibu sama sekali tak menghiraukan kami."Kamu masuk pake pakaian dulu, ya." Paman mendorong pelan tubuh ibu kearah kamar, dan tanpa menyapa kami. Paman langsung melangkah menuju sofa tunggal yang terletak di dekat tv. Paman terlihat cuek memangku kakinya dengan santai. "Bagaimana kabarnya mas Tejo?" Entah karena merasa tak enak hati. Pak RT pun berinisiatif mengajak paman berbincang."Seperti yang anda lihat," sahutny

    Last Updated : 2023-12-16
  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   9. Perdebatan

    "Kamu kenapa sih, mas? Kok, kaya nggak senang gitu tau aku hamil." Wajah ibu memberengut."Bukan begitu, sayang. Tapi, selama ini kan kamu selalu suntik KB. Masa bisa kebobolan, sih?" "Sebenarnya aku sudah lama nggak suntik, mas. Aku mau cepat hamil anak kamu. Biar bisa lepas dari dia," ungkap ibu seraya menunjuk ayah dengan dagunya."Astaga, matilah aku!" seru paman menepuk keningnya. " Kamu kenapa nekat Banget, sih?! Kan aku sudah bilang pake KB dulu kalau belum pisah sama Bang Dayat!" Nada bicara paman terdengar mulai meninggi. Membuat ibu langsung menunduk. "Aa-aku lakuin ini biar cepat lepas dari dia, dan kita bisa hidup berdua seperti impian kita, mas." "Tapi aku nggak tau anak itu murni anakku atau anak bang Dayat!" bentak paman. "Ini murni anak kamu, mas. Aku nggak pernah campur lagi sama dia." Ibu meraih tangan paman, namun segera di tepis dengan kasar oleh sang empunya. "Halah, omong kosong! Dulu sebelum menikah saja kamu mau dijamah sama dia. Apa lagi sekarang? Aku ngga

    Last Updated : 2023-12-16
  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   10. Ayah yang murung

    Sudah dua bulan sejak kepergian ibu, dan paman dari rumah ini. Sikap ayah jadi berubah murung. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya di kebun belakang dengan melamun. Ibu, dan paman Tejo pun tak pernah kelihatan lagi. Mereka seolah hilang bak ditelan bumi. Padahal mereka tinggal di desa sebelah. Aku kasihan melihat ayah yang terus-terusan murung. Dirinya seolah-olah kehilangan semangat hidupnya setelah kepergian ibu.Bahkan, dirinya sudah tak pernah lagi berkunjung ke kebun. Entah bagaimana nasib padi, dan sayur-sayuran di sana. Mungkin sudah habis di makan monyet. Begitu besar pengaruh ibu dalam hidup ayah. Dulu, biarpun ibu tak memperlakukannya dengan baik. Ayah selalu semangat, dan tak pernah terlihat murung seperti ini.Ayah, dan ibu pun sudah resmi bercerai secara hukum. Sepertinya ibu, dan paman yang mengurus surat perceraian itu. Sebab, ayah tak pernah terlihat keluar dari rumah ini. "Sandra!" Terdengar suara ayah yang berteriak memanggilku dari kebun belakang. Aku

    Last Updated : 2023-12-16
  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   11. Tiba di rumah nenek.

    Sesuai kesepakatan beberapa hari yang lalu. Kini aku, dan ayah sedang dalam perjalanan menuju desa tempat ayah di besarkan dulu. Wajah ayah pun sudah tak terlalu suram. Setelah perbincangan kami sore itu. Keesokan harinya ayah langsung berangkat ke kebun, dan melakukan kegiatan seperti biasanya. "Ayo turun, nak. Kita sudah sampai," ucap ayah seraya mengangkat tas yang berisi pakaian, dan beberapa buah tangan untuk sang bibi. Lalu dia pun bergegas turun dari angkot. Aku pun mengikuti langkahnya dari belakang dengan hati-hati agar kepalaku tak terantuk langit-langit mobil. Setelah turun dari angkot tadi, ayah langsung menyebrang jalan menuju sebuah warung makan. "Rumah nenek dimana, Yah?" tanyaku begitu tiba di dekatnya. Warung itu tampak lengang, hanya ada beberapa orang saja yang sedang menikmati makan siang mereka. "Ada di sebelah sana. Nanti kita kesana jalan kaki saja, ya. Dekat, kok," sahut ayah seraya menunjuk ke arah depan sana. Aku mengangguk, dan ikut duduk di sampingn

    Last Updated : 2023-12-17

Latest chapter

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   54

    Sudah hampir satu Minggu Tejo menunggu kabar dari Fatima dengan rasa gelisah. Dia takut Fatima menolak pinangan darinya,namun apapun itu. Tejo sudah berjanji akan menghargai keputusan Fatima.“Mari makan siang, Bang!” Ajak seorang pekerja yang mengurus kebun Tejo.“Duluan saja, Ri. Aku nanti saja.” Tejo menjawab sekenanya. Ya, dia sekarang tengah berada di kebun miliknya. Kebun yang selama ini dia abaikan karena sibuk dengan nikmat duniawi. Dia membiarkan pekerjanya yang mengurus semuanya, dan dia hanya tinggal menerima hasilnya saja.Namun, semenjak sembuh dari sakitnya. Dia perlahan sudah mulai berkebun kembali. “Huuuft!” Tejo membuang nafasnya dengan kasar. Matanya tak lepas menatap layar ponsel dalam genggamannya dengan perasaan gelisah. Dia menunggu kabar dari Dayat, abangnya. Saat mereka hendak meninggalkan rumah Fatima saat itu, Fatima berkata bahwa dia akan menghubungi Siska untuk menyampaikan keputusannya. Kring…. Kring…. Kring! Ponsel dalam genggaman Tejo berdering c

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   53

    “Tejo, hei!” Dayat menepuk pundak sang adik cukup keras karena kesal. Sedari tadi dia memanggil adiknya itu, namun adiknya sibuk melamun. Tejo menoleh ke arah abangnya dengan wajah kaget. “Ada apa, bang?” Dayat mendengus. “Makan. Dari tadi di panggilin susah banget, Jo. Kalau suka, bilang saja.” “Seandainya dia bukan sahabatnya mbak Siska,” ujar Tejo dengan tatapan menerawang. Dayat berdecak, sedari tadi adiknya sekali berkata begitu. Apa hubungannya dengan Siska?“Ada apa dengan mbak-mu?” “Aku takut mbak Siska ceritain ke dia tentang kelakuanku dulu.” Tejo menjawab sambil tertunduk. Dayat baru tau tentang kegelisahan adiknya. “Kamu sudah berubah. Kalau kamu betul-betul menyukainya, berusahalah. Biar mbak-mu jadi urusan Abang.” Dayat menepuk pundak Tejo pelan, memberi dukungan padanya. ___Acara syukuran di rumah Dayat telah usai. Semua keluarga nenek Atun pun sudah kembali ke kampung. Nasib Tejo semakin tak jelas. Dia sungguh menyukai wanita yang dia temui di rumah Dayat wa

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   52

    Akhirnya, hari yang dinantikan oleh pasangan Siska, dan Dayat pun tiba. Hari dimana buah cinta mereka lahir kedunia dengan selamat. Dayat mencium pipi merah anak keduanya itu dengan sayang, setelah menyuarakan adzan pada putranya. Ya, Siska telah memberikan seorang putra pada Dayat. Lengkaplah sudah keluarga kecil mereka. “Aku boleh gendong, nggak?” tanya Sandra yang sedari tadi ikut gemas melihat bayi merah dalam gendongan ayahnya. “Nanti kamu jatuhin,” sahut Dayat seraya kembali mencium pipi putranya. “Ma, Sandra boleh gendong adek, ya?” Sandra merengek pada Siska yang masih terbaring lemah di atas ranjang pasien. Siska tersenyum pada Sandra lalu menatap suaminya. “Mas, kasih dulu ke mbak nya!” titahnya yang membuat Sandra berjingkrak kegirangannya. “Ojo pecicilan, nduk. Jatuh adekmu nanti,” ujar Dayat memperingati saat akan menyerahkan bayi itu pada Sandra. “Pake duduk saja, nak.” Siska memberi isyarat pada Dayat agar menyuruh Sandra duduk. Dia merasa ngeri melihat cara

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   51

    “Assalamualaikum.” ucap Sandra, dan Dayat berbarengan saat sudah sampai di dekat Sari, dan Trisno berdiri. “Wa’alaikumussalam.” Trisno, dan Dayat langsung berjabatan tangan. Sedangkan Sandra langsung mendekati sang ibu, dengan senyum yang merekah. “Silahkan masuk, bang.” Trisno mengajak Dayat untuk masuk kedalam rumahnya, namun Dayat menolak karena Siska sedang sendirian di rumah.Akhirnya, Dayat pun berpamitan pulang setelah berpesan pada Sandra agar tak merepotkan Sari, dan Trisno. “Masuk yuk. Di tungguin sama nenek dari tadi.” Sari merangkul pundak Sandra, dan bersama berjalan masuk kedalam rumah. ___“Cukup, Bu. Aku sudah kenyang.” Sandra menggeser piring makannya kesamping saat Sari hendak menambahkannya nasi kedalam piringnya.“Makan yang banyak, nak,” ujar Sari memaksa. Sandra menggeleng, dan tetap menjauhkan piringnya. Dia sungguh sudah sangat kenyang saat ini. Bagaimana tidak? Sedari tadi Sari terus saja memberikan berbagai makan padanya.Semua lauk, dan sayur yang dia

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   50

    “Kamu mau ketemu sama ibu, nak?” Siska angkat bicara. Dia berjalan mendekati kursi tempat Sandra duduk, lalu ikut duduk di sampingnya. Tangannya dengan lembut mengusap bahu Sandra yang masih bergetar karena isak tangisnya. “Kalau mau ketemu sama ibu, biar mama yang antar,” tawar Siska dengan senang hati. Sandra mengangangkat kepalanya menatap wajah Siska lalu bergantian menatap wajah Dayat. Dayat mengangguk dengan senyum tipisnya. “Boleh, Ma?” “Boleh, dong. Besok pagi Mama antar, ya. Sekalian Mama mau olahraga pagi, soalnya sebentar lagi adikmu datang,” sahut Siska seraya mengelus perutnya yang membesar. Hari persalinannya memang sudah dekat. Itu sebabnya dia harus banyak bergerak agar persalinannya nanti berjalan dengan lancar, itu pesan ibunya setiap kali menghubunginya lewat telpon. ____“Dek, nasinya dimakan. Jangan di liatin aja,” ujar Trisno saat melihat makanan istrinya masih utuh. Sedangkan Sari sedari tadi hanya menatap piringnya dengan wajah murungnya.“Ada yang mengg

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   49

    “Hei?! Kamu kenapa, nak? Dari tadi mama panggil kok nggak nyahut? Lagi lamunin apa?” Siksa datang, dan menepuk pundak Sandra. “Eh?!” Wajah Sandra langsung terkejut melihat Siska sudah duduk di sampingnya dengan perut yang sudah membuncit. “Kamu kenapa? Ada masalah sama pendaftaran kuliah?” tanya Siska dengan lembut. Tangannya mengusap surai panjang milik Sandra.Sandra langsung menampilkan senyumnya, dan menutup raut wajahnya yang sedih. “Nggak ada, ma. Semuanya lancar, kok.” “Terus, kenapa?” Siska berusaha menilik wajah dari putri sambungnya itu.Namun, Sandra lebih dulu memalingkan wajahnya. “Sandra ke kamar dulu, ya, ma. Ada tugas kuliah,” kilahnya lalu buru-buru berdiri, dan masuk ke dalam kamarnya. Hal itu tentu saja membuat Siska kebingungan. Dia menatap punggung putrinya dengan kening mengernyit. Dia baru menyadari bahwa beberapa hari ini Sandra memang terlihat sedikit pendiam. Jarang sekali Sandra bercanda padanya. Senyum yang Sandra tampilkan pun sangat di paksakan. Sis

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   48

    Trisno mengumpulkan keberaniannya untuk menemui Sari, dan membawanya pulang bagaimana pun caranya. Ucapan Tejo tadi benar-benar sangat mengganggu ketenangannya. Trisno memarkirkan motornya di halaman rumah Wati, lalu perlahan melangkah menuju teras rumah. Tok, tok, tok. Trisno mengetuk pintu tanpa bersuara, dia takut kalau Wati tidak mau membukakannya pintu jika tau dia yang datang. “Iya, sebentar!” Terdengar sahutan dari dalam, tak lama kemudian pintu itupun terbuka dengan Sari yang berdiri di hadapannya. “Mas Trisno?” Nampak jelas wajah Sari yang terkejut bercampur bahagia. Dia meraih tangan Trisno, dan menciuminya dengan takzim. “Masuk, mas.” Sari menggeser tempatnya berdiri, memberi jalan untuk Trisno masuk. Dengan langkah ragu, dan juga takut Trisno masuk kedalam rumah, dan duduk di kursi ruang tamu. Matanya sedari tadi sibuk mencari keberadaan Wati, dan juga suaminya. “Kenapa mas baru datang sekarang?” Sari ikut duduk di samping suaminya dengan bibir mengerucut. Trisno t

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   47

    Sudah dua hari Sari di bawa pergi oleh Wati, dan suaminya. Dan dua hari juga Trisno seperti orang linglung. Dia sangat frustasi karena merasa seorang diri. Tak ada yang ada di sampingnya untuk membantu. Sikap ibunya pun bertambah dingin padanya, walaupun mereka tinggal di bawah atap yang sama. Trisno yang merasa suntuk memilih untuk keluar rumah, menghirup udara segar sekaligus memperbanyak keberaniannya untuk bertemu dengan kedua kakak iparnya. Trisno melajukan motornya ke arah warung kopi yang berada dipinggir jalan, tempatnya biasa bertemu dengan Nisa, dulu.Tentu saja Trisno kesana bukan untuk mengenang kebersamaannya dengan Nisa. “Bu, kopi pahit satu gelas,”pinta Trisno begitu sudah memarkirkan motornya. Dia lalu berjalan mendekati kursi panjang, tempat para pembeli biasa duduk menikmati pesanannya. “Tumben sendiri? Biasanya sama pasangannya,” celetuk ibu pemilik warung itu. Namun, Trisno hanya menanggapi dengan senyum tipisnya saja. Dia mengabaikan ucapan ibu tersebut, dia

  • SKANDAL PERNIKAHAN BERSAMA ADIK IPAR   46

    Tok, tok, tok! “Permisi, Trisno! Keluar kamu! Sari!” Wati mengetuk pintu rumah Trisno dengan tak sabaran. Suaranya pun sangat nyaring. Sampai-sampai suaminya menegurnya. “Dek, jangan kaya gitu, malu di liatin tetangga.” Indra menarik tangan Wati yang hendak mengetuk pintu lagi. “Biarin! Biar semua orang tau kalau Trisno laki-laki bejat!” Wati menghempaskan tangannya dengan kuat.“Sari! Keluar, dek! Ini mbak mau jemput kamu!” Sedangkan di dalam rumah nampak Sari yang sudah mulai pulih tengah sarapan bersama Trisno. Bu Darni sedang sakit, jadi dia hanya sarapan bubur lalu kembali beristirahat di kamarnya. “Suara siapa itu, dek?” tanya Trisno urung memasukan sesendok nasi pada mulutnya. “Nggak tau, Mas. Tapi, dari suaranya sepertinya itu Mbak Wati. Kenapa dia berteriak-teriak seperti itu?” Batin Sari mulai gelisah. Dia yakin pasti ada yang tidak beres sehingga kakaknya sampai berteriak seperti itu. “Bentar, mas cek dulu. Kamu habiskan dulu sarapannya, ya.” Trisno mengusap kepala

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status